Disusun Oleh :
KELAS B
PROGRAM STUDI S-1 HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
1
KATA PENGANTAR
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah studi fiqih.
Selain itu, makalah ini juga memiliki tujuan untuk memberikan ilmu pengetahuan dan
wawasan bagi kami khususnya dan bagi para pembaca.
Kami sebagai penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Abdul
Jawad Nabih, S.HI. M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah studi fiqih, kami sampaikan
terima kasih.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................5
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................10
3.2 SARAN.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
Maqashid syariah merupakan suatu tujuan menuju syariah atau jalan menuju
sumber pokok kehidupan kehidupan yaitu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menurut Al-
Syatibi, sesungguhnya syariat itu bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di
dunia maupun di akhirat. Jadi, maqashid alsyariah itu merupakan sebuah konsep dalam
menetapkan hukum untuk kemaslahatan bersama bagi semua manusia baik di dunia maupun
di akhirat. Kemaslahatan yang dimaksud yaitu dalam segala aspek kegiatan yang dijalankan
oleh manusia itu sendiri.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Maqashid al-syari'ah terdiri dari dua kata, maqashid dan syari'ah. Kata maqashid
merupakan bentuk jama' dari maqshad yang berarti maksud dan tujuan, sedangkan syari'ah
mempunyai pengertian hukum-hukum Allah yang ditetapkan untuk manusia agar
dipedomani untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Maka
dengan demikian, maqashid al-syari'ah berarti kandungan nilai yang menjadi tujuan
pensyariatan hukum. Maka dengan demikian, maqashid al-syari'ah adalah tujuan-
tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan hukum bertujuan untuk
kemaslahatan hamba (manusia) dalam kebaikan kehidupan dunia dan akhirat.
Kemaslahatan yang dimaksud dalam hal ini mencakup segala hal kehidupan manusia.
Termasuk di dalamnya rezeki manusia,kebutuhan dasar hidup, dan juga kebutuhan lain yang
diperlukan manusia. Didalamnya juga mencakup, kualitas emosional,intelektual, dan juga
pemahan atau pengertian yang mutlak.
1) IBNU ASYUR
Di antara ulama modern adalah Ibnu Asyur. Maqashid syariah
menurut beliau definisikan ada dua macam, yaitu umum dan khusus.
Definisi Maqashid Syariah yang umum menurut Ibnu Asyur adalah
Sejumlah makna dan hikmah yang disimpulkan bagi pembuat syariah
pada semua syariah atau sebagian besarnya. Sedangkan definisi yang
khusus adalah hal-hal yang dikehendaki syari’ (Allah) untuk
merealisasikan tujuan-tujuan manusia yang bermanfaat, atau untuk
memelihara kemaslahatan umum mereka dalam tindakantindakan
mereka secara khusus.
2) ‘Allal Al-Fasi
Maqashid syariah adalah tujuan syariah dan rahasia yang ditetapkan
oleh Syari’at, yaitu Allah SWT pada setiap hukum, dari hukum-
hukumnya.
5
3) Ar-Raisuni
Maqashid syariah adalah tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh syariah
demi untuk kemaslahatan hamba.
4) Wahbah Az-Zuhaili
Makna serta saran yang disimpulkan pada semua hukum atau pada
kebanyakannya, atau tujuan dari syariat serta rahasia-rahasia yang
ditetapkan Syari’ (Allah SWT) pada setiap hukum dari hukum-
hukumnya.
Wahbah al-Zuhaili (1986:1019) dalam bukunya menetapkan
syaratsyarat maqashid al-syari'ah. Menurutnya bahwa sesuatu baru
dapat dikatakan sebagai maqashid al-syari'ah apabila memenuhi
empat syarat berikut, yaitu:
1. Harus bersifat tetap, maksudnya makna-makna yang
dimaksudkan itu harus bersifat pasti atau diduga kuat
mendekati kepastian.
2. Harus jelas, sehingga para fuqaha tidak akan berbeda dalam
penetapan makna tersebut. Sebagai contoh, memelihara
keturunan yang merupakan tujuan disyariatkannya
perkawinan.
3. Harus terukur, maksudnya makna itu harus mempunyai
ukuran atau batasan yang jelas yang tidak diragukan lagi.
Seperti menjaga akal yang merupakan tujuan pengharaman
khamr dan ukuran yang ditetapkan adalah kemabukan.
4. Berlaku umum, artinya makna itu tidak akan berbeda karena
perbedaan waktu dan tempat. Seperti sifat Islam dan
kemampuan untuk memberikan nafkah sebagai persyaratan
kafa'ah dalam perkawinan menurut mazhab Maliki.
6
kehidupan akhirat menjadi rusak (mendapat siksa). Ini
merupakan tingkatan maslahat yang paling tinggi. Seperti
makanan dan minuman dan lain-lain.
➢ Hajiyat
yaitu maslahat yang bersifat sekunder, yakni perkara-perkara
yang di butuhkan manusia untuk menghilangkan kesulitan. Jika
perkara-perkara itu tidak terwujud, tidak akan merusak tatanan
kehidupan, namun manusia akan mengalami kesempitan atau
kesulitan. Contohnya seperti diperbolehkannya shalat duduk
saat tidak mampu berdiri.
➢ Tahsiniyat
Sesuatu yang menjadikan hidup manusia lebih pantas dan
beradab. Jika sesuatu itu tidak ada maka tidak akan
merusak tatanan kehidupan serta tidak menyulitkan.
Hanya saja akan mengurangi ketidakpantasan. Contohnya
seperti masalah etika saat minum, makan, menutup aurat
dan lainnya.
7
yaitu maslahat yang diputuskan oleh akal, atau maslahat yang
ditunjuki oleh dalil zhanni dari syara'.
➢ Maslahat yang bersifat wahmiyah
yaitu maslahat atau kebaikan yang dikhayalkan akan bisa
dicapai, padahal kalau direnungkan lebih dalam justru yang akan
muncul adalah madharat dan mafsadat.
8
4. Maqashid syariah untuk melindungi harta
Maqashid syariah untuk melindungi harta menjamin bahwa setiap orang
berhak memiliki kekayaan harta benda dan merebutnya dari orang lain
merupakan hal yang dilarang. Baik dalam bentuk pencurian, korupsi, dan lain
sebagainya. Contoh penerapan hal ini dilakukan dengan cara melaksanakan
jual beli dan mencari rizki. Sedangkan bentuk pencegahan dilakukan dengan
hukum potong tangan bagi pencuri dan menghindari riba.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Maqashid alSyari’ah sebagai paradigma berfikir, dan juga merupakan tujuan-
tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan hukum bertujuan untuk
kemaslahatan hamba (manusia) dalam kebaikan kehidupan dunia dan akhirat.
Kemaslahatan yang dimaksud dalam hal ini mencakup segala hal kehidupan
manusia. Termasuk di dalamnya rezeki manusia,kebutuhan dasar hidup, dan juga
kebutuhan lain yang diperlukan manusia. Didalamnya juga mencakup, kualitas
emosional,intelektual, dan juga pemahan atau pengertian yang mutlak. Dan para
ulama memposisikan maqashid ini bagian dari aturan umum di dalam syari’at (al
qawa ‘id al ushuliyyah al tasyri’iyyah) yang tidak boleh diabaikan.
3.2 SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini kami berharap akan memberikan manfaat kepada
pembaca dan menambah ilmu serta wawasan kita mengenai maqashid
alsyariah. Demikian kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih
memiliki banyak kekurangan oleh karena itu kami mengharap kritik serta saran
yang dapat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
10
DAFTAR PUSTAKA
11