Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGERTIAN, TUJUAN DAN KERANGKA MAQHOSID SYARIAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuiah Maqhosid Syariah
Dosen Pengampu:
Muhammad Hasbulloh Huda. M.ag

Oleh:
Luki Adi Firmansyah :
Siti Kholifatus Rosida :
Feri Prasetya :

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUD AGAMA ISLAM (IAI) AL-QOLAM
GONDANGLEGI MALANG
2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "pengertian, tujuan dan kerangka maqhosid
syariah" dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Maqhosid syariah. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan hukum-hukum islam
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Muhammad Hasbulloh Huda. M.ag selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Maqhosid syariah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 22 Oktober 2021

Penulis

2
A. PENGERTIAN MAQHOSID SYARIAH
Kata maqashid merupakan bentuk jamak dari maqshada yang artinya “maksud dan
tujuan”. Sedangkan syariah bermakna “hukum-hukum Allah yang ditetapkan untuk manusia
agar dipedomani untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”.
Terdapat beragam pendapat mengenai definisi maqashid syariah. Dalam jurnal Maqasid Syariah:
Kajian Teoritis dan Aplikatif Pada Isu-Isu Kontemporer tulisan Musolli (2018:63), Ibn Ashur
mendefinisikan maqashid syariah sebagai nilai atau hikmah yang menjadi perhatian syari’ dalam
seluruh kandungan syariat, baik yang bersifat terperinci atau global.
Sedangkan Wahbah al-Zuhaili (1986) dalam Ushul al-Fiqh al-Islami menuliskan bahwa
maqashid syariah adalah makna-makna dan tujuan-tujuan yang dipelihara oleh syara' dalam
seluruh atau sebagian besar hukumnya, atau tujuan akhir dari syariat dan rahasia-rahasia yang
diletakkan oleh syara' pada setiap hukumnya.

B. BENTUK-BENTUK MAQASHID SYARIAH

Al-Syatibi dalam al-Muwafaqat fi Usul al-Syari'ah Jilid II mengatakan bahwa tujuan utama
Allah menetapkan syariat adalah demi terwujudnya maslahat hidup manusia, baik di dunia
maupun di akhirat. Oleh sebab itu, penetapan hukum harus mengarah pada terwujudnya tujuan
tersebut.
Terkait hal ini, Syatibi dikutip dari jurnal Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah tulisan Nilda
Susilawati menyatakan bahwa untuk mewujudkan kemaslahatan di dunia dan akhirat, ada lima
pokok yang harus diwujudkan dan dipelihara, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Berikut ini adalah penjabarannya mengutip dari buku HRD Syariah: Teori dan Implementasi
karya Abdurrahman (2014)
1. Maqashid Syariah untuk Menjaga Agama
Sebagai bentuk penjagaan Islam terhadap agama, Allah SWT telah memerintahkan hamba-
Nya untuk beribadah. Beberapa bentuk ibadah tersebut adalah sholat, zakat, puasa, haji,
dzikir, doa, dan lain-lain.
2. Menjaga Jiwa
Dalam rangka menjaga keselamatan jiwa manusia, Allah SWT mengharamkan membunuh
manusia tanpa alasan yang dibenarkan oleh Islam. Jika terjadi sebuah pembunuhan, wajib

3
atasnya ditegakkan qishas (QS. Al-Baqarah: 178). Selain larangan menghilangkan nyawa
orang lain, Islam juga melarang bunuh diri. (QS. An-Nisaa:29).
3. Menjaga Pikiran
Syariat Islam melarang minuman keras, narkotika, dan apa saja yang dapat merusak
akal. Ini bertujuan untuk menjaga pikiran manusia dari apapun yang dapat mengganggu
fungsinya.
Islam memandang bahwa akal manusia adalah anugerah Allah yang sangat besar.
Dengan memiliki akal, manusia menjadi lebih mulia daripada makhluk-makhluk lainnya.
4. Menjaga Keturunan
Menjaga keturunan adalah landasan diwajibkannya memperbaiki kualitas keturunan,
membina sikap mental generasi penerus agar terjalin rasa persahabatan di antara sesama umat
manusia, dan diharamkannya zina serta perkawinan sedarah.
5. Menjaga Harta
Untuk memperoleh harta yang halal, syariat Islam membolehkan berbagai macam
bentuk muamalah. Untuk menjaganya, Islam mengharamkan umatnya memakan harta
manusia dengan jalan yang batil, misalnya mencuri, riba, menipu, mengurangi timbangan,
korupsi, dan lain-lain.
C. TUJUAN MAQHASID SYARIAH
UMAT muslim mempunyai dua pedoman hidup, yaitu Alquran dan Hadits. Allah SWT
sebagai pembuat syariat tidak menetapkan suatu hukum dan aturan tanpa mempunyai tujuan dan
maksud. Diyakini bertujuan agar manusia mendapat kemaslahatan di dunia maupun di akhirat.
Begitu juga dengan perintah dan larangan Nabi Muhammad SAW yang terdapat di dalam hadits,
semuanya mempunyai tujuan tertentu dan tak ada yang sia-sia. Semuanya mempunyai hikmah.
Dua pedoman tersebut juga menjadi pijakan para ulama dalam mengembangkan hukum Islam.
Dalam proses mengembangkan tersebut, para ulama mempertimbangkan terlebih dahulu
kemaslahatan dan kemudhorotan yang akan terjadi jika hukum tersebut di tetapkan.

Tujuan dari suatu hukum itu disebut maqoshid syariah. Dalam kamus Bahasa Arab,
maqashid adalah kata yang menunjukkan banyak (jama), mufradnya adalah maqhsad yang
berarti tujuan atau target.

4
Beberapa ulama menjelaskan definisi maqoshid syariah. ‘Menurut Ibnu ‘Asyur: Makna
atau hikmah yang bersumber dari Alah SWT yang terjadi pada seluruh atau mayoritas ketentuan
Nya (bukan pada hukum tertentu).

Menurut Ar-Risuni: Tujuan yang ingin dicapai oleh syariat ini untuk merealisasikan
kemashlahatan hamba.

Menurut Imam Asy-Syatibi, ada lima bentuk maqashid syariah atau biasa disebut
kulliyat al-khomsah (lima prinsip umum). Kelima maqashid tersebut, yaitu: hifdzu din
(melindungi agama), hifdzu nafs (melindungi jiwa), hifdzu ‘aql (melindungi pikiran), hifdzu
maal (melindungi harta), dan hifdzu nasab (melindungi keturunan).

Kelima maqashid di atas mempunyai tingkatan mashlahat dan kepentingannya masing-


masing. Ada tiga tingkatan urgensi dan kepentingan, yaitu: dharuriyat, yaitu kebutuhan yang
harus segera terpenuhi. Jika tidak segera terpenuhi akan membuat kehidupan menjadi rusak.
Kemudian hajiyat, yaitu kebutuhan yang secukupnya saja untuk dipenuhi. Jika tidak terpenuhi
akan mengakibatkan kesulitan. Sedangkan tahsinat, yaitu kebutuhan pelengkap. Jika tidak
dipenuhi, akan membuat kehidupan menjadi kurang nyaman. Mashlahat yang terdapat dalam
syariat Islam memiliki dhawabit (batasan) yang harus dipenuhi untuk menentukan substansi
mashlahat yang bersifat umum dan mengaitkannya dengan dalil hukum, sehingga ada keterikatan
antara kedua aspek tersebut. Batasan mashlahat ini sangat penting agar yang didapat sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT selaku pembuat syariat di muka bumi ini.

Batasan maslahat tersebut terdiri dari:

1. Mashlahat tersebut termasuk bagian dari maqashid syariah.

Mashlahat tersebut harus merupakan salah satu bagian dari 5 prinsip maqashid syariah di atas.

2. Tidak bertentangan dengan Alquran dan Sunnah.

Setiap mashlahat harus sesuai dengan kandungannya. Jika bertentangan dengan Alquran dan
Sunnah, maka hukum tersebut menjadi batal dan hukum tersebut bukan mashlahat.

3. Tidak bertentangan dengan mashlahat yang lebih besar.

5
Suatu mashlahat mempunyai kekuatan hukum, jika tidak bertentangan dengan mashlahat yang
lebih besar. Jika terdapat mahlahat yang lebih besar, maka mashlahat yang lebih kecil menjadi
batal.

Fungsi maqashid syariah diantaranya adalah: bisa memahami nash sumber hukum
(beserta hukumnya) secara komprehensif, dapat menjadikan maqashid syariah sebagai salah satu
standar menguatkan salah satu pendapat fuqaha dan memahami pertimbangan jangka panjang
kegiatan manusia dan mengaitkannya dengan setiap fatwa.

Beberapa kaidah untuk mengetahui maqashid syariah diantaranya: Seluruh ketentuan


syariah memiliki maksud (maqashid), taqshid (menentukan maqashid) harus berdasarkan dalil,
menertibkan mashlahat dan mafasadat, kemudian membedakan antara maqashid dan wasa’il
dalam setiap ketentuan Allah.

Penerapan maqashid syariah merupakan penjabaran dari maqashid (tujuan) besarnya yaitu hifdzu
maal (menjaga dan memenuhi kebutuhan akan harta).

Menjaga dan memenuhi kebutuhan akan harta harus memperhatikan dari sisi bagaimana
mendapatkannya atau pun dari sisi memelihara harta yang sudah dimiliki.

Hifdzu maal tersebut juga menjadi rumpun kaidah dalam bidang muamalah. Kaidah ini
dijabarkan dengan maqashid ‘ammah (tujuan-tujuan umum) dan maqashid khassah (tujuan-
tujuan khusus) yang sangat banyak.

Maqashid ‘ammah (tujuan-tujuan umum) adalah tujuan disyariatkan beberapa kumpulan hukum
atau lintas hukum. Sedangkan maqahid khassah (tujuan-tujuan khusus) adalah tujuan
disyariatkan suatu hukum tertentu.

Maqashid khassah (tujuan-tujuan khusus) disebut juga dengan maqashid juz’iyah. Maqashid
khassah (tujuan-tujuan khusus) adalah hasil istiqro’ (kajian) para ulama terhadap nash dan
hukum-hukum syariah dan menghasilkan kepastian (qath’i).

Beberapa maqashid ‘ammah ketentuan ekonomi syariah: setiap kesepakatan bisnis harus jelas
diketahui oleh masing-masing pihak, setiap kesepakatan bisnis harus adil bagi masing-masing

6
pihak, setiap pihak harus berkomitmen dengan kesepakatan yang telah dibuat, melindungi hak
kepemilikan, harta harus terdistribusi dengan baik agar dapat dinikmati oleh setiap lapisan
masyarakat, dan sebagainya.

Beberapa maqashid khassah ketentuan ekonomi syariah diantaranya, maqashid pelarangan riba
dalam surat Ali Imran ayat 130 untuk mengajak manusia berempati menjauhkan riba yang
mengambil hak milik orang lain secara tidak halal, maqashid perbedaan jual beli dan riba, dan
sebagainya.

Dari penjelasan di atas, kita dapat memahami mengapa Allah menetapkan suatu hukum yang
bisa jadi kita tidak menyukainya, tetapi memberikan mashlahat kepada kita. Begitu pun
sebaliknya, apa yang kita suka belum tentu memberi mashlahat kepada kita.***

7
DASAR-DASAR MAQHOSYID SYARIAH

a. Hifdz ad-din ( memelihara agama ) menjadi haq attadayyun ( hak Beragama ) yaitu  
hak untuk beribadah dan menjalankan ajaran-ajaran agama. Hak ini bukan hanya  sekedar menjaga
kesucian agama, namun juga membangun sarana ibadah dan  menciptakan pola relasi yang sehat dalam
menjalankan agama, baik antar sesama  agama maupun dengan orang beda agama. Dengan demikian secara
tidak langsung  hak ini digunakan untuk mencipta situasi kondusif untuk mengejewantahkan 
keberaagamaan seseorang.  
b. Hifdz an-nafs ( menjaga jiwa ) menjadi haq alhayat ( hak hidup ). Hak ini bukan  hanya sekedar
sebagai alat untuk pembelaan diri,. Hak ini seharusnya diarahkan  untuk mencipta kualitas
kehidupan yang lebih baik bagi diri dan masyarakat. Hak  hidup haris diorientasikan pada
perbaikan kualitas kehidupan manusia seutuhnya,  bukan secara parsial.  
 c. Hifdz al-aql ( memelihara akal ),yaitu haq al-ta’lim ( hak mendapatkan pendidikan )  Menghargai
akal bukan berarti hanya sekedar menjaga kemampuan akal untuk tidak  gila ataupun mabuk.
Orientasi penjagaan akal adalah pemenuhan hak intelektual  bagi setiap individu yang ada dalam
masyarakat. Termasuk dalam hal ini adalah  terjadinya pencurian terhadap hak cipta, karya dan
kreasi seseorang. Penjagaan  terhadap hal tersebut adalah masuk dalam kategiri penjagaan
terhadap akal, jaminan  keamanan untuk karya intelektual.  
 d. Hifdz al-mal ( memelihara harta ), yaitu haq al-amal ( hak bekerja ). Hal ini tidak  hanya
diterjemahkan sebagai upaya untuk menjaga harta dari gangguan orang lain.  Hak ini juga dapat
diartikan sebagai hak seseorang untuk mendapatkan harta  dengan cara yang halal, bekerja.
Dalam arti luas, hak ini memberikan wewenang  seseorang untuk membuka lapangan pekerjaan
bagi orang lain. Dengan demikian,  semua orang dapat mencicip hak harta dalam kehidupannya
untuk mendapatkan  kualitas hidup yang sejahtera.  
e. Hifdz al-irdl ( memelihara kehormatan ) menjadi haq al-intirom al-insani ( hak atas 
kehormatan manusia ). Bukan hanya sekedar upaya untuk menjaga kehormatan diri  dan keluarga
dari tuduhan dan fitnah orang lain. Pelestarian adapt dan budaya  adalah bagian terpenting dalam
menjaga kehormatan dan martabat masyarakat.  Dalam konteks yang lebih luas, menjaga
martabat dan kehormatan bangsa adalah  termasuk dalam pembicaraan hak menjaga kehormatan.

8
9
DAFTAR PUSTAKA
https://kumparan.com/berita-hari-ini/maqashid-syariah-pengertian-dan-bentuknya-yang-
perlu-dipahami-1vHFIJetlBM/full

10

Anda mungkin juga menyukai