Anda di halaman 1dari 15

KEKUATAN HUKUM PERJANJIAN DAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK DALAM PERJANJIAN JUAL

BELI SAHAM SECARA ELEKTRONIK


ARTIKEL

Disusun sebagai tugas Mata Kuliah Hukum Perikatan


Dosen Pengampu : Dr. Rahmadi Indra Tektona, S.H., M.H

Disusun Oleh : Fiek Want Ge Ginanjar s


NIM : 190710101022

HUKUM PERIKATAN
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. PENDAHULUAN
I.1 latar belakang
pada jaman sekarang teknologi informasi terus berkembang sangat pesat yang menjadi sangat
penting artinya dalam kehidupan masyarakat global. Penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi
juga harus dikembangkan untuk menjaga, memelihara, dan memperkukuh persatuan dan kesatuan
nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perkembangan dan pemanfaatan
teknologi informasi, media, dan komunikasi sudah merubah perilaku dan peradaban masyaraakat
global, apalagi dijaman serba canggih dengan internet yang memudahkan semua orang bisa
mengakses dan mendapatkan informasi dengan sangat mudahnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu
mendukung berkembangnya teknologi informasi melalui infrasetruktur hukum dan pengaturannya,
sehingga dalam pemanfaatan kemajuan teknologi dapat dilakukan secara aman dan mencegah
penyalahgunaannya dengan memperhatikan nilai-nilai agama, sosial, dan budaya masyarakat
indonesia.
Diera 4.0 teknologi informasi menjadi alternatif utama bagi penyelenggaraan kegiatan bisnis
maupun pemerintahan. Dengan memperhatikan dua hal tersebut, maka pemanfaatan teknologi
informasi harus dilihat dari dua kerangka pendekatan yaitu aspek keberadaan teknologi dan aspeek
hukumnya. UU No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (UU ITE) adalah wujud
pendekatan hukum untuk memberikan perlindungan yang maksimal kepada seluruh aktivitas
pemanfaatan teknologi informasi dalam negeri agar terlindungi dengan baik dari potensi kejahatan dan
penyalahgunaan teknologi.
Sistem elektronik adalah serangkaian sistem perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan,
mengirim dan menyebarkan informasi elektronik dan salah satu media elektronik yang menggunakan
sistem elektronik adalah komputer, smartphone, laptop, dan lain sebagainya. Sistem elektronik
digunakan untuk menjelaskan keberadaan sistem informasi yang merupakan penerapan teknologi
informasi yang berbaasis jaringan telekomunikasi dan media elektronikyang berfungsi merancang,
menyimpan, mengolah, menganalisis, menampilkan, mengumumkan,mengirim, dan menyebarkan
informasi elektronik. Setiap orang dapat menyebarkan informasi tentang segala hal, termasuk juga
pemberian informasi terhadap penjualan suatu barang dan atau jasa dengan menggunakan media
informasi elektronik. Bila ada seseorang yang tertarik untuk membeli atau memiliki produk maka akan
terjadi transaksi elektronik. Transaksi elektronik ini dilakukan secara online tanpa bertatap muka, non
sign tidak memakai tanda tangan asli/basah dan tanpa ada batas wilayah dan negara.
seseorang dapat melakukan transaksi jual beli secara online tanpa di batasi oleh waktu, wilayah, dan
negara yang berbeda dengan menggunakan teknologi informasi misal jual beli saham secara online
seperti ipot, bibit, bareksa, peluang dan lain sebagainya.
Dalam penggunaan sistem elektronik ini menggunakan jaringan pulik, dimana setiap orang
dapat mengetahui informasi elektronik tersebut, yang bisa saja salah satu pihak yang bersangkutan
tidak melaksanakan prestasi dan transaksi elektronik yang telah disepakati dan menimbulkan
permasalahan hukum yang merugikan pihaklain yang mempunyai kepentingan yang menggunakan
teknologi informasi untuk penjualan suatu barang dan jasa.
Permasalahan yang timbul adalah ketika terkait dengan penyampaian informasi, komunikasi,
maupun transaksi secara elektronik, khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan
perbuatan hukum yang dilakukan dengan sistem elektronik. Hingga saat ini hukum yang berlaku di
indonesia masih menentukan bahwa hanya satu cara untuk memberikan kekuatan hukum dan akibat
hukum terhadap suatu akta, yaitu dengan tanda tangan manuskip. Akan tetapi dalam praktik
perdagangan khususnya dalam sistem perdagangan elektronik (e- commerce) menggunakan tanda
tangan elektronik yang melekat pada akta elektronik sehingga timbul perdebatan tentang pengakuan
kekuatan hukum dan akibat hukum dari sebuah tanda tangan elektronik. Sehingga jika para pihak
setuju dalam perjanjian elektronik yang telah disepakati serta bagaimana tingkat keamanan bagi
konsumen dalam transaksi elektronik.
I.2 rumusan masalah
1. bagaimanakah kedudukan dan kekuatan hukum dari tanda tangan elektronik dalam perjanjian?
2. Bagaimana tingkat keamanan bagi investor terhadap penggunaan tanda tangan elektronik
dalam transaksi elektronik?
I.3 Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan hukum dari tanda tangan elektronik dalam pembuatan
perjanjian
2. Untuk mengetahui tingkat keamanan bagi investor terhadap penggunaan tanda tangan elektronik
dalam transaksi elektronik
I.4 kerangka teori
1.1.1 pengertian perjanjian
perjanjian menurut yahya harahap adalah perjanjian mngandung pengertian atau suatu hubungan
hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih, dan memberi kekuatan hak atau sesuatu
untuk memperoleh prestasi sekaligus kewajiban pada pihak lain untuk menunaikan kewajiban kepada
pihak lain untuk memperoleh suatu prestasi. 1
dalam pasal 1313 KUHPerdata perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari pengertian tersebut
menggambarkan adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri yang menimbulkan suatu hubungan
hukum perikatan dan didalamnya terdapat hak dan kewajiban pada masing-masing pihak.
1.1.2 Syarat sah-nya suatu perjanjian
Untuk mengetahui suatu perjanjian itu sah dan tidaknya, maka perjanjian tersebut harus di uji
dengan beberapa syarat berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata ada empat syarat keabsahan pada
umumnya, yakni sebagai berikut:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri, kesepakatan yang dimaksud adalah persesuaian kehendak
para pihak. Dalam persesuian kehendak mengeluarkan pendapatnya tentang apa yang akan diatur
dalam kontrak tersebut, sehingga suatu kontrak dapat dianggapsah oleh hukum
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, dalam arti kemampuan menurut hukum untuk melakukan
perbuatan hukum (perjanjian) yang sudah dimuat dalam ketentuan Undang-Undang.
c. Adanya suatu hal tertentu, yakni menerangkan adanya sebuah objek perjanjian yang jelas, hal ini
sudah diatur dalam pasal 1333 KUHPerdata yang menerangkan bahwa objek yang diperjanjikan
minimal harus sudah ditentukan jenisnya.
d. Sebab suatu yang halal, ini mengatur tentang isi perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan
dengan agama, undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum2

1.1.3 asas-asas hukum perjanjian

Dalam setiap hukum pastilah memiliki asas (prinsip) dasar yang terjelma dalam setiap peraturan
perundang-undangan dan putusan hakim sebagai hukum positif. Dalam hukum perjanjian terdapat
beberapa asas yang mendasari suatu perjanjian yakni:

a. Asas hukum perjanjian bersifat mengatur


b. Asas freedom of contract, asas ini diartikan sebagai asas kebebasan berkontrak
c. Asas konsensual, jika para pihak telah bersepakat maka perjanjian tersebut telah sah dan mengikat
bagi para pihak yang membuatnya
d. Asas pacta sunt servanda, jika suatu kontrak telah dibuat secara sah mempunyai kekuatan hukum
penuh dan berlaku sebagai undang-undang untuk para pihak
1
aHartana palm. Hukum perjanjian (dalam prespektif perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara), journal vol 2
nomor 2, agustus 2016
2
Nanda Amalia, SH., m.hum. Hukum Perikatan. Unimal Press aceh 2012.
e. Asas obligator asas ini memberikan pengaturan bahwa jika kontrak telah dibuat maka para pihak
adalah terikat, yang hanya sebatas timbulnya suatu hak dan kewajiban bagi para pihak. Sedangkan
prestasinya belum dapat dilakukan atau dipaksakan.3
1.1.4 transaksi elektronik
transaksi elektronik adalah bagian dari e-commerce (perdagangan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik) pada pasal 1 ayat 1 UU ITE disebutkan transaksi elektronik sebagai
“perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, dan/atau media elektronik lainnya”
perbuatan hukum adalah perbuatan subjek hukum yaitu hak dan kewajiban yang melekat pada para
pihak yang melakukan perbuatan hukum tersebut, yang dalam hal ini adalah pihak konsumen dan
pelaku usaha. Transaksi elektronik diatur dalam bab V UU ITE yang ruang lingkupnya meliputi publik
maupun perdata. Persyaratan yang ditujukan kepada para pihak adalah transaksi elektronik harus
dilakukan dengan menggunakan sistem elektronik yang disepakati oleh para pihak.
1.1.5 Dasar hukum transaksi elektronik
Transaksi elektronik sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 atas perubahan
undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dengan
lahirnya UU ITE ini dapat menghadirkan manfaat sebagai berikut:
a. Memberikan kepastian hkkum bagi masyarakat dalam melakukan transaksi elektronik
b. Mendorong pertumbuhan ekonomi
c. Sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kejahatan berbasis teknologi informasi
d. Melindungi masyarakat pengguna jasa dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Selain UU No. 11 tahun 2008 penyelenggaran transaksi elektronik juga diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 82 tahun 2012 yang diatur dalam pasal 40 hingga pasal 51 yang didalamnya
memuat tentang lingkup penyelenggaraan transaksi elektronik, persyaratan penyelenggaraan transaksi
elektronik dan pernyataan transaksi elektronik.

1.1.6 tanda tangan elektronik


menurut UU ITE sendiri, tanda tangan elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas informasi
elektronik yang diletakkan terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik lainnya. Fungsi dari
tanda tangan elektronik sendiri adalah sebagai verifikasi dan autentifikasi atas identitas
penandatanganan sekaligus untuk menjamin keutuhan dan keautentikan dokumen. Sama dengan
tanda tangan manual, tanda tangan elektronik memiliki ciri yang unik yaitu tanda tangan elektronik

3
aNanda Amalia, SH., m.hum. Hukum Perikatan. Unimal Press aceh 2012
seseorang akan berbeda dengan tanda tangan orang lainnya. Tanda tangan ini merupakan kombinasi
dari hash dan enkripsi dengan metode asimetrik. Hash sendiri merupakan fungsi satu arah yang akan
menghasilkan nilai unik untuk setiap data yang dihasilkan akan berbeda.yang kemudian hasil tersebut
di enkripsi dengan private key untuk selanjutnya nilai dari enkripsi tersebut adalah nilai signature dari
suatu dokumen. Selain mengideentifikasi dan mmverifikasi siapa pengirim dan atau penandatanganan
dokumen secara elektronik juga untuk memastikan keutuhan dan tidak ada perubahan dari dokumen
tersebut. Jaminan autentifikasi dapat dilihat dari adanya hash function adalah tanda tangan elektronik
sehingga penerima data (recipient) dapat melakukan perbandingan hash value. Apabila hash value
sama dan sesuia maka data tersebut benar-benar otentik dalam arti tidak pernah terjadi suatu tindak
perubahan data pada saat pengiriman maka autentifikasi dapat terjamin.hal ini lah yang menjadi salah
satu kelebihan tanda tangan elektronik dibandingakan dengan tanda tangan manual, bila terjadi suatu
perubahan pada dokumen apapun itu baik tulisan maupun meta data maka tanda tangan elektronik
menjadi tidak valid lagi. Hal ini sangat memudahkan dalam pembuktian dibanding dengan tandatangan
manual yang membutuhkan pemeriksaan lanjut dilabolatorium forensik dalam membuktikan keaslian
tanda tangan manual.4
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
II.1 kedudukan dan kekuatan hukum dari tenda tangan elektronik dalam perjanjian jual beli saham
Seiring dengan kemajuan jaman dan teknologi diera 4.0 ini maka berkembang pula hal-hal baru
yang dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam hubungan keperdataan yang terjadi di masyarakat
modern ini dengan munculnya berbagai transaksi elekronik modern. Dalam hal ini pembuktian
merupakan hal terpenting dalam penyelesaian sengketa yang terjadi di pengadilan, karena bertujuan
untuk membuktikan telah terjadi suatu peristiwa atau hubungan hukum yang dijadikan dasar
mengajukan gugatan ke pengadilan dan melalui tahap pembuktian lah hakim akan memperoleh dasar-
dasar untuk menjatuhkan putusan dalam menyelesaikan suatu perkara yang diperiksanya.
Akibat munculnya transaksi secara elektronik maka muncul juga pembuktian-pembuktian yang
beragam dalam praktiknya dimasyarakat global misal E-mail, pemeriksaan saksi dengan vidio
teleconference, sistem layanan pesan singkat (SMS), hasil rekaman tersembunyi, informasi elektronik,
tiket elektronik, dan sarana elektronik lainnya sebagai media penyimpanan data 5. Sebuah instrumen
yang dapat digunakan untuk menentukan keaslian atau keabsahan suatu bukti elektronik adalah
berupa dokumen tandatangan elektronik. Jaminan autentifikasi dapat dilihat dari adanya hash function

4
Angel firsta kresna, A.Md., SH., M.kn legalitas tanda tangan elektronik pejabat dalam rangka mendukung E-goverment,
https://www.mahkamahagung.go.id/id/artikel/3737/legalitas-tanda-tangan-elektronik-pejabat-dalam-rangka-mendukung--e-
goverment diakses pada tanggal 16 april 202
5
Angel firsta kresna, A.Md., SH., M.kn legalitas tanda tangan elektronik pejabat dalam rangka mendukung E-goverment,
https://www.mahkamahagung.go.id/id/artikel/3737/legalitas-tanda-tangan-elektronik-pejabat-dalam-rangka-mendukung--e-
goverment diakses pada tanggal 16 april 2021
adalah tanda tangan elektronik sehingga penerima data (recipient) dapat melakukan perbandingan
hash value. Apabila hash value sama dan sesuia maka data tersebut benar-benar otentik dalam arti
tidak pernah terjadi suatu tindak perubahan data pada saat pengiriman maka autentifikasi dapat
terjamin.hal ini lah yang menjadi salah satu kelebihan tanda tangan elektronik dibandingakan dengan
tanda tangan manual, bila terjadi suatu perubahan pada dokumen apapun itu baik tulisan maupun meta
data maka tanda tangan elektronik menjadi tidak valid lagi.
Kekuatan dan akibat hukum tanda tangan elektronik disamakan dengan tanda tangan manual
sebagaimana dijamin dalam penjelasan pasal 11 UU ITE. Maka pasal 1867 jo pasal 1874 KUHPerdata
dan pasal 1 ordonansi 1867 No. 29 juga berlaku pada tanda tangan elektronik sehingga dengan diberi
tanda tangan elektronik maka dokumen elektronik tersebut memiliki kekuatan hukum. Dengan
menandatangani, menunjukan persetujuan penandatanganan atas informasi atau dokumen elektronik
yang ditanda tanganinya sekaligus menjamin kebenaran isi yang tercantum dalam tulisan tersebut.
Untuk memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah maka tanda tangan elektronik harus
memenuhi persyaratan dalam pasal 11 ayat 1 UU ITE yakni:
1. data pembuat tanda tangan elektronik terkait hanya kepada penandatangan;
2. data pembuatan tanda tangan elektronik pada saat proses penandatanganan hanya berada dalam
kuasa penandatanganan
3. segala perubahan terhadap tanda tangan elektronik yang terjadi setelah waktu penandatangan dapat
diketahui;
4. segala perubahan informasi elektronik tersebut terkait dengan tanda tangan tersebut setelah waktu
penandatangan dapat diketahui;
5. terdapat cara tertentu untuk menunjukan bahwa penandatangan telah memberikan persetujuan
terhadap informasi elektronik yang terpakai.

Tanda tangan elektronik terbagi menjadi dua yaitu tanda tangan tersertifikasi dan tanda tangan
yang tidak tersertifikasi. Tanda tangan yang tidak tersertifikasi mempunyai kekuatan pembuktian yang
lemah dibandingkan dengan tanda tangan elektronik yang tersertifikasi yang diterbitkan oleh jasa
penyelenggara sertifikasi elektronik dan dibuktikan dengan sertifikat elektronik.

Penyelenggara sertifikat elektronik terdiri atas penyelenggara sertifikasi elektronik indonesia dan
penyelenggara sertifikasi elektronik asing. Setiap penyelenggara sertifikasi elektronik harus mendapat
pengakuan dari menteri komunikasi dan informatika. Dari pihak pemerintah, saat ini terdapat beberapa
kementrian/lembaga yang menerbitkan sertifikasi elektronik yakni dirjen pajak, lembaga sandi negara,
dan IPTEKnet BPPT.
II.2 tingkat keamanan bagi investor dalam penggunaan tanda tangan elektronik dalam transaksi jual beli
saham online
pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market) disamping pasar uang
(money market) yang sangat penting peranannya bagi pembangunan nasional pada umumnya,
khususnya bagi pembangunan dunia usaha sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan eksternal
oleh perusahaaan. Dilain pihak disisi pemodal (investor) pasar modal sebagai sarana investasi dapat
bermanfaat untuk menyalurkan dananya ke berbagai sektor produktif dalam rangka meningkatkan nilai
tambah terhadap dana yang dimilikinya.
Dalam melaksanakan investasi, investor akan di hadapkan dengan beberapa resiko yakni:
1. resiko finansial, yaitu resiko yang diderita oleh pemodal sebagai akibat ketidak mampuan emiten
memenuhi kewajiban pembayaran diviken/bunga serta pokok investasi.
2. Resiko pasar, yaitu resiko akibat menurunnya harga pasar secara substansial, baik kesluruhan saham
maupun sebagian akibat perubahan tingkat inflasi ekonomi, keuangan, manajemen, perusahaan negar,
perubahan atau kebijaksanaan pemerintah.
3. Resiko psikologis, yaitu resiko bagi pemodal yang bertindak secara emosional dalam menghadapi
harga saham berdasarkan optimisme dan pesimisme dapat menaikkan atau menurunkan harga
saham.
II.3 Perlindungan hukum menurut Undang Undang No.8 tahun 1995 tentang pasar modal
UU No.8 athun 1995 tentang pasar modal merupakan landasan hukum bagi keberadaan pasar
modal di indonesia yang telah memberikan jaminan kepastian hukum buntuk para pihak yang telah
melakukan kegiatan di pasar modal serta perlindungan bagi investor. Konsekuensi perlindungan bagi
investor adalah ditetapkannya full disclouser, karena setiap keputusan investasi mengandung resiko
maka emiten dan profesi penunjang pasar modal harus bertanggung jawab terhadap keakuratan data
dan kelengkapan informasi, masalah yang berkaitan dengan investor harus diperhatikan oleh
pemerintah, termasuk dalam perbaikan mamajemen perusahaan yang telah go publik.
Dalam rangka menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien bursa efek
wajib menyediakan sarana pendukung dan mengawasi kegiatan anggota bursa efek. Dalam pasal 7
ayat 1 jo ayat 2 UU No. 8 tahun 1995.
Pasal 35 UU No. 8 tahun 1995, perusahaan efek atau penasihat invstasi dilarang:
1. Menggunakan pengaruh atau mengadakan tekanan yang bertentangan dengan kepentingan nasabah
2. Mengungkapkan nama atau kegiatan nasabah, kecuali diberi instruksi secara tertulis oleh nasabah
atau diwajibkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Mengungkapkan secara tidak benar atau tidak mengungkapkan fakta yang materiil kepada nasabah
mengenai kemampuan usaha atau keadaan keuangan
4. Merekomendasi kepada nasabah untuk membeli atau menjual efek tanpa memberitahukan adanya
kepentingan perusahaan efek dan penasihat investasi dalam efek tersebut.

Dalam BAB XI pasal 90-99 UU No.8 tahun 1995 tentang pasar modal sudah diatur mengenai
penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam. Undang Undang ini telah dengan tegas
memberikan perlindungan terhadap investor yang melakukan transaksi dipasar modal. Begitupun
dalam transaksi online belum ada pengaturan secara khusus namun UU No 8 tahun 1995 ini menjadi
acuan apabila terjadi sebuah pelanggaran, penipuan, manipulasi, pasar dan perdagangan orang dalam
pada saat transaksi online dilaksanakan.6

II.4 perlindungan konsumen


perlindungan konsumen menurut UU PK adalah “segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”. Pada penjelasan pasal 2 UU PK
menyebutkan lima asas yang menjadi dasar diselenggarakannya perlindungan konsumen yaitu asas
manfaat, asas keadilan, asas keseimbangan, asas keamanan, asas keselamatan konsumen, dan asas
kepastian hukum. Asas asas ini membahas konsep perlindungan konsumen pada transaksi elektronik.
Mengacu pada pendapat satjipto rahardjo tentang jenis-jenis konsep hukum tentang hak dan
kewajiban, hak dan kewajiban ini muncul setelah terjadinya kesepakatan antara para pihak.
Pada transaksi elektronik, asas konsensualisme dapat dilihat pada pasal 20 ayat 1 UU ITE
yang menyebutan ‘kecuali ditentukan lain oleh paa pihak, transaksi elektronik terjadi pada saat
penawaran transaksi yang dikirim” telah disetujui oleh penerima. Ketentuan tersebut dimuat kembali
pada pasal 47 PP PSTE yang kemudian dipertegas kembali pada pasal 50 ayat 1 PP PSTE yang
berbunyi “transaksi elektronik terjadi ketika saat tercapainya kesepakatan para pihak, yaitu pada saat
penawaran transaksi yang dikirm oleh pengirim telah diterima dan disetujui olh penerima”. Berdasarkan
ketentuan-ketentuan tersebut yang juga telah diatur dalam KUPerdata dasar dari adanya transaksi
elektronik adalah kesepakatan, perlindungan e-konsumen mulai berlaku sejak kesepakatan dinatakan
yakni: pada saat kesepakatan dinyatakan, yakni pada saat perjanjian antara para pihak mulai ada.7
II.5 perlindungan hukum menurut peraturan badan pengawas pasar modal (BAPEPAM-LK)
Berdasarkan pasal 3 ayat 1 UU No. 8 tahun 1995 bapepam mempunyai 3 tiga fungsi utama
yaitu: pembinaan, pengaturan, dan kepentingan publik atau investor harus dilindungi. Perlindungan
bagi investor memang sangat penting, perangkat hukum yang bagaimana pun akan dapat diterobos
dan tidak ada yang sempurna.

6
Rahmadi putri nilasari, perlindungan hukum terhadap investor dalam transaksi jual beli efek melalui internet, journal vol 26
nomor 3 september-desember 2011.
7
Enni soerjati priowirjanto. Pengaturan transaksi elektronik dan pelaksanaannya di indonesia dikaitkan dengan perlidungan
e-konsumen, padjajaran journal ilmu hukum, volume 1 no 2 tahun 2014
Keputusan ketua badan pengawas pasar modal nomor KEP- 42/PM/1997 (peraturan III.A.10)
tentang transaksi efek, KEP-46/PM/2004 (peraturan III.B.6) tentang penjaminan penyelesaian transaksi
efek, disebutkan bahwa bursa efek dilarang membuat peraturan yang melarang atau menghalangi
perusahaan efek, emiten, biro administrasi efek, atau pihak lain salah satunya untuk mengalikan efek
menjadi atas nama perusahaan efek atau lembaga kliring dan penjaminan untuk digunakan sebagai
jaminan.
II.6 perlindungan hukum menurut UU No. 19 tahun 2016 atas perubahan UU No. 11 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Berdasarkan UU No 11 tahun 2008 dalam pasal 5 ayat 1 bahwa informasi dan/atau dokumen
elektronik adalah bukti yang sah untuk memberikan kepastian hukum terhadap penyelenggaraan
sistem elektronik dan transaksi elektronik, terutama dalam pembuktian dan hal yang berkaitan dengan
perbuatan hukum yang dilakukan melaui sistem elektronik. Mengenai asas itikad baik juga di muat
dalam pasal 17 ayat 2 yangmnyetakan “para pihak yang melakukan transaksi elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 wajib beritikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik selama transaksi berlangsung. Dalam BAB VII mengenai
perbuatan yang dilarang diatur dalam pasal 27 hingga 37.
Penggunaan tanda tangan elektronik dalam proses pembentukan perjanjian atau kontrak (e-
comerse) akan memudahkan mekanisme pembukaan dalam kasus perdata, hal ini karena dengan
memberikan tanda tangan elektronik pada data elektronik yang dia kirimkan maka akan dapat
ditunjukan dari mana data eelektronik tersebut sesungguhnya berasal, terjaminnya integritas tersebut
karena adanya sertifikat elektronik (digital sertificate).

Penggunaan sertifikat elektronik dalam transaksi elektronik telah diamanatkan pada PP No. 82
tahun 2012 tentang penyelenggara sertifikasi eletronik (PP PSTE) pasal 59 ayat 1 bahwa
penyelenggara sistem elektronik untuk pelayanan publik wajib memiliki sertifikat elektronik.

Lebih lanjut sesuai dengan amanat PP No.82 tahun 2012 pada pasal 62 ayat 2 tentang
penyelenggaraan sertifikat elektronik induk sebagai ‘trust anchor’ penerbitan identitas online atau
sertifkiat elektronik diselenggarakan oleh kementrian komunikasi dan informasi (kemenkominfo),
kemudian PSrE induk menjamin identitas PsrE berinduk dengan menerbitkan sertifikat elektronik bagi
PsrE Berinduk yang memenuhi persyaratan teknis.

PsrE menjamin identitas masyarakat dan pemerintah dengan menerbitkan sertifikat elektronik
bagi mereka, sertifikat elektronik diperoleh atas dasar aplikasi kepada certification authority (CA) oleh
pngguna subscriber.
certification authority (CA) merupakan sebuah lembaga yang berperan dalam mengeluarkan
sertifikat elektronik. Pengguna sertifikat tersebut meliputi perusahaan, instansi, atau perorangan
setelah melewati verifikasi, certification authority (CA) bertanggung jawab atas penyimpanan informasi,
masing-masing CA dibekali certification practice statement, setelah itu CA juga mengesahkan
pasangan kunci publik dan kunci private milik orang tersebut.

Proses sertifikasi untuk mendapatan pengesahan dari CA dapat dibagi menjadi 3 tahap yakni:

1. pelangganan atau subscriber membuat sendiri pasangan kunci private dan kunci publiknya dengan
menggunakan software yang ada didalam komputernya.
2. Menunjukan bukti-bukti identitas dirinya sesuai dengan yang disyaratkan CA
3. Membuktikan bahwa dia mempunyai kunci private yang dapat dipasangkan dengan kunci publiknya,
tanpa harus memperlihatkan kunci privatenya.

Diera dengan kemajuan terknologi yang semakin pesat ini, perlindungan konsumen dirasa akan
sangat penting untuk mencapai sarana usaha, perlindungan konsumen sudah diatur dalam UU No. 8
tahun 1999, UU ini belum mengacu pada perembangan teknologi dan informasi, sehingga tentang
keamanan tanda tangan elektronik belum disebutkan.

Namun dalam UU perlindungan konsumen sudah mengatur secara umum mengenai jaminan,
keselamatan, kenyamanan, dan keamanan konsumen. Dalam aspek pidana, apabila perbuatan
produsen yang menimbulkan kerugiankepada konsumen baik kerugian kecil dan/atau besar dapat
berdimensi kejahatan, artinya perbuatan produsen yang merugikan atau bahkan melanggar hak
konsumen yang bertentangan dengan norma-norma hukum pidana dan dapat dikategorikan sebagai
tindak pidana, sehingga peristiwa tersebut harus diselesaikan dengan hukum pidana dan memakai
instrumen pidana.

Menurut UU ITE yang termasuk tindak pidana informasi dan transaksi elektronik adalah:

1. Konten ilegal/ illegal content yang diatur dalam pasal 27, 28, dan 29
2. Akses ilegal/ illegal access diatur dalam pasal 30
3. Penyadapan ilegal/ illegal interception yang diatur dalam pasal 31
4. Gangguan data/ data interference yang diatur dalam pasal 32
5. Gangguan sistem/ system interference yang diaatur dalam pasal 33
6. Penyalahgunaan perangkat/ misus of devices yang diatur dalam pasal 34
7. Penipuan dan pemalsuan yang berkaitan dengan komputer yang diatur dalam pasal 35.
Sedangkan ancaman hukuman pidana bagi yang melanggar undang-undang tersebut adalah:

1. Pidana penjara paling lama 6 tahun hingga 12 tahun dan/atau denda antara Rp. 1000.000.000 hingga
Rp. 2.000.000.000 (pasal 45),
2. Pidana penjara paling lama 6 tahun hingga 8 tahun dan /atau denda antara Rp. 600.000.000 hingga
Rp.800.000.0000 (pasal 46)
3. Pidana penjara paling lama 10 tahun dan/atau denda paling banyak Rp.800.000.000
4. Pidana penjara paling lama 10 tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 12.000.000.000 (pasal 51)
5. Hukuman pidana yang dimaksud pada pasal 27 ayat 1 yang menyangkut kesusilaan atau eksploitasi
seksual terhadap anak dikenakan pemberatan sepertiga dari pidana pokok (pasal 52 ayat 1)

Sedangkan mengenai hukum acara yang digunakan untuk memeriksa dan mengadili perkara
tindak pidana pada umumnya, namun oleh karena tindak pidana ini menggunakan sarana teknoogi
canggih yang diperlukan adanya ketelitian dan kecermatan bagi hakim dalam menggali fakta-fakta
hukum yang diperoleh dipersidangan selain dari seorang ahli.

III. KESIMPULAN DAN SARAN


III.1 kesimpulan
1. kedudukan mengenai tanda tangan elektronik sudah diatur secara jelas dalam undang-undang nomor
11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik, dan juga dalam peraturan pemerintah nomor
82 tahun 2012 tentang penyelenggaraan sistem dan transaksi elekronik, kekuatan hukum tanda tangan
elektronik sebagai alat bukti adalah berlandaskan kepada pasal 11 UU No.11 tahun 2008, dalam UU ini
memberikan pengakuan secara tegas bahwa tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum dan
akibat hukum selama tanda tangan elektronik mengikuti persyaratan yang disebutkan dalam pasal 11
UU ITE yang merupakan persyaratan minimum dan harus dipenuhi dalam setiap perbuatan tanda
tangan elektronik.
2. Tingkat keamanan dari tanda tangan elektronik akan terjamin keamanannya apabila pesan tersebut
mempunyai sertifikat elektronik berisi informasi atau identitas dari pengguna. Sertifikat elektronik di
peroleh dari aplikasi kepada certification authory (CA) oleh pengguna (subscraber) perlindungan
investor dapat dilakukan dalam dua aspek yakni dengan aspek hukum perdata dan aspek hukum
pidana yang disesuaikan dengan duduk perkara yang ada.
III.2 saran

1. pemerintah kiranya membuat produk Undang-Undang yang jelas dan hanya pembahasan pokok
masalah mengenai transaksi khususnya mengenai tanda tangan elektronik dengan menggunakan
aturan Undang-Undang di indonesia sehingga dapat digunakan dan kiranya pemerintah juga
melakukan penelitian atau seminar guna memperkenalkan penggunaan tanda tangan elektronik
kepada instasi instasi terkait dan masyarakat.
2. Penulis menyarankan kepada masyarakat kiranya sebelum membuat perjanjian dalam bentuk transaksi
elektronik harus memahami terlebih dahulu dasar-dasar hukum dari transaksi elekronik dan juga dapat
mengetahui kemajuan teknologi yang digunakannya dalam pemakaian tanda tangan elektronik,
sehingga kelak masyarakat tidak akan mengalami kesusahan saat proses pengiriman atau
pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA

REFERENSI DARI BUKU


 Nanda Amalia, SH., m.hum. Hukum Perikatan. Unimal Press aceh 2012

REFRENSI DARI JOURNAL

 Hartana palm. Hukum Perjanjian (Dalam Prespektif Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara), journal vol 2 nomor 2, agustus 2016

 Rahmadi putri nilasari, Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Transaksi Jual Beli Efek Melalui
Internet, journal vol 26 nomor 3 september-desember 2011.
 Enni soerjati priowirjanto. Pengaturan Transaksi Elektronik Dan Pelaksanaannya Di Indonesia
Dikaitkan Dengan Perlidungan E-Konsumen, padjajaran journal ilmu hukum, volume 1 no 2 tahun 2014

REFERENSI DARI INTERNET

 Angel firsta kresna, A.Md., SH., M.kn Legalitas Tanda Tangan Elektronik Pejabat Dalam Rangka
Mendukung E-Goverment, https://www.mahkamahagung.go.id/id/artikel/3737/legalitas-tanda-tangan-
elektronik-pejabat-dalam-rangka-mendukung--e-goverment diakses pada tanggal 16 april 2021

Anda mungkin juga menyukai