Pengakuan terhadap hak setiap orang atas kebebasan beragama dan berkeyakinan secara
universal untuk pertama kalinya dinyatakan dalam Universal Declaration of Human Rights
(UDHR). Pasal 18 dari deklarasi sejagad yang diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 10 Desember 1948 ini menyatakan:
Everyone has the right to freedom of thought, conscience and religion; this right
includes freedom to change his religion or belief, and freedom, either alone or in community
with others and in public or private to manifest his religion in teaching, practice, worship and
observance.
Sebagaimana terlihat dalam rumusan di atas, UDHR mengakui hak setiap orang untuk
memiliki kebebasan dalam berfikir, berkeyakinan dan beragama. Kebebasan tersebut meliputi
kemerdekaan untuk berganti agama atau keyakinan dan kemerdekaan, baik secara sendiri
maupun dalam komunitas bersama orang lain dan secara publik maupun privat untuk
mengejawantahkan agamanya itu dalam pengajaran, praktik, ibadah dan ketaatan.
UDHR dimana pengakuan hak kebebasan beragama dan berkeyakinan secara universal
untuk pertamakalinya dinyatakan adalah sebuah deklarasi, sebuah pernyataan. Ia bukanlah
merupakan instrumen hukum menurut hukum internasional dan dengan sendirinya tak memiliki
kekuatan mengikat secara hukum yang dapat dipaksakan. Sejak perancangannya, UDHR
memanglah tidak didesain sebagai instrumen hukum melainkan sebagai standar bersama
pencapaian HAM bagi semua negara. Namun demikian, penerimaan yang begitu luas manakala
diumumkan membuat deklarasi ini berdaya ikat yang teramat kuat secara moral.
Pengakuan terhadap kebebasan beragama dalam instrumen hukum internasional untuk
pertama kalinya tertuang dalam International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR).
Berlainan dengan UDHR, karena ICCPR yang disahkan oleh Majelis Umum PBB pada 1966 ini
merupakan perjanjian internasional dan oleh karenanya mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum terhadap negara-negara pesertanya. Terkait kebebasan beragama, Pasal 18 ICCPR
menyatakan:
1. Everyone shall have the right to freedom of thought, conscience and religion. This right
shall include freedom to have or to adopt a religion or belief of his choice, and freedom
either individually or in community with others and in public or private, to manifest his
religion or belief in worship, observance, practice, and teaching.
2. No one shall be subject to coercion which would impair his freedom to have or adopt
religion or belief of his choice.
3. Freedom to manifest one’s religion or belief may be subject to limitations as are
prescribed by law and are necessary to protect public safety, order, health, or morals or
the fundamental rights and freedoms of others.
4. The State parties to the present Covenant undertake to have respect for the liberty of
parents and, when applicable, legal guardians to ensure the religious and moral
education of their children in conformity with their own convictions.
Ketentuan Pasal 18 ICCPR yang terdiri dari empat (4) ayat tersebut di atas menegaskan
kebebasan berfikir, berkeyakinan dan beragama sebagai hak setiap manusia. Rumusan ayat
pertama dari pasal ini berkemiripan dengan Pasal 18 UDHR yang menegaskan kebebasan
setiap orang untuk menganut agama atau kepercayaan sesuai dengan pilihan serta kebebasan
untuk secara sendiri-sendiri maupun bersama komunitas, baik terbuka maupun privat untuk
mengejawantahkan agama atau kepercayaannya itu dalam ibadah, ketaatan, praktik, dan
pengajaran. Ayat ke-dua menegaskan hak setiap orang untuk bebas dari paksaan yang dapat
merusak kebebasan untuk menganut agama dan kepercayaan. Sementara itu ayat ke-tiga
menegaskan mengenai kebebasan mengejawantahkan keberagamaan seseorang yang
dimungkinkan untuk dibatasi sepanjang diatur oleh hukum dan dirasa perlu untuk melindungi
keselamatan, ketertiban, kesehatan, maupun moral publik ataupun hak dan kebebasan mendasar
orang lain. Adapun ayat ke-empat menegaskan komitmen negara peserta ICCPR untuk
menghormati kebebasan orang tua dalam memberikan pendidikan agama maupun moral sesuai
dengan keyakinannya.