Anda di halaman 1dari 19

PERKAWINAN YANG TERLARANG DAN LARANGAN DALAM

PERKAWINAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Fiqih Munakahat

Dengan Dosen Pengampu: Dr.H.Fathol Hedi, M.Ag

Disusun Oleh:

Rizka Rahmawati 182121034

Muhammad Sangidun 182121043

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLMA NEGERI SURAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkawinan yang dalam istilah islam disebut “nikah” ialah:
melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri anatar
seorang laki laki dan wanita untuk menghalalkan suatu hubungan kelamin
antara kedua belah pihak. Dengan dasar suakrela dan keridoan keduanya
untuk mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih
sayang dan ketentraman dengan cara cara yang di ridhoi oleh alloh.
Tujuan utama dalam melaksanakan pernikahan adalah
mewujudkam keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah, untuk
mewujudkan nya maka sebelum melangsungkan pernikahan harus
mengikuti rambu rambu agama mengenai tata cara pemilihan wanita atau
calon pasangan, dan mengindahkan larangan larangan dalam memilih
calon pasangan, diantara nya adalah mengenai pernikahan pernikahan
yang terlarang baik nikah terlarang untuk selamanya atau menikah yang
terlarang karena ada sesuatu yang menghalangi.
Pernikahan yang terlarang pastinya memiliki maksud dan himah
pelaranganya. Selain pernikahan yang terlarang, juga terdapat larangan
larangan dalam pernikahan untuk melindungikeutuhan rumah tangga baik
suami maupu istri, dan kaluarga diantara keduanya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk bentuk perkawinan yang terlarang?
2. Apa sajakah larangan larang dalam perkawinan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkawinan Yang Terlarang

Melaksanakan suatu perkawinan dengan tujuan yang menyimpang


dari tujuan yang telah ditentukan atau disunnahkan oleh Rasulullah
SAW,merupakan perkawinan yang dibenci oleh Nabi dan tidak sesuai
dengan yang disyari’atkan oleh agama Islam, sehingga agama Islam
melarang perkawinan yang demikian itu. Perkawinan yang menyimpang
dari tujuan yang dibenarkan,ialah perkawinan yang mempunyai tujuan
antara lain:hanya untuk memuaskan hawa nafsu saja, bukan untuk
melanjutkan keturunan, tidak bermaksud untuk membentuk rumah tangga
yang damai dan bahagia, dan tidak dimaksudkan untuk selama-lamanya
tetapi hanya untuk sementara waktu saja.Beberapa perkawinan yang
dilarang oleh agama islam ialah:

1. Nikah Mut’ah
Nikah Mut’ah ialah nikah yang tujuannya tidak untuk selama-
lamanya,tetapi hanya untuk sementara waktu saja dengan maksud
untuk bersenang-senang dan memuaskan hawa nafsu saja. Contoh
nikah mut’ah misalnya:
a. Nikah yang dimaksudkan hanya untuk satu tahun,satu bulan atau
satu minggu.
b. Seseorang yang bertugas di suatu tempat untuk beberapa waktu
kemudian menikah ditempat tugas itu dengan maksud untuk
menceraikan kembali istrinya setelah tugasnya selesai,perkawinan
ini dilarang karena hanya untuk memuaskan hawa nafsu saja.

Nikah mut’ah itu dahulu pernah dihalalkan oleh Nabi pada waktu
beliau masih hidup. Untuk waktu selanjutnya beliau mengharamkan

2
nikah mut’ah ini untuk selama lamanya. Adapun dasarnya ialah hadis
Nabi yang diriwayatkan oleh H.R. Muslim dan ahmad, Nabi bersabda

ُ ‫ع ْن أَبِيْه ِرضى هللا عنه أَنَّهُ َكانَ َم َع َر‬


‫س ْو ِل هللا صلى‬ َ ‫الربي ِ ْْع بن‬
َ ‫سب َْرة‬ َّ ‫عن‬
َ
َ‫اس ِإنِي قَ ْد ُك ْنتُ أ َ ِذ ْنتُ لَ ُك ْم فِي اال ْستِ ْمتاَعِ ِمن‬ ُ َّ‫ يا َ أَيَّ َها الن‬: ‫هللا عليه وسلم فَقَا َل‬
‫َي ٌء فَ ْلي ُْخ ِل‬
ْ ‫ فَ َم ْن كاَنَ ِع ْندَهُ ِم ْن ُه َّن ش‬, ‫ َو ِإ َّن هللاَ قَ ْد َح َّر َم ذلِكَ ِإلَى يَ ْو ِم ْال ِقيَا َم ِة‬, ‫اء‬
ِ ‫س‬َ ِ‫الن‬
‫شيْئا‬ َ ‫ َو َال ت َأ ْ ُخذ ُ ْوا ِم َّما آتَيْت ُم ْو ُه َّن‬, ُ‫س ِب ْيلَه‬
َ ”

Artinya: “ Wahai sekalian manusia sesungguhnya aku telah


mengijinkan kamu untuk beristimta’ (melakukan nikah mut’ah)
dengan wanita. Dan sesungguhnya allah telah mengharamkan yang
demikian sampai hari kiamat”.

َ‫ام اْلفَتْحِ ِحيْن‬


َ ‫ع‬َ ‫س ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم با ِْل ُمتْعَ ِة‬ ُ ‫ أََْ َْ َم َرنا َ َر‬: ‫ع ْنهُ قَا َل‬
َ ‫َو‬
ْ
‫عن َها‬َ ‫دَخ َْلنَا َمكة ث َّم ل ْم نَخ ُرجْ َحتى نَ َهانا‬
َ َّ ْ َ ُ َ َّ

Artinya: Dari beliau, juga berkata : “Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mut’ah pada masa
penaklukan kota Mekkah, ketika kami memasuki Mekkah. Belum kami
keluar, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengharamkannya
atas kami”.

‫سو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ َ ‫ َر َّخ‬:َ‫سلَ َمةَ ب ِْن اْ ََل ْك َوع ِرضى هللا عنه قَال‬
ُ ‫ص َر‬ َ ‫ع ْن‬ َ
ْ
‫عن َها‬ ُ َ َ َ َ َ ْ ْ َ َ
َ ‫ام أ ْوطاس فِي ال ُمتعَ ِة ثلثة أي ٍَّام ث َّم نَ َهى‬
َ ‫ع‬ َ
Artinya: Dari Salamah bin Akwa` Radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan
keringanan dalam mut’ah selama tiga hari pada masa perang Awthas
(juga dikenal dengan perang Hunain), kemudian beliau melarang
kami”.

3
Hadits diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan dalih
apapun nikah mut’ah itu adalah haram hukumnya.Walaupun demikian
ada beberapa sahabat Nabi SAW yang menghalalkan nikah mut’ah
itu,antara lain ialah:Ibnu Abbas, beberapa ulama-ulama Mekah dan
ulama-ulama Syi’ah.

Dasar hukum lain mengenai pengharaman nikah muth’ah


adalah dari sumber alquran yaitu dalam beberapa ayat berikut:

 
 
  
  
 
  


Artinya: dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, 30.


kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka
miliki[ Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. ( Qs.
Al Maarij: 29-30)

   . 


  

  
  
 
  
  
  

4
 
 


 
  
  
  
 
  
 
  
  
   
   
  

Artinya: dan Barangsiapa diantara kamu (orang merdeka)


yang tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka
lagi beriman, ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-
budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian
kamu adalah dari sebahagian yang lain karena itu kawinilah mereka
dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin mereka menurut
yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara diri,
bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain
sebagai piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga diri dengan
kawin, kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), Maka
atas mereka separo hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka
yang bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-

5
orang yang takut kepada kemasyakatan menjaga diri (dari perbuatan
zina) di antara kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Qs. An Nisa: 25).

2. Nikah Muhallil
Nikah Muhallil ialah pernikahan antara seorang laki-laki dengan
seorang wanita yang telah ditalak tiga oleh suaminya, dengan tujuan
untuk menghalalkan si wanita tadi untuk dikawin oleh bekas
suaminya. Menurut Hukum Islam seorang istri yang telah ditalak tiga
oleh suaminya, tidak diperbolehkan kawin kembali dengan bekas
suaminya kalau belum memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu:
a. Harus kawin dengan laki-laki lain.
b. Sudah berhubungan sebagai suami istri.
c. Ditalak oleh suaminya yang baru tadi.
d. Habis masa iddahnya.

Syarat-syarat tersebut diatas,berdasarkan pada Firman Allah,dalam


surat al-Baqarah ayat 230:

    


   
   
  
 
   
   
  
 
 
Artinya: Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang
kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin
dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami

6
pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan
dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah,
diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.(Qs. Al
Baqarah:230)

Mengenai sifat perkawinan yang dimaksud oleh Firman Allah


tersebut diatas,diterangkan oleh Hadits Nabi: Dari Aisyah r.a.,ia berkata :
“Seorang laki-laki telah mentalak istrinya tiga kali, kemudian seorang
laki-laki (lain) mengawini bekas istri itu dan mentalaknya sebelum
mencampurinya. Maka bekas suaminya yang pertama bermaksud hendak
mengawini bekas istrinya itu kembali, lalu ditanyakanlah hal yang
demikian kepada Rasulullah SAW, beliau menjawab: “Tidak boleh kawin,
hingga suami yang terakhir merasakan madu bekas istri (mencampuri)
menurut yang dirasakan oleh suami yang pertama”.(H.R.Bukhari dan
Muslim).

‫ َلعَنَ هللاُ اْل ُم َح ِل َل‬:َ‫سلَّ َم قَال‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ص َّل هللا‬ ُ ‫ع ْنهُ ا َ َّن َر‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ َ ُ‫ى هللا‬ ِ ‫ع ْن اَبِ ْى ُه َري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬ َ
‫ رواه احمد‬.ُ‫َواْل ُم َحلَّ َل لَه‬

Artinya: “dari Abi Hurairah RA: bahwasanya Rasulullah SAW


bersabda: Allah melaknat muhallil dan muhallala lahu (suami kedua dan
pertama)”. (H.R. Ahmad).

‫ رواه لتر‬.ُ‫سلَّ َم اْل ُم َح ِل َل َواْل ُم َحلَّ َل لَه‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ص َّل هللا‬ ُ ‫ لَ َعنَ َر‬:َ‫ع ْب ِدهللاِ ب ِْن َم ْسعُ ْو ٍد قَال‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ َ ‫ع ْن‬
َ
‫مزى‬

Artinya: “Dari Abdillah bin Mas’ud berkata: Rasulullah SAW


melaknat muhallil dan muhallala lahu (suami kedua dan pertama)”.( H.R.
At-Tirmidzy)

‫ اَالَا ُ ْخبِ ُر ُك ْم بِالتَّي ِْس‬:َ‫سلَّ َم قَال‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ص َّل هللا‬ ُ ‫ام ٍر ا َ َّن َر‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ ِ ‫ع‬َ ‫ع ْقبَةَ ب ِْن‬
ُ ‫ع ْن‬َ
ُ‫ لَعَنَ هللاُ اْل ُم َح ِل َل َواْل ُم َحلَّ َل لَه‬,ُ‫ ُه َو اْل ُم َح ِلل‬:‫ قَال‬,ِ‫س ْو َل هللا‬
ُ ‫ار‬َ َ‫ بَلى ي‬:ْ‫ار؟ قَا ُل ا‬ ِ َ‫اْل ُم ْستَع‬.

7
Artinya: “Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda: apakah engkau ingin kuberitahukan tentang kambing jantan
pinjaman? Mereka (sahabat) berkata: ya, hai Rasulullah. Nabi berkata:
itu adalah Al-Muhallil. (karena itu) Allah melaknat muhallil dan
muhallala lahu”. (H.R. Imam Hadits)

Dari isi Hadits tersebut diatas diterangkan bahwa perkawinan


dengan laki-laki lain yang dimaksud oleh ayat 230 surat al-Baqarah ialah
perkawinan yang sebenarnya dengan tujuan yang sesuai dengan ketentuan
agama, jadi juga harus sudah terjadi pencampuran antara keduanya.
Sehingga kalau terjadi perkawinan yang belum pernah terjadi percampuran
antara keduanya dan kemudian si suami meninggal dunia atau bercerai
dengan istrinya, maka si istri tadi belum boleh dikawini kembali oleh
bekas suaminya yang telah mentalaknya tiga kali itu.

Menurut Imam Syafi’i nikah muhallil hukumnya adalah sama


dengan nikah mut’ah, haram hukumnya kalu maksudnya itu tidak
dinyatakan dalam sighat nikah maka nikah itu sah hukumnya. Apabila
sebelum terjadi perkawinan antara keduanya sudah terjadi permufakatan,
tetapi dalam akad nikah tidak dinyatakan, maka nikahnya tetap sah tetapi
mengadakan permufakatan itu hukumnya makruh.

Pendapat Imam Hanafi, apabila seorang laki-laki mengawini


seorang wanita dengan maksud supaya si wanita tadi halal dinikah kembali
oleh bekas suaminya, sehingga kedua suami istri itu dapat membangun
kembali rumah tangganya, maka perkawinan yang demikian itu sah
hukumnya. Bahkan laki-laki itu mendapat pahala. Apabila niat laki-laki itu
semata-mata untuk melepaskan hawa nafsu saja,maka perkawinan itu sah
tetapi hukumnya makruh haram.

3. Nikah Tafwidh

8
Nikah tafwidh ialah nikah yang didalam sight, akadnya tidak
dinyatakan kesediaan membayar mahar (maskawin) oleh pihak calon
suami kepada pihak calon istri.

4. Nikah Syighar

Nikah syghar ialah nikah tukar menukar yaitu : seorang lelaki


menikahkan seorang wanita yang ada dibawah perwaliaannya dengan laki-
laki lain dengan perjanjian bahwa laki-laki lain menikahkan pula seorang
wanita yang dibawah perwaliannya dengan laki-laki itu tanpa kesediaan
membayar mahar. maharnya ialah kelamin masing-masing wanita itu yang
dimiliki laki-laki tersebut diatas. Contoh akadnya sebagai berikut “ hai
fulan saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan adik perempuan saya
dengan mas kawin perempuan yang ada di bawah perwalianmu tunai”.

Menurut para ahli Fikih,mereka bersepakat bahwa nikah syighar


itu haram hukumnya.seandainya telah terjadi maka nikah tersebuat
dinyatakan batal. adapun dasarnya ialah Hadits Nabi:

; ‫َار‬
ِ ‫الشغ‬
ِ ‫ع ِن‬ َّ َ ‫سو ُل‬
َ ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫ ( نَ َهى َر‬: ‫ع َم َر قَا َل‬
ُ ‫ع ْن اِب ِْن‬
َ , ٍ‫ع ْن نَافِع‬
َ ‫َو‬
ٌ َ‫صد‬
) ‫اق‬ َ ‫ َولَي‬, ُ‫علَى أ َ ْن يُزَ ِو َجهُ ا َ ْْلخ َُر اِ ْبنَتَه‬
َ ‫ْس بَ ْينَ ُه َما‬ َّ َ ‫ أ َ ْن يُزَ ِو َج ا‬:‫َار‬
َ ُ‫لر ُج ُل اِ ْبنَتَه‬ ُ ‫الشغ‬
ِ ‫َو‬
ٍ‫َار ِم ْن َك َل ِم نَافِع‬ َ ‫علَى أ َ َّن ت َ ْفس‬
ِ َ ‫ِير ا‬
ِ ‫لشغ‬ َ ‫علَ ْي ِه َواتَّفَقَا ِم ْن َوجْ ٍه آخ ََر‬
َ ‫ُمتَّفَ ٌق‬

Artinya: Nafi' dari Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah


Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang perkawinan syighar. Syighar
ialah seseorang menikahkan puterinya kepada orang lain dengan syarat
orang itu menikahkan puterinya kepadanya, dan keduanya tidak
menggunakan maskawin. Muttafaq Alaihi. Bukhari-Muslim dari jalan lain
bersepakat bahwa penafsiran "Syighar" di atas adalah dari ucapan Nafi'.

Sebabnya nikah syighar diharamkan ialah karena dalam nikah syighar


tidak disebutkan kesediaan membayar mahar dari calon suami kepada

9
calon istrinya. Apabila dalam syighar akad tersebut, pihak calon-calon
suami dinyatakan kesediaan membayar mahar kepada calon istrinya, nikah
itu adalah sah hukumnya. Imam Abu Hanafi berpendapat bahwan nikah
syghar itu dapat disahkan apabila suami-suami-suami bersedia membayar
mahar misil kepada istri-istrinya.

5. Nikah Dalam Kondisi Berikhrom

Pernikahan yang diharamkan selanjutnya yaitu pernikahan yang


dilakukan dalam kondisi berikhram. Namun pelarangan ini bersifat
sementara, apabila telah selasai ber ikhram maka halal baginya
melaksanakan pernikahan. Baik mempelai maupun wali, dan saksi
saksinya. Dasar pelarangan nikah ini adalah hadis berikut:

‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫عفَّانَ رضي هللا عنه أ َ َّن َر‬
َّ َ ‫سو َل‬ َ ‫عثْ َمانَ ب ِْن‬ ُ ‫ع ْن‬
َ ‫َو‬
‫ب ) َر َواهُ ُم ْس ِل ٌم‬ ُ ْ ْ
ُ ‫ َو َال يَخط‬,‫ َو َال يُ ْن ِك ُح‬,‫ ( َال يَ ْن ِك ُح اَل ُمحْ ِر ُم‬:َ‫قَال‬

Dari Utsman Ibnu Affan Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah


Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang yang sedang
berihram tidak diperbolehkan menikah, menikahkan, dan melamar."
(Riwayat Muslim. )
6. Pernikahan Yang Dilaksanakan Masih Dalam Masa Iddah
Larangan ini hanya berlaku bagi perempuan saja karena laki laki
tidak memiliki masa iddah setelah berpisah denagn pasanganya, baik
karena sebab perceraian ataupun kematian. Masa iddah disesuaika dengan
sebab sebab tertentu yang menjadikan perbedaan lama masa iddah seorang
perempuan. Contohnya masa iddah seorang wanita yang dicerai suaminya
dalam kondisi masih bisa haid, maka lama masa haidnya adalah 3 quru’
ada yang mengartikan tiga klai haid ada juga yang memaknai 3 kali
sucian. Dasar pelarangan nikah dalam masa iddah adalah:
   
   
 

10
   
  
  
   
   
  
  
  
  
   
 
  
  
Artinya: 235. dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu
dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini
mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-
nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin
dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada
mereka) Perkataan yang ma'ruf. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap
hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan ketahuilah
bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka
takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyantun.(Qs. Albaqoroh ;235)
7. Pernikahan Beda Agama
Maksud pernikahan beda agama yaitu perikahan yang dilakukan
sepasang laki laki perempuang yang keduanya memiliki keyakinan yang
berbeda. Salah satu muslim dan pasanganya non muslim. Larangan ini
berlaku selamanya, kecuali apabila salah satu mejadi mualaf sebelum akad

11
nikah dilangsungkan maka hal tersebut di halalkan. dasar hukum
pelarangan pernikahan ini adalah:
 
 
   
   
   
 
  
   
  
  
  
  

  
 
 

Artinya: 221. dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita
musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang
mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu.
dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-
wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu.
mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan
ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran.

12
8. Pernikahan Dengan Pezina
Seorang laki-laki yang menjaga kehormatannya tidak boleh
menikah dengan seorang pelacur. Begitu juga wanita yang menjaga
kehormatannya tidak boleh menikah dengan laki-laki pezina. Hal ini
berdasarkan firman Allah Ta’ala:
   
  
 
   
   
  
Artinya: 3. laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan
perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan
yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau
laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang
yang mukmin. (Qs. An Nur:3)

 

 



  
   
  
 

13
Artinya: 26. wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang
keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula),
dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-
laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang
dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh
itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). (Qs: An Nur:26)
Namun apabila keduanya telah bertaubat dengan taubat yang
nashuha (benar, jujur dan ikhlas) dan masing-masing memperbaiki diri,
maka boleh dinikahi. Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma pernah berkata
mengenai laki-laki yang berzina kemudian hendak menikah dengan wanita
yang dizinainya, beliau berkata, “Yang pertama adalah zina dan yang
terakhir adalah nikah. Yang pertama adalah haram sedangkan yang
terakhir halal”
9. Nikah Dengan Lebih Dari Empat Wanita
Dasarnya adalah Qs, An Nisa Ayat 3
   
  
   
  
    
   
   
   
Artinya: 3. dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi
: dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku
adil Maka (kawinilah) seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki.
yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Qs An
Nisa:3)

14
Dalam hadis juga ada yang menceritakan mengenai masuk
islamnya salah satu shabat nabi bernama ghoilan yang memiliki 10 istri,
kemudian nabi saw merintahkanya untuk menceraikan yang 6 dan memiih
yang 4.
B. Larangan Dalam Pernikahan
Berikut ini beberapa larangan dalam pernikahan agar kita ketahui
dan kita jauhi,
1. Larangan perkawinan berdasarkan kekeluargaan (Pasal 8 UU No. 1
Tahun 1974) disebabkan berhubungan darah yaitu larangan perkawinan
karena hubungan ke-saudara-an yang terus menerus berlaku dan tidak
dapat disingkirkan berlakunya :
a. Hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah maupun ke
atas yang terdiri dari ibu sendiri, anak perempuan, ibu dari ayah, cicit
(Pasal 8 sub a).
b. Hubungan darah dalam garis keturunan menyamping terdiri dari
saudara perempuan ayah, anak perempuan saudara laki-laki, anak
perempuan saudara perempuan (kemanakan) (Pasal 8 sub b).
c. Hubungan semenda terdiri dari saudara perempuan bibi (makcik), ibu
dari isteri (mertua), anak tiri (Pasal 8 sub c).
d. Hubungan susuan yaitu orang tua susuan, saudara susuan, anak
susuan dan bibi atau paman susuan (Pasal 8 sub d).
e. Hubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan
dari isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang (Pasal 8
sub e).
f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang
berlaku, dilarang kawin (Pasal 8 sub f).

3. Larangan oleh karena salah satu pihak atau masing-masing pihak masih
terikat dengan tali perkawinan (Pasal 9 UU No. 1 Tahun 1974).
4. Larangannya bersifat sepihak artinya larangan berlaku secara mutlak
kepada pihak perempuan saja yaitu seorang perempuan yang masih terikat

15
dalam perkawinan. Larangan Pasal 9 tidak mutlak berlaku kepada seorang
laki-laki yang sedang terikat dengan perkawinan atau seoramg laki-laki
yang beristeri tidak mutlak dilarang untuk melakukan perkawinan dengan
isteri kedua.
3. Larangan kawin bagi suami isteri yang telah bercerai sebanyak 2 (dua) kali
(Pasal 10 UU No. 1 Tahun 1974).
Menurut Pasal 10 diatur larangan kawin bagi suami isteri yang
telah bercerai sebanyak 2 (dua) kali. Perkawinan yang mempunyai maksud
agar suami isteri dapat membentuk keluarga yang kekal maka suatu
tindakan yang mengakibatkan putusnya suatu perkawinan harus benar-
benar dipertimbangkan. Pasal 10 bermaksud untuk mencegah tindakan
kawin cerai berulang kali, sehingga suami maupun isteri saling
menghargai satu sama lain.
5. Larangan kawin bagi seorang wanita selama masa tunggu (Pasal 11 UU
No. 1 Tahun 1974).
Larangan dalam Pasal 11 bersifat sementara yang dapat hilang
dengan sendirinya apabila masa tunggu telah lewat waktunya sesuai
dengan ketentuan masa lamanya waktu tunggu. Sesuai dengan pasal 8
masa lamanya waktu tunggu selama 300 hari, kecuali jika tidak hamil
maka masa tunggu menjadi 100 hari. Masa tunggu terjadi karena
perkawinan perempuan telah putus karena:
1) Suaminya meninggal dunia.
2) Perkawinan putus karena perceraian.
3) Isteri kehilangan suaminya.

16
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas maka dapat ditarik kesimpualn bahwasanya
dalam islam terdapat banyak larangan dan bentuk bentuk pernikahan yang
terlarang. Tujuan dari adanya larangan tersebut adalah melindungi hak
serta demi kemaslahatan keluarga demi terciptanya keluarga damai aman
tentram penuh kasih sayang yang berdasarkan pada keimana kepada alloh
swt, tidak hanya untuk kehidupan dunia saja namun juga kehidupan di
akhirat.
Tujuan utama dalam melaksanakan pernikahan adalah
mewujudkam keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah, untuk
mewujudkan nya maka sebelum melangsungkan pernikahan harus
mengikuti rambu rambu agama mengenai tata cara pemilihan wanita atau
calon pasangan, dan mengindahkan larangan larangan dalam memilih
calon pasangan, diantara nya adalah mengenai pernikahan pernikahan
yang terlarang baik nikah terlarang untuk selamanya atau menikah yang
terlarang karena ada sesuatu yang menghalangi.

17
Daftar Pustaka

Al Quran In Word App 2007


Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004.
Rifai, Mohamad, Terjemah Khulasah Kifayatul Akhyar, Semarang: Toha Putra,
1978.
Soemiyati, Hukum Perkawianan Dan Undang-Undnag
Perkawinan No.1 Tahun 1974, Yogyakarta:Liberty, 1999
Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974

18

Anda mungkin juga menyukai