BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komputer sebagai alat bantu manusia dengan didukung
perkembangan teknologi informasi, telah membantu akses ke
dalam jaringan-jaringan publik (public network) dalam melakukan
pemindahan data dan informasi, dengan kemampuan komputer
dan
akses
yang
semakin
berkembang,
maka
transaksi
perusahaan
yang
dilaksanakan
dengan
sistem
elektronik.
Sistem
keberadaan
elektronik,
sistem
digunakan
informasi
yang
untuk
merupakan
menjelaskan
penerapan
elektronik,
menganalisis,
yang
berfungsi
menampilkan,
merancang,
dan
memproses,
mengirimkan
atau
dan
manajemen,
sebenarnya
adalah
perwujudan
organisasi
dan
manajemen
sesuai
dengan
karakteristik
storage,
memberikan
dan
communication
informasi
tentang
).Setiap
segala
hal,
orang
dapat
termasuk
juga
dapat
melakukan
jual
beli
dengan
pihak
lain
teknologi
informasi.Dalam
perkembangannya,
membutuhkan,
ataupun
sekedar
melihatnya,
dengan
keabsahan
dari
transaksi
elektronik
serta,
melakukan
kegiatan
e-commerce,
tentu
saja
memiliki payung hukum, terutama di negara Indonesia. UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Internet dan Transaksi
Elektronik, walaupun belum secara keseluruhan mencakup atau
memayungi segala perbuatan atau kegiatan di dunia maya,
namun telah cukup untuk dapat menjadi acuan atau patokan
dalam melakukan kegiatan cyber tersebut.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari kerangka dasar berfikir sebagaimana diuraikan pada bagian
latar belakang, maka permasalahan yang akan diangkat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana
ketentuan
hukum
dalam
kejahatan
e-
commerce?
2. Bagaimana Penegakan Hukum terhadap pelaku kejahatan
e-commerce?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun beberapa tujuan penelitian ini yaitu :
1. Pembaca dapat mengetahui apa saja ketentuan hukum
dalam
kejahatan
e-commerce
serta
undang-undang
BAB II
PEMBAHASAN
tersebut
benar-benar
dapat
dipertanggungjawabkan
biasanya
berpegang
pada
prinsip
originalitas
melakukan
kegiatan
e-commerce,
tentu
saja
memiliki payung hukum, terutama di negara Indonesia. UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Internet dan Transaksi
Elektronik, walaupun belum secara keseluruhan mencakup atau
memayungi segala perbuatan atau kegiatan di dunia maya,
namun telah cukup untuk dapat menjadi acuan atau patokan
dalam melakukan kegiatan cyber tersebut.
Beberapa pasal dalam Undang-Undang Internet dan
Transaksi Elektronik yang berperan dalam e-commerce adalah
sebagai berikut :
Pasal 2
Undang-Undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan perbuatan
hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di
wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang
mengenai
pembentukan
Lembaga
Sertifikasi
Keandalan
Pasal 18
1. Transaksi Elektronik yang dituangkan ke dalam Kontrak Elektronik
mengikat para pihak.
2. Para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum yang berlaku bagi
Transaksi Elektronik internasional yang dibuatnya.
3. Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam Transaksi
Elektronik internasional, hukum yang berlaku didasarkan pada asas
Hukum Perdata Internasional.
4. Para pihak memiliki kewenangan untuk menetapkan forum pengadilan,
arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang
berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari Transaksi
Elektronik internasional yang dibuatnya.
Pasal 21
1. Pengirim atau Penerima dapat melakukan Transaksi Elektronik sendiri,
melalui pihak yang dikuasakan olehnya, atau melalui Agen Elektronik.
2. Pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam
pelaksanaan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur sebagai berikut:
o jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan
Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang
bertransaksi;
1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan
cara apa pun.
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun
dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik.
3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun
dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem
pengamanan.
Pasal 46
1. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah).
Selain mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Internet & Transaksi Elektronika di atas, ada beberapa peraturan
atau perundangan yang mengikat dan dapat dijadikan sebagai payung hukum
dalam kegiatan bisnis e-commerce, diantaranya adalah :
10
Nomor
36
tahun
1999
Tentang
Telekomunikasi
10.
Undang-Undang
Undang-Undang
Peraturan
11
B. Penegakan Hukum terhadap kegiatan dan kejahatan ECommerce Dalam Sistem Hukum Positif Di Indonesia.
Pembentukan peraturan perundang-undangan di dunia
cyber
berpangkal
mendapatkan
pada
jaminan
keinginan
keamanan,
masyarakat
keadilan
dan
untuk
kepastian
penegak
hukum
harus
benar-benar
menggali,
12
Dalam
menghadapi
perkembangan
di
masyarakat,
peraturan
perundang-undangan.
dan
memahami
nilai-nilai
hukum
yang
hidup
kejahatan
mengembangkan
bisnis
bakat
yang
canggih
ini
untuk
selalu
kejahatannya
di
dunia
maya
13
terhadap
dikarenakan
alat
kepastian
bukti
ini
dari
mudah
alat
bukti
sekali
elektrik
untuk
di
ini
copy,
persepi
yang
dimaksud
adalah
bahwa
positif
yang
belaku
sehingga
menimbulkan
14
berjaringan dan berkapasitas teknologi yang lumayan maju sehingga pihak aparat
sulit untuk mengimbangi kegiatan para pelaku kejahatan tersebut.
5. Kesulitan Menghadirkan korban
Terhadap kejahatan yang korbannya berasal dari loar negeri umumnya
sangat sulit untuk melakukan pemeriksaan yang mana keterangan saksi korban
sangat dibutuhkan untuk membuat sebuah berita acara pemeriksaan.
Terkait dengan penentuan hukum yang berlaku, dikenal adanya beberapa
asa yang biasa digunakan, yaitu :
a) Subjective territoriality, Yang menekankan bahwa keberlakuan hukum pidana
ditentukan berdasarkan tempat perbuatan dilakukan dan penyelesaian tindak
pidananya dilakukan di negara lain.
b) Objective territoriality, yang menyatakan bahwa hukum yang berlaku adalah
dimana akibat utamanya perbuatan itu terjadi dan memberikan dampak yang
sangat merugikan bagi negara yang bersangkutan.
c) Nationality, yang menentukan bahwa negara mempunyai yurisdiksi untuk
menentukan hukum berdasarkan kewarganegaraan pelaku tindak pidana.
d) Passive
nationality,
yang
menekankan
yurisdiksi
berdasarkan
kewarganegaraan dari korban kejahatan.
e) Protective principle, yang menyatakan bahwa belakunya hukum didasarkan
atas keinginnan negara untuk melindungi kepentingan negara dari kejahatan
yang dilakukan diluar wilayahnya. Azas ini pada umumnya diterapkan apabila
korbannya adalah negara atau pemerintah.
f) Universalitity, bahwa setiap negara berhak untuk menangkap dan menghukum
pelaku kejahatan.
15
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kasus-kasus dalam bidang e-commerce sebenarnya banyak sekali terjadi,
namun ditengah keterbatasan teknologi dan sumber daya manusia aparat hukum
dibidang penyelidikan dan penyidikan, banyak kasus-kasus yang tidak
terselesaikan bahkan tidak sempat dilaporkan oleh korban, sehingga sangat
dibutuhkan sekali kesigapan sistem peradilan kita untuk menghadapi semakin
cepatnya perkembangan kejahatan dewasa ini khususnya dalam dunia cyber.
Diharapkan aparat penegak hukum di Indonesia lebih memahami dan
mempersenjatai diri dengan kemamampuan penyesuaian dalam globalisasi
perkembangan teknologi ini sehingga secanggih apapun kejahatan yang
dilakukan,
maka
aparat
penegak
hukum
akan
dengan
mudah
untuk
16
DAFTAR PUSTAKA
17