Disusun oleh :
Retno Sari /175090401111021
Yulia Ratningsari /175090401111025
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
ABSTRAK
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”.
Hakikatnya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan bersepakat”
untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850). Bila
pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal
dan didambakan oleh masyarakat manusia. Pada bagian lain, mengenai istilah
kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya
ada ketidakrukunan, serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan
bersama dengan damai serta tentram.
Kata toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti bertahan atau memikul.
Toleran di sini diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai;
atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat
(Siagian, 1993: 115). Dengan demikian, toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan
untuk menerima kenyataan adanya orang lain yang berbeda. Saling mengizinkan dan
saling memudahkan. Masing-masing pendapat memperoleh hak untuk mengembangkan
pendapatnya dan tidak saling menentang satu sama lain.
Sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki banyak keberagaman, kita
harus mampu menjunjung persatuan bangsa Indonesia dengan toleransi dan kerjasama
terutama dalam bidang agama.Adapun langkah-langkah untuk mencapai seperti itu, kita
harus memerhartikan dan mencermati kembali peraturan-peraturan Negara dalam
kehidupan umat beragama di Indonesia. Adapun peraturan-peraturan tersebut terbagi
dalam:
2. UUD 1945
Pasal 28E
(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun.
Pasal 29
Pasal-pasal tersebut di atas penerapannya dibatasi oleh hak-hak asasi orang lain
yang diatur dalam pasal 28J sebagai berikut :
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.
3. Peraturan Perundang-Undangan yang lain
UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 4
Hak. untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun dan oleh siapapun.
Pasal 22
Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu."
Dalam peraturan-peraturan yang telah tersebut di atas, sebagai bagian dari masyarakat
Indonesia kita harus bisa mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Perwujudan tersebut
sekarang dapat dilaksanakan dalam bentuk kerjasama-kerjasama antar umat beragama selain
dalam wadah pemerintahan seperti sekolah umum, rumah sakit, dan lain sebagainya yang
menyamaratakan semua kalangan.
1. Setiap pemeluk agama agar memahami secara benar, taat dan patuh menjalankan
syari’at agamanya.
2. Hindarkan adanya prasangka yang buruk, baik di antara intern umat beragama, di
antara pemeluk-pemeluk agama atau di antara pemeluk umat peragama dan
pemerintah.
3. Pemerintah hendaknya benar-benar mengayomi semua pemeluk agama/umat
beragama secara adil. Adil bukan dalam arti menyamaratakan, tapi dalam arti
memberikan kedudukan, bagian atau fasilitas serta perlakuan sesuai dengan
kenyataan dan kondisi yang ada.
4. Setiap pemimpin, tokoh masyarakat, tokoh agama,penegak hukum, hendaklah
memberikan contoh suri teladan yang baik kepada masyarakat, agar mereka menaruh
kepercayaan dan menaati kepemimpinannya.
1. Pemuda di Cirebon saling membantu merayakan hari raya umat Islam Maulid Nabi
dan hari raya umat kristen Natal, yang jatuh hampir bersamaan yakni pada tanggal 24
Desember 2015 dan 25 Desember 2019
2. Pada Natal tahun 2015, bertepatan pada hari Jumat, oleh karena itu, Gereja Immanuel
di Malang melakukan perayaan hari Natal pada pukul 08.00-10.30 WIB untuk tidak
mengganggu jalannya shalat Jumat di Masjid Agung Jami yang berdekatan dengan
Gereja Immanuel.
3. Pada tahun 2011, ibu-ibu Katholik dan para biarawati di Kabupaten Sleman,
Yogyakarta membantu umat muslim setempat memotong dan membagikan daging
qurban.
4. Pada tanggal 24 Desember 2016, Para tokoh lintas agama yaitu Said Aqil Siradj,
Uskup Agung Jakarta MGR Ignatius Suharyo, Pdt Nabahan, Biksu Suryanadi
Mahathera, tokoh Hindu Yanto Jaya, Ketua Umum Majelis Agama Konghucu
Indonesia (Matakin) Uung Sendana, dan tokoh agam kepercayaan meneken ikrar.
Yang berbunyi Ikrar Ciganjur
Ikrar Damai Umat Beragama di Indonesia
Demi tegaknya dan martabat manusia, terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi
generasi saat ini dan masa depan serta demi tegaknya kedaulatan dan keutuhan NKRI,
kami umat beragama warga negara Indonesia berikrar:
- Akan senantiasa menjaga perdamaian, kerukunan, persaudaraan/keadilan antar
sesama umat beragama.
- Menciptakan suasana sejuk, harmonis, dan bebas konflik antar sesama umat
beragama.
- Memelihara keberagaman dan perbedaan dengan saling melindungi berbagai
agama dan keyakinan yang ada di Indonesia secara tulus dan sungguh-sungguh.
- Menolak segala bentuk intimidasi dan pemaksaan agama/keyakinan serta menolak
anarki kekerasan dalam beragama.
- Mendukung pemerintah untuk menegakkan konstitusi yang melindungi hak warga
negara dalam menjalankan agama dan keyakinannya.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi dan melindungi kita semua
Ciganjur, 23 Desember 2016
Atas nama umat beragama Indonesia
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Setiap pemeluk agama agar memahami secara benar, taat dan patuh menjalankan
syari’at agamanya.
2. Hindarkan adanya prasangka yang buruk, baik di antara intern umat beragama, di
antara pemeluk-pemeluk agama atau di antara pemeluk umat peragama dan
pemerintah.
3. Pemerintah hendaknya benar-benar mengayomi semua pemeluk agama/umat
beragama secara adil. Adil bukan dalam arti menyamaratakan, tapi dalam arti
memberikan kedudukan, bagian atau fasilitas serta perlakuan sesuai dengan
kenyataan dan kondisi yang ada.
4. Setiap pemimpin, tokoh masyarakat, tokoh agama,penegak hukum, hendaklah
memberikan contoh suri teladan yang baik kepada masyarakat, agar mereka menaruh
kepercayaan dan menaati kepemimpinannya
DAFTAR PUSTAKA
Nazmudin, STISIP Banten Raya, April 2017, IndonesiaKerukunan dan Toleransi Antar
Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)