Anda di halaman 1dari 10

‘’ KEABSAHAN PERJANJIAN JUAL BELI DENGAN

MENGGUNAKAN MEDIA ELEKTRONIK MENURUT


UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008
TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI MEDIA
ELEKTRONIK ‘’

tak kenal maka tak sayang, maka perkenalkan kelompok


presentasi kami yang sangat baik hati ini....

Marsel Wakanno
Anjelo Anderson Tahiya
Lusiana Yakomina Yibim
Mutia Al-Fiqra
Johanies Bernard Junior Remetwa

MOTTO
 

‘’Ut sementem feceris ita metes’’


( Siapa yang menanam sesuatu, dialah yang akan menuainya ) 
  Transaksi Jual Beli Dengan Menggunakan Media Elektronik (Online Contract)
Sebenamya Adalah Perjanjian Ataupun Hubungan Hukum Yang Dilakukan Secara
Elektronik Dengan Memadukan Jaringan (Networking) Dari Sistem Informasi Berbasis
Komputer Dengan Sistem Komunikasi Yang Berdasarkan Atas Jaringan Dan Jasa
Telekomunikasi, Yang Selanjutnya Difasilitasi Oleh Keberadaan Jaringan
Computer Global Intemet. Pemanfaatan Media Transaksi Elektronik (E-Commerce).
Dalam Dunia Perdagangan Sangat Membawa Dampak Pada Masyarakat Internasional
Pada Umumnya Dan Masyarakat Indonesia Pada Khususnya .
Kemajuan teknologi, khususnya internet, pada satu sisi
memberikan banyak kemudahan dan manfaat bagi manusia
namun pada sisi lain juga menimbulkan permasalahan baru.
E-commerce sebagai suatu bentuk perdagangan yang relatif
baru juga tidak lepas dari masalah dalam pelaksanaannya.
Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan e-commerce
antara lain mengenai keabsahan kontrak dalam e-commerce
(online-contract/econtract) serta kekuatan pembuktian
kontrak tersebut apabila terjadi sengketa. Untuk mengatasi
masalah tersebut, beberapa negara telah membuat aturan
hukum yang ber- kaitan dengan e-commerce dan e-contract.
Hal tersebut terjadi di Indonesia, bahwa globalisasi informasi telah menempatkan
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan
dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat
nasional sehingga pembangunan Teknologi Informasi dapat dilakukan secara optimal, merata,
dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa

Dalam Pasal 1 Ayat 2 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
disebutkan bahwa ‘‘ Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya ’’ .
04
Pemanfaatan teknologi informasi sesuai dengan ketentuan Pasal 3 UU No. 11 Tahun
2008 Tentang ITE bahwa: “Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan
kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.
Jual Beli Melalui Internet (E-Commerce) Yang Obyeknya
Dilarang Oleh Undang-Undang Menurut Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

Berdasarkan pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008


Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), disebutkan
transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik
lainnya. Transaksi jual beli elektronik merupakan salah satu perwujudan
ketentuan di atas.
Pada transaksi jual beli secara elektronik ini, para pihak terkait di
dalamnya melakukan hubungan hukum yang dituangkan melalui suatu
bentuk perjanjian atau kontrak yang juga dilakukan secara elektronik,
sesuai ketentuan pasal 1 angka 17 UU ITE, kontrak elektronik adalah
perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik. Kemajuan
teknologi menutut hukum untuk responsive supaya sesuai dengan zaman.
Hal ini terlihat dalam pasal 5 UU ITE yaitu memperluas alat bukti yang sah
sebagaimana dalam hukum acara yang berlaku. Memperluas alat bukti
yang dimaksud seperti mengakui informasi elektronik, dokumen
elektronik, dan hasil cetak dari dokumen elektronik sebagai alat bukti
yang sah.
.
Kontrak elektronik dalam e-commerce, memiliki kekuatan hukum yang sama dengan
kontrak konvensional. Kontrak elektronik harus juga mengikat para pihak
sebagaimana pasal 18 ayat (1) UU ITE. Para pihak pada jual beli secara elektronik
memiliki kebebasan untuk memilih hukum yang berlaku bagi elektronik yang sifatnya
internasional, seperti yang diatur dalam pasal 18 UU ITE bahwa para pihak memiliki
kewenangan untuk memilih hukum yang berlaku bagi transaksi elektronik
internasional yang dibuatnya. Selain itu para pihak juga memiliki kewenangan untuk
menentukan forum penyelesaian sengketa, baik melalui pengadilan atau
penyelesaian sengketa alternatif. Upaya pencegahan Kementerian Kominfo dapat
merumuskan peraturan menteri sebagai tindak lanjut dari peraturan perundang-
undangan terkait, serta menindak pelaku e-commerse yang telah melanggar
ketentuan yang telah berlaku. Selain itu Kementerian Kominfo dapat melakukan
pemblokiran terhadap aplikasi yang melanggar kesusilaan dan peraturan
perundangan. Upaya pencegahan Kementerian Kominfo yang telah dilakukan
terhadap aplikasi informatika dalam e-commerse yang melanggar kesusilaan dan
melanggar peraturan perundang-undangan yaitu melalui program Intenet Positif.
Program tersebut bergerak degan memblokir situs apabila terdapat seseorang
membuka situs-situs tertentu yang tidak dapat dibenarkan menurut Hukum Positif
sehingga situs tersebut tidak dapat dibuka. Upaya pencegahan Kementerian Kominfo
melalui program internet positif tersebut dapat mengurangi perbuatan yang tidak
dapat dibenarkan perundang-undangan.
Selain itu upaya pemerintah dalam menertibkan e-commerse dapat dilihat dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2012. Terbitnya regulasi yang mengatur
industri e-commerce sebagai bentuk dukungan dan perlindungan bagi pelaku e-
Pada dasarnya dalam jual beli secara elektronik tersebut, masing-masing
memiliki hak dan kewajiban. Pelaku usaha atau penjual merupakan pihak
yang menawarkan produk melalui internet, oleh karena itu, seorang
penjual wajib memberikan informasi secara benar dan jujur atas produk
yang ditawarkannya kepada pembeli atau konsumen (Pasal 9 UU ITE).
Selain itu penjual juga harus menawarkan produk yang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, tidak rusak atau pun
mengandung cacat tersembunyi, dan merupakan barang yang layak untuk
diperjualbelikan, sehingga transaksi jual beli tersebut tidak menimbulkan
kerugian bagi siapapun yang menjadi pembelinya. Seorang penjual
memiliki hak untuk mendapatkan dari pembeli atas harga barang yang
dijualnya juga berhak untuk mendapatkan perlindungan atas tindakan
pembeli yang beritikad tidak baik dalam melaksanakan transaksi jual beli
elektronik ini.
Sedangkan di pihak lain, pembeli memiliki kewajiban untuk membayar
harga barang yang telah dibelinya dari penjual sesuai jenis barang dan
harga yang telah disepakati anataran penjual dengan pembeli. Selain itu,
pembeli juga wajib mengisi data identitas diri yang sebenarnya
A. Kesimpulan
1. Kontrak jual beli yang dilakukan baik secara konvensional maupun secara
elektronik mempunyai keabsahan yang sama sepanjang dapat dibuktikan
memenuhi ketentuan dalam Pasal 1320 BW, meskipun kedua kontrak ini
memiliki media yang berbeda. Kontrak jual beli konvensional dapat
dijadikan tolok ukur dari kontrak jual beli elektronik, karena kontrak jual
beli melalui transaksi elektronik merupakan perluasan dari kontrak jual beli
konvensional namun apabila kontrak jual beli melalui transaksi elektronik
tersebut dilakukan secara transnasional maka yang berlaku adalah lex
informatica dengan menggunakan teori The Theory of International Space.
2. Pembuktian hukum dalam kontrak jual beli melalui transaksi elektronik
didasarkan pada ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang ITE
meskipun dalam HIR terdapat pengaturan mengenai 5 (lima) alat bukti
dalam acara perdata, hal ini dikarenakan berlakunya asas lex specialis
derogat lex generalis. HIR mengatur secara umum tentang ketentuan alat
bukti yang berlaku dalam acara perdata namun Undang-Undang ITE
mengatur lebih luas mengenai hal-hal apa saja yang dapat dinyatakan
sebagai alat bukti yang sah dalam melakukan transaksi elektronik. Alat
bukti dalam kontrak jual beli melalui transaksi elektronik yang berupa
informasi elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
yang dibubuhi tanda tangan elektronik dapat disamakan kekuatan
pembuktiannya dengan alat bukti tertulis dalam HIR, sedangkan untuk
keempat alat bukti lainnya dalam HIR dapat menjadi alat bukti pendukung
bagi kekuatan pembuktian kontrak jual beli dalam transaksi elektronik.
.
AYU TING-TING MAKAN KEPITING,
THANKYOU FOR EVERYTHING

KELOMPOK 3
MaRSEL

aNjElo

JuNiOr

LUsI

mUtIA

Anda mungkin juga menyukai