NIM : F011201046
Reformasi adalah suatu perubahan tatanan kehidupan lama dengan tatanan kehidupan yang
baru yang bertujuan ke arah perbaikan kehidupan di masa depan. Orang yang mendukung
reformasi disebut dengan reformis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Reformasi
berarti perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu
masyarakat atau negara. Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia pada 1998 merupakan suatu
gerakan untuk mengadakan perbaikan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum.
Gerakan ini muncul karena keadaan keadaan masyarakat Indonesia sejak terjadinya krisis
moneter dan ekonomi sangat terpuruk. Masalah yang dihadapi Pemerintah Indonesia saat itu
ialah sulitnya kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) karena harganya yang sangat tinggi,
sampai-sampai masyarakat pun harus antre untuk membelinya. Peristiwa ini ini diperparah
dengan kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang semakin tidak terkendali. Oleh karena itu,
kemunculan gerakan reformasi bertujuan untuk memperbaharui tatanan kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara agar kesejahteraan rakyat tercapai. Beberapa agenda
reformasi yang disuarakan para mahasiswa antara lain sebagai berikut:
1. Adili Soeharto dan kroni-kroninya.
2. Amandemen UUD 1945.
3. Penghapusan Dwi fungsi ABRI.
4. Otonomi daerah yang seluas-luasnya.
5. Supremasi hukum.
6. Pemerintahan yang bersih dari KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).
Kerukunan antara umat beragama pada masa Orde Baru relatif lebih aman jika
dibandingkan dengan masa Orde Reformasi sekarang. Indikasi tersebut dapat dilihat pada
kondisi dan situasi yang konduktif di masa Orde Baru. Tetapi seiring dengan perubahan
memasuki era reformasi, seluruh tatanan kehidupan masyarakat pun turut berubah termasuk
perubahan secara drastis tentang hubungan dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia.7
Pada masa Orde Baru yang berkuasa selama kurang lebih tiga dekade, ternyata berakhir dengan
tragis yakni dengan adanya peralihan pimpinan pemerintahan dari Presiden Soeharto kepada B.J
Habibi. Peristiwa tersebut tercatat pada tanggal 21 Mei 1998, momentum yang dilukiskan
sebagai tonggak dari awal berlangsungnya estafet reformasi. Kejatuhan rezim Orde Baru
merupakan buah dari gerakan reformasi yang dilakukan oleh rezim yang berhasil
mengembangkan tatanan kemasyarakatan yang kukuh, termasuk terlaksananya kerukunan
kehidupan umat beragama.
Kerukunan beragama, solidaritas dan toleransi.
Ketidakharmonisan antar pemeluk agama dilatarbelakangi oleh banyak faktor, dimana hal
tersebut dapat dibedakan kedalam dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 2 Faktor
internal adalah faktor yang mempengaruhi seseorang bersikap disebabkan paham keagamaan
terhadap ajaran agamanya. seperti adanya kecendrungan pemahaman radikal-ekstrim dan
fundamental subjektif terhadap ajaran agama yang dianut. Sedangkan faktor lainnya, seperti
sikap bedonitas dan oportunitas dengan mengatasnamakan agama sebagai komuditas
kepentingan telah menjadikan petaka kemanusiaan yang berkepanjangan. Faktor-faktor
disharmonitas tersebut perlu ditelaah dalam relevansinya dengan hubungan umat beragama di
Indonesia. Hal ini didasari kerangka fikir bahwa salah satu langkah untuk merendam konflik
adalah mengetahui sumber-sumber konflik itu sendiri.
Selain yang telah disebutkan diatas, kerukunan beragama berarti hubungan sesama umat
beragama dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan
dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD RI
Tahun 1945. Umat beragama dan Pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam
memelihara kerukunan umat beragama dibidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat
beragama.
Sejak ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 telah
dijamin bahwa “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Jaminan tersebut dirumuskan dalam pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang sampai saat ini tidak
dilakukan perubahan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Disamping pasal tersebut,
dirumuskan pula dalam pasal 29 ayat (2) UUD 1945 bahwa, “Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu”.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Febri. (2009). Konsep Kebebasan Beragama Menurut Uud Tahun 1945 Serta
Kaitannya Dengan HAM. Toleransi, 1(2), 218-231
Quipper.com. (2019, 16 Oktober). Kehidupan Bangsa Indonesia pada Masa Reformasi Sejarah
Kelas 12. Diakses pada 9 Maret 2021, dari
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/sejarah/kehidupan-pada-masa-reformasi-sejarah-kelas-
12/