PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu konsep penting adalah kajian hukum Islam adalah maqasyid al-syari’ah
yaitu tentang tujuan ditetapkannya hukum dalam Islam. Karena begitu pentingnya
maqasyid al-syari’ah sebagai salah satu kriteria bagi mujtahid yang melakukan ijtihad.
Adapun inti dari konsep maqasyid al-syari’ah adalah untuk mewujudkan kebaikan
sekaligus menghindarkan keburukan atau menarik manfaat dan menolak mudarat.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian maqasyid al-syari’ah
b. Apa pengertian ijtihad?
c. Bagaimana hubungan maqasyid al-syari’ah dengan metode ijtihad lain?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini antara lain:
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Pengertian Maqasyid al-Syari’ah
Secara bahasa maqasyid as-syar’ah terdiri dari dua kata yaitu maqasyid
yang artinya kesengajaan atau tujuan dan syariah artinya jalan menuju sumber
air ini dapat pula dikatakan sebagai jalan kearah sumber pokok kehidupan. 1
Adapun tujuan maqasyid al-syari’ah adalah untuk kemaslahatan.
Kemaslahatan dapat terealisasikan dengan baik jika lima unsur pokok dapat
mewujudkan dan dipelihara, yaitu agama, jiwa, keturunan, akal dan harta.
Tujuan syari’ dalam mensyariatkan ketentuan-ketentuan hukum kepada
orang-orang mukallaf adalah upaya untuk mewujudkan kebaikan-kebaikan
bagi kehidupan mereka, baik melalui ketentuan-ketentuan yang daruriy, hajiy,
dan tahsiniy.
Syatibi berpandangan bahwa tujuan utama dari syariah adalah untuk
menjaga dan memperjuangkan tiga kategori hukum, tujuan dari tiga kategori
tersebut ialah untuk memastikan bahwa kemaslahatan kaus muslimin baik di
dunia maupun di akhirat terwujud dengan cara yang terbaik Tuhan berbuat
demi kebaikan hamba-Nya.2
Kemaslahatan yang ingin diselesaikan adalah yang memiliki syarat
seperti berikut:
1. Masalah itu harus real atau berdasarkan prediksi yang kuat dan bukan
khayalan.
2. Maslahat yang ingin diwujudkan harus benar-benar dapat diterima
akal.
3. Harus sesuai dengan tujuan syariat secara umum, dan tidak
bertentangan dengan prinsip umum syariat.
4. Mendukung realisasi masyarakat daruriyat atau menghilangkan
kesulitan yang berat dalam beragama.
1 Muhammad Syukri Albani Nasution, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
2013) hlm. 105
2 Ibid hlm. 105
2
4. Mempersempit perselisihan dan ta’shub si antara pengikut mazhab
fiqh.
B. PENGERTIAN IJTIHAD
Ijtihad secara bahasa berasal dari kata al-jahd dan al-juhd yang bersti
kemampan, potensi, dan kapasitas. Dalam lisan al-arab disebutkan bahwa al-
juhd berarti kemampuan dan maksimalisasi seperti halnya Iqbal meyebut
sebagai prinsip gerak struktur Islam.3 Sedangkan ijtihad diartikan sebagai
mengeluarkan segala kemampuan dalam menanggapi sesuatu. Wazan ifti’al
menunjukkan artimubgalaghah (melebihkan) dari kata dasarnya. Dengan
wazan yang sama, iktasaba lebih berarti mubalaghah (berusaha keras)
daripada arti kasaba (berusaha). Dengan pengertian ini, ijtihad menurut bahasa
artinya mengeluarkan segala upaya dan memeras segala kemampuan untuk
sampai pada satu hal dari berbagai hal yang masing-masing mengandung
konsekuensi kesulitan dan keberatan (masyaqqah).4
3
a. Metode Ijtihad
1. Ijma’
2. Qiyas
Secara bahasa qiyas berarti al-taqdir al-taswiyah (menduga dan
mempersamakan).
3. Saddud al- Zari’at
Di artikan sebagai upaya mujtahid untuk menetapkan larangan
teradapsuatu kasus hukum yang pada dasarnya mubah.
4. Istihsan
Diartikan sebagai upaya untuk mentawaqufkan prinsip-prinsip
umum dalam satu nash, disebabkan adanya nash lain yang
menghendaki demikian.
5. Al-Maslahat al-Mursalat
Merupakan metode penetapan hukum yang kasusnya diatur
secara eksplisit dalam al qur’an dan al hadits. Hanya saja metode ini
lebih menekankan pada aspek maslahat secara langsung.
4
pengembangan hukum islam dengan menggunakan atau dikaitkan dengan
maqasid al-syariah sebagai dasar untuk memperolehkemaslahatan yang
dihendak dicapai dalam hukum yang ditetapkannya. Misalnya metode qiyas
baru bisa dilaksanakan apabila dapat ditentukan maqasid al-syari’ah yaitu
dengan menentukan illat hukum dari sebuah permasalahan hukum. Contohnya
hukum dari meminum khomr adalah karena sifatnya yang memabukan dan
bisa merusak akal manusia, dengan demikian yang menjadi illat hukum khomr
adalah memabukan dan dapat merusak akal. Khamr adalah hanya salah satu
contoh dari sekian banyak hal yang memiliki banyak kesamaan sifat
dengannya. Terlebih dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
dewasa ini maka sangat banyak sifat-sifat dari zat-zat kimia yang memiliki
kesamaan sidat dan fungsi dengan khamr diatas.
5
yang dimaksud dengan maslahah adalah dalam rangka memelihara dan
mewujudkan tujuan syara’, maka tidak perlu diperselisihkan, bahkan harus
didikuti karna ia merupakan hujjah. Oleh karnanya Abu Zahrah misalnya
langsung mengatakan, maqasid al syari’ah dengan batasan maslahah al
mursalahnya6. Baginya suatu kemaslahatan harus sesuai dengan maksud-
maksud pembuat hukum secara umum. Keterkaitan maqasid al syari’ah secara
tegas dinyatakan oleh al Syatibi. Setiap kemaslahatan yang tidak ditunjukan
oleh nash secara khusus, akan tetapi ha itu sesuai dengan syara’7.
6
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
7
Selain itu perkembangan daSn kemajuan hidup manusia
membuat munculnya persoalan-persoalan hukum baru yang
ketentuan hukumnya tidak terdapat dalam al quran dan al hadits.
Oleh karna itu, dalam hal ini peranan para mujtahid sangat
dibutuhkan untuk memecahkan kasus-kasus hukum tersebut, dan
menemukan kemaslahatan dalam setiap ijtihad hukumnya.
DAFTAR PUSTAKA
8
Syukri Albani Nasution, Muhammad, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada 2013.