Latar Belakang
Berakhirnya kekuasaan Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahir kekuasaan baru yang
bernama dinasti/kerajaan.Bentuk kekuasaan dinasti itu bersifat kekuasaan feodal dan
turun temurun hanya untuk mempertahankan kekuasaa,adanya unsur otorier,kekuasaan
mutlak,kekerasan,diplomasi yang dibumbui dengan tipu daya dan hilangnya keteladanan
Nabi Muhammad SAW.Dinasti sesudah khulafaur rasyidin biasanya cara memilih
pemimpin dengan cara bermusyawarah.
Setelah masa khulafaur rasyidin berakhir,munculah dinasti baru dari tahun 661 M,
kekuasaan politik dipegang oleh dinasti tertentu seperti Dinasti umayyah di
Damaskus,lalu Abbasiyah di Baghdad,dan sisa-sisa khalifah umayyah Barat di
Kordoba.Pada masa-masa berikutnya,dinasti yang muncul seperti: Fatimiyah di
Kairo(909-1171 M), Al-Murabitun, dan Al-Muwahidun dibarat laut afrika, dan dinasti
lainya yang memerintah dikawasan geografis yang lebih kecil.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis angkat pada pembahasan makalah ini,penulis
akan membahas:
Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu
Manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa Jahiliyyah. Ia
dan pamannya Hasyim bin Abdu Manaf selalu bertarung dalam memperebutkan
kekuasaan dan kedudukan.
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan bin Harb. Muawiyyah
sebagai pendiri daulah Bani Abbasiyyah juga sekaligus menjadi khalifah pertama. Ia
memindahkan ibukota kekuasaan Islam dari Kuffah ke Damaskus.
Pertama, adalah berupa dukungan yang kuat dari masyarakat Suriah dan dari keluarga
Bani Umayyah sendiri. Penduduk Suriah yang lama diperintah oleh Muawiyyah
mempunyai pasukan yang kokoh, terlatih, dan disiplin di garis depan dalam melawan
peperangan melawan Romawi. Mereka bersama-sama dengan kelompok bangsawan kaya
Mekkah dari keturunan Umayyah berada sepenuhnya di belakang Muawiyyah dan
memasoknya dengan sumber-sumber kekuatan yang tidak ada habisnya, baik moral,
tenaga manusia,maupun kekayaan.
1. Amr bin Ash sebelum masuk Islam dikagumi oleh bangsa Arab, karena kecakapannya
sebagai mediator antara Quraisy dan suku-suku Arab lainnya jika terdapat
perselisihan.
2. Orang kedua adalah Mughirah bin Syu’bah, seorang politukus independen.
Keberhasilan Mughirah yang utama adalah kesuksesan menciptakan situasi yang
aman dan mampu meredam gejolak penduduk Kufah yang sebagian besar pendukung
Ali.
3. Sedangkan orang yang ketiga bernama Ziyad bin Abihi, seorang pemimpin
kharismatik yang netral, ditetapkan oleh Mu’awiyah untuk memangku jabatan
gubernur di Bashrah dengan tugas khusus si Persia selatan. Sikap politiknya yang
tegas, adil, dan bijaksana menjamin kekuasaan Muawiyyah kokoh di wilayah provinsi
paling timur itu dikenal sangat gaduh dan sukar diatur.
Pada usia 80 tahun Mu’awiyah bin Abi Sufyan meninggal dunia dan dimakamkan di
Damaskus, diperkuburan Bab al-shagier.Dan takhta di turunkan kepada putranya yaitu
Yazid bin Muawiyyah. Ketika Yazid bin Muawiyyah naik takhta, sejumlah tokoh
terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya yaitu antara lain Husain
bin Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Zubair bin Awwam. Bersamaan dengan itu,
kaum Syi’ah (pengikut Abdullah bin Saba’ Al-Yahudi) melakukan konsolidasi
(penggabungan) kekuatan kembali dan menghasut Husain melakukan perlawanan.
sehingga terjadi pertempuran tidak seimbang yang kemudian dikenal sebagai
Pertempuran Karbala.
Dinasti umayyah pada saat itu hampir satu abad,atau tepatnya 90 tahun,dengan 14
khalifah. Adapun urutan khalifah umayyah adalah sebagai berikut:
Masih ada empat khalifah lagi yang setelah Hisyam yang memerintah hanya dalam
waktu tujuh tahun, yakni :
Pada pemerintahan Bani umayyah ini ada empat penjuru mata angin beramai-ramai
masuk ke dalam kekuasaan islam, meliputi: seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah
Arab,Syria, palestina, sebagian daerah Anatonia, Irak ,Persia, Afganistan, India, dan
negeri-negeriyang sekarang dinamakan turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgiztan, yang
termasuk Soviet Rusia.
Bani umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru , untuk memenuhi
tuntutan perkembangan wilyah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks.
Pada masa ini telah banyak bangunan hasil rekayasa umat islam dengan mengambil
pola Romawi. Contohnya: bangunan masjid Damaskus yang dibangun pada masa
pemerintahan Walid bin Abdul Malik dan Masjid Agung Kordoba yang terbuat dari batu
pualam.
Pada dinasti umayyah ilmu pengetahuan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: al-
ulum al-islamiyah(ilmu al-Quran,hadist,fiqh,al-ulum al-lisaniyah,at-tarikh,dan al-
jughrafi),al-ulum dakhiliyah(ilmu yang diperlukan untuk kemajuan islam),al-adab al-
qadamah(ilmu lama).
Meskipun kejayaan telah diraih oleh Bani Umayyah ternyata tidak bertahan lebih
lama, dikarenakan kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya tekanan dri pihak
luar.
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah suatu yang baru bagi tradisi
Arab yang lebuh menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak jelas.
Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan
yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai
konflik politik yang terjadi di masa Ali bin Abi Thalib. Sisa-sisa Syi’ah (para
pengikut Ali) dan Khawarij terus terjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti
di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan
kekuasaan Dinasti Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak
menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah, pertentangan etnis antara Suku Arabia Utara
(Bani Qais) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam
semakin runcing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Dinasti Umayyah
mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu,
sebagian besar golongan Timur lainnya merasa tidak puas karena status Mawali itu
menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang
diperhatikan pada masa Bani Umayyah.
4. Lemahnya pemerintah daulah Dinasti Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup
mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul
beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, sebagian
besar golongan awam kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan
agama sangat kurang.
5. Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya
kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib.
Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah,dan
kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintah Dinasti Umayyah.
Beberapa penyebab tersebut muncul dan menumpuk menjadi satu, sehingga akhirnya
mengakibatkan keruntuhan Dinasti Umayyah, disusul dengan berdirinya kekuasaan
orang-orang Bani Abbasiyyah yang mengejar-ngejar dan membunuh setiap orang dari
Dinasti Umayyah yang dijumpainya.
Demikianlah,Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang berangsur-
angsur melemah.Kekhalifan sesudahnya dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh yang
melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Bani Umayyah diruntuhkan oleh Dinasti Bani
Abbasiyyah pada masa khalifah Marwan bin Muhammad (Marwan II) pada tahun 127
H/744 M.
Secara geneologis (garis keturunan) Muawiyah bin Abi Sofyan bertemu dengan silsilah
keluarga Nabi Muhammad SAW pada Abdul Manaf. Keluarga Nabi Muhammad SAW dikenal
dengan sebutan Bani Hasyim, sedangkan keluarga Umayah disebut dengan Bani
Umayyah.Berikut ini adalah silsilah Bani Umayyah, yang menunjukkan hubungan kekerabatan
antara Keluarga Bani Umayah dengan Bani Hasyim (keluarga Nabi Muhammad SAW).