Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU FIQIH

PEMBIDANGAN ILMU FIQIH

DOSEN PENGAMPU:
HJ.SIPPAH CHOTBAN S.Ag.,M.H

OLEH :
KELOMPOK 3
NISRA AMELIA (10900122109)
NURUL FITRI AULIA (
RESKI ANANDA PUTRI (
MUHAMMAD SYARIF (

JURUSAN ILMU FALAK

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya kepada kita semua. Shalawat beserta salam tidak lupa kita sanjungkan kepada
junjungan umat, Rasulullah SAW. Penulis merasa bersyukur karena telah menyelesaikan
makalah mengenai “Pembidangan ilmu fiqih” dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu HJ. Sippah Chotban S.Ag.,M.H selaku
dosen mata kuliah Ilmu Fiqih atas bimbingan yang diberikan dalam pengerjaan tugas makalah
ini. Tidak lupa penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
A.
B. P .................................................................................................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 8
B. Saran............................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fiqih merupakan kumpulan aturan yang meliputi berbagai hal perbuatan manusia. Tidak
hanya berupa aturan mengenai semua hubungan manusia dalam urusan pribadinya sendiri,
tetapi juga semua hubungan manusia dengan manusia lain, bahkan dalam hubungannya
sebagai umat dengan umat yang lain.
Kata fiqih secara etimologi berarti paham, mengetahui dan melaksanakan. Pengertian
ini dimaksudkan bahwa untuk mendalami sebuah permasalahan memerlukan pengerahan
potensi akal. Pengertian fiqih secara bahasa ini dapat dipahami dari firman Allah dalam
Alqur‘an antara lain surat Hud ayat 91 dan surat al-An’am ayat 65. Menurut ulama ushul
fiqih, fiqih adalah pengetahuan hukum Islam yang bersifat amaliah melalui dalil yang
terperinci. Sementara ulama fiqih mendefinisikan fiqih sebagai sekumpulan hukum amaliah
yang disyari’atkan Islam. Mustafa Ahmad Zarqa mendefinisikan fiqh sebagai suatu ilmu
tentang hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dikeluarkan
dari dalil-dalil yang terperinci. Eksistensi manusia sebagai makhluk sosial sudah
merupakan fitrah yang ditetapkan oleh Allah bagi mereka. Hubungan antar sesama
manusia dalam Islam disebut dengan istilah Muamalah. Ajaran tentang Muamalah
berkaitan dengan persoalan-persoalan hubungan antar sesama manusia dalam memenuhi
kebutuhan masing-masing, sesuai dengan ajaran dan prinsip yang terkandung dalam Al-
qur’an dan As-sunnah. Itulah sebabnya bidang muamalah tidak bisa dipisahkan dengan nilai-
nilai ketuhanan. Dengan demikian, Akidah, Ibadah dan Muamalah merupakan tiga
rangkaian yang tidak bisa dipisahkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana memahami pembidangan ilmu fiqih dalam bidang :
a. Bidang fiqih ibadah ?
b. Bidang muamalah dalam artian luas ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pembidangan ilmu fiqih dalam bidang :
a. Bidang fiqih ibadah
b. Bidang muamalah dalam artian luas
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMBIDANGAN ILMU FIQIH


Dalam fiqih, diatur segenap perbuatan manusia dalam dimensi hubungan vertikal
(hubungan antara manusia dengan Allah) dan dimensi hubungan horizontal (hubungan
manusia dengan sesamanya dan makhluk-makhluk lainnya). Dalam kepustakaan fiqh, selain
dikenal fiqh ibadah, juga dikenal fiqh mu'amalah. Bahkan, dalam perkembangan fiqh
dewasa ini, dikenal pula fiqh al bi'ah. Lebih spesifik, sebagian dari fiqh yang disebut
terakhir, terdapat sejumlah literatur mengenai fiqh al-'ma (atuaran-aturan tentang air).
Pembidangan tentang fiqh akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan manusia itu
sendiri.
Pemahaman mengenai perkembangan fiqh ini dapat dilakukan dengan menelusuri
bibilografi tentang ilmu fiqh. Sesuai dengan konteks historis yang dialaminya. para ulama
masa dahulu telah mencoba mengadakan pembidangan ilmu fiqh ini. Ada yang membaginya
menjadi tiga bidang yaitu Ibadah (Ritual), Muamalah (Perdata Islam) dan 'Uqubah (Pidana
Islam), ada pula yang membaginya menjadi empat bidang yaitu Ibadah, Muamalah,
Munakahah dan 'Uqubah.
Walaupun demikian, "dua bidang pokok hukum Islam sudah disepakati oleh semua
Fuqaha yaitu bidang 'Ibadah dan bidang Muamalah. Berbeda dengan bidang 'Ibadah, bidang
Muamalah ini kadang-kadang disebut bidang adat (al-idah). Isinya berupa aturan aturan
yang dimaksudkan untuk mengatur interaksi manusia, baik dalam pengertian hubungan
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok. untuk mencapai sebuah tatanan hidup yang maslahah Dengan perkataan lain,
aturan-aturan untuk mewujudkan kepentingan kepentingan duniawi"."
Apabila pembidangan itu hanya dua yaitu bidang 'Ibadah dan Muamalah, maka
pengertian Muamalah di sini adalah Muamalah dalam arti yang luas, di dalamnya termasuk
bidang-bidang hukum keluarga, pidana, perdata, acara, hukum internasional dan lain
sebagainya. Sebab ada pula pengertian bidang Muamalah dalam arti yang sempit, yaitu
hanya meliputi hukum perdata saja.
3

Dalam uraian ini penulis membagi pembidangan ilmu figh menjadi dua bagian besar
yaitu: Bidang Fiqh 'Ibadah mahdhah, yaitu aturan yang mengatur hubungan muslim dengan
Allah SWT. dan Bidang Fiqh Mumalah dalam arti yang luas.
Dilihat dari sisi lain: Hukum keluarga, Hukum Perdata, Hukum Acara Perdata, dan
Hukum Perdata Internasional termasuk ke dalam ruang lingkup Hukum Privat atau Al-
Qanun Al-Khas. Sedangkan hukum Pidana, hukum Acara Pidana dan Fiqh Siyasah termasuk
ke dalam Hukum Publik atau Al-Qanun Al-'âm.
1. BIDANG FIQIH IBADAH
Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak: ‘ibadat ) yang berarti pengabdian,
penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama kita mengenal
istilah ‘abd (hamba, budak) yang menghimpun makna kekurangan, kehinaan, dan
kerendahan. Karena itu, inti ibadah ialah pengungkapan rasa kekurangan, kehinaan dan
kerendahan diri dalam bentuk pengagungan, penyucian dan syukur atas segala nikmat.
Kata ‘abd diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi abdi, seorang yang mengabdi
dengan tunduk dan patuh kepada orang lain. Dengan demikian, segala bentuk sikap
pengabdian dan kepatuhan merupakan ibadah walaupun tidak dilandasi suatu keyakinan.5
Kata “Ibadah” menurut bahasa berarti “taat, tunduk, merendahkan diri dan
menghambakan diri” (Basyir, 1984:12). Adapun kata “Ibadah” menurut istilah berarti
penghambaan diri yang sepenuh-penuhnya untuk mencapai keridhoan Allah dan
mengharap pahala-Nya di akhirat” (Ash-Shiddiqy, 1954:4).
Al-Qur'ân surat Al-Dzâriyât [51] ayat 56 menyatakan:
‫وماخلقت الجن واإلنس إال ليعبدون‬
“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali semata-mata untuk beribadah kepada-Ku".
Berangkat dari ayat di atas, jelas sekali bahwa manusia dalam hidupnya mengemban
amanah ibadah, baik dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia, maupun alam,
dan lingkungannya.
Pengaturan hubungan manusia dengan Allah telah diatur dengan secukupnya,
terutama sekali dalam Sunnah Nabi, sehingga tidak mungkin berubah sepanjang masa.
Hubungan manusia dengan Allah merupakan ibadah yang langsung dan sering disebut
dengan Ibadah Mahdhah. Penggunaan istilah bidang 'Ibadah Mahdhah dan bidang Ibadah
Ghair Mahdhah atau bidang 'Ibadah dan bidang Mumalah, tidaklah dimaksudkan untuk
4

memisahkan kedua bidang tersebut, tetapi hanya membedakan yang diperlukan dalam
sistematika pembahasan ilmu. Baik 'Ibadah Mahdhah maupun Muamalah dalam arti luas,
kedua-duanya dilaksanakan dalam rangka mencari mardhatillah.
Bidang Fiqh Ibadah ini meliputi:
1. Pembahasan Taharah, baik Taharah dari najis maupun Taharah dari hadas, yaitu
wudhu', mandi, dan tayamum. Shalat: dengan segala macam rukun dan tata cara
shalat serta hal-hal yang berhubungan dengan shalat, termasuk didalamnya shalat
jenazah.
2. Pembahasan sekitar Zakat. Tentang wajib zakat, harta-harta yang wajib dizakati, nisab,
haul, dan mustahik zakat serta zakat fitrah.
3. Pembahasan sekitar Shiyam, puasa wajib dan sunnah, rukunnya dan hal-hal lain
sekitar Shiyam.
4. Pembahasan tentang iktikaf, cara, dan adab susila ber-i'ktikaf.
5. Pembahasan tentang Ibadah Haji. Dibicarakan tentang hukum dan syarat-syarat haji,
perbuatan-perbuatan yang dilakukan dan yang ditinggalkan pada waktu melakukan
Ibadah haji dan hal-hal yang berhubungan dengan ibadah haji.
6. Pembahasan sekitar jihad, dibicarakan tentang hukumnya, cara-caranya, syarat-
syaratnya, tentang perdamaian, tentang harta ghanimah, fay', dan jizyah.
7. Pembahasan tentang sumpah, macam-macam sumpah. kafarah sumpah dan lain-lain
sekitar sumpah.
8. Pembahasan tentang nazar, macam-macam nazar, dan akibat hukum nazar.
9. Pembahasan tentang Kurban, hukumnya, macamnya binatang untuk kurban, umur
binatang yang dikurbankan, dan jumlahnya serta hukum tentang daging kurban.
10. Pembahasan tentang sembelihan, yang meliputi; binatang yang disembelih, cara-cara
menyembelih binatang, dan syarat-syaratnya.
11. Pembahasan tentang berburu; hukum berburu dan hal-hal yang berkenaan dengan
binatang yang diburu.
12. Pembahasan tentang aqiqah; hukumnya, umur binatangnya. aqiqah untuk siapa,
waktu aqiqah dan hukum dagingnya.
13. Pembahasan tentang makanan dan minuman, dibicarakan tentang yang halal dimakan
dan yang haram dimakan.
5

Sistematika di atas adalah sistematika dari Ibn Rusyd di dalam kitabnya Bidayah al-
Mujtahid wa nihay'ah al-Muqtasid. Tidak semua kitab sama persis sistimatikanya,
adakalanya pembahasan tentang Jihad masuk dalam bidang Jinayah. Ketidaksamaan
penyusunan sistematika antara lain disebabkan perbedaan tinjauan dan penekanan
terhadap masalah tertentu. Namun ada kecenderungan umum para ulama memasukkan ke
dalam bidang Fiqh 'Ibadah, masalah-masalah taharah, shalat, shiyam, hajji, iktikaf. nazar,
kurban, sembelihan, 'aqiqah, berburu, dan makanan.
2. BIDANG MUAMALAH DALAM ARTI LUAS
1. Bidang al-Ahwal al-Syakhsiyah
Bidang al-Ahwal al-Syakhsiyah, yaitu hukum keluarga, yaitu yang mengatur
hubungan antara suami-istri, anak, dan keluarganya. Pokok kajiannya meliputi: a) Fiqh
Munakahat, b) Fiqh Mawaris, c) Washiyat, dan d) Wakaf. Tentang wakaf ini ada
kemungkinan masuk bidang ibadah apabila dilihat dari maksud orang mewakafkan,
ada kemungkinan masuk al-Ahwal al-Syakhsiyah apabila wakaf itu wakaf dzuri yaitu
wakaf untuk keluarga.
2. Bidang Fiqh Mu'amalah (dalam Arti Sempit) Al Ahkam Al-Madaniyah
Bidang ini membahas tentang jual beli (bayi), membeli barang yang belum jadi,
dengan disebutkan sifat-sifatnya dan jenisnya (sallam) gadai (ar-Rahn), kapailitan
(taflis), pengampunan (hajru), perdamaian (al-sulh), pemindahan utang (al-hiwalah),
jaminan utang (ad-dhaman al-kafalah), perseroan dagang (syarikah), perwakilan
(wikalah), titipan (al-wadi'ah), pinjam-meminjam (al ariyah) merampas atau merusak
harta orang lain (al-ghash), hak membeli paksa (syuf'ah), memberi modal dengan bagi
untung (qiradh), penggarapan tanah (al-muzaro'ah musaqoh), sewa menyewa (al-
ijaaroh), mengupah orang untuk menemukan barang yang hilang (al-ji'alah), membuka
tanah baru (ihya al-mawat) dan barang temuan (lugathah).
3. Bidang Fiqh Jinayah atau Al-Ahkam Al-Jinayah
Fiqh Jinayah adalah Fiqh yang mengatur cara-cara menjaga dan melindungi hak
Allah. Hak masyarakat dan hak individu dari tindakan-tindakan yang tidak dibenarkan
menurut hukum.
Dalam asas-asas Hukum Islam dibicarakan tentang pengertian tindakan pidana
(jarimah), macam jarimah, unsur-unsur jarimah yang meliputi aturan pidana,
6

perbuatan pidana, dan pelaku pidana. Kemudian dibahas tentang sumber-sumber


aturan pidana Islam, kaidah-kaidah dalam penafsiran hukum, asas legalitas, Masa
berlakunya aturan pidana dan lingkungan berlakunya aturan pidana. Percobaan
melakukan tindak pidana, turut berbuat dalam tindak pidana, pertanggungjawaban
pidana hukuman, dan sebab sebab hapusnya hukuman.
Adapun materi Figh Jinayah meliputi pembunuhan sengaja, semi sengaja, dan
kesalahan disertai dengan rukun dan syaratnya. Sanksi pembunuhan, kemudian
dibahas tentang penganiayaan sengaja dan penganiayaan tidak sengaja,
pembuktiannya, sanksinya, perzinahan, unsurnya, sanksinya, pembuktiannya,
pelaksanaan hukuman, hapusnya hukuman zina.
Menuduh zina (qadzaf), unsur-unsurnya, gugatannya, pembuktiannya, sanksinya,
dan hapusnya hukuman qadzaf Minuman keras: unsur-unsurnya, hukumannya dan
cara melaksanakan hukumannya, bukti-buktinya dan halangan halangan pelaksanaan
hukuman. Pencurian, unsur-unsurnya, pembuktiannya, hukumannya, percobaan
pencurian, pelaksanaan hukuman, dan hapusnya hukuman.
Pembegalan (al-hirabah), pengertiannya, bukti-buktinya, sanksinya, cara
pelaksanaan hukuman, hapusnya hukuman, tanggung jawab pidana, dan tanggung
jawab perdata si perampok. Pemberontakan (Al-Baghyu), pengertiannya, unsur-
unsurnya, pertanggungjawaban pemberontak. Murtad, pengertiannya, unsur unsurnya,
sanksinya, hukuman pokok, pengganti dan tambahan, kesempatan untuk bertobat.
4. Bidang Qadha atau Al-Ahkam Al-Murafaat
Fiqh Qadha ini membahas tentang proses penyelesaian perkara di pengadilan.
Oleh karena itu, unsur pokok yang dibahas adalah: tentang hakim, putusan yang
dijatuhkan, hak yang dilanggar, Penggugat dalam kasus perdata atau penguasa dalam
kasus pidana dan Tergugat dalam kasus perdata atau tersangka dalam kasus pidana.
Pembahasan selanjutnya antara lain: Syarat-syarat seorang hakim dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan hakim; Tentang pembuktian, seperti pengakuan, keterangan
dan saksi, sumpah, qarinah, keputusan hakim yang mujtahid, keputusan hakim mutabi,
keputusan hakim dengan mengikuti mazhab tertentu, keputusan haruslah adil; Gugatan
terhadap hak yang dilanggar haruslah jelas. Kedudukan yang sama antara Penggugat
dan Tergugat, kedua duanya harus didengar keterangannya.
7

Di dalam Fiqh Islam selain qadha' ada juga lembaga yang disebut tahkim atau
hakam atau pengadilan juri (juri arbriter). Di dalam tahkim atau arbritase, hakam boleh
ditunjuk oleh masing masing Penggugat dan Tergugat. Keputusan mereka harus
diambil dengan kesepakatan (suara bulat) dan keputusan mereka sah serta dapat
dilaksanakan secara hukum bagi para pihak yang telah mengangkatnya dan hanya
untuk perkara yang telah diminta untuk diselesaikan. Dasar hukum arbritase dalam Al-
Qur'an adalah surat al-Hujurat ayat 9 dan surat al-Nisa ayat 35.
5. Bidang Fiqh Siyâsah
Fiqh Siyasah membahas tentang hubungan antara seseorang pemimpin dengan
yang dipimpinnya atau antara lembaga-lembaga kekuasaan di dalam masyarakat
dengan rakyatnya. Oleh karena itu, pembahasan Fiqh Siyasah ini luas sekali, yang
meliputi antara lain soal: Hak dan kewajiban Imam, bai'ah, wuzarah ahl al-halli wal-
aqdi, hak dan kewajiban rakyat, kekuasaan peradilan, pengaturan orang-orang yang
pergi haji, kekuasaan yang berhubungan dengan pengaturan ekonomi, fai, ghanimah,
jizyah, kharaj, baitulmal, hubungan muslim dan nonmuslim dalam akad, hubungan
muslim dan nonmuslim dalam kasus-kasus pidana, hubungan Internasional dalam
keadaan perang dan damai, perjanjian Internasional, penyerahan penjahat, perwakilan
perwakilan asing serta tamu-tamu asing.
Kumpulan materi di atas disistematikakan menjadi: a) Siyâsah Dusturiyah yang
membahas tentang hubungan rakyat dengan pemerintahnya. b) Siyâsah Maliyah yang
membahas tentang perekonomian dalam masyarakat. dan c) Siyâsah Dauliyah yang
membahas tentang hubungan-hubungan Internasional baik dalam keadaan perang
maupun dalam keadaan damai.
Fiqh Siyasah ini tampaknya mulai mendapat perhatian kembali setelah dunia
Islam lepas dari penjajahan dan dibahas baik oleh ulama-ulama di Mesir seperti:
Diauddin al-Rays. Abu Zahrah, Yusuf Musa, Abdul Kadir Audah, atau di Pakistan
seperti: Muhammad Iqbal, Abdul 'Ala al-Maududi, atau juga di Indonesia seperti: Z.
A. Ahmad dan Hasbi Ash-Shiddieqy.
Ulama-ulama dahulu yang membahas tentang Fiqh Siyasah ini antara lain: Al-
Mawardi dalam kitabnya Al-Ahkam al-Suthaniyah wa al-Wilayah al-Diniyah, Ibnu
Taimiyah dalam kitabnya al-Siyasah ql-Syar'iyah fi Ishlahi Al-Ra'i wa Ra'iyah, Ibnu
8

Qutaibah dalam kitabnya Al-Imamah wa Siyasah, Abu Yusuf dalam kitabnya Al


Kharaj, Muhammad bin Hasan Al-Syaibani dalam kitabnya al-Siyar al-Kabir, Abu
Ubaid dalam kitabnya Al-Amwal dan Ibnu Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai