Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM TRANSAKSI ELEKTRONIK

“TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN HUKUM PERIKATAN SERTA TANDA


TANGAN ELEKTRONIK”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

M. FARHAN NAUFAL ZIDDANE 1810112019


MUHAMMAD FARHAN SALIM 1810112117
RUTH EMERALDINA AYANDA 1810112165
TALITHA HAYA CHAIRUNNISA 1810112200
MELLINIA ANALYES KHAIRA 1810113039
SISRI KURNIA 1810111119
GENIA PUTRI EKARIDA 1810112064
REGINA AZZAHRA PRATIWI 1810112072

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TRANSAKSI
ELEKTRONIK DAN HUKUM PERIKATAN SERTA TANDA TANGAN
ELEKTRONIK”.
Penulis menyampaikan rasa terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Bapak
Almaududi, S.H., M.H., selaku dosen mata kuliah Hukum Transaksi Elektronik yang
telah menyerahkan kepercayaan kepada penulis guna menyelesaikan tugas ini. Makalah
ini dibuat dalam rangka penuntasan tugas mata kuliah Hukum Transaksi Elektronik yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap penulis dan juga pembaca.
Penulis sadar bahwa pada makalah ini masih memiliki banyak kekurangan serta
jauh dari kesempurnaan. Dengan demikian, penulis menanti adanya kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat.

Padang. 6 Februari 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, kemajuan telnologi
informasi memegang peranan yang sangat penting. Teknologi informasi dianggap
begitu penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Teknologi informasi juga
merubah perilaku masyarakat.
Transaksi elektronik dan internet telah banyak membawa perubahan terhadap
kehidupan manusia. Dengan transaksi elektronik dan internet, masyarakat bisa
berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain tanpa mempedulikan dimana mereka
berada. Bahkan mereka bisa melakuka jual beli melalui media elektronik tanpa harus
bertemu satu sama lain.
Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi serta transaksi elektronik
membuat pemerintah harus memperbaharui aturan yang ada. Oleh karena itu
dikeluarkanlah UU ITE yang didalamnya mengatur mengenai transaksi elektronik dan
juga tanda tangan elektronik.
Namun dengan keberadaan UU ITE tidak menjamin bahwa transaksi elektronik
yang terjadi sesuai dengan peraturan yang telah dibuat. Masih banyak terjadi
pelanggaran dan kasus mengenai transaksi elektronik, baik itu disebabkan oleh
kelalaian, kesengajaan maupun ketidak pahaman masyarakat terhadap aturan yang ada.
Oleh karena itu makalah ini dibuat untuk menjawab dan menjelaskan mengenai
Transaksi Elektronik dan Hukum Perikatan serta Tanda Tangan Elektronik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan transaksi elektronik dan bagaimana keterkaitannya
dengan hukum perikatan?
2. Apa itu tanda tangan elektronik dan bagaimana pengaturannya di Indonesia?

1.3 TUJUAN
Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Hukum Transaksi Elektronik dan juga
untuk memberikan pengetahuan terhadap pembaca mengenai transaksi elektronik dan
hukum perikatan serta tanda tangan elektronik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TRANSAKSI ELEKTRONIK


Definisi dari transaksi elektronik dapat kita lihat dalam Pasal 1 angka 2 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (“UU ITE”) yang berbunyi: Transaksi Elektronik adalah setiap
perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan
Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
Transaksi elektronik dilakukan melalui media elektronik tanpa terjadinya
pertemuan secara langsung dari kedua belah pihak. Maka dari itu bukti dari suatu
transaksi elektronik akan tersimpan dalam media elektronik atau terekam dalam
sistem penyimpanan dokumen pada sistem komputer. Bukti tersebut berbentuk data
atau sesuai dengan UU ITE disebut dengan dokumen elektronik. Pengertian dokumen
elektronik diatur dalam Pasal 1 Angka 4 UU ITE.
Dokumen elektronik ditetapkan sebagai alat bukti yang sah digunakan di pengadilan
sejak disahkannya UU ITE, yang merupakan perluasan dari alat bukti sehingga
menambah alat bukti yang ada sebelumnya. Sebagaimana menurut Pasal 5 Ayat (1)
UU ITE yang menyatakan bahwa dokumen elektronik merupakan alat bukti yang sah
secara hukum.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (“UU
Perdagangan”) mendefinisikan perdagangan sebagai berikut:
Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi Barang dan/atau
Jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan
hak atas Barang dan/atau Jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi.
Perdagangan melalui sistem elektronik adalah perdagangan yang transaksinya
dilakukan melalui serangkaian perangkat dan prosedur elektronik.
Sehingga dapat dikatakan yang dimaksud dengan perdagangan melalui sistem
elektronik adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi barang dan/atau jasa
di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak
atas Barang dan/atau Jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi yang
dilakukan melalui serangkaian perangkat dan prosedur elektronik.
2.2 HUKUM PERIKATAN DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK
Salah satu bentuk perkembangan dari hukum perjanjian adalah munculnya
kontrak elektronik (e-contract) yang diperkenalkan dalam UNCITRAL Model Law
on Electronic Commerce pada tahun 1996. Kemudian pada tahun 2008, dengan
diundangkannya UU-ITE ketentuan tentang e-contract diakui dalam hukum positif.
Dalam suatu perjanjian, prinsip utamanya adalah kesepakatan (agreement). Meski
secara prinsipil bentuk kesepakatan di dalam transaksi elektronik secara umum adalah
sama, akan tetapi bentuknya memiliki perbedaan.
Transaksi yang dilakukan secara elektronik merupakan suatu atau sebuah
perikatan yang tentunya dilakukan secara elektronik. Dalam melakukan transaksi
tersebut, terdapat hubungan perjanjian elektronik yang masih mencerminkan asas
kebebasan berkontrak , beritikad baik dan asas konsesual pada pasal 1338
KUHPerdata. Perjanjian atau perikatan elektronik juga terdapat dalam UU NO 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang menyebutkan transaksi
yang dibuat secara elektronik yang dituangkan dalam perjanjian elektronik mengikat
para pihak.
Keabsahan suatu transaksi online yang berdasarkan kontrak atau perjanjian
elektronik menurut hukum perikatan telah diatur dalam buku ketiga KUHPerdata
Pasal 1320. Pada dasarnya, kontrak online dilakukan sama halnya dengan kontrak
biasa yang didasari oleh asas konsesual yaitu adanya kesepakatan antara dua belah
pihak untuk mengikatkan dirinya. Begitu pula dengan syarat sah suatu perikatan atau
perjanjian online harus tetap memenuhi syarat-syarat yang ada dalam Pasal 1320
KUHPerdata.

2.3 TANDA TANGAN ELEKTRONIK


A. Pengertian
Tanda tangan elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas informasi
elektronik yang dilekatkan , terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik
lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi. ( UU NO 19 Tahun
2016 Pasal 1 Ayat 5-12)
Dasar hukum penggunaan tanda tangan elektronik dalam transaski elektronik
meliputi aspek perlindungan konsumen dan jaminan hak Subscriber oleh Certification
Authority.
Salah satu latar belakang dari tanda tangan elektronik atau ( digital signature )
adalah maraknya kasus kejahatan elektronik , kini Kementerian Komunikasi dan
Informatika sedang menerapkan tanda tangan digital untuk transaksi online , dengan
kebijakan tersebut sangat diharapkan masyarakat bisa melakukan berbagai kegiatan
melalui daring.
Keabsahan tanda tangan elektronik ini , pemerintah telah mengeluarkan beberapa
peraturan resmi yang berpedoman pada aturan tersebut, digital signature ini mempunyai
kekuatan hukum. Jadi apabila terjadi penipuan atau kasus perselisihan , maka masyarakat
dapat menindaklanjuti ke jalur hukum .
Transaksi daring di seluruh Indonesia, diatur dalam UU NO 82 Tahun 2012 , yang
menjelaskan semua aktivitas yang berkaitan dengan internet atau elektronik wajib
mengacu pada aturan tersebut. Salah satunya mengenai penggunaan alat bukti elektronik
dalam perjanjian .
Suatu transaksi elektronik dianggap sah apabila sesuai dengan syarat yang diatur
dalam UU . Dalam peraturan lama UU NO 11 Tahun 2008 , syarat sahnya adalah :
1) Data pembuatan bersifat privasi dan hanya diketahui oleh si pemilik tanda tangan
2) Hanya pemilik asli tanda tangan yang memiliki kuasa untuk menggunakannya
3) Apabila terjadi perubahan setelah pembuatan tanda tangan elektronik bisa
diketahui secara pasti
4) Semua perubahan tentang informasi yang ada hubungannya dengan tanda tangan
bisa diketahui
5) Memiliki cara khusus untuk mengetahui dengan pasti pemilik tanda tangannya
6) Adanya cara khusus untuk membuktikan bahwa pemilik tanda tangan sudah
memberikan persetujuan yang sah mengenai informasi elektronik tertentu.

B. Tanda tangan elektronik meliputi:


1. Tanda tangan elektronik tersertifikasi, yang harus memenuhi persyaratan:
memenuhi keabsahan kekuatan hukum dan akibat hukum tanda tangan elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3) PP PSTE; menggunakan sertifikat
elektronik yang dibuat oleh jasa penyelenggara sertifikasi elektronik Indonesia;
dan dibuat dengan menggunakan perangkat pembuat tanda tangan elektronik
tersertifikasi. .
2. Tanda tangan elektronik tidak tersertifikasi, yang dibuat tanpa menggunakan jasa
penyelenggara sertifikasi elektronik.
Tanda tangan elektronik berfungsi sebagai alat autentikasi dan verifikasi atas,
identitas penanda tangan, dan keutuhan serta keautentikan informasi elektronik.
Persetujuan penanda tangan terhadap informasi elektronik yang akan ditandatangani
dengan tanda tangan elektronik harus menggunakan mekanisme afirmasi dan/atau
mekanisme lain yang memperlihatkan maksud dan tujuan penanda tangan untuk
terikat dalam suatu transaksi elektronik.
Jadi tanda tangan elektronik tersebut lazimnya dilakukan pada transaksi
elektronik. Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.

C. Jenis-jenis Tanda Tangan Elektronik


Terdapat dua jenis tanda tangan elektronik, yaitu :
1. Tanda Tangan Elektronik Biasa

Tanda tangan elektronik biasa merupakan tanda tangan yang menggunakan media
elektronik tetapi tidak terdaftar pada lembaga sertifikasi elektronik. Hal ini biasanya
dilakukan dengan cara tanda tangan si Penanda Tangan dituliskan secara
konvensional pada secarik kertas kemudian dipindai menggunakan mesin pemindai,
lalu hasilnya akan menjadi sebuah informasi elektronik sehingga nanti dapat di-input
pada dokumen elektronik yang memerlukan tanda tangan elektronik tersebut,
contohnya seperti yang telah disebutkan di atas yaitu pada perjanjian elektronik. Pada
tanda tangan elektronik biasa ini, manakala terjadi suatu permasalahan hukum yang
menimbulkan sengketa maka akan susah nantinya dijadikan sebagai alat bukti, karena
tidak adanya suatu pihak yang dapat menjamin bahwa tanda tangan tersebut memang
benar dilakukan oleh si Penanda Tangan.

2. Tanda Tangan Elektronik Aman

Tanda tangan elektronik Aman merupakan tanda tangan elektronik yang sudah
memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana yang sudah diatur dalam Pasal 11 UU
ITE, sehingga memiliki konteks serta dapat dipersamakan dengan tanda tangan basah
atau konvensional. Untuk mendapatkan tanda tangan elektronik aman ini, maka harus
didaftarkan terlebih dahulu pada lembaga sertifikasi elektronik terjamin. Dengan
demikian, manakala terjadi suatu permasalahan hukum maka tanda tangan elektronik
aman ini dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah pada tahap pembuktian.
D. Keabsahan Tanda Tangan Elektronik
Mengenai keabsahan tanda tangan elektronik, pemerintah telah mengeluarkan
beberapa peraturan resmi yang berpedoman pada aturan tersebut, digital signature ini
mempunyai kekuatan hukum. Jadi apabila terjadi penipuan atau kasus perselisihan ,
maka masyarakat dapat menindaklanjuti ke jalur hukum .
Transaksi daring di seluruh Indonesia, diatur dalam UU NO 82 Tahun 2012 , yang
menjelaskan semua aktivitas yang berkaitan dengan internet atau elektronik wajib
mengacu pada aturan tersebut. Salah satunya mengenai penggunaan alat bukti
elektronik dalam perjanjian .
Keabsahan tanda tangan elektronik, memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum
yang sah selama memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Data pembuatan tanda tangan elektronik terkait hanya kepada penanda tangan;
2. Data pembuatan tanda tangan elektronik pada saat proses penandatanganan
elektronik hanya berada dalam kuasa penanda tangan;
3. Segala perubahan terhadap tanda tangan elektronik yang terjadi setelah waktu
penandatanganan dapat diketahui;
4. Segala perubahan terhadap informasi elektronik yang terkait dengan tanda tangan
elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan dapat diketahui;
5. Terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi siapa penanda
tangannya; dan
6. Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa penanda tangan telah
memberikan persetujuan terhadap informasi elektronik yang terkait.

Persyaratan tersebut merupakan persyaratan minimum yang harus dipenuhi dalam


setiap tanda tangan elektronik. Ketentuan ini membuka kesempatan seluas-luasnya
kepada siapa pun untuk mengembangkan metode, teknik, atau proses pembuatan
tanda tangan elektronik.
UU ITE dan perubahannya sendiri telah memberikan pengakuan secara tegas
bahwa meskipun hanya merupakan suatu kode, tanda tangan elektronik memiliki
kedudukan yang sama dengan tanda tangan manual pada umumnya yang memiliki
kekuatan hukum dan akibat hukum.
Auntentikasi penandatanganan dan dokumen harus mampu menghindarkan
seseorang dari kasus cyber crime ,semisal pemalsuan . Oleh karena itu, tanda tangan
elektronik mesti menganut konsep nonrepudation. Itu merupakan salah satu bentuk
jaminan keaslian berkas untuk mencegah penyangkalan dari pemilik tanda tangan.

D. Membuat Tanda Tangan Elektronik


Sebenarnya untuk membuat tanda tangan elektronik, tidak perlu peralatan khusus.
Asalkan peralatan laptop atau computer terhubung dengan internet, namun jika tanda
tangan ini diperlukan untuk kegiatan bisnis, sebaiknya tanda tangan tersebut dilengkapi
dengan sertifikat digital. Misalnya ada dokumen PDF atau aplikasi online yang harus
ditandatangani. Jika untuk pemakaian pribadi, pembuatan tanda tangan bisa dilakukan
lewat Microsoft Word atau aplikasi khusus.

E. Keunggulan dan Kelemahan Tanda Tangan Elektronik


 Keunggulan nya yaitu :

1. Tanda tangan mendapatkan perlindungan ganda

Tanda tangan elektronik sebenarnya memiliki dua kunci, yaitu privat dan public.
Melalui kunci public, penyangkalan atas tanda tangan bisa diminimalkan. Apalagi
dengan dukungan PrivyID. PrivyID tersebut sebagai alat verifikasi tambahan ,
jika terdapat perubahan dokumen, PrivyID bisa melacak secara cepat. Teknologi
ini pun bisa melindungi data dan serangan hacker serta mencari keberadaan laptop
yang hilang .

2. Proses mudah dan cepat

Dengan adanya internet, tanda tangan elektronik dapat dilakukan dimana saja ,
yang penting lokasi harus terhubung dengan internet . Hanya dalam hitungan
menit, dokumen berisi digital signature diterima oleh perusahaan atau orang yang
dituju.
 Kelemahan

1. Perlu Biaya Tambahan dan Langganan

Adanya biaya tambahan tersebut merupakan suatu kelemahan penggunaan tanda


tangan elektronik, soalnya digital signature ini membutuhkan otoritas untuk
menerbitkan sertifikat . Saat sertifikat sudah diterbitkan , maka harus membayar
perawatan, saat membuat sertifikat,diwajibkan mengakses sebuah situs atau
aplikasi.

F. Legalitas Tanda Tangan Elektronik Di Indonesia

Perkembangan zaman yang terjadi secara masif, khususnya pada bidang teknologi
digital, mengakibatkan bermunculannya inovasi-inovasi baru. Hal ini sudah pasti
bertujuan untuk memudahkan segala aspek dari kehidupan manusia. Salah satu inovasi
itu adalah tanda tangan elektronik. Dengan adanya tanda tangan elektronik, maka akan
lebih memudahkan para pihak yang notabenenya merupakan subjek hukum, untuk
melakukan suatu perbuatan hukum yang ingin mereka lakukan tanpa harus
memikirkan jarak dan waktu.
Tanda tangan elektronik mulai berlaku di Indonesia sejak tahun 2016 seiring
dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE) serta diikuti oleh Peraturan Pemerintah pelaksana undang-undang a quo
yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Sistem Elektronik.
Pengertian dari tanda tangan elektronik diatur dalam Pasal 1 Angka 12 UU ITE, yang
dapat disimpulkan bahwa tanda tangan elektronik merupakan suatu alat yang
digunakan untuk melakukan verifikasi berupa tanda tangan yang berisi serta
dilekatkan Informasi Elektronik di dalamnya. Subjek hukum pada tanda tangan
elektronik adalah Penanda Tangan.
Tanda tangan elektronik merupakan alat bukti yang sah serta memiliki kedudukan
hukum selama dalam proses pembuatannya memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan undang-undang. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan tanda
tangan elektronik diatur dalam Pasal 11 UU ITE yaitu sebagai berikut:
a. data pada pembuatan suatu tanda tangan elektronik hanya terkait dengan Penanda
Tangan
b. ketika proses penandatanganan elektronik, data pada pembuatannya hanya boleh
berada pada kuasa si Penanda Tangan
c. setiap perubahan yang terjadi setelah waktu penandatanganan dapat diketahui
d. setiap perubahan yang terjadi setelah waktu penandatanganan terkait dengan
informasi elektronik dapat diketahui
e. memiliki cara tertentu untuk mengidentifikasi pemilik tanda tangan
f. memiliki cara tertentu untuk menunjukkan bahwa Penanda Tangan telah
memberikan persetujuan terhadap Informasi Elektronik yang terkait.

Salah satu contoh penggunaan tanda tangan elektronik yang marak dilakukan
adalah pada perjanjian elektronik atau disebut juga electronic contract (e-contract).
Maka dari itu keabsahan dari tanda tangan elektronik juga bergantung pada sahnya
suatu perjanjian yang mana syarat sah itu pada umumnya diatur dalam Pasal 1320
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu sebagai berikut:
1. kedua belah pihak sepakat mengikatkan dirinya
2. kecakapan untuk membuat perikatan
3. adanya suatu hal tertentu
4. adanya Suatu sebab yang halal

G. Kedudukan dan kekuatan hukum dari tandatangan Elektronik dalam perikatan

Seiring dengan perkembangan kemajuan dibidang teknologi informasi dan


telekomunikasi, berkembang pula hal-hal atau cara-cara yang dapat dijadikan sebagai
alat bukti dalam hubungan keperdataan yang terjadi di masyarakat modern ini dengan
munculnya berbagai macam transaksi modern. Pembuktian merupakan tahap
terpenting dalam penyelesaian perkara di pengadilan, karena bertujuan untuk
membuktikan telah terjadinya suatu peristiwa atau hubungan hukum tertentu yang
dijadikan dasar mengajukan gugatan ke pengadilan. Melalui tahap pembuktianlah
hakim akan memperoleh dasar-dasar untuk menjatuhkan putusan dalam menyelesaian
suatu perkara. Alat bukti elektronik semakin banyak muncul dalam praktiknya di
masyarakat, misalnya e-mail, pemeriksaan saksi menggunakan video teleconference,
sistem layanan pesan singkat (SMS: short message system)

Sebuah instrumen yang dapat digunakan untuk menentukan keaslian atau


keabsahan suatu bukti elektronik berupa dokumen atau informasi elektronik adalah
tanda tangan elektronik. Tanda tangan elektronik bertujuan untuk memastikan otentitas
dari sebuah dokumen dalam suatu transaksi elektronik dan menjamin keutuhan isi dari
dokumen tersebut tidak berubah selama proses pengiriman. Tanda tangan elektronik
memiliki kekuatan hukum sama dengan tanda tangan konvensional yang
menggunakan tinta basah dan meterai. Dalam UU ITE Pasal 11 disebutkan bahwa
tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama
memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Data pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait hanya kepada Penanda Tangan
b. Data pembuatan Tanda Tangan Elektronik pada saat proses penandatanganan
elektronik hanya berada dalam kuasa Penanda Tangan.
c. Segala perubahan terhadap Tanda Tangan Elektronik yang terjadi setelah waktu
penandatanganan dapat diketahui.
d. Segala perubahan terhadap Informasi Elektronik yang terkait dengan Tanda
Tangan Elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan dapat diketahui.
e. Terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidenti-fikasi siapa
penandatangannya.
f. Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa Penanda Tangan telah
memberikan persetujuan terhadap Informasi Elektronik yang terkait. Apabila
dalam pembuatan tanda tangan elektronik sudah sesuai dengan persayaratan dan
prosedur yang disebutkan dalam Pasal 11 UU ITE maka tanda tangan tersebut
sudah memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah.

H. Tingkat keamanan bagi konsumen dalam penggunaan tanda tangan elektronik


dalam transaksi elektronik

Penggunaan tanda tangan elektronik dalam proses pembentukan perjanjian atau


kontrak (ecommerce), memudahkan mekanisme pembuktian didalam kasus perdata.
ini dikarenakan dengan memberikan tanda tangan elektronik kepada data elektronik
yang dikirimkan, maka akan dapat menunjukkan dari mana data elektronik tersebut
berasal. Terjaminnya integritas pesan itu dapat terjadi dikarenakan keberadaan
sertifikat elektronik (digital certificate). Suatu sertifikat elektronik berisi informasi
mengenai pengguna antara lain; identitas, kewenangan, kedudukan hukum, dan status
dari pengguna. Dengan keberadaan sertifikat elektronik, maka pihak ketiga yang
berhubungan dengan pemegang sertifikat elektronik dapat merasa yakin bahwa suatu
pesan adalah benar berasal dari pengguna tersebut. Kewajiban penggunaan sertifikat
elektronik pada layanan publik ini telah diamanatkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PP PSTE) Pasal
59 ayat (1) bahwa Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib
memiliki Sertifikat Elektronik. Lebih lanjut, sesuai dengan amanat PP PSTE (Pasal 64
ayat (2)), Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) Induk sebagai "trust anchor"
penerbitan identitas online atau sertifikat elektronik diselenggarakan oleh
Kemenkominfo. Kemudian PSrE Induk menjamin identitas PSrE Berinduk dengan
menerbitkan sertifikat elektronik bagi PSrE Berinduk yang memenuhi persyaratan
teknis. Kemudian PSrE Berinduk menjamin identitas masyarakat dan pemerintah
dengan menerbitkan sertifikat elektronik (identitas elektronik) bagi mereka. Sertifikat
elektronik diperoleh atas dasar aplikasi kepada Certification Authority (CA) oleh
pengguna (subscriber). Certificate Authority (CA) merupakan sebuah lembaga yang
berfungsi sebagai yang mengeluarkan sertifikat elektronik. CA akan bertanggung
jawab atas penyimpanan informasi.

Perlindungan terhadap konsumen baik dipandang secara material maupun formal


semakin terasa sangat penting, mengingat semakin berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam rangka mencapai sasaran usaha. Menurut Celina Tri Siwi
Kristiyanti. Konsumen pada umumnya akan merasakan dampaknya, dengan demikian
upaya-upaya untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap kepentingan
konsumen merupakan suatu hal yang penting dan mendesak terutama di Indonesia
mengingat kompleknya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen,
lebih-lebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang. Sedangkan untuk
perlindungan konsumen menurut Janus Sidabalok dapat dilihat dari dua aspek, yaitu
aspek keperdataan dan aspek kepidanaan. Dalam aspek keperdataan membicarakan
sejumlah hak konsumen yang merupakan bagian dari masyarakat dan perlu mendapat
perlindungan hukum. Kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu produsen dan
konsumen, tentunya melalui suatu peristiwa hukum yang disebut perjanjian. Jika
seorang konsumen dilanggar haknya dan menimbulkan kerugian baginya, konsumen
dapat mengajukan tuntutan gugatan untuk mendapatkan kembali haknya itu. Persoalan
untuk mendapatkan penggantian kerugian adalah masalah hukum perdata, sehingga
mulai dari penegakan hukum atas hak-hak konsumen, penggunaan ketentuan-
ketentuan dan institusi dapat ditempuh secara perdata. Karena itulah perlindungan
konsumen dapat dimasukkan ke dalam kelompok hukum perdata.

Perlindungan konsumen diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999.


Undang-Undang ini belum mengacu pada perkembangan teknologi dan informasi,
sehingga tentang keamanan tanda tangan elektronik belum disebutkan. Namun dalam
undang- undang perlindungan konsumen menyebutkan secara umum mengenai
jaminan atas keselamatan, kenyamanan, dan keamanan konsumen. Dalam aspek
kepidanaan, apabila perbuatan produsen yang menimbulkan kerugian kepada
konsumen baik kerugian kecil maupun besar dapat berdimensi kejahatan. Artinya
perbuatan produsen merugikan atau bahkan melanggar hak konsumen yang
bertentangan dengan norma-norma hukum pidana dan dapat dikategorikan sebagai
tindak pidana, sehingga peristiwa tersebut harus diselesaikan sesuai dengan hukum
pidana dan memakai instrument pidana.
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Kedudukan mengenai tanda tangan elektronik sudah diatur secara jelas dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
dan juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik. Kekuatan hukum dari tanda tangan elektronik
sebagai alat bukti adalah berlandaskan kepada Pasal 11 Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. UndangUndang ini
memberikan pengakuan secara tegas bahwa tandatangan elektronik memiliki kekuatan
hukum dan akibat hukum selama tanda tangan elektronik mengikuti persyaratan yang
disebutkan dalam Pasal 11 UU ITE yang merupakan persyaratan minimum dan harus
dipenuhi dalam setiap pembuatan tanda tangan elektronik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Barkatullah, Abdul Halim. 2017. Hukum Transaksi Elektronik di Indonesia.


Bandung: Nusa Media
2. Sugeng. 2020. Hukum Telematika Indonesia. Jakarta: Kencana
3. Janus Sidabalok.2006. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. PT Citra Adtya
Bakti. Bandung
4.

Anda mungkin juga menyukai