Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“MAQASHID AL SYARIAH DAN APLIKASI MAQASHID AL


SYARIAH DALAM PEMIKIRAN FIQH PARA FUQOHA”

Dosen pengampu :

Khoirul Umam M.HI

Disusun Oleh :

1. Najwa Rohmah 230201110019


2. Ni'ma Salsabila 230201110005
3. M. Izzi Alfan Salimy 230201110026

Kelas A

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

TAHUN 2023 / 2024


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlu diketahui bahwa syariah tidak menciptakan hukum-hukumnya


dengan kebetulan, tetapi dengan hukum-hukum itu bertujuan untuk mewujudkan
maksud maksud yang umum. Kita tidak dapat memahami nash- nash yang hakiki
kecuali mengetahui apa yang dimaksud oleh syara' dalam menciptakan
nash-nash itu. petunjuk-petunjuk lafadz dan ibaratnya terhadap makna
sebenarnya, kadang-kadang menerima beberapa makna yang ditarjihkan yang
salah satu maknanya adalah mengetahui maksud syara'.

Kaidah-kaidah pembentukan hukum Islam ini, oleh ulama ushul diambil


berdasarkan penelitian terhadap hukum-hukum syara', illat-illatnya dan hikmah
(filsafat) pembentukannya diantara nash-nash itu pula ada yang menetapkan
dasar-dasar pembentukan hukum secara umum, dan pokok- pokok
pembentukannya secara keseluruhan seperti juga halnya wajib memelihara dasar-
dasar dan pokok-pokok itu dalam mengistimbath hukum dari nash-nashnya,
maka wajib pula memelihara dasar-dasar dan pokok- pokok itu dalam hal yang
tidak ada nashnya, supaya pembentukan hukum itu dapat merealisasikan apa
yang menjadi tujuan pembentukan hukum itu, dan dapat mengantarkan kepada
merealisasikan kemaslahatan manusia serta menegakkan keadilan diantara
mereka.

Dalam makalah ini nanti akan dibahas berbagai macam hal yang
berhubungan dengan Maqasid al-Syariah, baik mengenai pengertian, macam-
macam dan tingkatan dari Maqasid al-Syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Maqashid Syariah ?
2. Bagaimana pengelompokan Maqashid Syariah?
3. Bagaimana Penerapan Maqasid Al Syariah Pada Perbankan Syariah?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Maqasid Syariah.
2. Menjelaskan sejarah Maqasid Syariah.
3. Menjelaskan sejarah pembentukan Maqasid Syariah.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Maqashid Syari’ah

Maqashid syariah terdiri atas dua kata yaitu maqasyid dan syariah. Kata
maqasyid bentuk jamak dari maqshad yang merupakan maksud atau tujuan,
sedangkan syariah mempunyai arti hukum-hukum Allah yang di tetapkan untuk
manusia agar menjadi pedoman untuk kebahagian dunia dan akhirat. Maka
demikian Maqashid syariah diartikan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari
suatu penetapan \ hukum. Kajian teori magashid syariah dalam hukum Islam
sangat penting. Urgensi tersebut di dasarkan pada pertimbangan- pertimbangan
di antaranya yaitu hukum Islam hukum yang bersumber dari wahyu tuhan dan di
peruntukan oleh manusia.1

Perintah dan larangan Allah dalam Al-Qur'an begitu pula larangan dan
perintah dari Nabi Muhammad SAW dalam sunnah yang terumuskan fiqh akan
terlihat bahwa semua mempunyai tujuan tertentu dan tidak sia- sia. Mempunyai
hikmah tersendiri yaitu sebagai rahmat bagi umat manusia, sebagaimana di
tegaskan dalam ayat Al-Qur'an, salah satunya surat Al-Anbiya : 107

َ ‫ﻴ‬
‫ﻦ‬ ْ ‫ﺣَﻤًﺔ ِّﻟْﻠٰﻌَﻠِﻤ‬
ْ ‫ﻻ َر‬
َّ ‫ﻚ ِا‬
َ ‫ﺳْﻠٰﻨ‬
َ ‫َوَﻣﺂ َاْر‬

1 Ghofar sidiq, Teori Maqashid syariah dalam Hukum Islam,


Sultan Agung Vol XLIV, No.118,(Juni-Agustus 2009). 118-119.
“Dan tidaklah kami mengutusmu, kecuali menjadi rahmat bagi seluruh alam " (QS.
Al-Anbiya 107)

Al-Syathibi tidak mendefinisikan maqashid syariah sebagai kemaslahah


atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia di dunia.

Kalangan ulama ushul fiqh dalam kaitan penta 'lilan dan kemaslahatan
sebagai maqashid syariah, tidak di temukan perbedan antara mereka yang
berteologi Asyariyah dan mereka yang menganut teologi Muktazilan. Al Ghazali
yaitu seorang ahli usul ternama di kalangan Asy'ariyah. Abu Al-Hasan Al-Basri
dari kalangan Muktazilah dalam pandangannya tentang illah. Pembahasan ini
garis jelas dapat di tarik kepada pembahasan tentang maslahat sebagai
maqashid syariah.1

Karyanya Al-Muwafaqat, Al-syathibi mempergunakan kata yang berbeda


kaitannya dengan maqashid syariah. Kata-kata tersebut di antaranya maqasyid al-
syariah, al-maqasyid alsyariyyah fi al- syari 'ah, dan maqasyid min syar'i al-hukm.
Walaupun dengan kata yang berbeda, namun mengandung pengertian yang
sama yakni tujuan hukum yang di turunkan oleh Allah.2

Menurut Al-Syathibi yang di kutip dari ungkapannya sendiri


"sesungguhnya syariat itu bertujuan mewujudkan kemaslahatan manusia dunia
dan akhirat". Ungkapan yang lain / dikatakan oleh Al- Syathibi hukum-hukum
/disyariatkan untuk kemaslahatan hamba". Pernyatan dari Al-Syathibi tersebut
dapat dikatakan bahwa kandungan maqashid syariah atau tujuan hukum dalam
kemaslahatan manusia.1

Sedangkan ar-Risuni berpendapat bahwa maqashid syariah adalah tujuan


yang ingin dicapai oleh syariat agar kemashlahatan manusia bisa terwujud.
Secara umum, maqashid syariah memiliki tujuan untuk kebaikan atau
kemaslahatan umat manusia. Tujuan ini sejalan dengan tujuan dari hukum Allah
yaitu kebaikan.

2 Al-Syathibi, al-Muwafaqat, tahqiq, Abu Ubaidah, Dar Ibn Affan,93


Pembagian Maqashid al-Syari’ah dan Syarat-Syaratnya

Bila dilihat dari aspek pengaruhnya dalam kehidupan manusia, maqashid


alsyari’ah memiliki kategori dan peringkat yang tidak sama. Al- Syatibi maqashid
alsyari’ah ke dalam tiga kategori. Pengkategorian maqashid didasarkan pada
seberapa besar peran dan fungsi suatu mashlahah bagi kehidupan umat
manusia, yaitu:3

1. Dharuriyyat
2. Hajjiyat
3. Tahsiniyat

Berikut pengertiannya :

1. Dharuriyyat

Jika suatu bentuk maslahah memiliki fungsi yang sangat besar bagi
makhluk, yang mana jika bentuk mashlahah tersebut tidak terpenuhi maka
kemaslahatan umat manusia di dunia tidak dapat berjalan stabil (lam tajri
mashalih al-dunya ’ala istiqamah) atau terjadi ketimpangan dan ketidakadilan
yang mengakibatkan rusaknya tatanan sosial dan kemaslahatan di akhirat tidak
tercapai, maka tujuan tersebut masuk dalam kategori maqashid dharuriyyat.
Dengan kata lain, dharuriyat adalah maslahat yang bersifat primer, di mana
kehidupan manusia sangat tergantung padanya, baik aspek diniyah (agama)
maupun aspek duniawi.1

Maka ini merupakan sesuatu yang tidak dapat ditinggalkan dalam


kehidupan manusia. Jika itu tidak ada, kehidupan manusia di dunia menjadi
hancur dan kehidupan akhirat menjadi rusak (mendapat siksa). Ini merupakan
tingkatan maslahat yang paling tinggi. Di dalam Islam, maslahat dharuriyat ini
dijaga dari dua sisi: pertama, realisasi dan perwujudannya, dan kedua,
memelihara kelestariannya. Contohnya, yang pertama menjaga agama dengan
merealisasikan dan melaksanakan segala kewajiban agama, serta yang kedua

3Asy-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah Jilid 2, (Kairo: Musthafa Muhammad,t.th), hlm.


17-18.
menjaga kelestarian agama dengan berjuang dan berjihad terhadap
musuh-musuh Islam.

Dalam maqashid dharuriyat ada lima prioritas yang harus dijaga, yaitu:4

1. Menjaga agama

Agama keperluan penting dan utama bagi manusia, maka penting dalam
menjaga kelestarian dan kemaslahatannya. Cara memelihara agama adalah
dengan menunaikan syariat sesuai akidah , beribdah yang tulus,dan berperilaku
mulia hal ini harus dilaksanakan agar mencapai kemaslahatan kehidupan.1 Jiwa
juga dijadikan sebagai keperluan utama yang harus dijaga, maka seluruh sesuatu
yang dinilai menjadi wadah memelihara kejiwaan maka bersifat wajib, seperti
kebutuhan pangan dalam memelihara tubuh, tidak melakukan pembunuhan antar
manusia, dan lainnya. Kewajiban ini bertujuan dalam memelihara eksistensinya
seorang manusia serta mewujudkan keamanan dan ketentraman hidup.

2. Menjaga jiwa raga


Hifz al-Nafs artinya menjaga jiwa, dan berasal dari gabungan dua kata
bahasa arab yaitu ‫ ﻇﻔﺣ‬yang artinya menjaga dan ‫ ﺳﻔﻧﻼ‬yang artinya jiwa atau ruh.5
Sementara secara terminologi, Hifz al-Nafs adalah mencegah terjadinya hal-hal
buruk dan memastikannya agar tetap hidup.

3. Menjaga harta

Harta adalah hal yang dibutuhkan dalam keperluan hidup manusia. Dalam
islam diajarkan cara yang baik dan benar untuk pencarian dan pengelolaan harta.
Oleh karena itu dalam upaya pencarian harta dilarang melakukan
tindakan-tindakan menyimpang diantaranya mencuri, korupsi, boros, dan hal hal
yang mengandung unsur tidak sesuai syariah.1

4Jasser Auda, Memahami Maqasid Syariah: Peranan Maqasid Dalam Pembaharuan Islam
Kontemporari, penerjemah: Marwan Bukhari A Hamid, (Selangor, Malaysia: PTS Islamika, 2014),
hlm. 7 lihat juga, Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syariah…., hlm. 34
5Nuruddun Al-Mukhtar Al-Khadimi, Al-Munasabah Al-Syar'iyyah Wa Tatbiquha al-Mu'asiroh, Beirut: Dar Ibn Hazm, 2006, 77
4. Menjaga akal

Akal adalah anugerah Allah dengan memiliki akal manusia bisa


menjalankan kehidupan sebagai khalifah di muka bumi.oleh karena itu penting
menjaga dan memelihara akal untuk meraih kemaslahatan. tidak mengkonsumsi
miras dan narkoba adalah Cara yang dapat dilakukan untuk memelihara akal .6

5. Menjaga keturunan
Memelihara keturunan salah satu dari keperluan primer manusia.
Keturunan adalah generasi yang disiapkan untuk memimpin di muka bumi
selanjutnya. Di dalam Islam masalah pernikahan diatur dengan berbagai syarat
dan Islam melarang perzinaan yang bisa menodai kemuliaan manusia.1

Selain kelima prioritas tersebut di atas, beberapa pakar ushul fikih


menambahkan “perlindungan kehormatan”.7

2. Hajjiyat

Maqashid hajjiyat adalah maslahat yang bersifat sekunder, yang


diperlukan oleh umat manusia untuk mempermudah dalam kehidupan dan
menghilangkan kesulitan maupun kesempitan. Jika ia tidak ada, akan terjadi
kesulitan dan kesempitan namun implikasinya tidak sampai merusak kehidupan
umat manusia.

3. Tahsiniya

Maqashid tahsiniyat yaitu maslahat yang merupakan tuntutan muru’ah


(moral), dan itu dimaksudkan untuk kebaikan dan kemuliaan. Jika ia tidak ada,
maka tidak sampai merusak ataupun menyulitkan kehidupan umat manusia di
dunia. Maslahat tahsiniyat ini diperlukan sebagai kebutuhan tersier untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia. 1 Dengan kata lain, maqasid pada

6 A. Bahsoan, “Mashlahah Sebagai Maqashid Al Syariah (Tinjauan Dalam Perspektif Ekonomi


Islam)”, ,. 8, 01, 2011.
7 Al-Ghazali, Al-mUstasfa, vol. 1, hlm. 172. Lihat juga, Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam

Melalui Maqasid Syariah…., hlm. 34


tingkatan tahsiniyat adalah sesuatu yangbisa memperindah maqasid yang
berada pada tingkatan sebelumnya.8

Aplikasi Maqashid Syariah dalam Perbankan Syariah

Dilihat dari tujuan utama ekonomi islam dapat diusahakan dalam sitem
perbankan yang dimana sudah mulai banyak instansi yang berlomba-lomba
mendirikan perbankan islam untuk menopang dan mewujudkan kemajuan
ekonomi yang sebenarnya. dalam hal ini, sudah dicontohkan oleh bank muamalat
Indonesia untuk senantiasa memperbaharui produknya dengan berlandaskan
maqashid syariah baik dari segi penghimpun dana, penyaluran dana, dan
jasa/layanan.

Dalam produk-produk bank syariah bisa kita tinjau dengan nilainilai maqashid
syariah :

a. Menjaga agama

Dalam menjalankan segala system operasional nya bank muamalat berpedoman


pada Al-quran, hadits, dan sumber hukum islam lainnya. Dilihat adanya Dewan
Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) sehingga lebih
terlihat dan terjamin dalam keabsahan nilai-nilai islam yang diterapkan.

b. Menjaga jiwa

Dapat dilihat dari akad-akad yang diterapkan dalam setiap transaksi baik secara
psikologis maupun sosiologis menuntun manusia untuk saling menghargai dan
menjaga amanah yang diberikan. Dan bisa dilihat juga dalam pelayanan nasabah
yang dituntun untuk berprilaku sopan, ramah, berpakaian sopan dan islam.

c. Menjaga akal

8 Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syariah……, hlm. 34


Pihak bank dituntuk menjelaskan secara detail produknya kepada nasabah tanpa
ada yang ditutup-tutupi sedikitpun sehingga dalam transaksi tidak ada pihak
yang didzalimi.

d. Menjaga harta

Bank syariah diamanahkan menjaga dan mengalokasikan dana nasabah dengan


baik dan halal,1 dan juga bisa dilihat dari penerapan system zakat yang bertujuan
untuk membersihkan harta nasabah yang sudah mencapai nishabnya.

e. Menjaga keturunan

Hal ini akan terwujud jika keempat poin diatas terjaga, sehingga dana yang halal
dan perolehannya baik akan berdampak baik bagi keluarga nasabah yang
dinafkahinya.9

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah dijelaskan, dapat ditarik


kesimpulan sebagai berikut :

a. Maqashid syariah diartikan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari


suatu penetapan \ hukum.
b. Berdasarkan tingkat kepentingannya, maqashid syariah bisa dibagi
menjadi dharurat, hajiyat, tahsiniyat
c. dicontohkan oleh bank muamalat Indonesia untuk senantiasa
memperbaharui produknya dengan berlandaskan maqashid syariah
baik dari segi penghimpun dana, penyaluran dana, dan
jasa/layanan.

9
B. DAFTAR PUSTAKA

https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Cross

https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIS/article/view/34

https://jurnal.usk.ac.id/kanun/article/download/7968/7278

http://repository.uinsu.ac.id/13525/1/document.pdf

https://stiealwashliyahsibolga.ac.id/jurnal/index.php/jesya/article/vie
w/629

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Mas/article/view/2111

Anda mungkin juga menyukai