Anda di halaman 1dari 20

KAPITA SELEKTA HUKUM

PIDANA

KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA


Oleh :

1. Ganda Tahi Sitorus E1A012146


2. Ririn Tri Sukmawati E1A012178
3. Alborta E1A112008
Latar Belakang masalah
 Wacana kebebasan beragama di Indonesia sudah
berkembang sejak kemerdekaan RI tahun 1945 silam,
bahkan jauh sebelum itu.
 Kebebasan beragama adalah prinsip yang mendukung
kebebasan individu atau masyarakat, untuk menerapkan 
agama atau kepercayaan dalam ruang pribadi atau umum.
 Kebebasan beragama masih menjadi perbincangan sampai
saat ini . Pelanggaran kebebasan beragama menjadi suatu
masalah yang dihadapi banyak negara termasuk Indonesia.
Pelanggaran yang terjadi paling banyak menimpa agama
minoritas dan aliran kepercayaan .
Kasus
 TRAGEDI CIKEUSIK
            Tragedi Ahmadiyah di Cikeusik terjadi pada Minggu (6/2/2011), dimana kronologis tragedi tersebut
terdapat banyak versi. Terdapat beberapa pihak  yang menggambarkan rentetan kejadian konflik tersebut, ada
dari sudut pandang yang menyudutkan warga penyerang, ada pula sebaliknya yang menyudutkan pihak
Ahmadiyah. Namun kita harus tetap bisa melihat rentetan kejadian tersebut secara holistik dan kritis.
Salah satu pihak yang menggambarkan kronologis kejadian tersebut adalah MUI, karena MUI sebagai badan
yang cukup memiliki andil dalam melihat konflik ini. Koronologis ini disampaikan Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI), Amidhan, berdasarkan keterangan Sekjen MUI Banten pada dirinya. Menurut Amidhan,
peristiwa itu bermula saat masyarakat Cikeusik meminta kelompok Ahmadiyah di sana untuk keluar, karena
sudah meresahkan. Permintaan ini juga dilaksanakan dengan baik-baik. Tapi, kelompok Ahmadiyah tetap tidak
mau keluar. Malam harinya, lanjut Amidhan, ada gelagat gesekan. Namun, hal itu diketahui oleh kepolisian
sekitar. Tidak ingin ada kerusuhan, polisi membawa kelompok Ahamadiyah yang jumlahnya hanya satu
keluarga itu ke Mapolsek Pandeglang untuk diamankan.
Tapi tiba-tiba, datanglah dua mobil yang berisi sekiatar 18 orang ke kampung itu. Yang mengaku dari Jakarta
dan Bogor. Mereka katanya mau melindungi warga Ahmadiyah itu. Tapi mereka datang dengan membawa
senjata tajam seperti celurit dan golok,” kata Amidhan.
Saat diminta agar mereka pulang, lanjut Amidhan, kelompok ini malah menantang dan sesumbar akan
mempertahankan Ahmadiyah sampai titik darah penghabisan. Karena marasa ditantang, warga sekitarpun
akhirnya berdatangan dan terjadilah bentrokan. Jadi, masih kata Amidhan, peristiwa ini terjadi karena
provokasi. Kalau 18 orang itu tidak datang, kejadian ini tidak akan terjadi. Sebab, warga juga memintanya
dengan baik-baik. Tapi karena ditantang, orang Banten merasa geram. Yang bermula dari masalah keyakinan,
bergeser ke masalah tantanga. Kemudian terjadilah konflik tersebut dan menghasilkan 3 orang anggota
Ahmadiyah tewas dan 5 orang lainnya luka-luka.
Kebebasan Beragama
 Kebebasan beragama adalah prinsip
yang mendukung kebebasan individu
atau masyarakat, untuk menerapkan
agama atau kepercayaan dalam ruang
pribadi atau umum termasuk kebebasan
untuk mengubah agama dan tidak
menurut setiap agama.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
 Konvensi Internasional Hak Sipil dan Politik
mengakui hak kebebasan beragama dan
berkeyakinan , dalam Pasal 18 :

 “Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran,


keinsafan batin dan agama, dalam hak ini termasuk
kebebasan berganti agama atau kepercayaan, dan
kebebasan untuk menyatakan agama atau
kepercayaannya dengan cara mengajarkannya,
melakukannya, beribadat dan menepatinya, baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain,
dan baik di tempat umum maupun yang tersendiri.”
Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar
Tahun 1945
  “Setiap orang bebas memeluk agama
dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran,
memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak
kembali.”
 Dalam hal sistem kepercayaan, ada enam agama
yang diakui oleh pemerintah selain itu juga ada
beberapa aliran kebatinan dan kepercayaan yang
dianut oleh sebagian kelompok masyarakat.
semuanya adalah potensi masyarakat Indonesia.
Dalam potensi tersebut, juga ada kemungkinan
akan munculnya “agama” atau “aliran kepercayaan”
baru di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Hal
ini karena faktor “kreatifitas’ imajinasi orang
Indonesia yang sangat luar biasa dalam menerobos
orbit Metafisik di luar batas-batas keyakinan yang
telah ada dan menawarkan dirinya.
Pertama, sekte agama atau aliran keyakinan asli Indonesia. Seperti :

 Kelompok seperti Parmalim


 Sunda Wiwitan
 Gatolocod
 Dharmo Gandul

kepercayaan yang dilahirkan dari pemikiran


orang Indonesia. Kelompok ini lahir secara asli
dari dan oleh manusia Indonesia, dan relatif
bebas dari doktrin agama lain yang berasal
diluar Nusantara.
Kedua, sekte keagamaan yang ide teologisnya berasal
dari luar Indonesia tapi berkesempatan berkembang di
Indonesia. Seperti :

 Ahmadiyah
 Bahaiyah
 Ketiga, sekte keagamaan yang dimunculkan
oleh orang Indonesia, namun doktrin
teologisnya banyak dipengaruhi oleh agama-
agama yang telah ada. Bahkan, terkadang
rumusan-rumusan teologis dari sekte dalam
kategori ini beberapa kali mengutip nama atau
istilah yang telah digunakan oleh agama lain
yang lebih dulu antara lain :

 Al Qiyadah
 Lia Eden
 Satrio Piningit
 Sabda Kusumadi Kudus
 Hakeko di Banten
 Santriloka
Landasan Hukum Yang Mengatur
Kebebasan Beragama
UUD 1945 :
 Pasal 28 E
 Pasal 28 I
 Pasal 29

UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM :


 Pasal 4
 Pasal 22

Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik :


 Pasal 18
Peran Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 dalam Kebebasan
Beragama
Indonesia, dengan ideologi Pancasila-nya,
meletakkan agama sebagai hal yang sangat
penting bagi kehidupan masyarakatnya.
Bahkan, kehidupan berketuhanan dan
beragama tertuang dalam sila yang paling
awal. Selain itu, konsep hubungan antara
negara dan agama yang diterapkan di
Indonesia adalah negara dan agama saling
membantu.Indonesia sebagai suatu negara
mempunyai hubungan khusus dengan agama,
yakni:
 Negara berdasarkan Sila pertama:
“KETUHANAN YANG MAHA ESA”.
 Norma hukum untuk kehidupan bernegara,
sedangkan norma moral untuk kehidupan
beragama.
 Negara dan agama saling melengkapi, tidak
disatukan dan juga tidak dipertentangkan.
 Kebebasan berketuhanan, beragama, dan
beribadah diatur dalam Pasal 29 ayat (1) dan
(2) Undang-undang Dasar 1945.
 Indonesia bukan negara theokrasi, bukan
sekuler dan bukan atheis. Indonesia
merupakan negara yang berketuhanan.
 Kebebasan beragama sebagai hak asasi manusia di
Indonesia mendapat jaminan, yaitu melalui Undang Undang
Dasar 1945 Pasal 29 :
 
(1)   Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2)   Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaan itu.

 Dalam Pasal 28E ayat (1) yang menyangkut hak asasi


manusia juga tercantum:
 
(1)   Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran,
memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya srta berhak
kembali.
Upaya-Upaya Dalam Proses Mewujudkan
Kebebasan Beragama
 Pemerintah berupaya memberdayakan
masyarakat pada umumnya dan kelompok
umat beragama serta pemuka agama untuk
menyelesaikan sendiri masalah umat
beragama.

 Pemerintah memberikan rambu-rambu


dalam pengelolaan kerukunan umat
beragama baik yang dilakukan oleh umat
maupun Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
Pemerintah melakukan langkah-langkah
 Pembentukan dan peningkatan efektivitas Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB).
 Pengembangan sikap dan perilaku keberagamaan yang inklusif dan
toleran.
 Penguatan kapasitas masyarakat dalam menyampaikan dan
mengartikulasikan aspirasi-aspirasi keagamaan melalui cara-cara
damai, serta pengembangan pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM).
 Peningkatan dialog dan kerjasama intern antarumat beragama, dan
pemerintah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama.
 Peningkatan koordinasi antar instansi/lembaga pemerintah dalam
upaya penanganan konflik terkait isu-isu keagamaan.
 Pengembangan wawasan multikultur bagi guru-guru agama, penyuluh
agama, siswa, mahasiswa dan para pemuda calon pemimpin agama.
 Peningkatan peran Indonesia dalam dialog lintas agama di dunia
internasional.
 Penguatan peraturan perundang-undangan terkait kehidupan
keagamaan
Beberapa bentuk pelanggaran kebebasan beragama yang terjadi di Indonesia :

 Gedung GKJ Sukorejo dibakar massa (10 Juli 2010)


 Gereja Katolik Sukoharjo dilempari bom Molotov (7 desember 2010)
 2 Januari 2009
Aparat gabungan Polda Jawa Tengah membubarkan pengajian
jemaatAhhmadiyah Indonesia (JAI) dengan alasan belum mendapat
izin pelaksanaan.
 16 Oktober 2009
Bupati Purwakarta mencabut Izin Mendirikan Bangunan (IMB) gereja
Stasi Santa Maria yang akan dibangun di Desa Bungur Sari,
Kecamatan Cinangka, dengan alasan pesyaratan yang kurang
lengkap
 Pernyataan Kapolri setelah terjadi peristiwa pengrusakan bangunan
yang biasa digunakan untuk beribadah umat Kristen di Yogyakarta
pada 1 Juni 2014, bahwa rumah hunian tidak boleh dipakai untuk
ibadah rutin.
Pelanggaran-pelanggaran yang sering dilakukan pemerintah dan pihak aparat adalah :

 Pelarangan pendirian tempat ibadat


 Mempersulit proses pendirian tempat
ibadah
 Pelarangan aktivitas keagamaan
 Kriminalisasi keyakinan
 Pemaksaan keyakinan
 Intimidasi, dan
 Tindakan pembiaran
Kesimpulan
Kebebasan beragama masyarakat telah terjamin oleh
Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, dan Undang-
undang yang lain. Meskipun telah dijamin, pelaksanaan
kebebasan beragama masih jauh dari memuaskan. Masih
banyak kasus pelanggaran hak kebebasan beragama
serta konflik antar umat beragama dan cenderung
meningkat tiap tahunnya. Kinerja pemerintah dan aparat
dalam menegakkan hak kebebasan beragama masih
belum maksimal. Penegakkan hak kebebasan beragama
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah
dan masyarakat, untuk Lembaga pemerintah, Diharapkan
menjadi pengontrol yang efektif bagi pelaksanaan
kebebasan beragama di Indonesia
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai