Anda di halaman 1dari 20

KLIPING BIOGRAFI TOKOH

PEMERINTAHAN,SENI,OLAHRAGA,
DAN SOSIAL

Disusun oleh : Oei,Ronald Wijaya (8J/30)


SMP PL DOMENICO SAVIO
Kelas/Absen : 8J/ 30

Talkshow I.T

Nama acara : Talkshow IT


Hari, tanggal : Kamis, 23 Oktober 2014
Waktu : 9.15 – 11.50
Tempat : Aula Domsav
Pembicara : Iwan Nur Adi, M.Kom

A. Ketentuan Hukum Dalam Kejahatan E-Commerce


Hak dan kewajiban tidak ada artinya jika tidak dilindungi oleh hukum yang dapat
menindak mereka yang mengingkarinya. Sebuah dokumen untuk dapat diajukan ke depan
pengadilan harus mengikuti tiga aturan utama:
1. The rule of authentification;
2. Hearsay rule; dan
3. The Best Evidence rule.

Pengadilan modern telah dapat mengadaptasi ketiga jenis aturan ini di dalam sistem e-
commerce. Masalah autentifikasi misalnya telah dapat terpecahkan dengan memasukkan
unsur-unsur origin dan accuracy of storage jika email ingin dijadikan sebagai barang bukti
(sistem email telah diaudit secara teknis untuk membuktikan bahwa hanya orang tertentu
yang dapat memiliki email dengan alamat tertentu, dan tidak ada orang lain yang dapat
mengubah isi email ataupun mengirimkannya selain yang bersangkutan). Termasuk pula
untuk proses autentifikasi dokumen digital yang telah dapat diimplementasikan dengan
konsep digital signature. Aspek hearsay yang dimaksud adalah adanya pernyataan‐
pernyataan di luar pengadilan yang dapat diajukan sebagai bukti. Di dalam dunia maya, hal‐
hal semacam email, chatting, dan tele‐conference dapat menjadi sumber potensi entiti yang
dapat dijadikan bukti.

SMP PL DOMENICO SAVIO


Namun tentu saja pengadilan harus yakin bahwa berbagai bukti tersebut benar-benar
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Faktor best-evidence berpegang pada hirarki
jenis bukti yang dapat dipergunakan di pengadilan untuk meyakinkan pihak‐pihak terkait
mengenai suatu hal, mulai dari dokumen tertulis, rekaman pembicaraan, video, foto, dan lain
sebagainya. Hal‐hal semacam tersebut di atas selain secara mudah telah dapat digitalisasi
oleh komputer, dapat pula dimanipulasi tanpa susah payah; sehubungan dengan hal ini,
pengadilan biasanya berpegang pada prinsip originalitas (mencari bukti yang asli).

Dalam melakukan kegiatan e-commerce, tentu saja memiliki payung hukum, terutama di
negara Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Internet dan
Transaksi Elektronik, walaupun belum secara keseluruhan mencakup atau memayungi
segala perbuatan atau kegiatan di dunia maya, namun telah cukup untuk dapat menjadi acuan
atau patokan dalam melakukan kegiatan cyber tersebut.

Beberapa pasal dalam Undang-Undang Internet dan Transaksi Elektronik yang berperan
dalam e-commerce adalah sebagai berikut :
1. Pasal 2
Undang-Undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan perbuatan hukum
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia
maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum
Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.
2. Pasal 9
Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui Sistem Elektronik harus menyediakan
informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk
yang ditawarkan.
3. Pasal 10
1) Setiap pelaku usaha yang menyelenggarakan Transaksi Elektronik dapat disertifikasi oleh
Lembaga Sertifikasi Keandalan.
2) Ketentuan mengenai pembentukan Lembaga Sertifikasi Keandalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

SMP PL DOMENICO SAVIO


4. Pasal 18
1) Transaksi Elektronik yang dituangkan ke dalam Kontrak Elektronik mengikat para pihak.
2) Para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum yang berlaku bagi Transaksi
Elektronik internasional yang dibuatnya.
3) Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam Transaksi Elektronik internasional,
hukum yang berlaku didasarkan pada asas Hukum Perdata Internasional.
4) Para pihak memiliki kewenangan untuk menetapkan forum pengadilan, arbitrase, atau
lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang berwenang menangani sengketa
yang mungkin timbul dari Transaksi Elektronik internasional yang dibuatnya.
5) Jika para pihak tidak melakukan pilihan forum sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
penetapan kewenangan pengadilan, arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa
alternatif lainnya yang berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari
transaksi tersebut, didasarkan pada asas Hukum Perdata Internasional
5. Pasal 20
1) Kecuali ditentukan lain oleh para pihak, Transaksi Elektronik terjadi pada saat penawaran
transaksi yang dikirim Pengirim telah diterima dan disetujui Penerima.
2) Persetujuan atas penawaran Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik.
6. Pasal 21
1) Pengirim atau Penerima dapat melakukan Transaksi Elektronik sendiri, melalui pihak yang
dikuasakan olehnya, atau melalui Agen Elektronik.
2) Pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi
Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:
a) jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik
menjadi tanggung jawab para pihak yang bertransaksi;
b) jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum dalam pelaksanaan
Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab pemberi kuasa; atau
c) jika dilakukan melalui Agen Elektronik, segala akibat hukum dalam pelaksanaan
Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik.

SMP PL DOMENICO SAVIO


3) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal beroperasinya Agen Elektronik
akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap Sistem Elektronik, segala akibat
hukum menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik.
4) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal beroperasinya Agen Elektronik
akibat kelalaian pihak pengguna jasa layanan, segala akibat hukum menjadi tanggung
jawab pengguna jasa layanan.
5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan
terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna Sistem
Elektronik.

7.. Pasal 22
1) Penyelenggara Agen Elektronik tertentu harus menyediakan fitur pada Agen Elektronik
yang dioperasikannya yang memungkinkan penggunanya melakukan perubahan informasi
yang masih dalam proses transaksi.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggara Agen Elektronik tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
8.Pasal 30
1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer
dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.
2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer
dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
3) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer
dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos,
melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.
9.Pasal 46
1) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

SMP PL DOMENICO SAVIO


2) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Selain mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Internet &
Transaksi Elektronika di atas, ada beberapa peraturan atau perundangan yang mengikat dan
dapat dijadikan sebagai payung hukum dalam kegiatan bisnis e-commerce, diantaranya
adalah :
a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
b. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
c. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
d. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata
e. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
f. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan
g. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang
h. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
i. Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
j. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
k. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
l. Peraturan Pemerintah RI Nomor 48 Tahun 1998 Tentang Pendirian Perusahaan Perseroan
dibidang Perbankan.
Serta undang-undang dan peraturan lainnya yang terkait dengan kejahatan e-commerce ini.

B. Penegakan Hukum terhadap kegiatan dan kejahatan E-Commerce Dalam Sistem


Hukum Positif Di Indonesia
Pembentukan peraturan perundang-undangan di dunia cyber berpangkal pada keinginan
masyarakat untuk mendapatkan jaminan keamanan, keadilan dan kepastian hukum. Sebagai
norma hukum cyber atau cyberlaw akan menjadi langkah general preventif atau prevensi

SMP PL DOMENICO SAVIO


umum untuk membuat jera para calon-calon penjahat yang berniat merusak citra teknologi
informasi Indonesia dimana dunia bisnis indonesia dan pergaulan bisnis internasional.

Penegak hukum di Indonesia mengalami kesulitan dalam menghadapi merebaknya


cybercrime khususnya kejahatan e-commerce. Banyak faktor yang menjadi kendala, oleh
karena itu aparatur penegak hukum harus benar-benar menggali, menginterpretasi hukum-
hukum positif yang ada sekarang ini yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku kejahatan
e-commerce.

Penyelidikan dan penyidikan selalu mengalami jalan buntu dan atau tidak tuntas
dikarenakan beberapa hal, yang terutama adalah terbatasnya sumber daya manusia yang
dimiliki oleh penegak hukum, karena penanganan kejahatan ini memerlukan keterampilan
khusus dari penegak hukum.

Dalam menghadapi perkembangan di masyarakat, yang didalamnya termasuk juga


teknologi, RUU KUHP tampak menyadari, hal ini ternyata dalam ketentuan pasal 1 Ayat (3).
Dalam konsep RUU KUHP 1991/1992 Pasal 1 ayat (1) masih mempertahankan asas legalitas.
Pada ayat (3) bunyinya : “ketentuan dalam ayat (1) tidak mengurangi berlakunya hukum
yang hidup yang menentukan bahwa menurut adat setempat seseorang patut dipidana
walaupun perbuatan itu tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan”.

Dari hal tersebut, maka dapatlah dilihat bahwa ada kejahatan yang dapat dijerat dan ada
yang tidak, maka diperlukan adanya keberanian hakim untuk menafsirkan undang-undang,
walaupun hakim selalu dibayang-gayangi oleh pasal 1 KUHP, namun hakim tidak boleh
menolak setiap perkara yang telah masuk ke pengadilan.

Dalam Undang-Undang kekuasaan kehakiman, tertera jelas bahwa hakim sebagai


penegak hukum wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup
dimasyarakat. Dari ketentuan ini sesungguhnya mendorong bahkan memberikan justifikasi
untuk interpretasi atau penafsiran terhadap ketentuan undang-undang, bahkan ada ancaman

SMP PL DOMENICO SAVIO


bila menolak dapat dituntut (dihukum). Dalam mengisi kekosongan Hukum, hakim untuk
sementara dapat melakukan interpretasi.

Mengingat kejahatan e-commerce merupakan salah satu kejahatan baru dan canggih,
maka wajar saja dalam penegakan hukumnya masih mengalami beberapa kendala yang
apabila tidak segera ditangani maka akan memberikan peluang bagi pelaku kejahatan bisnis
yang canggih ini untuk selalu mengembangkan “bakat” kejahatannya di dunia maya
khususnya kejahatan e-commerce. Beberapa kendala tersebut antara lain :
1. Pembuktian (bukti elektrik)
Persoalan yang muncul adalah belum adanya kebulatan penafsiran terhadap kepastian dari
alat bukti elektrik ini dikarenakan alat bukti ini mudah sekali untuk di copy, digandakan atau
bahkan dipalsukan, dihapus atau dipindahkan. Walaupun mengacu pada Pasal 5 Undang-
Undang ITE telah jelas menyebutkan mengenai alat bukti ini, namun masih saja aparat
penegak hukum susah untuk mendapatkan alat bukti yang otentik.
2. Perbedaan Persepsi.
Perbedaan persepsi yang dimaksud adalah bahwa terjadinya perbedaan antara penegak
hukum dalam menafsirkan kejahatan yang terjadi dengan penerapan pasal-pasal dalam
hukum positif yang belaku sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum bagi pencari
keadilan.
3. Lemahnya penguasaan komputer
Kurangnya kemampuan dan keterampilan aparat penegak hukum dibidang komputer yang
mengakibatkan taktis, teknis penyelidikan, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan tidak
dikuasai karena menyangkut sistem yang ada didalam komputer.
4. Sarana dan prasarana
Fasilitas komputer mungkin memang ada di setiap kantor-kantor para penegak hukum,
namun hanya sebatas berfungsi untuk mengetik saja, sedangkan kejahatan e-commerce ini
dilakukan dengan menggunakan komputer yang berjaringan dan berkapasitas teknologi yang
lumayan maju sehingga pihak aparat sulit untuk mengimbangi kegiatan para pelaku kejahatan
tersebut.
5. Kesulitan menghadirkan korban

SMP PL DOMENICO SAVIO


Terhadap kejahatan yang korbannya berasal dari luar negeri umumnya sangat sulit untuk
melakukan pemeriksaan yang mana keterangan saksi korban sangat dibutuhkan untuk
membuat sebuah berita acara pemeriksaan.

Menurut Ahmad P. Ramli (2005: 55-56) Terkait dengan penentuan hukum yang
berlaku, dikenal adanya beberapa asa yang biasa digunakan, yaitu :
1. Subjective Territoriality
Subjective Territoriality menekankan bahwa keberlakuan hukum pidana ditentukan
berdasarkan tempat perbuatan dilakukan dan penyelesaian tindak pidananya dilakukan di
negara lain.
2. Objective Territoriality
Objective Territoriality menyatakan bahwa hukum yang berlaku adalah dimana akibat
utamanya perbuatan itu terjadi dan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi negara
yang bersangkutan.
3. Nationality
Nationality menentukan bahwa negara mempunyai yurisdiksi untuk menentukan hukum
berdasarkan kewarganegaraan pelaku tindak pidana.
4. Passive Nationality
Passive Nationality menekankan yurisdiksi berdasarkan kewarganegaraan dari korban
kejahatan.

5. Protective Principle
Protective Principle menyatakan bahwa belakunya hukum didasarkan atas keinginnan negara
untuk melindungi kepentingan negara dari kejahatan yang dilakukan diluar wilayahnya. Azas
ini pada umumnya diterapkan apabila korbannya adalah negara atau pemerintah.
6. Universalitity
Universalitity maksudnya adalah setiap negara berhak untuk menangkap dan menghukum
pelaku kejahatan.

C. Modus Operandi/Bentuk Cybercrime

SMP PL DOMENICO SAVIO


1. Unauthorized Access to Computer System and Service
Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan
komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan
komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan
maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia.
2. Illegal Contents
Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang sesuatu hal
yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau mengganggu
ketertiban umum. Sebagai contohnya, pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan
menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan
pornografi atau pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan
propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah dan sebagainya.
3. Data Forgery
Merupakan kejadian dengan memalsukan data pada dokumen dokumen penting yang
tersimpan sebagai scripless document melalui internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada
dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi "salah ketik" yang pada
akhirnya akan menguntungkan pelaku karena korban akan memasukkan data pribadi dan
nomor kartu kredit yang dapat saja disalah gunakan.
4. Cyber Espionage
Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata
mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer (computer network
system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang
dokumen ataupun data pentingnya (data base) tersimpan dalam suatu sistem yang
computerized (tersambung dalam jaringan komputer).
5. Cyber Sabotage and Extortion
Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap
suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer terhubung dengan internet.
Biasannya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb, virus computer
ataupun suatu program tertentu, sehingga data, program computer atau sistem jaringan
komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan
sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku.

SMP PL DOMENICO SAVIO


6. Offense Against Intellectual Property
Kejahatan ini ditujukan terhadap hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki pihak lain di
internet. Sebagai contoh, peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara
ilegal, penyiaran suatu informasi di internet yang ternyata rahasia dagang orang lain, dan
sebagainya.
7. Infringements of Privacy
Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang tersimpan pada
formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila diketahui oleh orang
lain maka dapat merugikan korban secara materil maupun immateril, seperti nomor kartu
kredit, nomor PIN ATM, cacat atau tersembunyi dan sebagainya.

D. Kasus Pornografi
Sumber utama kasus pornografi ini adalah keterbukaan internet. Permasalahannya adalah
masyarakat dunia toleran terhadap kehadiran situs porno.
Tabel Kasus Pornografi di beberapa negara di dunia
Negara Usia Keterangan
Indonesia Semua Online, karena tidak diawasi
Eropa 8-17 tahun Online, karena tidak diawasi
Korea Selatan Semua 10 juta pengunjung
Taiwan Semua 2,5 juta ke web unique user
Yunani Anak-anak Mengunjungi situs asmara

E. Kejahatan yang Menggunakan IT Sebagai Fasilitas


Kejahatan yang menggunakan IT sebagai fasilitas contohnya adalah pembajakan
(piracy). Pembajakan bisa berupa pembajakan film, musik, software.Yang dirugikan bukan
hanya pemilik hak cipta saja, akan tetapi negara juga dirugikan (pajak dan cukai).

SMP PL DOMENICO SAVIO


Data Corp. Indonesia
No Negara Tingkat Pembajakan (%)
1 Cina 92
2 Vietnam 92
3 Ukraina 91
4 Indonesia 88
5 Russia 87
6 Zimbabwe 87
7 Swedia 27
8 Austria 27
9 Denmark 26
10 Selandia Baru 23
11 Amerika Serikat 22

F. Pemalsuan dan Pencurian Informasi Kartu Kredit


Pemalsuan dan Pencurian Informasi Kartu Kredit biasa disebut “carding”. Biasanya
mengambil informasi-informasi seperti nama, alamat, nomor PIN, nomor kartu kredit,
password. Dalam hal ini, yang biasanya yang diuntungkan adalah situs-situs porno dan judi.

Pemalsuan dan Pencurian Informasi Kartu Kredit


Perusahaan Penyurvei Prestasi
Perusahaan sekuritas Carder dan hacker luar biasa di
ClearCommerce dunia maya (peringkat 2 setelah
(www.clearcommerce.com) Ukraina)
Majalah time edisi 23 Carder Indonesia suka membobol
September 2002 situs internet

G. Perjudian Online
Banyak situs-situs dunia yang menawarkan perjudian online. Masalahnya para peserta
tidak mengenal negara, suku, umur, jenis kelamin, agama, dll.

SMP PL DOMENICO SAVIO


H. Pencurian dan Penggunaan Account Internet Milik Orang Lain
Kasus ini cukup menangkap “user ID” dan “password” (email), kita sudah bisa
mengakses data yang dibutuhkan. Pengguna hanya dibebani membayar penggunaan account.
Orang yang kecurian tidak merasa barangnya dicuri.

I. Modus Operandi Phising


Teknik umum yang sering digunakan oleh penipu adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan alamat e-mail palsu dan grafik untuk menyesatkan nasabah sehingga
nasabah terpancing menerima keabsahan email atau web sites. Agar tampak meyakinkan,
pelaku juga seringkali memanfaatkan logo atau merk dagang milik lembaga resmi,
seperti: bank atau penerbit kartu kredit. Pemalsuan ini dilakukan untuk memancing
korban menyerahkan data pribadi, seperti: password, PIN dan nomor kartu kredit.
2. Membuat situs palsu yang sama persis dengan situs resmi atau pelaku phishing
mengirimkan e-mail yang berisikan link ke situs palsu tersebut.
3. Membuat hyperlink ke web-site palsu atau menyediakan form isian yang ditempelkan
pada e-mail yang dikirim..
4. Pada jejaring sosial (facebook) modus pelaku melalui chating dengan mengirimkan
content palsu.
Contoh : “pelaku” : hey mau liat foto raffi ahmad dan yuni shara bugil klik......
http://www.facebook.com/photo.php?fbid= ... 48&theater
http://www.facebook.com/album.php?aid=3 ... 48&theater
http://www.facebook.com/album.php?aid=3 ... 48&theater
5. Setelah klik dilakukan pelaku mengubah bahasa pemrograman yang ada pada url
facebook dan mengarahkan pada permintaan login...ini biasa disebut fake login. Tips
selalu waspada dan selalu lihat address bar untuk alamat url facebook yang benar.
6. Memasang keyloger (software pencuri data di komputer). Tekan tombol ctrl+alt+sfift+F9
untuk mengetahui apakah komputer anda atau warnet yang anda gunakan terinstal
software keyloger.

J. Penipuan dengan SMS Palsu

SMP PL DOMENICO SAVIO


K. Penerapan Hukum di Indonesia
KUHP dan KUHAP
UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
UU No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
UU No. 25 Tahun 2003 tentang Pencucian Uang
UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

L. Penerapan Hukum di Indonesia (pornografi)


 KUHP dan KUHAP
 Pasal 282 KUHP
(1)Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan, gambaran atau
benda, yang diketahui isinya dan melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan
maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin
tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkan ke dalam negeri, meneruskannya,
mengeluarkannya dari negeri, atau mempunyai dalam persediaan, ataupun
barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta,
menawarkannva atau menunjukkannya sebagai bisa didapat. Diancam dengan pidana
penjara paling lama satu tahun enam bulan atau denda paling tinggi tiga ribu rupiah.
(2)Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum
tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan atau barangsiapa dengan
maksud” untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum,

SMP PL DOMENICO SAVIO


membikinnya, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskan, mengeluarkannva dan
negeri atau mempunyai dalam persediaan, atau barangsiapa secara terang-terangan
atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan atau menunjukkan
sebagai bisa didapat, diancam jika ada alasan kuat baginya untuk menduga bahwa
tulisan, gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.
(3)Kalau yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama, sebagai
pencaharian atau kebiasaan, dapat dijatuhi pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau denda paling banyak lima ribu rupiah.
 Pasal 27 ayat 1 dan pasal 45 UU Informasi dan transaksi elektronik “Setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki
muatan yang melanggar kesusilaan”
 Pasal 45 UU ITE “ Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pasal 27
ayat 1, ayat 2, ayat 3 dan atau ayat 4 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun
dan atau denda paling banyak 1 milyar rupiah.
 Pasal 4 UU no 44 tahun 2008
(2)Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan,
menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan,
memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit
memuat:
 persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;
 kekerasan seksual;
 masturbasi atau onani;
 ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;
 alat kelamin; atau
 pornografi anak.
(3)Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang:
 menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan
ketelanjangan;
 menyajikan secara eksplisit alat kelamin;

SMP PL DOMENICO SAVIO


 mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual; atau
 menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak langsung layanan
seksual.
 UU no 44 tahun 2008
 Pasal 5
 Setiap orang dilarang meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1).
 Pasal 6
 Setiap orang dilarang memperdengarkan, mempertontonkan,
 memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi
 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), kecuali yang
 diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan.
 Pasal 7
 Setiap orang dilarang mendanai atau memfasilitasi perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4.
 Pasal 8
 Setiap orang dilarang dengan sengaja atau atas persetujuan dirinya menjadi objek
atau model yang mengandung muatan pornografi.

M. Penerapan Hukum di Indonesia (perjudian)


 Pasal 303 KUHP
(1)dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan untuk permainan judi dan
menjadikan sebagai pencarian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu
perusahaan untuk itu;
(2)dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk
permainan judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan
tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau
dipenuhinya sesuatu tata cara;
(3)menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencarian.

 Pasal 27 ayat 2 dan pasal 45 UU Informasi dan transaksi elektronik

SMP PL DOMENICO SAVIO


 “ Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian”

 Pasal 45 UU ITE
 “ Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pasal 27 ayat 1, ayat 2,
ayat 3 dan atau ayat 4 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan atau
denda paling banyak 1 milyar rupiah.

N. Penerapan Hukum di Indonesia (phising/memancing/mencuri pasword)


 Pasal 362 KUHP
 “Barangsiapa mengambil barang secara menyeluruh atau sebagian kepunyaan orang
lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena
pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak
sembilan ratus rupiah”
 Pasal 406
(1)Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan,
membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian milik orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
 Pasal 263
(1)Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan
suatu hak, perikatan atau pembebasan utang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti
suatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat
tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak palsu, di. ancam bila pemakaian tersebut
dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling
lama enam tahun.
(2)Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan sengaja memakai surat palsu
atau yang dipalsukan seolah-olah asli, bila pemakaian surat itu dapat menimbulkan
kerugian.

SMP PL DOMENICO SAVIO


 Pasal 30 UU ITE
(1)Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.
(2)Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk
memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
(3)Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar,
menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.
 Pasal 46 ancaman hukuman
(1)Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
(2)Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
(3)Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

O. PENERAPAN HUKUM DI INDONESIA (Penipuan SMS Palsu)

 Pasal 378 KUHP


 “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan
tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk
menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama
4 tahun."
 Pasal 28
(1)Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

SMP PL DOMENICO SAVIO


 Pasal 45
(2)Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

P. Penerapan Hukum di Indonesia(Pencemaran Nama Baik/Penghinaan atau


Pengancaman)
 Pasal 310 KUHP
(1)Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan
menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum,
diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2)Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan
atau ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan
pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.
(3)Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan
demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri.
 Pasal 311 KUHP
(1)Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis dibolehkan
untuk membuktikan apa yang dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya, dan
tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui, maka dia diancam
melakukan fitnah dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
 Pasal 335 KUHP
(1)Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah:
 Barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan, tidak
melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, sesuatu

SMP PL DOMENICO SAVIO


perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, atau dengan memakai
ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak
menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain;
 Barang siapa memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau
membiarkan sesuatu dengan ancaman pencemaran atau pencemaran tertulis.
 Pasal 27
(3)Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik.
(4)Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman.
 Pasal 45 UU ITE
 “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pasal 27 ayat 1, ayat 2,
ayat 3 dan atau ayat 4 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan atau
denda paling banyak 1 milyar rupiah”

SMP PL DOMENICO SAVIO

Anda mungkin juga menyukai