Anda di halaman 1dari 4

Multitafsir yang Mengekang Kebebasan dari Kasus Penistaan Agama

Studi Kasus : Penistaan Agama oleh Basuki Cahya Purnama (Ahok)


Oleh : Eriyanti (404868)

Pendahuluan
Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 yang mengatur
tentang informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi informasi secara umum.
Memahami pesatmya perkembangan teknologi informasi dan pemanfaatannya, pemerintah
Indonesia melakukan revisi pada UU ITE. Revisi tersebut tertulis dalam perubahan Undang
undang No. 19 tahun 2016 mengenai perubahan Undang-undang No.11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elketronik. Namun UU ITE seringkali menimbulkan pro dan kontra.

Kasus Penistaan Agama


Ahok dilaporkan oleh Novel Bamumin dengan didampingi Tim Advokat Cinta Tanah
Air ke Bareskrim, pada hari Kamis (6/10/2016) berdasarkan dari unggahan video dan status
pada Fcaebook Buni Yani. Kasus ini kemudian menjadi polemik dan pro kontra di
masyarakat. Ahok lalu meminta maaf terkait pidatonya yang menyebut surat Al Maidah ayat
51 di Kepulauan Seribu.
Dalam pidato yang di lakukan oleh Ahok di depan masyarakat Pulau Seribu dengan
durasi pidato kurang lebih 45 Menit ada perkataan yang di pandang oleh umat islam
melecehkan agama dan kitab suci dengan cuplikan kata sebagai berikut “di bohongi oleh ayat
al-maidah 51 macem-macem itu” bertepatan dengan perkataan seperti itu sebenarnya Basuki
Cahya Purnama sudah meminta maaf di akun instragramnya :
Hari Kamis (06/10), Ahok menulis, "Saat ini banyak beredar pernyataan saya dalam
rekaman video seolah saya melecehkan ayat suci Al Quran surat Al Maidah ayat 51, pada
acara pertemuan saya dengan warga Pulau Seribu."
"Berkenaan dengan itu, saya ingin menyampaikan pernyataan saya secara utuh melalui
video yang merekam lengkap pernyataan saya tanpa dipotong. Saya tidak berniat
melecehkan ayat suci Alquran, tetapi saya tidak suka mempolitisasi ayat-ayat suci, baik itu
Alquran, Alkitab, maupun kitab lainnya,".
Dari pernyataan di media social tersebut sebenarnya sahabat Ahok (sebutan untuk
pendukung Ahok) sudah mencoba melakukan permohonan maaf kepada semua orang yang
memeluk Agama Islam di Indonesia. Tetapi ada beberapa Ormas Islam yang memang tidak
bisa memaafkan hal tersebut, karna di tuduh sudah terlalu dan menghina Agama islam.
Sahabat Ahok di laporkan oleh pihat Ormas FPI ( FronPembela Islam) ke Bareskrim
Kapolri dengan berdasarkan pasal : Ahok dilaporkan berdasarkan Pasal 156 a KUHP Jo
pasal 28 ayat (2) UU No 11 tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik (ITE), dengan
ancaman hukuman lima tahun penjara.
Pasal pasal 28 ayat (2) UU No 11 tahun 2008 ber bunyi :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa sengaja menyebarkan informasi yang di tujukan
untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku,agama,ras dan antargolongan ( SARA”).
Jelaslah bahwa apa yang di tuntut oleh beberapa Ormas Islam dari perkataan Basuki
Cahya Purnama adalah tentang isu SARA dan tepat juga pada waktu pencalonan yang
bersangkutan dengan Pilkada Jakarta. Beberapa corak Ormas Islam yang ada di Indonesia
banyak yang menolak untuk di pimpin oleh non Islam mereka tidak menyadari bahwa
mereka hidup di Indonesia yang memagang Sistem Demokrasi bukan Negara Islam seperti di
Negara Timur.
Sang penggunggah video tersebut juga terkena dampak, Buni Yani resmi menjadi
tersangka dalam kasus dugaan penyebaran informasi yang menimbulkan rasa kebencian
berdasarkan SARA akibat pernyataan/tulisan yang diunggahnya di facebook. Polisi menilai
perbuatan Buni termasuk perbuatan pidana karena telah menyertakan status yang berpotensi
menimbulkan rasa kebencian saat mengunggah cuplikan video pernyataan Ahok.

Berikut adalah kronologi kejadian kasus tersebut :

6 Oktober 2016
Buni Yani mengunggah cuplikan video pernyataan Ahok saat bertugas selaku Gubernur DKI
Jakarta di Kepulauan Seribu. Dalam video itu Ahok menyitir surat Al Maidah ayat 51.
Cuplikan Video Ahok yang diunggah Buni Yani menjadi viral di media sosial. Postingan itu
dia beri judul 'PENISTAAN TERHADAP AGAMA?'.

7 Oktober
Kelompok relawan Kotak Adja (Komunitas Muda Ahok Djarot) melaporkan Buni Yani
terkait postingan video yang menampilkan pernyataan Ahok. Postingan yang viral di media
sosial itu disebut telah diakali untuk tidak ditayangkan secara utuh dan berpotensi
memprovokasi masyarakat.

10 Oktober
Buni Yani melaporkan balik Komunitas Advokat Pendukung Ahok-Djarot (Kotak Adja).
Buni merasa tidak pernah mengedit video Ahok terkait dugaan penistaan agama. Buni
melaporkan balik relawan Ahok dengan didampingi 20 anggota Himpunan Advokat Muda
Indonesia. Buni melaporkan balik relawan Kotak Adja karena merasa difitnah dan dihalang-
halangi dalam hal kebebasan berpendapat.
14 Oktober
Video yang diunggah Buni Yani dijadikan sebagai rujukan aksi ratusan orang dari Front
Pembela Islam. Massa FPI berdemonstrasi di Balai Kota DKI Jakarta. Dalam berbagai orasi
dan spanduk yang mereka bawa, para pendemo meminta Gubernur DKI Jakarta Basuki
Tjahaja Purnama ditangkap. "Kami minta polisi menangkap Ahok, kalau tidak kami bunuh,"
kata Ketua FPI Muhammad Rizieq Shihab dalam orasinya.
1 November
Terhitung sejak video Ahok diunggah hingga memasuki bulan November, polisi mencatat
setidaknya ada 11 laporan terkait kasus dugaan penistaan agama dengan terlapor Ahok. Dari
11 laporan itu ada yang dilaporkan di Palu, Palembang, Mapolda Metro Jaya, dan juga
Bareskrim Polri.
4 November
Demonstrasi besar-besaran terjadi pada 4 November. Areal di lingkaran Istana Merdeka dan
silang Monas menjadi lautan masa berpakaian serba putih. Aksi Bela Islam yang berlangsung
damai itu menuntut pemerintah turun tangan memproses tuntutan agar proses hukum
terhadap Ahok dijalankan.
Ketika petang beganti malam, demonstrasi berujung ricuh. Suasana di Jalan Merdeka Barat
mencekam. Peserta aksi bertindak anarkis akibat provokasi sejumlah oknum di lapangan.
Di tempat terpisah, kerusuhan terjadi di wilayah Penjaringan, Jakarta Utara. Massa bentrok
dengan aparat pengamanan. Mereka bahkan melakukan penjarahan di beberapa toko yang ada
di sana.
15 November
Desakan publik dan ketegangan situasi politik di ibu kota telah membuat Presiden Joko
Widodo mengeluarkan pernyataan dan sikap resmi selaku kepala pemerintahan. Dalam
pernyataannya, Jokowi meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian memerintahkan jajarannya
untuk memproses hukum Ahok secara terbuka dan transparan. Polisi pun kemudian untuk
pertama kalinya melakukan gelar perkara terbuka dengan melibatkan sejumlah pihak dalam
memproses hukum kasus dugaan penistaan agama yang dituduhkan Ahok.
16 November
Polisi menetapkan Ahok sebagai tersangka. Meski tidak disimpulkan dengan suara bulat,
hasil gelar perkara memutuskan proses hukum Ahok ditingkatkan dari penyelidikan ke
tingkat penyidikan. Ahok dikenai Pasal 156-A Kitab Undang-Undang Hukum Pidana juncto
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik atau UU
ITE.

23 November
Buni Yani untuk pertama kalinya diperiksa sebagai terlapor atas laporan Kotak Adja terkait
Undang-Undang no. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Buni Yani
memenuhi panggilan polisi pada siang hari dan menjalani pemeriksaan intensif di Polda
Metro Jaya. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan penyelidikan, polisi memutuskan untuk
menetapkan Buni Yani sebagai tersangka penghasutan SARA.

Vonis hukuman untuk Ahok


Basuki Cahya Purnama telah divonis oleh Hakim dengan 2 tahun hukuman 2 tahun
penjara karena terbukti melakukan penodaan agama. Putusan majelis hakim lebih berat
dibanding tuntutan jaksa, yakni 1 tahun penjara dengan masa percobaan 2 tahun.
Majelis hakim menyebut Ahok sengaja memasukkan kalimat terkait dengan pemilihan
gubernur dan menyebut Surat Al-Maidah 51. "Dari ucapannya tersebut, Ahok jelas menyebut
Surat Al-Maidah yang dikaitkan dengan kata 'dibohongi'. Hal ini mengandung makna yang
negatif. Bahwa terdakwa telah menilai dan mempunyai anggapan bahwa orang yang
menyampaikan Surat Al-Maidah ayat 51 kepada umat atau masyarakat terkait pemilihan
adalah bohong dan membohongi umat atau masyarakat, sehingga terdakwa sampai berpesan
kepada masyarakat di Kepulauan Seribu dengan mengatakan jangan percaya sama orang, dan
yang dimaksud yang adalah jelas orang yang menyampaikan Al-Maidah ayat 51," sambung
hakim dalam putusannya.
Solusi

Islam adalah Agama yang toleran dan saling menghargai perbedaan satu dengan yang lain
atau antar golongan, yang berlandasan pada Al-Qur’an dan sunah serta ijma’ dan Qiyas.
Dalam nenafsirkan Al-Qur’an pun tidak semua orang bisa dengan mudahnya harus
mempunyai syarat dan ketentuan tersendiri. Mengetahui asbabun Nuzul dari suataun ayat itu
turun pun kapan dan di massa apa, Sehingga umat Islam tidak mudah untuk di Provokasi
oleh orang yang mempunyai kepentingan dalam Hal politik maupun kepentingan pribadi
seseorang. Berkaitan dengan surat Al-Maidah ayat 51 ini umat islam juga di untungkan karna
sebagian dari umat Islam terus berusaha memahami teks Al-Qur’an ini dengan membuka
tafsir-tafsir yang menjelaskan ayat ini, mari kita renungkan bersama dan jangan mudah ter
provokasi oleh issu yang bersifat (SARA).

Referensi

[1] Kronologi kasus buni yani penyebar video ahok. Nasional.2016[Online]


http://www.cnnindonesia.com/nasional/20161124075029-12-174911/kronologi-kasus-buni-yani-
penyebar-video-ahok-soal-al-maidah/
[2] Vonis Ahok lebih berat dibanding tuntutan. Detik.2017 [Online] https://news.detik.com/berita/d-
3496349/vonis-ahok-lebih-berat-dibanding-tuntutan-ini-kata-jaksa

Anda mungkin juga menyukai