Anda di halaman 1dari 13

PAPER

ANALISIS PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


(TAKSONOMI BLOOM)

Disusun Oleh :

Novalidia Christianti Warara (200504501011)

Ainul Mu’minin (2005040501003)

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

MAKASSAR

2021/2022
PEMBAHASAN

Sejarah Taksonomi Bloom

Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi atas
prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang
psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai
kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran.
Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan berhasil meraih
doktor di bidang pendidikan dari The University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai
konsultan dan aktivis internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar
dalam sistem pendidikan di India.
Ia mendirikan the International Association for the Evaluation of Educational
Achievement, the IEA dan mengembangkan the Measurement, Evaluation, and Statistical
Analysis [MESA] program pada University of Chicago.
Di akhir hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of Research and Development
Committees of the College Entrance Examination Board dan The President of the American
Educational Research Association. Ia meninggal pada 13 September 1999.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi
Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar
yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan
hanyameminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka.
Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948.
Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir
[thinking behaviors]. Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi,
Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat
yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih
dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga
domain/ranah kemampuan intelektual [intellectual behaviors] yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.

Pengertian Taksonomi Bloom

Secara etimologi, taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos. Tassein
artinya mengklasifikasi dan nomos artinya aturan. Taksonomi secara etimologi berarti klasifikasi
atas suatu prinsip dasar maupun aturan. Taksonomi Bloom merupakan sebuah struktur hirarki
yang mengidentifikasi kemampuan individu mulai dari tingkat rendah hingga tinggi. Sejarah
taksonomi Bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, pada waktu itu evaluasi hasil belajar yang
disusun di sekolah, ternyata butir soal terbanyak yang diujikan hanya meminta siswa untuk
mengingat hafalan.
Menurut Bloom, hafalan merupakan tingkat paling rendah dalam kemampuan berpikir
(thinking behaviors). Padahal masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar
proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang berkompeten.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai taksonomi ini, perlu diketahui bahwa ada 3 bagian
penting dalam konsep pembelajaran ini. Bloom telah membagi tujuan pendidikan ke dalam 3
ranah yaitu sebagai berikut :
1. KOGNITIF
Ranah ini disebut juga sebagai cognitive domain. Ranah ini berfokus pada perilaku yang
menekankan intelektual seseorang. Pada intinya ranah ini berfokus pada kemampuan
berpikir dan kecerdasan otak seseorang. Contoh yang termasuk ke dalam ranah kognitif
ini adalah keterampilan dalam berpikir, pengetahuan, serta pengertian.
2. AFEKTIF
Ranah ini disebut juga dengan nama affective domain. Ranah ini berfokus pada perilaku
yang lebih menekankan sisi emosi dan perasaan dari seseorang. Sebagai contoh bagian
yang termasuk ke ranah ini adalah apresiasi, minat, sikap, serta cara diri sendiri untuk
beradaptasi.
3. PSIKOMOTORIK
Ranah berikutnya adalah psikomotorik atau psychomotoric domain. Ranah ini akan
berfokus pada perilaku yang mengarah ke aspek motorik. Sebagai contoh adalah tulisan
tangan, kemampuan berenang, berolahraga, dan lain sebagainya.

KLASIFIKASI
Ketiga jenis ranah yang sudah dibahas sebelumnya memiliki klasifikasi yang berbeda-beda.
Tiga-tiganya harus berjalan secara seimbang agar proses pembelajaran bisa memberikan hasil
yang efektif. Berikut akan diberikan penjelasan mengenai klasifikasi taksonomi bloom sesuai
dengan tiga ranah yang sudah disebutkan.
1. KOGNITIF
Ranah kognitif sepenuhnya akan berhubungan dengan kemampuan dan kecerdasan otak.
Ranah ini terbagi lagi menjadi 6 tingkatan proses belajar dan berpikir. Biasanya ranah ini
yang menjadi fokus bagi para orang tua yaitu agar anaknya bisa menjadi anak yang
pintar. Berikut adalah klasifikasi ranah kognitif dan penjelasannya.
A. Pengetahuan
Tingkat pertama adalah pengetahuan atau knowledge. Ini merupakan kemampuan
mengingat serta menjelaskan kembali suatu ilmu yang sudah didapatkan. Kata kerja
operasional pada tingkatan ini contohnya seperti menyebutkan, menjelaskan,
mengidentifikasi, membilang, mencatat, membaca, menulis, dan masih banyak lagi.
B. Pemahaman
Tingkat kedua adalah pemahaman atau comprehension. Ini merupakan kemampuan
dalam memahami materi yang diberikan dan bisa menginterpretasikan dengan bahasa
sendiri. Kata kerja operasional pada tingkatan ini contohnya menjelaskan,
memperkirakan, menggali, mengubah, menguraikan, dan lain sebagainya.
C. Penerapan
Tingkat berikutnya adalah penerapan atau application. Ini merupakan kemampuan
dalam menerapkan informasi maupun ilmu yang didapat di dunia nyata. Kata kerja
operasional pada tingkatan ini adalah memerlukan, menentukan, menugaskan,
melengkapi, dan lain sebagainya.
D. Analisis
Tingkatan selanjutnya adalah analisis yang berarti kemampuan menguraikan sebuah
materi menjadi bagian-bagian yang lebih jelas. Kemampuan untuk menganalisis ini
cukup sulit untuk dimiliki. Kata kerja operasional yang ada di tingkatan ini antara lain
adalah memeriksa, memecahkan, menganalisis, menyeleksi, dan lain sebagainya.
E. Sintesis
Tingkatan berikutnya yang bisa Anda temui adalah sintesis. Sintesis adalah
kemampuan dalam mengombinasikan berbagai komponen sehingga terbentuk
struktur baru. Jika seseorang sudah sampai di tahap ini maka ia akan mampu
membuat hipotesis dan teori sendiri berdasarkan ilmu yang sudah didapatkan.
Namun, perlu diketahui bahwa kemampuan melakukan sintesis tidaklah mudah dan
dibutuhkan bekal pemikiran yang baik. Beberapa contoh kata kerja operasional yang
ada di tingkatan ini adalah mengombinasikan, mengarang, menciptakan, merevisi,
merangkai, dan lain sebagainya.
F. Evaluasi
Tahapan terakhir adalah evaluasi. Pada tahap ini seseorang memiliki kemampuan
melakukan evaluasi dan menilai suatu hal berdasarkan acuan tertentu. Kata kerja
operasional pada tingkatan ini adalah menyimpulkan, mengkritik, mempertahankan,
membandingkan, dan lain sebagainya.
2. AFEKTIF
Ranah afektif meliputi kemampuan seseorang yang berhubungan dengan emosi, mental,
dan perasaan. Ranah ini memiliki 5 tingkatan perilaku sebagai berikut.
A. Penerimaan
Tingkat pertama adalah penerimaan atau receiving. Penerimaan merupakan
kemampuan dari seseorang untuk menunjukkan apresiasi kepada orang lain. Kata
kerja operasional pada tingkatan ini adalah mengikuti, mempertanyakan, mematuhi,
menganut, mengidentifikasi, menjawab, dan lain sebagainya.
B. Partisipasi
Setelah penerimaan, tahap selanjutnya adalah partisipasi. Tahap ini merupakan
kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Ia juga memiliki
motivasi untuk bertindak jika ada suatu hal yang terjadi. Tindakan yang dilakukan
bukan untuk kepentingan sendiri namun juga bagi orang lain. Kata kerja operasional
pada tingkatan ini di antaranya adalah menjawab, mentaati, menyetujui, melakukan,
memilih, menulis, melaporkan, dan lain sebagainya.
C. Nilai Yang Dianut
Tahap berikutnya adalah valuing atau nilai yang dianut. Tingkatan ini memiliki arti
kemampuan seseorang untuk membedakan mana yang buruk dan mana yang baik.
Nilai tersebut kemudian diekspresikan oleh seseorang dalam bentuk perilaku. Contoh
mudahnya adalah seseorang memberi usul kegiatan gotong royong di lingkungannya.
Kata kerja operasional pada tingkatan ini di antaranya adalah memilih, menunjukkan,
mengikuti, memenuhi, menjelaskan, membentuk, dan lain sebagainya.
D. Organisasi
Tingkat berikutnya adalah organisasi. Individu yang sudah sampai pada tahap ini
memiliki kemampuan membentuk sebuah sistem nilai maupun budaya organisasi di
tengah perbedaan. Kata kerja operasional yang ada di tingkatan ini adalah merancang,
mengatur, mentaati, mematuhi, menghubungkan, dan lain sebagainya.
E. Karakterisasi
Tingkatan yang paling tinggi adalah karakterisasi. Karakterisasi merupakan
kemampuan mengendalikan perilaku sesuai dengan norma yang dianut. Salah satu
contoh yang paling mudah adalah seseorang menunjukkan sikap kooperatif saat harus
bekerja dalam sebuah kelompok. Kata kerja operasional yang ada di tingkatan ini
adalah melaksanakan, memperbaiki, membatasi, mengajukan, membantu, dan lain
sebagainya.
3. PSIKOMOTORIK
Ranah psikomotorik berhubungan dengan kemampuan motorik seseorang. Ranah ini juga
berhubungan dengan aktivitas pembelajaran yang melibatkan urusan fisik. Untuk ranah
psikomotorik, ada 7 tingkatan yang perlu dilewati yaitu sebagai berikut.
A. Persepsi
Tingkat yang pertama adalah persepsi. Persepsi merupakan kemampuan memakai
saraf sensori untuk memperkirakan suatu hal. Contoh mudahnya adalah saat kita
menurunkan suhu AC ketika merasa kegerahan. Kata kerja operasional pada tingkat
ini adalah memilih, mendeteksi, membedakan, menyeleksi, dan lain sebagainya.
B. Kesiapan
Tahap berikutnya adalah kesiapan atau set. Pada tahap ini seseorang sudah menguasai
kemampuan untuk mempersiapkan diri secara fisik maupun mental saat berhadapan
dengan suatu hal. Kata kerja operasional untuk tingkatan ini adalah mengawali,
memulai, memperlihatkan, membantu, menunjukkan, dan lain sebagainya.
C. Guided Response
Guided response atau reaksi yang diarahkan merupakan kemampuan seseorang
melakukan gerakan sesuai contoh. Pada tingkatan ini seseorang akan memiliki
keterampilan mengikuti sesuatu yang bisa ditiru. Kata kerja operasional pada
tingkatan ini adalah memasang, meniru, mengikuti, mencoba, dan lain sebagainya.
D. Reaksi Natural
Tingkatan reaksi natural disebut juga mechanical response. Pada tingkatan ini
seseorang bisa memperagakan sesuatu yang pernah ia lihat tanpa harus diberi contoh.
Kata kerja operasional yang ada di tingkatan ini adalah membangun, mengoperasikan,
membongkar, merakit, dan lain sebagainya.
F. Reaksi Kompleks
Tingkat berikutnya adalah reaksi yang kompleks atau complex response. Pada tingkat
ini seseorang memiliki kemampuan melakukan gerakan dengan beberapa tahapan.
Salah satu contohnya adalah saat seseorang bisa membongkar kemudian memasang
kembali sebuah peralatan rumah. Kata kerja operasional untuk tingkat ini di antaranya
adalah memasang, mengoperasikan, merakit, mempertajam, membongkar, dan lain
sebagainya.
G. Adaptasi
Tingkat selanjutnya setelah reaksi kompleks adalah adaptasi atau adjustment. Pada
tahap ini seseorang memiliki kemampuan mengembangkan keahliannya. Ia juga
mampu melakukan modifikasi keterampilannya sesuai dengan kebutuhan. Kata kerja
operasional pada tingkat ini adalah merevisi, mengubah, memodifikasi, dan lain-lain.
H. Kreativitas
Tahap yang terakhir sekaligus yang cukup sulit diraih adalah kreativitas. Pada tahap
ini seseorang memiliki kemampuan menciptakan sebuah pola gerakan yang baru
sesuai dengan inisiatif dari diri sendiri. Kata kerja operasional pada tingkatan ini
adalah membangun, merancang, menciptakan, membuat, dan lain sebagainya.

TAKSONOMI BLOOM REVISI


Perlu diketahui bahwa ternyata taksonomi susunan Bloom ini mengalami perubahan atau revisi
agar isinya jadi sempurna. Sebelum mengetahui bentuk taksonomi bloom terbaru setelah revisi,
tentu Anda harus tahu bentuk aslinya terlebih dahulu sebagai perbandingan. Berikut adalah
urutan orisinal yang dibuat oleh Benjamin Bloom.

1 Pengetahuan
2 Komprehensi
3 Aplikasi
4 Analisis
5 Sintesis
6 Evaluasi
Perubahan taksonomi ini kemudian dilakukan oleh Lorin Anderson yang merupakan mahasiswa
dari Bloom. Perubahan yang dilakukan pada taksonomi tersebut adalah sebagai berikut :
1 Perubahan nama enam kategori yang ada dari kata benda menjadi kata kerja.
2 Melakukan penataan ulang.
3 Menyusun proses dan tingkat matriks pengetahuan.
Tiga perubahan tersebut menghasilkan urutan yang baru namun tetap efektif untuk diterapkan
dalam proses pembelajaran. Berikut adalah bentuk revisi dan penjelasannya.
1. Mengingat
Tahap ini berarti mengingat untuk mendapatkan kembali ilmu atau informasi yang
sebelumnya sudah pernah didapatkan.
2. Memahami
Tahap ini berarti memahami sebuah makna, interpretasi, instruksi yang dipelajari. Pada
tahap ini seseorang juga bisa menyatakan sebuah masalah dengan kata-katanya sendiri.
3. Menerapkan
Tingkat berikutnya adalah menerapkan. Pada tahap ini seseorang bisa menerapkan apa
yang sudah dipelajari dalam kehidupan yang nyata.
4. Menelaah
Tahap selanjutnya adalah menelaah. Pada tahap ini seseorang bisa memisahkan materi ke
dalam bagian-bagian yang mudah untuk dipahami. Individu juga sudah mampu
membedakan mana fakta dan mana yang menjadi kesimpulan.
5. Mengevaluasi
Berikutnya adalah tahap mengevaluasi. Pada tahap ini seseorang bisa membuat penilaian
mengenai sebuah ide maupun materi.
6. Menciptakan
Tahap ini adalah tahap paling tinggi dimana seseorang bisa menciptakan atau
membangun sebuah struktur baru dari bagian-bagian tertentu. Ini menjadi kemampuan
tertinggi yang bisa dimiliki oleh seseorang dalam proses pembelajaran yang ia lalui.
Mengaplikasikan Taksonomi Bloom
Learning objective sebenarnya tidak selalu harus dimulai dari level kognitif tingkat rendah
(level 1) dan menggunakan semua level kata kerja. Tapi bisa saja menggunakan kata kerja pada
level tertentu dalam taksonomi Bloom.
Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan kata kerja Bloom dalam learning
objective di eLearning.
1 Tentukan terlebih dahulu tujuan dari pembelajaran dalam eLearning
2 Kenali subjek pembelajar yang akan mempelajari konten dalam eLearning
3 Tentukan kompetensi apa yang ingin dicapai dengan memperhatikan kemampuan
koginitif dari pembelajar
4 Gunakan kata kerja dari Taksonomi Bloom yang sesuai dengan tujuan dan kompetensi
yang ingin dicapai serta karakteristik dari materi yang disajikan
Contohnya,
Sebagai contoh, dalam sebuah training pegawai, kemampuan yang ingin dicapai setelah
berakhirnya training adalah pegawai dapat memahami peraturan perusahaan serta
mengaplikasikan peraturan dalam kehidupan.
Learning objective yang pertama adalah pegawai dapat mengetahui peraturan perusahaan
(kata kerja level 1 Pengetahuan/Mengingat) sedangkan learning objective kedua dari training
course harus memastikan pegawai mampu untuk mengambil apa yang mereka pelajari untuk
digunakan dalam meningkatkan kinerja (Level 3 Mengaplikasikan).
Kata kerja yang digunakan tersebut merupakan acuan bagi pengajar untuk menentukan
kedalaman dari materi, apakah cukup hanya memahami, mengklasifikasikan atau
mendemonstrasikan saja? Semua itu bergantung dari apa yang ingin dicapai pada akhir
pembelajaran.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai