Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

PRINSIP-PRINSIP FIQIH MUAMALAH

Disusun oleh :

1. Elvira Purnama Sari (19.0201.0022)


2. Haris Kurniawan (19.0201.0023)
3. Novan Aris Zahantoro (19.0201.0025)
4. Djodi Satria Wira Yudha (19.0201.0026)

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Terima kasih kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmatNya kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam makalah yang kami susun
ini berisi tentang prinsip-prinsip fiqih muamalah yang dilihat dari perspektif hukum di
Indonesia. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para pihak yang telah membantu
kami dalam penyusunan makalah ini, baik dari teman-teman, baik dalam lingkungan
Universitas Muhammadiyah Magelang maupun yang bukan dari Universitas Muhammadiyah
Magelang, dosen dan semua yang telah membantu kami namun tidak dapat kami sebutkan
satu per satu.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat digunakan
dengan sebaik mungkin. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini , tentu belum
sempurna dalam berbagai aspek, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam
rangka penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya. Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.

Magelang, 11 Maret 2020

Ketua Kelompok

Djodi Satria Wira Yudha

ii
DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………. 1

C. Tujuan Pembahasan ………………………………………………………. 2

BAB II METODE KAJIAN

A. Metode Penelitian ………………………………………………………… 3

BAB III PEMBAHASAN

A. Penjelasan mengenai fiqih …………………………………............................ 4

B. Penjelasan tentang fiqih muamalah ………………………………………….. 5

C. Penjelasan prinsip-prinsip fiqih muamalah………………..………………... 6

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………….. 9

B. Saran ………………………………………………………………………… 9

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fiqih, menurut bahasa berarti paham , sedangkan menurut istilah mengandung dua
arti, yaitu pengetahuan tentang hukum syariat yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan
mukallaf, dan hukum-hukum syariat itu sendiri. Muamalah merupakan bagian dari hukum
Islam yang mengatur hubungan antara dua pihak atau lebih, baik antara seorang pribadi
dengan pribadi lain, maupun badan hukum seperti perseroan, firma, yayasan , dan lain-lain.
Ranah ilmu hukum yang paling mengatur mengenai muamalah adalah ranah hukum perdata
atau civil law.

Pada awalnya cakupan muamalah dalam fiqih meliputi permasalahan keluarga ,


seperti perkawinan dan perceraian, tapi setelah adanya disintegrasi dalam dunia Islam,
khususnya di zaman Ottoman, terjadilah perkembangan fiqih. Cakupannya dipersempit,
hukum keluarga tidak lagi masuk dalam ranah muamalah. Hukum keluarga tersebut
kemudian disebut al-ahwal al-syakhshiyah (masalah pribadi). Muamalah lalu dipahami
sebagai hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dengan sesamanya yang
menyangkut harta dan hak serta penyelesaian kasus di antara mereka 1. Berarti dapat kita
simpulkan bahwa muamalah tersebut tidak hanya berisi hukum materiilnya namun juga
hukum formil atau hukum acaranya. Pengertian ini memberkan gambaran bahwa muamalah
hanya mengatur permasalahan hak dan harta yang muncul dari transaksi antara seseorang
dengan orang lain, atau antara seseorang dengan badan hukum, atau antara badan hukum
dengan badan hukum yang lain.

Di dalam perekonomian global, sulit untuk menemukan standar dalam etika berbisnis.
Kesulitan tersebut, menurut Tanri Abeng, seorang mantan Menteri Negara Pendayaguanaan
BUMN pada Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan, terletak pada
ketidaksamaan pandangan dalam etika bisnis itu sendiri. Apa yang dianggap etis di Indonesia
belum tentu dapat diterima dan diartikan sama pada lingkungan masyarakat lain, misalnya
Amerika Serikat. Universalisasi dianggap perlu untuk mempermudah penyelesaian masalah
dalam dunia bisnis. Tulisan ini akan membahasa mengenai prinsip-prinsip fiqih muamalah
dalam pandangan ilmu hukum yang berlaku di Indonesia.

1
Ensiklopedi Islam, 2005, jilid 5, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve), hal. 49

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu fikih ?

2. Apa itu fiqih muamalah?

3. Apa saja prinsip-prinsip dalam fiqih muamalah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari fiqih.

2. Untuk mengetahui pengertian dari fiqih muamalah.

3. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip fiqih muamalah dan ruang lingkupnya.

2
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Untuk menyelesaikan penelitian ini, metode penulisan yang digunakan adalah


metode studi pustaka. Studi kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang menjadi objek penelitian.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, thesis, disertasi,
ensiklopedia, internet, dan sumber-sumber lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai prinsip-prinsip fiqih


muamalah dan hal tersebut apabila ditinjau dari sudut pandang ilmu hukum di
Indonesia.

3
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian fiqih.

Dalam bahasa arab, secara harfiah fiqih berarti pemahaman yang mendalam
mengenai sutu hal. Menurut beberapa ulama fiqih secara terminology merupakan ilmu
yang mendalami hukum islam yang diperoleh melalui dalil di Al-Quran dan Sunnah.
Berikut beberapa ahli yang memberikan definisi mengenai apa itu fiqih.

1. Ulma’ Hanafi, mendefinisikan fiqih sebagai ilmu yang menerangkan


segala hak dan kewajiban yang berhubungan dengan amalan para
mukallaf.

2. Pengikut Asy Syafi’I mengatakan bahwa fiqih adalah ilmu yang


menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan
pekerjaan para mukallaf yang dikeluarkan dari dalil-dalil yang jelas.

3. Jalalul Mahali mendefinisikan fiqih sebagai ilmu yang menerangkan


hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan amaliyah yang
diusahakan memperolehnya dari dalil yang jelas (tafshili).

Dari beberapa pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa fiqih adalah ilmu
yang menerangkan mengenai hak dan kewajiban para mukalaf, menerangkan hukum
agama yang berhubungan dengan pekerjaan mukallaf serta menerangkan mengenai
hukum syara’ yang berhubungan dengan amaliyah dengan diusahakan
memperolehnya dari dalil yang jelas.

4
B. Pengertian Fiqih Muamalah

Muamalah secara bahasa berasal dari kata amala yu’amilu yang artinya
bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. Muamalah menurut istilah adalah
tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang
ditentukan.2 Muamalah juga dapat diartikan sebagai segala aturan agama yang
mengatur hubungan antara sesame manusia, dan antara manusia dana lam sekitarnya
tanpa memandang perbedaan. Dijelaskan pula dalam Firman Allah dalam surat An
Nahl Ayat 89 yang artinya, (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan
pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami
datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan
Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu
dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri. “(QS. An-Nahl:89).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan pengertian dari Fiqh Muamalah


adalah pengetahuan ketentuan-ketentuan hukum tentang usaha-usaha memperoleh dan
mengembangkan harta, jual beli, hutang piutang dan jasa penitipan diantara anggota-
anggota masyarakat sesuai keperluan mereka, yang dapat dipahami dan dalil-dalil
syara’ yang terinci.

Fiqih Muamalah dalam arti luas itu dimaksudkan u[ntuk mengatur manusia
dalam ursan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan.
Manusia kapanpun dan dimanapun harus senantiasa mengikuti aturan yang tela
ditetapkan Allah sekalipun dalam perkara yang bersifat duniawi sebab segala aktifitas
manusia akan dimintai pertanggung jawabannya kelak nanti di akhirat. Sedangkan
Fiqih Muamalah dalam arti sempit lebih menekankan pada kehrusan unutk menaati
aturan Allah yang telah ditetapkan untuk mengatur hubungan antara manusia dengan
cara memperoleh, mengatur, mengelola, dan mengembangkan mal (harta benda).

2
Rachmad Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal.14

5
Menurut Ibnu Abidin, muamalah meliputi lima hal , yaitu:

1. Transaksi kebendaan (Al-Mu’awadlatul amaliyah)

2. Pemberian kepercayaan (Amanah)

3. Perkawinan (Munakahat)

4. Urusan Persengketaan (Gugatan dan Peradilan)

5. Pembagian warisan

C. Prinsip-Prinsip Fiqih Muamalah

Dalam mengatur hubungan antar manusia dengan manusia lain yang


sasarannya adalah mal (harta benda), fiqih muamalah mempunyai prinsip-prinsip
untuk dijadikan acuan dan pedoman untuk mengatur kegiatan muamalah. Prinsip-
prinsip tersebut adalah:

1. Muamalah adalah urusan duniawi, maksudnya urusan muamalah


berbeda dengan ibadah, dimana semua ibadah itu dilarang kecuali yang
diperintahkan sedangkan dalam muamalah semua boleh dilakukan
kecuali yang dilarang, oleh karena it semua bentuk transaksi dan akad
muamalah boleh dilakukan oleh manusia asal tidak bertentangan
dengan ketentuan syara. Hal ini pun diterapkan oleh prinsip hukum
perdata di Indonesia mengenai perjanjian yang menggunakan asas
terbuka atau adanya kebebasan dalam melakukan perbuatan hukum
perjanjian asalkan tidak melanggar pasal 1337 KUHPerdata.

2. Muamalah harus didasarkan kepada persetujan dan kerelaan kedua


belah pihak , artinya dasar bermuamalah adalah kerelaan dari kedua
belah pihak bagaimanapun bentuk akad dan transaksi selama kedua
belah pihak rela dan sepakat serta tidak melanggar ketentuan syara itu
diperbolehkan. Hal ini pun juga diterapkan di pasal 1320 KUHPerdata
di syarat subjektif perjanjian yaitu adanya kata sepakat.

6
3. Adat kebiasaan dijadikan dasar hukum, maksudnya dalam
bermuamalah setiap daerah atau kelompok mempunyai kebiasaan yang
dilakukan secara turun temurun dan menjadi adat kebiasaan
bermamalah, jika adat itu tidak bertentangan dengan syara’ dan diakui
oleh masyarakat maka hal itu sah dijadikan sebagai dasar hukum, hal
ini sesuai dengan aturan hukum adat di Indonesia mengenai
perniagaan.

4. Tidak boleh merugkan orang lain dan diri sendiri, maksudnya tujuan
bermuamalah adalah mencari keuntungan yang tidak merugikan orang
lain, maka dari itu dalam bermuamalah haruslah sama-sama
menguntungkan kedua belah piha yang terlibat. Hal ini juga sesuai
dengan syarat sah perjanjian dari syarat subjektif dan objektinya,
apabila melanggar maka perjanjiannya bisa dibatalkan dan ada pula
yang batal demi hukum atau dianggap tidak pernah ada.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip-prinsip fiqih


muamalah itu adalah aturan yang ditentukan untuk mengatur hubungan manusia
dengan sesamanya dan tentang harta benda. Aturan-aturan dalam fiqih muamalah
ternyata sangat selaras dengan apa yang ada dan diatur dalam Burgerlijk Wetboek
atau KUHPerdata yang selama ini menjadi pedoman hukum perdata di Indonesia.
Berarti dapat kita artikan bahwa aturan-aturan hukum perdata di Indonesia ini
sebagian besarnya sudah mengikuti prinsip-prinsip fiqih muamalah dan terbukti tidak
merugikan bagi para pihak yang beragama non muslim dalam penerapannya.

B. Saran

Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, besar
harapan kami makalah kami dapat bermanfaat untuk anda sekalian. Karena
keterbatasan refeensi dan pengetahuan kami, penulis menyadari bahwa makalah ini

7
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa
mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Nurfaizal. (2013). Prinsip-Prinsip Mamalah dan Implementasinya Dalam Hukum


PERBANKAN Indonesia. Jurnal Hukum Islam, Vol. XIII, 192-205.

Anda mungkin juga menyukai