Anda di halaman 1dari 3

JNTETI, Vol. 2, No.

09, Mei 2017 1

UU ITE Terkait Perlindungan Konsumen Pada Transaksi


Elektronis Multi-Nasional
Reni Kurnia | 16/404862/PTK/11279

Abstract—Sistem transaksi elektronis telah diatur secara jelas menampilkan iklan serta keterlambatan pengiriman barang
pada UU ITE dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga umum dialami konsumen.
(UUPK). Terdapat kewajiban dan tanggung jawab pihak-pihak E-commerce merupakan wadah bisnis yang memungkinkan
yang terlibat yang harus dipenuhi. Namun pada implementasinya terjadinya transaksi jual beli tanpa batasan wilayah. Artinya
tidak jarang konsumen mendapat permasalahan seperti proses jual beli dapat terjadi dalam skala antar negara.
ketidaksesuaian apa yang dijanjikan diawal dengan apa yang
didapatkan pembeli. Banyak kasus yang terja di umumnya
Ketentuan hukum yang mengatur mengenai aktifitas e-
merugikan konsumen baik yang sifatnya fatal ataupun tidak. commerce secara umum terdapat dalam Undang-Undang No.
Keberadaan internet memungkinkan konsumen untuk 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
bertransaksi tanpa batasan wilayah, namun Undang-Undang maupun Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Secara
perlindungan hak konsumen dikatakan belum mampu lebih spesifik, perlindungan hukum atas klaim yang muncul
melindungi transaksi lintas negara. selama proses e-commerce lintas benua didasari oleh klaim atas
wanprestasi dan hukum yang dijatuhkan terhadap pelaku
Keywords— Kejahatan Cyber, Transaksi Elektronik, pelanggaran dianggap rancu karena melibatkan hukum yang
Pelindungan Konsumen. berlaku pada dua negara yang berbeda.

I. PENDAHULUAN II. PELAKSANAAN PERLINDUNGAN


Perkembangan teknologi telah berdampak besar pada system KONSUMEN DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK
perdagangan. Para pengusaha menggunakan media baru dalam BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
melakukan transaksi jual beli berbasis online. Traksaksi jual-
beli berbasis online umumnya dilakukan menggunakan Praktik transaksi e-commerce banyak menimbulkan
platform media sosial maupun situs e-commerce lainnya. permasalahan-permasalahan yang cenderung merugikan
Banyak konsumen atau pembeli yang tertarik melakukan konsumen dan terkait permasalahan hukum dalam melakukan
pembelian melalui online karena menyediakan kemudahan transaksi e-commerce. Transaksi jual beli e-commerce juga
transaksi, jangkauan yang luas, harga yang ditawarkan cukup merupakan suatu kontrak jual beli yang sama dengan jual beli
kompetitif dan dapat menghemat waktu. konvensional yang biasa dilakukan masyarakat. Perbedaannya
Keunggulan e-commerce terletak pada kemudahan dan hanya pada media yang digunakan. Pada transaksi e-commerce,
efisiensi transaksi yang terjadi. Adanya pengakuan terhadap media yang dipergunakan adalah media elektronik yaitu
transaksi elektronik dan dokumen elektronik menjadikan e- internet. Sehingga kesepakatan ataupun kontrak yang tercipta
commerce mempunyai basis yang legal dan dapat memberikan adalah melalui online.
perlindungan konsumen. Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Hak konsumen dalam transaksi elektronik mendapat
tentang informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) telah perlindungan penuh oleh hukum sebagai mana yang tertulis
mengatur tentang perlindungan konsumen dalam transaksi jual dalam UU Perlindungan Konsumen dan UU No.11 Tahun 2008
beli online shop (toko online). Pasal 9 UU ITE juga mengatur tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Berdasarkan
kewajiban pelaku usaha dalam menawarkan produk system Undang-undang tersebut diatur hal-hal yang merupakan
elektronik, seharusnya memberikan informasi yang lengkap kewajiban dan tanggung jawab pelaku usaha terhadap
dan benar terkait syarat kontrak, produsen, dan produk yang konsumen.
ditawarkan [1]. Namun tidak jarang konsumen mendapat Perlindungan hukum bagi para pihak pada intinya sama,
permasalahan seperti ketidaksesuaian apa yang dijanjikan yaitu adanya peran pemerintah untuk melindungi kepentingan
diawal dengan apa yang didapatkan pembeli. Padahal, undang- produsen dan konsumen dalam perdagangan. Peran pemerintah
undang terkait telah memuat larangan terhadap jual-beli yang yang dimaksud disini mencakup aspek nasional dan
menyalahi kaidah transaksi elektronis. internasional. Artinya, tuntutan adanya kepastian hukum dalam
Sehubungan dengan itu, Narberth Reich [6] menyimpulkan melakukan perikatan harus jelas dari segi aspek hukum
bahwa permasalahan yang sering dialami konsumen yaitu sikap nasional melalui pembentukan peraturan dibidang
pelaku usaha yang bertindak curang pada saat kontrak jual beli perlindungan konsumen, maupun melalui aspek hukum
dilakukan, seperti ketidakjelasan isi dari kontrak standar, internasional melalui perjanjian internasional.
produk cacat (defective products) dan ketidakpuasan atas jasa Perikatan dalam suatu transaksi meninbukan suatu janji
yang ditawarkan (unsatisfactory services), iklan yang untuk melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak
menyesatkan, serta permasalahan layanan purna jual. Kasus- menuntut pelaksanaan janji itu. Untuk memahami konsep
kasus lainnya berupa ketidakjujuran mechant dalam tanggung jawab pelaku usaha terbagi menjadi 3 bagian [3]:

Reni Kurnia Problematika UU ITE... ISSN 2301 - 4156


JNTETI, Vol. 2, No. 09, Mei 2017 2

1. Tanggung jawab atas informasi 6. Transaksi yang bersifat lintas batas negara borderless,
Kejelasan informasi dalam transaksi online merupakan menimbulkan pertanyaan mengenai yurisdiksi hukum
tanggung jawab pelaku usaha dan hak konsumen. negara mana yang sepatutnya diberlakukan.
Kejelasan informasi pada dasarnya juga menjadi hal yang
mempengaruhi keputusan pembeli. Sejalan dengan UU Jika dikaitkan antara hak-hak konsumen yang diakui secara
Perlindungan Konsumen Pasal 3 butir d, yaitu universal dengan hak-hak konsumen pada transaksi e-
“menciptakan system perlindungan konsumen yang commece, maka hak-hak konsumen sangat mudah sekali untuk
mengandung unsur kepaastian hukum dan keterbukaan dilanggar dan menempatkan konsumen dalam transaksi e-
informasi serta akses informasi,” commerce berada dalam posisi yang lemah, apalagi konsumen
2. Tanggung jawab atas produk (product liability) transaksi e-commerce yang dilakukan lintas negara.
Hubungan perjanjian pelaku usaha terhadap konsumen .
atas produk didasarkan pada product liability atau III. KASUS PENIPUAN TRANSAKSI
pertanggungjawaban produk. Sebagaimana yan terdapat ELEKTRONIK MULTI-NASIONAL
dalam UUPK pasal 19, pelaku usaha bertanggung jawab Dalam perdagangan melalui online, seseorang tidak
memberikan rugi atas kerusakan, pencemaran dan mengetahui di negara mana informasi transaksi bisa diakses,
kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang yang sehingga yurisdiksi menjadi masalah utama yang penting
dihasilkan atau diperdagangkan. dalam dunia maya (cyberspace). Dalam perspektif hukum
3. Tanggung jawab atas keamanan perdata internasional, keterkaitan dengan kegiatan teknologi
Transaksi secara elektronik harus mempunyai kemampuan informasi adalah perlunya memperluas yurisdiksi nasional, hal
untuk menjamin keamanan dan keandalan arus informasi. ini mengingat ada permasalahan hukum yang muncul dan
Pihak yang terlibat dalam transaksi harus mempunyai menjangkau yurisdiksi negara lain. Untuk itu diperlukan
kepercayaan yang tinggi terhadap infratrsuktur jaringan kerjasama lintas negara yang masuk dalam lingkup hukum
yang digunakan. Transaksi elektronis yang tidak bersifat internasional, kerjasama untuk suatu yang tidak terjangkau oleh
face to face, selain berdasarkan kepercayaan juga hukum nasional suatu negara [5].
bergatung dari komunikasi yang menjadikannya penting Dalam kasus Bay.com, kasus ini terjadi akibat kelalaian
untuk diketahui konsumen bahwa pesan telah dikirim dan Bay.com sebagai merchant website dalam transaksi di internet.
diterima oleh dan/atau hanya kepada alamat yang benar Berawal dari pencantuman harga Hitachi 19 inchi pada
tanpa kesalahan. Kerahasiaan pesan harus dijaga oleh Februari 1999, Bay.com mencantumkan harga AS$ 164,50 atau
penjual untuk menghindari berbagai hal-hal yang lebih rendah AS$400 dari harga normalnya selama empat hari.
merugikan salah satu pihak. Bay.com memberlakukan harga yang keliru tersebut pada 143
monitor, namun menolak untuk mengirimkan pesanan yang
Dalam perlindungan hukum bagi hak-hak konsumen di lainnya. Banyak konsumen yang marah atas penanganan
dunia maya, dengan pesatnya perkembangan e-commerce Bay.com tersebut. Konsumen yang tidak memperoleh pesanan
menimbulkan dampak negatif bagi konsumen yang menuduh Bay.com telah memberikan harga dan kemudian
menempatkan konsumen dalam posisi tawar yang lemah. mengubahnya secara sengaja dengan tujuan untuk menarik
Secara garis besar, dapat ditemukan beberapa permasalahan pelanggan memasuki web store tersebut. Namun dalam
yang timbul yang berkenaan dengan hak-hak konsumen dalam pembelaannya Bay.com menyatakan bahwa itu terjadi atas
transaksi e-commerce, antara lain [4]: ketidaksengajaan atau terjadinya berdasarkan akibat adanya
kesalahan dalam pemasukan data. Akibat kesalahannya itu
1. Konsumen tidak dapat langsung mengidentifikasi,
Bay.com setuju untuk membayar AS$575 ribu untuk
melihat, atau menyentuh barang yang akan dipesan;
menyelesaikan sengketa pengadilan yang pertama atas harga
2. Ketidakjelasan informasi tentang produk yang
barang yang salah di toko e-commerce [3].
ditawarkan dan/atau tidak ada kepastian apakah
Contoh kasus lainnya adalah seorang WNI yang melakukan
konsumen telah memperoleh berbagai informasi yang
penipuan terhadap warga negara Amerika Serikat
layak diketahui, atau yang sepatutnya dibutuhkan
memanfaatkan situs www.audiogone.com yang memuat iklan
untuk mengambil suatu keputusan dalam bertransaksi;
penjualan barang. Kasus ini terungkap setelah Markas Besar
3. Tidak jelasnya status subjek hukum, dari pelaku usaha;
Kepolisian mendapat laporan dari Biro Penyelidik Amerika
4. Tidak ada jaminan keamanan bertransaksi dan privasi
Serikat. Pihak kepolisian menjelaskan bahwa WNI tersebut
serta penjelasan terhadap risiko-risiko yang berkenaan
menggunakan identitas orang lain untuk melakukan penipuan
dengan sistem yang digunakan, khususnya dalam hal
transaksi elektronik. Korban JJ merasa tertipu setelah
pembayaran secara elektronik baik dengan credit card
melakukan klaim pencairan dana pada Citibank Amerika
maupun electronic cash;
ditolak.
5. Pembebanan risiko yang tidak berimbang, karena
Dari hasil penyelidikan MWR menggunakan identitas palsu
umumnya terhadap jual beli di internet, pembayaran
yaitu menggunakan KTP dan NPWP orang lain. Sementara
telah lunas dilakukan di muka oleh konsumen,
barang bukti yang disita adalah laptop, PC, lima handphone,
sedangkan barang belum tentu diterima atau akan
KTP, NPWP, beberapa kartu kredit, paspor, alat scanner dan
menyusul kemudian, karena jaminan yang ada adalah
rekening salah satu bank atas nama MWRSD. Atas
jaminan pengiriman barang bukan penerimaan barang;

Reni Kurnia Problematika UU ITE... ISSN 2301 - 4156


JNTETI, Vol. 2, No. 09, Mei 2017 3

perbuatannya tersangka dikenai Pasal 378 atau Pasal 45 ayat 2, yang dimiliki Indonesia tidak akan cukup membantu, karena e-
Pasal 28 UU No. 11 tentang Informasi Transaksi Elektronik. commerce beroperasi secara lintas batas (bonder less). Dalam
Hukuman yang dijatuhkan adalah penjara paling lama 6 tahun kaitan ini, perlindungan hukum bagi konsumen harus dilakukan
dan/atau denda paling banyak satu milyar rupiah. Selain itu dengan pendekatan internasional melalui harmonisasi hukum
polri juga menetapkan Pasal 3 UU No. 8 Thn. 2010 tentang dan kerjasama institusi-institusi penegak hukum.
Pencucian uang. Selain itu juga dikenakan pasal pemalsuan
yaitu Pasal 378 dan beberapa pasal tambahan Pasal 4 Ayat 5
dan Pasal 5 UU No. 8 Tahun 2010 dan saat ini telah menjalani REFERENSI
proses hukum di Indonesia [5]. [1] Kemenkumham, “Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 11
IV. KESIMPULAN Tahun 2008 TentangInformasi dan Transaksi
Elektronik,” pp. 1–14, 2016.
Konsumen dalam transaksi e-commerce, memiliki risiko
[2] Apriyanti, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen
yang lebih besar daripada pelaku usaha atau merchant. Dengan
Ditinjau dari Hukum Perikatan.”
kata lain, hak-hak konsumen dalam transaksi e-commerce
[3] A. H. Barkatullah, “Urgensi Perlindungan Hak-hak
sangat rentan, sehingga konsumen transaksi e-commerce
Konsumen,” J. Huk., vol. 14, no. 2, pp. 247–270, 2007.
berada dalam posisi yang sangat lemah. Pentingnya suatu
[4] I. Wahyudiyanta, “Dua WNA Diamankan Terlibat
negara mengatur perlindungan hukum terhadap konsumen,
Penipuan Online Antar Negara,” 2015. [Online].
umumnya didasarkan pada pertimbangan aktualitas dan
Available: http://nasional.news.viva.co.id.
urgensinya.
[5] Nindyo Pramono, “Revolusi Dunia Bisnis Indonesia
Pengaturan hukum dalam transaksi e-commerce adalah Melalui E-Commerce dan E-Business: Bagaimana
untuk menciptakan tingkat kepastian yang diperlukan dalam Solusi Hukumnya” Seminar Nasional Peluang E-Bisnis
transaksi bisnis dan melindungi konsumen taransaksi e- serta Kesiapan Hukumnya di Indonesia, UKDW
commerce. Peraturan perlindungan hukum bagi konsumen Yogyakarta di Hotel Ambarukmo, Yogyakarta, 14
yang ada sekarang belum mampu melindungi konsumen dalam April 2001, hlm. 3.
transaksi e-commerce lintas negara di Indonesia. Dalam [6] Norberth Reich, “Protection of Consumers Economic
transaksi e-commerce tidak ada lagi batas negara maka undang- Interests by the EC,” Sydney Law Review, March
undang perlindungan konsumen masing-masing negara, seperti 1992, hlm. 24-61

Reni Kurnia Problematika UU ITE... ISSN 2301 - 4156

Anda mungkin juga menyukai