Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENGANTAR ILMU FIQIH

Disusun Oleh :
Abdul Aziz ( 20.011.1625 )

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARIAH


SYARIF ABDURRAHMAN

TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Pengantar Ilmu Fiqih.Selain itu, makalah ini juga bertujuan menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan teima kasih kepada Bapak Yusuf., M.H.I selaku dosen mata
kuliah Pengantar Ilmu Fiqih yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami semua.

Pontanak, 10 Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….


DAFTAR ISI ………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………
A. Latar Belakang ………………………………………………………
B. Rumusan Masalah ………………………….………………………..
C. Tujuan Penulisan ……….……………………………………………
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………..
A. Objek Bahasan Ilmu Fiqih …………………………………………..
B. Pembidangan Ilmu Fiqih ……………………………………………
C. Perbedaan Dan Hubungan Fiqih Dengan Yang Lain ………………

BAB III PENUTUP ………………………………………………………..

A. Kesimpulan ………………………………………………………….
B. Saran …………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fiqih merupakan salah satu ilmu yang paling terkenal atau dikenal oleh
masyarakat. Ini terjadi karena fiqih terkait langsung dengan kehidupan
masyarakat, dan itu terjadi dari sejak lahir sampai dengana meninggal dunia,
manusia itu selalu berhubungan dengan Fiqih.
Karena sifat dan fungsinya yang demikian itu maka fiqih dikategorikan sebagai
ilmu al-hal. Ilmu al-hal yaitu Ilmu yang berkaitan dengan tingkah laku kehidupan
manusia, dan juga termasuk ilmu yang wajib dipelajari oleh manusia, karena
dengan Ilmu itu pula seseorang baru bisa atau seseorang baru dapat melaksanakan
kewajibannya mengabdi kepada Allah SWT melalui ibadah seperti dalam
melaksanakan sholat, puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya.
Fiqih selalu menyertai seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari mulai dari
bangun tidur hingga tidur kembali dan selalu menyertai semua kegiatan seorang
muslim. Jadi fiqih mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam islam
terutama dalam mengarahkan apa dan bagaimana seorang muslim bertindak dan
melakukan kegiatannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara sederhana, fiqih bisa dipahami sebagai hasil dari pemikiran manusia
tentang sesuatu hal yang bersumber dari al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad
SAW. Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa fiqih merupakan penjabaran
yang lebih rinci dari tentang syari’at untuk memudahkan dalam mengamalkan
syari;at. Adapun ruang lingkup yang dikaji fiqih meliputi hubungan manusia
dengan Allah SWT yang biasa disebut dengan ibadah dan hubungan manusia
dengan sesamanya atau yang biasa disebut dengan mu’amalah.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah digunakan untuk membatasi pembahasan materi yang
dibahas dalam pembuatan makalah ini. Adapun yang dipakai penulis dalam
penyusunan makalah ini adalah:
a. Apa saja objek bahasan ilmu Fiqih ?
b. Apa saja bidang-bidang ilmu Fiqih
c. Apa perbedaan dan hubungan ilmu Fiqih dengan Syari’ah, Ushul Fiqh,
Kaidah Fiqh, Dan Hukum Islam

C. Tujuan Penulisan
a. Menjelaskan objek bahasan ilmu Fiqih
b. Menjelaskan pembidangan dalam ilmu Fiqh
c. Menjelaskan perbedaan dan hubungan ilmu Fiqih dengan Syari’ah,
Ushul Fiqh, Kaidah Fiqh, dan Hukum Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. Objek bahasan ilmu Fiqih


Yang menjadi obyek kajian ilmu fiqih adalah segala perbuatan, perkatan
dan tindakan mukallaf (orang muslim yang mampu dibebani hukum, sudah
baligh, tidak gila) dari segi hukum, termasuk hukum-hukum yang mensifati
perbuatan para mukallaf itu sendiri, seperti wajib, sunnah, makruh, mubah, sah,
batal, ada’, qada’ dan lain sebagainya.
Maka jelas bahawa pembahasan ilmu fiqih berkisar seputar ketentuan hokum
yang berkaitan dengan tindakan mukallaf. Dengan demikian, pembahasan fiqih
tidak membahas masalah keimanan, karena masalah ini termasuk dalam
pembahasan ilmu kalam.
Objek kajian ilmu fiqih dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi
target syara’, yang notabene terdiri dari dua bagian. Yang pertama, hukum
amaliah syariah dan kedua, argumen tafshiliyah (yang jelas) tentang hukum.
Menurut Wahbah al-Zuhaily, membagi objek kajian ilmu fiqh menjadi dua
bidang yaitu:
- Bidang ibdah, yaitu yang mengatur hubungan antara manusia dengan
tuhannya, seperti bersuci, shalat, puasa, haji, zakat, nazar, sumpah, dan
lain-lain.
- Bidang mu’amalah, yaitu yang mengatur hubungan antara manusia dengan
manusia, seperti perjanjian jual beli, pidana, sewa-menyewa, hutang
piutang,perkawinan harta waris, hibah, dan lain-lain.
Pada bidang mu’amalah, al-zuhaily membaginya lagi menjadi delapan bagian,
antara lain:
- Hukum al-ahwal as-syakhsiyyah (hukum keluarga), yaitu hukum yang
mengatur kehidupan keluarga mulai dari kehidupan sampai wafatnya, baik
yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian, nafkah, waris, dan
aturan yang berhubungan dengan persoalan suami istri, sampai dengan
kekerabatan antara satu dengan lainnya.
- Hukum al-Madaniyah, (hukum mu’amalah) yaitu hukum yang
berhubungan antara manusia yang satu dengan lainnya, khusunya dalam
hal pertukaran, baik dalam masalah jual beli, sewa-menyewa, gadai,
koperasi, dan lain-lainnya, termasuk peraturan yang berhubungan
dengannya.
- Hukum al-jina’iyah, (hukum pidana), yaitu hukum yang berhubungan
dengan perbuatan mukallaf yang menyangkut masalah pidana, hukuman,
pemeliharaan jiwa, harta benda, kehormatan, dan hak-hak manusia.
- Hukum al-murafa‘at (hukum peradilan), yaitu hukum yang berhubungan
dengan penetapan pengadilan, baik menyangkut masalah dakwaan,
persaksian, sumpah, dan lain-lainnya.
- Hukum al-dusturiyah (hukum ketatanegaraan), yaitu hukum yang mengatur
hubungan antara rakyat dan pemerintah. Termasuk hubungan antara hakim
dan terdakwa, ketetapan individu dan masyarakat mengenai hak-haknya,
dan apa-apa yang merupakan kewajiban bagi mereka.
- Hukum al-dawliyah (hukum internasional), yaitu hukum yang mengatur
hubungan antar negara Islam dan lainnya, baik negara itu dalam kekuasaan
Islam atau tidak. Termasuk pula hubungan dengan non muslim dalam satu
negara. Disamping itu, juga dibahas persoalan jihad, dan hubungan
kerjasama antar Negara.
- Hukum al-Iqtishadiyah wa al-maliyah, (hukum ekonomi), yaitu hukum
yang berhubungan dengan hak-hak privat dalam perolehan harta benda dan
penggunaannya sesuai dengan perundangan, hak negara dalam
membelanjakan uang negara, aturan yang berhubungan dengan harta benda
antara si kaya dan si miskin, termasuk pula adalah pembahasan hukum
privat dan publik.
- Al-akhlaq aw al-adab (hukum etika atau akhlak), yaitu hukum yang
berhubungan dengan peningkatan kualitas norma dan etika pergaulan
manusia, termasuk keutamaan dan membangun hubungan silaturrahim
antar manusia

B. Pembidangan ilmu Fiqih


1. Bidang Ibadah
a) Pengertian ibadah menurut ulama fiqih, ibadah adalah semua bentuk pekerjaan
yang bertujuan memperoleh keridhaan Allah Swt dan mendapatkan pahala
darinya di akhirat. Sedangkan menurut bahasa ibadah adalah patuh, tunduk,
taat,mengikuti, dan doa.
Ibadah ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya ada lima macam, yaitu:
- Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan
- Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya
- Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud perbuatannya
- Ibadah yang tata cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri
- Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak
b) Hakikat Ibadah Dengan agama hidup manusia menjadi bermakna, makna
agama terletak pada fungsinya sebagai kontrol moral manusia. Melalui ajaran-
ajaranya, agama memerintahkan manusia agar selalu dalam keadaan sadar dan
menguasai diri. Keadaan sadar dan menguasai diri itulah yang sebenarnya
merupakan hakikat agama atau hakikat ibadah. Melalui ibadahkepada Allah,
hidup manusia menjadi terkontrol. Menumbuhkan kesadaran diri manusia bahwa
ia adalah makhluk Allah SWT.
c) Macam-macam Ibadah:
- Ibadah khassah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang ketentuannya pasti).
- Ibadah ammah (umum) yakni semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan
dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT.
2. Bidang-bidang dalam muamalah adalah :
a. Bidang Ahwal asy-syakhsiyah
Bidang ini membahas hukum keluarga yang mengatur hubungan antara suami
istri, anak dan keluarganya.
b. Bidang muamalah dalam arti sempit
Bidang ini membahas tentang jual beli, membeli barang yang belum jadi dengan
disebutkan sifat-sifatnya dan jenisnya yaitu: gadai, kepailitan, pengampunan,
perdamaian, pemindahan hutang, jaminan utang, perserikatan dagang,
perwakilan, titipan, pinjam meminjam, merampas atau merusak harta orang lain,
hak membeli paksa, memberi modal dengan bagi untung, penggarapan tanah,
sewa menyewa, mengupah orang untuk menemukan barang yang hilang,
membuka tanah baru, dan barang-barang temuan.
c. Bidang fiqih jinayah atau al ahkam jinayah
Fiqh jinayah adalah fiqh yang mengatur cara-cara menjaga dan melindungi hak
allah, hak masyarakat dan hak individu. Upaya untuk menjaga dan melindungi
keselamatan hukum-hukum tersebut Islam menetapkan sejumlah aturan mainbaik
berupa perintah maupun larangan.
d. Bidang Qadha atau ahkam murafaat
Fiqh Qadha membahas tentang proses penyelesaian perkara di pengadilan, karena
unsur pokok yang dibahas adalah tentang hakim, tentang putusan yang
dijatuhkan, tentang hak yang dilanggar, tentang penggugat dalam kasus perdata
atau penguasa dalam kasus pidana.
e. Bidang fiqih siyasah
Fiqh siyasah membahas tentang hubungan antara seorang pimpinan dengan yang
dipimpin, atau antara lembaga-lembaga kekuasaan di dalam masyarakat dengan
rakyatnya. Oleh karena itu, pembahasan fiqh siyasah meliputi hak dan kewajiban
rakyat, kekuasaan peradilan, pengaturan orang-orang yang pergi haji dan lain-
lain.
C. Perbedaan Dan Hubungan Fiqih Dengan Yang Lain
1.- Perbedaan Fiqih dan Syariah
Perbedaan fiqih dan syari’ah dari segi obyek :
Obyek Fiqih adalah peraturan manusia yaitu hubungan lahir antara manusia
dengan manusia, manusia dengan makhluk lain dan alam semesta.
Sedangkan Obyek Syariah meliputi bukan saja batin manusia, akan tetapi juga
sifat lahir manusia dengan Tuhannya (Ibadah).
Sedangkan dari segi sumbernya :
Fiqih berasal dari hasil pemikiran manusia dan kebiasaan-kebiasaan yang terdapat
dalam masyarakat atau hasil ciptaan manusia dalam bentuk peraturan atau
Undang-Undang.
Sedangkan sumber pokok Syariah berasal dari wahtu Illahi atau kesimpulan-
kesimpulan yang diambil dari wahyu seperti Al-Quran dan Hadits.
Dan dalam segi sanksinya :
Dalam fiqih semua norma sanksi bersifat sekunder, dengan menunjuk pelaksana
negara sebagai pelaksana sanksinya.
Sedangkan dalam syari’ah sanksinya adalah pembalasan Tuhan di Akhirat, tapi
terkadang tidak terasa oleh manusia di dunia sanksinya yang tidak langsung.
Dalam Ruang lingkup :
Fiqih itu instrumental, ruang lingkupnya terbatas (concrito).
Sedangkan syariah itu fundamental, ruang lingkupnya sangat luas karena
didalamnya mengatur akhlak dan akidah (abstracto).
Dalam segi Jangka waktu :
Fiqih tidak berlaku abadi karena merupakan karya manusia. Fiqih dapat berubah
sesuai dengan perkembangan zaman.
Sedangkan syariah berlaku abadi karena merupakan ketetapan dari Allah SWT
dan ketentuan Rasulullah SAW.
- Hubungan Fiqih dan Syari’ah
Walaupun terdapat beberapa perbedaan antara Syariah dan Fiqih, kedua hal
tersebut mempunyai hubungan yaitu Syariah dan Fiqih merupakan dua hal yang
mengarahkan manusia ke jalan yang benar. Fiqh :Ilmu yang berkaitan dengan
hukum-hukum syariat bersifat `amali yang diistinbathkan dari dalil-dalil yang
terperinci.
Syariah adalah hukum-hukum syariat yang ditetapkan oleh Allah terhadap
hamba-hambaNya melalui Rasulullah s.a.w.
Hukum Syarak ialah “Ketetapan dari Allah ke atas perbuatan-perbuatan hamba
yang mukallaf sama ada ia perlu dilakukan atau perlu ditinggalkan atau diberi
pilihan untuk melakukannya atau meninggalkannya”. Ketetapan ini diketahui
berdasarkan penelitian terhadap dalil-dalil Syara’ iaitu al-Quran, as-Sunnah,
Ijma’, Qias dan sebagainya oleh para ahli fiqh atau Mujtahid.
2. - Perbedaan Fiqh dan Ushul Fiqh
Pertama, Obyek fiqih adalah perbuatan mukallaf, sedangkan obyek ushul fiqih
adalah dalil-dalil syar’i. Contoh : mengambil bunga tabungan di bank
konvensional adalah riba. Ini adalah obyek bahasan fiqh, karena mengambil
bunga tabungan adalah perbuatan mukallaf. Sedangkan dalil keharaman tersebut
adalah dalil Alquran 2;275. “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”. Ketika sesorang membicarakan dalil keharaman bunga, sebenarnya ia telah
masuk kepada wilayah ushul fiqh.
Kedua, fiqh itu adalah produk dan hasil kerja dari ushul fiqh, sedangkan ushul
fiqh adalah alat untuk menghasilkan produk tersebut . Contoh : wajibnya shalat
adalah ketentuan hukum fiqh.
- Hubungan Fiqih dan Ushul Fiqih
Hubungan ilmu Ushul Fiqh dengan Fiqh adalah seperti hubungan ilmu manthiq
(logika) dengan filsafat, bahwa manthiq merupakan kaedah berfikir yang
memelihara akal, agar tidak terjadi kerancuan dalam berfikir. Juga seperti
hubungan antara ilmu nahwu dengan bahasa Arab, dimana ilmu nahwu
merupakan gramatika yang menghindarkan kesalahan seseorang di dalam menulis
dan mengucapkan bahasa arab. Demikian juga ushul fiqh adalah merupakan
kaidah yang memelihara fuqaha’ agar tidak terjadi kesalahan di dalam
mengistimbahtkan (menggali) hukum.
3. Perbedaan Fiqih dan Kaidah Fiqih
Yang pertama kali membedakan kaidah fiqih dan kaidah fiqih adalah al-Qurafi
yang menyatakan bahwa syariah ada dua hal, yaitu: fiqh dan kaidah kulliyah
fiqiyah. Perbedaan antara kaidah fiqihl dan fiqih pun bisa dilihat dari maudhu'nya
(objek). Jika Kaidah fiqih maudhu'nya dalil-dalil hukum. Sedangkan kaidah fiqih
maudhu'nya perbuatan mukallaf, baik itu pekerjaan atau perkataan. Seperti sholat,
zakat dan lain-lain.
- Hubungan fiqih dan kaidah fiqih
Keduanya memudahkan mujtahid untuk melakukan istinbath dan ijtihad hukum.
Keduanya merupakan prinsip umum yang mencakup masalah-masalah dalam
kajian syari'ah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai