Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH STUDI FIQH

“DEFINISI DAN URAIAN PARA ULAMA MENGENAI MAQASHID


ALSYARIAH (menjaga jiwa, agama, akal, harta dan keturunan) DAN
APLIKASI MAQASHID ALSYARI’AH DALAM PEMIKIRAN FIQH
PARA FUQAHA”

Dosen Pengampu : Muhammad Abdul Jawad Nabih, S.HI. M.H.

Disusun Oleh :

1. Azka Nadhira (210202110060)


2. Elsa Washiliyyah Suliyanti (210202110064)
3. Herlina Rosita Sari (210202110053)

KELAS B
PROGRAM STUDI S-1 HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Ucapan syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini berjudul “Definisi
dan uraian para ulama mengenai maqashid alsyariah (menjaga jiwa, agama, akal, harta dan
keturunan) dan aplikasi maqashid alsyari’ah dalam pemikiran fiqh para fuqaha”.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah studi fiqih.
Selain itu, makalah ini juga memiliki tujuan untuk memberikan ilmu pengetahuan dan
wawasan bagi kami khususnya dan bagi para pembaca.
Kami sebagai penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Abdul
Jawad Nabih, S.HI. M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah studi fiqih, kami sampaikan
terima kasih.

Malang, 7 Oktober 2021

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................................1


KATA PENGANTAR........................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................................4


1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................5

2.1 DEFINISI MAQASHID ALSYARI’AH.................................................................................5


2.2 MAQASHID ALSYARI’AH MENURUT PARA ULAMA ......................................................5
2.3 PEMBAGIAN MAQASHID ALSYARI’AH ..........................................................................6
2.4 BENTUK-BENTUK MAQASHID ALSYARI’AH...................................................................8
2.5 APLIKASI MAQASHID ALSYARI’AH DALAM PEMIKIRAN FIQH PARA FUQAHA...............9

BAB III PENUTUP........................................................................................................................10

3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................10
3.2 SARAN.......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Maqashid syariah merupakan suatu tujuan menuju syariah atau jalan menuju
sumber pokok kehidupan kehidupan yaitu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menurut Al-
Syatibi, sesungguhnya syariat itu bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di
dunia maupun di akhirat. Jadi, maqashid alsyariah itu merupakan sebuah konsep dalam
menetapkan hukum untuk kemaslahatan bersama bagi semua manusia baik di dunia maupun
di akhirat. Kemaslahatan yang dimaksud yaitu dalam segala aspek kegiatan yang dijalankan
oleh manusia itu sendiri.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi maqashid alsyariah?


2. Apa uraian maqashid alsyariah menurut para ulama?
3. Apa saja pembagian maqashid alsyariah?
4. Apa saja ad-dharuriyat al-khamsah?
5. Bagaimana aplikasi maqashid alsyariah dalam pemikiran fiqh para fuqaha?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, berdasarkan latar belakang


dan rumusan masalah di atas maka penyusunan makalah ini bertujuan untuk mendapatkan
nilai pada mata kuliah studi fiqih dan menuntaskan tugas dari kajian materi yang telah
diberikan. Selain itu penyusunan makalah ini juga bertujuan agar kita dapat mempelajari
studi fiqih dengan baik dan lebih dalam lagi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Maqashid alSyariah

Maqashid al-syari'ah terdiri dari dua kata, maqashid dan syari'ah. Kata maqashid
merupakan bentuk jama' dari maqshad yang berarti maksud dan tujuan, sedangkan syari'ah
mempunyai pengertian hukum-hukum Allah yang ditetapkan untuk manusia agar
dipedomani untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Maka
dengan demikian, maqashid al-syari'ah berarti kandungan nilai yang menjadi tujuan
pensyariatan hukum. Maka dengan demikian, maqashid al-syari'ah adalah tujuan-
tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan hukum bertujuan untuk
kemaslahatan hamba (manusia) dalam kebaikan kehidupan dunia dan akhirat.
Kemaslahatan yang dimaksud dalam hal ini mencakup segala hal kehidupan manusia.
Termasuk di dalamnya rezeki manusia,kebutuhan dasar hidup, dan juga kebutuhan lain yang
diperlukan manusia. Didalamnya juga mencakup, kualitas emosional,intelektual, dan juga
pemahan atau pengertian yang mutlak.

2.2 Maqashid alSyariah Menurut Para Ulama

1) IBNU ASYUR
Di antara ulama modern adalah Ibnu Asyur. Maqashid syariah
menurut beliau definisikan ada dua macam, yaitu umum dan khusus.
Definisi Maqashid Syariah yang umum menurut Ibnu Asyur adalah
Sejumlah makna dan hikmah yang disimpulkan bagi pembuat syariah
pada semua syariah atau sebagian besarnya. Sedangkan definisi yang
khusus adalah hal-hal yang dikehendaki syari’ (Allah) untuk
merealisasikan tujuan-tujuan manusia yang bermanfaat, atau untuk
memelihara kemaslahatan umum mereka dalam tindakantindakan
mereka secara khusus.

2) ‘Allal Al-Fasi
Maqashid syariah adalah tujuan syariah dan rahasia yang ditetapkan
oleh Syari’at, yaitu Allah SWT pada setiap hukum, dari hukum-
hukumnya.

5
3) Ar-Raisuni
Maqashid syariah adalah tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh syariah
demi untuk kemaslahatan hamba.

4) Wahbah Az-Zuhaili
Makna serta saran yang disimpulkan pada semua hukum atau pada
kebanyakannya, atau tujuan dari syariat serta rahasia-rahasia yang
ditetapkan Syari’ (Allah SWT) pada setiap hukum dari hukum-
hukumnya.
Wahbah al-Zuhaili (1986:1019) dalam bukunya menetapkan
syaratsyarat maqashid al-syari'ah. Menurutnya bahwa sesuatu baru
dapat dikatakan sebagai maqashid al-syari'ah apabila memenuhi
empat syarat berikut, yaitu:
1. Harus bersifat tetap, maksudnya makna-makna yang
dimaksudkan itu harus bersifat pasti atau diduga kuat
mendekati kepastian.
2. Harus jelas, sehingga para fuqaha tidak akan berbeda dalam
penetapan makna tersebut. Sebagai contoh, memelihara
keturunan yang merupakan tujuan disyariatkannya
perkawinan.
3. Harus terukur, maksudnya makna itu harus mempunyai
ukuran atau batasan yang jelas yang tidak diragukan lagi.
Seperti menjaga akal yang merupakan tujuan pengharaman
khamr dan ukuran yang ditetapkan adalah kemabukan.
4. Berlaku umum, artinya makna itu tidak akan berbeda karena
perbedaan waktu dan tempat. Seperti sifat Islam dan
kemampuan untuk memberikan nafkah sebagai persyaratan
kafa'ah dalam perkawinan menurut mazhab Maliki.

2.3 Pembagian Maqashid alSyariah


Maslahat sebagai substansi dari maqashid al-syari'ah dapat dibagi
sesuai dengan tinjauannya.
1. Bila dilihat dari aspek pengaruhnya dalam kehidupan manusia,
maslahat dapat dibagi menjadi tiga tingkatan :
➢ Dharuriyat
yaitu maslahat yang bersifat primer, di mana kehidupan
manusia sangat tergantung padanya, baik aspek diniyah
(agama) maupun aspek duniawi. Maka ini merupakan sesuatu
yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan manusia. Jika itu
tidak ada, kehidupan manusia di dunia menjadi hancur dan

6
kehidupan akhirat menjadi rusak (mendapat siksa). Ini
merupakan tingkatan maslahat yang paling tinggi. Seperti
makanan dan minuman dan lain-lain.

➢ Hajiyat
yaitu maslahat yang bersifat sekunder, yakni perkara-perkara
yang di butuhkan manusia untuk menghilangkan kesulitan. Jika
perkara-perkara itu tidak terwujud, tidak akan merusak tatanan
kehidupan, namun manusia akan mengalami kesempitan atau
kesulitan. Contohnya seperti diperbolehkannya shalat duduk
saat tidak mampu berdiri.

➢ Tahsiniyat
Sesuatu yang menjadikan hidup manusia lebih pantas dan
beradab. Jika sesuatu itu tidak ada maka tidak akan
merusak tatanan kehidupan serta tidak menyulitkan.
Hanya saja akan mengurangi ketidakpantasan. Contohnya
seperti masalah etika saat minum, makan, menutup aurat
dan lainnya.

2. maslahat yang dilihat dari aspek cakupannya yang dikaitkan dengan


komunitas (jama'ah) atau individu (perorangan) dibagi dua ktegori:
➢ Maslahat kulliyat
yaitu maslahat yang bersifat universal. yang kebaikan dan
manfaatnya kembali kepada orang banyak. Contohnya membela
negara dari serangan musuh, dan menjaga hadits dari usaha
pemalsuan.
➢ Maslahat juz'iyat
yaitu maslahat yang bersifat parsial atau individual, seperti
pensyari'atan berbagai bentuk mu'amalah.

3. maslahat yang dipandang dari tingkat kekuatan dalil yang


mendukungnya. Maslahat dalam hal ini dibagi menjadi tiga, yaitu :
➢ Maslahat yang bersifat qath'i
yaitu sesuatu yang diyakini membawa kemaslahatan karena
didukung oleh dalil-dalil yang tidak mungkin lagi ditakwili, atau
yang ditunjuki oleh dalil-dalil yang cukup banyak yang dilakukan
lewat penelitian induktif, atau akal secara mudah dapat
memahami adanya maslahat itu.
➢ Maslahat yang bersifat zhanni

7
yaitu maslahat yang diputuskan oleh akal, atau maslahat yang
ditunjuki oleh dalil zhanni dari syara'.
➢ Maslahat yang bersifat wahmiyah
yaitu maslahat atau kebaikan yang dikhayalkan akan bisa
dicapai, padahal kalau direnungkan lebih dalam justru yang akan
muncul adalah madharat dan mafsadat.

2.4 Ad-Dharuriyat Al-Khamsah


Menurut imam asy-Syatibi, ada lima bentuk maqashid syariah. Lima bentuk ini disebut juga
sebagai lima prinsip umum atau kulliyat al-khamsah. Masing-masing bentuk ini memiliki dua
pembagian, yaitu dari segi wujud atau penjagaan dan dari segi ‘adam atau pencegahan. Lima
bentuk maqashid syariah ini adalah sebagai berikut:

1. Maqashid syariah untuk melindungi agama


Bentuk maqashid syariah untuk melindungi agama merupakan hak memeluk
dan meyakini seseorang boleh dan berhak memeluk agama yang diyakini
secara bebas dan tanpa gangguan. Dengan cara mewujudkan iman dengan
rukun-rukunnya, dasar-dasar akidah. Contoh penjagaan dalam melindungi
agama adalah dengan melaksanakan shalat,berzakat,berdakwah. Sedangkan
dari segi pencegahan dilakukan dengan jihad atau hukuman bagi orang-orang
yang murtad.

2. Maqashid syariah untuk melindungi jiwa


Bentuk maqashid syariah untuk melindungi jiwa merupakan landasan dan
alasan yang menyatakan bahwa seorang manusia tidak boleh disakiti, dilukai,
apalagi dibunuh. Mewujudkannya dengan cara berkewajiban untuk mencari
nafkah,pernikahan,makan,minum. Contoh penjagaannya dengan haramnya
merusak tanaman, diterapkannya qisas, dan diyat.

3. Maqashid syariah untuk melindungi pikiran


Bentuk maqashid syariah untuk melindungi pikiran atau akal. Berangkat dari
hal ini, maka segala hal yang menyebabkan hilangnya akal menjadi tidak boleh.
Termasuk di dalamnya mengonsumsi narkoba atau minuman keras. Termasuk
dalam hal ini juga adalah kebebasan berpendapat secara aman bagi setiap
orang. Contoh penerapannya dalam bentuk penjagaan dilakukan dengan
menuntut ilmu dasar,karena Allah telah memberikan akal kepada setiap
manusia untuk berfikir. Sedangkan dalam bentuk pencegahan dilakukan
dengan menegakkan hukum bagi pengonsumsi narkoba,khamr yang dapat
menghilangkan akal.

8
4. Maqashid syariah untuk melindungi harta
Maqashid syariah untuk melindungi harta menjamin bahwa setiap orang
berhak memiliki kekayaan harta benda dan merebutnya dari orang lain
merupakan hal yang dilarang. Baik dalam bentuk pencurian, korupsi, dan lain
sebagainya. Contoh penerapan hal ini dilakukan dengan cara melaksanakan
jual beli dan mencari rizki. Sedangkan bentuk pencegahan dilakukan dengan
hukum potong tangan bagi pencuri dan menghindari riba.

5. Maqashid syariah untuk melindungi keturunan dan kehormatan


Maqashid syariah untuk melindungi keturunandan kehormatan membuat
maka zina menjadi terlarang karena dapat memberikan dampak negatif. Baik
secara biologis, psikologis, ekonomi, sosial, nasab, hukum waris, dan lain
sebagainya. Karena itu, penjagaannya dilakukan dalam bentuk pernikahan,
sedangkan bentuk pencegahan dilakukan dengan menegakkan hukum bagi
orang yang berzina dan yang menuduh orang lain berzina tanpa adanya bukti.

2.5 Aplikasi Maqashid alSyari’ah Dalam Pemikiran fiqh


Para Fuqaha

Dalam banyak kasus, penerapan teori maqashid ini sering kali


diimplementasikan dengan membatalkan ketentuan hukum yang secara
qath’i telah ditetapkan oleh syari’at terlebih dahulu. Dalam konteks ini,
kiranya contoh yang tidak bisa lepas adalah pemikiran sahabat Umar ra yang
dalam banyak hal. Kebijakan khalifah Umar ra yang berbasis pendekatan
maqashid tidak kurang dari empat puluh permasalahan yang semuanya bisa
diklarifikasi menjadi beberapa kelompok diantaranya, seputar harta-harta
(amwal), had, hukuman-hukuman , dan konsekuensi (hudud wa ‘uqubat),
pernikahan dan perceraian (zawaj wa thalaq), harta waris (mirats) dan
pesoalan-persoalan lainnya.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Maqashid alSyari’ah sebagai paradigma berfikir, dan juga merupakan tujuan-
tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan hukum bertujuan untuk
kemaslahatan hamba (manusia) dalam kebaikan kehidupan dunia dan akhirat.
Kemaslahatan yang dimaksud dalam hal ini mencakup segala hal kehidupan
manusia. Termasuk di dalamnya rezeki manusia,kebutuhan dasar hidup, dan juga
kebutuhan lain yang diperlukan manusia. Didalamnya juga mencakup, kualitas
emosional,intelektual, dan juga pemahan atau pengertian yang mutlak. Dan para
ulama memposisikan maqashid ini bagian dari aturan umum di dalam syari’at (al
qawa ‘id al ushuliyyah al tasyri’iyyah) yang tidak boleh diabaikan.

3.2 SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini kami berharap akan memberikan manfaat kepada
pembaca dan menambah ilmu serta wawasan kita mengenai maqashid
alsyariah. Demikian kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih
memiliki banyak kekurangan oleh karena itu kami mengharap kritik serta saran
yang dapat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. AL Ghazali, Abi Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad, Al Mustashfa


min ilm al Ushul, (Bairut: Muassasah al Risalah, 1997 M).
2. Sarwat,Ahmad. 2019. Maqashid Syariah, Jakarta: Rumah Fiqh Publishing.
3. https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/mengenal-maqashid-syariah-
pengertian-dan-bentuk-bentuknya/.
4. Muhammad Biltaji, Manhaj Umar al Khattab fi al Tasyri’ : Dirasah Mustau’ibah li
fiqh Umar wa Tandzimatuhu ( Kairo: Dar al Fikr al ‘Arabi, tt),11.

11

Anda mungkin juga menyukai