OLEH :
ANANDA SHAFA HAJJANA
D1A113022
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2015
perbuatan
hukum
seperti
misalnya
melakukan
jual-beli.
Dari peristiwa ini timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang
dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua
orang yang membuatnya. 3 Kunci pokok perlindungan hukum bagi konsumen
adalah bahwa konsumen dan pelaku usaha saling membutuhkan. Produksi tidak
ada artinya kalau tidak ada yang mengkonsumsinya dan atau mempergunakannya
dan produk yang dikonsumsi secara aman dan memuaskan, pada gilirannya akan
merupakan promosi gratis bagi pelaku usaha.4
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, dapat ditarik beberapa rumusan
permasalahan yang berkaitan dengan sistem transaksi E-Commerce, yaitu :
1. Kapan terjadinya kesepakatan dalam transaksi jual beli melalui internet ?
2. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen dalam
transaksi jual-beli melalui internet ?
Abdul Halim, Barkatullah, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Transaksi Ecommerce Lintas Negara Di Indonesia, (Yogyakarta:Pasca Sarjana FH UII, 2009), hlm. 27
Untuk mengetahui bilamana kesepakatan itu terjadi dalam transaksi jual beli
melalui internet ?
2.
E. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perjanjian
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (Pasal 1313 BW).
Menurut
Perjanjian adalah peristiwa hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan
kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.5
Menurut Sudikno Mertokusumo, bahwa perjanjian adalah suatuhubungan
hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum. Maksudnya, kedua pihak tersebut sepakat untuk
menentukan peraturan atau kaidah atau hak dan kewajibanyang mengikat
mereka untuk ditaati dan dilaksanakan. Kesepakatantersebut adalah untuk
5
R. Subekti,Op.Cit.,hal. 1
adanya tipu muslihat (Pasal 1328 BW). Terhadap perjanjian yang dibuat
atas dasar sepakat berdasarkan alasan-alasan tersebut, dapat diajukan
pembatalan.
2. Cakap untuk membuat perikatan;
Pasal 1330 BW menentukan yang tidak cakap untuk membuat perikatan :
a. Orang-orang yang belum dewasa
b. Meraka yang berada dibawah pengampuan
c. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal ditetapkan oleh undang-undang,
dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah
melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Namun berdasarkan
fatwa Mahkamah Agung, melalui Surat Edaran Mahkamah Agung
No.3/1963 tanggal 5 september 1963, perempuan tidak lagi digolongkan
sebagai yang tidak cakap. Mereka berwenang melakukan perbuatan
hukum tanpa bantuan atau izin suaminya.
Akibat dari perjanjian yang dibuat oleh pihak yang tidak cakap adalah
batal demi hukum (Pasal 1446 BW).
3. Suatu hal tertentu;
Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan. Jika
tidak,maka perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332 BW menentukan
hanya barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari dapat menjadi
objek perjanjian kecuali jika dilarang oleh undaang-undang secara tegas.
4. suatu sebab atau causa yang halal;
sahnya causa dari suatu persrtujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat.
Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hokum, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang.
Syarat pertama dan kedua menyangkut subjek, sedangkan syarat ketiga dan
keempat mengenai objek. Terdapatnya cacat kehendak (khilaf, penipuan,
paksaan, dan penyalahgunaan keadaan) atau tidak cakap membuat
perikatan, mengenai subjek mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
F. METODE PENELITIAN
Pendekatan
Perundang-Undangan
yaitu
pendekatan
dengan
kuantitatif, tetapi lebih kepada melakukan penilaian terhadap data yang ada
dengan bantuan berbagai literatur atau bahan-bahan yang berkaitan, kemudian
baru ditarik kesimpulan secara deduktif dan data bersifat preskriptif yaitu sifat
analisis untuk memberikan argumentasi atas hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdul Halim, Barkatullah,Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam
Transaksi E-commerce Lintas Negara Di Indonesia, Yogyakarta:Pasca
Sarjana FH UII. 2009.
Iman Sjahputr, Perlindungan Konsumen DalamTransaksi Elektronik, Bandung:
PT.ALUMNI. 2010.
Mukti Fajar, Yulianto Achmat. Dualisme Penelitian Hukum(normative dan
empiris). Cet. Ke 2, Edisi Pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013.
Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, SH., MS., LL.M 2011, Penelitian Hukum,
Cetakan Ketujuh/Edisi November 2011, Kencana, Jakarta,
Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta:
Liberti, 1986
Shidarta,Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,Jakarta: PT.Grasindo, 2000.
B. Peraturan-Peraturan
Indonesia, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995, Nomor.
3821
Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995,
Nomor 4967.
C. Internet
https://lianurdianaa.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 2 Januari 2016.