Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TAKSONOMI ILMU FIQIH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ilmu Fiqih

Dosen Pengampu:
Deden Najmudin, M.Sy.

ANGGOTA:
Ade Maulana 1223060001
Arsila Salsabila 1223060020
Ernida Septiani 1223060041
Faisal Ibrahim Hidayat 1223060042

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI BANDUNG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga kami sebagai penulis bisa menyusun tugas Ilmu Fiqih ini dengan baik
dan selesai tepat waktu. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini
Dalam penulisan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga Allah Swt. memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa
Allah Yaa Rabbal’alamin.

Bandung, 30 September 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3

1. BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 4

1.2. Tujuan .......................................................................................................... 4

1.3. Manfaat ........................................................................................................ 5

2. BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................. 5

2.1. Pengertian Taksonomi Ilmu Fiqih ............................................................. 5

2.1.1. Pengertian Taksonomi Ilmu Fiqih Menurut Ahli .......................... 6

2.2. Pembagian Objek Taksonomi Ilmu Fiqih ................................................. 7

2.2.1. Pengertian Fiqih Ibadah ................................................................... 7

2.2.2. Pengertian Fiqih Muamalah .......................................................... 10

3. BAB 3 PENUTUPAN .................................................................................................... 12

3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 12

3.2. Penutupan ................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengertian Fiqih atau Ilmu Fiqih sangat berkaitan dengan syariah, karena Fiqih itu pada
hakikatnya adalah jabaran praktis dan syari’ah. Sedangkan secara terminologi Fiqih merupakan
bagian dari syari’ah islamiyyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syariah yang berkaitan dengan
perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat.
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu yang tentunya bersifat ilmiah, logis dan memiliki obyek
dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan gerakan hati dan perasaan
juga bukan seperti tarekat yang merupakan pelaksanaan ritual-ritual. Pembekalan materi yang baik
dalam lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki
budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan dalam mengaplikasikannya di kehidupan sehari-
hari. Apalagi dizaman modern sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang
membutuhkan kajian fiqih dan syariat. Oleh karena itu membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam
untuk menghadapi masalah disekitar.
Dalam mempelajari ilmu fiqih bukan sekedar teori yang berarti tentang ilmu yang jelas
pembelajaran yang bersifat amaliah, harus mengandung unsur teori dan praktek. Belajar fiqih
untuk diamalkan, bila berisi perintah harus dapat dilaksanakan, bila berisi larangan harus dapat
ditinggalkan atau dijauhi. Pembelajaran ilmu fiqih harus dimulai dari masa kanak-kanak yang
berada disekolah dasar. Keberhasilan fiqih dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari baik didalam
rumah maupun diluar rumah.
Sebelum mempelajari ilmu fiqih kita harus mengetahui bagaimana ruang lingkup ilmu fiqih
tersebut. Dengan adanya makalah ini, kami ingin mengajak membaca untuk mengetahui dan
memahami apa itu “Taksonomi Ilmu Fiqih”.

1.2. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Taksonomi Ilmu Fiqih


2. Mengetahui ruang lingkup ilmu fiqih
3. Mengetahui dan memahami fiqih ibadah dan fiqih muamalah

4
1.3. Manfaat

1. Bagi kami sebagai pengetahuan dan wawasan mengenai ilmu fiqih


2. Bagi pembaca dapat dijadikan pedoman atau referensi dan acuan bagi para pembaca
3. Menjadikan makalah ini sebagai media menambah keilmuan khususnya dibidang ilmu
fiqih

2. BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Taksonomi Ilmu Fiqih

Taksonomi (dari bahasa Yunani τάξις taxis yang berarti "pengelompokan" dan νόμος nomos
yang berarti "aturan") adalah ilmu pengelompokan suatu hal berdasarkan hal tertentu. Awalnya,
taksonomi hanya mengacu pada kategorisasi makhluk hidup. Namun, dalam pengertian yang lebih
luas dan lebih umum, taksonomi juga bisa merujuk pada kategorisasi benda atau konsep, serta
prinsip-prinsip yang mendasari kategorisasi tersebut. Banyak taksonomi memiliki struktur hierarki,
tetapi ini bukan merupakan persyaratan. Taksonomi menggunakan unit yang dikenal sebagai
takson (bentuk jamak dari taksa). Takson yang lebih tinggi bersifat lebih umum, sedangkan takson
yang lebih rendah bersifat lebih spesifik. Taksonomi berbeda dengan meronomi, yang
berhubungan dengan kategorisasi bagian-bagian dari keseluruhan.
Taksonomi Ilmu Fiqih adalah semua hukum yang berbentuk amaliyah untuk diamalkan oleh
setiap mukallaf (orang yang sudah dibebani atau diberi tanggung jawab melaksanakan ajaran
syariah Islam dengan tanda-tanda seperti baligh, berakal, sadar, sudah masuk Islam).
Hukum yang diatur dalam Fiqih Islam itu terdiri dari hukum wajib, sunah, mubah, makruh
dan haram. Di samping itu ada pula dalam bentuk yang lain seperti sah, batal, benar, salah dan
sebagainya. Obyek pembicaraan Ilmu Fikih adalah hukum yang bertalian dengan perbuatan orang-
orang mukallaf yakni orang yang telah akil baligh dan mempunyai hak dan kewajiban.
Adapun ruang lingkupnya seperti telah disebutkan di muka meliputi:
• Pertama, hukum yang bertalian dengan hubungan manusia dengan khaliqnya (Allah Swt.).
Hukum-hukum itu bertalian dengan hukum-hukum ibadah.

5
• Kedua, hukum-hukum yang bertalian dengan muamalat, yaitu hukum-hukum yang mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya baik pribadi maupun kelompok dalam segi transaksi
finansial.
• Ketiga, Hukum-hukum munakahah (pernikahan), ini sering juga disebut dengan hukum
kekeluargaan (Al-Ahwâl Asy–Syakhshiyyah). Hukum ini mengatur manusia dalam keluarga
baik awal pembentukannya sampai pada akhirnya.
• Keempat, Hukum jinâyah atau hukum perdata, yaitu hukum yang mengikat manusia dengan
kehidupan sehari-hari dalam berbangsa dan bernegara.

2.2. Pengertian Taksonomi Ilmu Fiqih Menurut Ahli

Menurut Musthafa A. Zarqa dalam buku Hukum Islam dan Pranata Sosial tulisan Dede
Rosyada (1992:65-76) membagi kajian fiqih menjadi enam bidang yakni:
1. Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan bidang ubudiyah, seperti sholat,
puasa dan ibadah haji. Bidang ini disebut ddengan Fiqih Ibadah.
2. Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan kehidupan keluarga, seperti
perkawinan, perceraian, nafkah, dan ketentuan nasab. Inilah yang kemudian disebut
Ahwal As-Syakhsiyah.
3. Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan hubungan sosial antara umat Islam
dalam konteks hubungan ekonomi dan jasa. Contohnya jual beli, sewa menyewa dan
gadai. Bidang ini disebut Fiqih Muamalah.
4. Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan sanksi-sanksi terhadap tindak
kejahatan kriminal. Misalnya qiyas, diat, dan hudud. Bidang ini disebut dengan Fiqih
Jinayah.
5. Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hubungan negara dengan pemerintahnya.
Pembahasan ini dinamakan Fiqih Siyasah.
6. Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur etika pergaulan antara seorang muslim
dengan lainnya dalam tatanan kehidupan sosial. Bidang ini dinamakan Ahkam
Khuluqiyah.

6
2.2. Pembagian Objek Taksonomi Ilmu Fiqih

Ruang lingkup pembahasan fiqih sangat luas sekali, ia mencakup pembahasan tentang
hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan diri pribadinya, ataumanusia dengan
masyarakat sekitar. Ilmu fiqih mencakup pembahasan tentang kehidupan dunia hingga akhirat,
urusan agama ataupun negara serta sebagai peta kehidupan manusia di dunia dan di akhirat.
Untuk tujuan tersebut, hukum-hukum fiqih sangat terkait dengan segala aktivitas yang
dilakukan oleh seorang mukallaf, baik berupa ucapan, tindakan, akad, atau transaksi lainnya.
Secara garis besar dapat dikategorikan menjadi:
1. Manusia dengan Allah Swt.
Mengingat ilmu fiqih itu sangat luas, maka ruang lingkup fiqih terbagi menjadi beberapa
bagian. Bagian pertama adalah hukum yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan
sang pemilik hidup dan mati. Nah, ruang lingkup ini lebih fokus pada hukum-hukum
ibadah. Termasuk hukum ibadah yang sah dan tidak sah, atau yang membatalkan ataupun
tidak membatalkan. Termasuk juga ibadah-ibadah lain.
2. Muamalat
Ruang lingkup ilmu fiqih yang kedua adalah muamalat. Disini kita akan mempelajari
masalah hukum yang mengatur hubungan manusia dengan manusia. Baik itu bersifat
pribadi maupun yang bersifat kelompok. Baik itu yang fokus pada hal transaksi finansial
maupun yang non finansial.
3. Hukum Walimatul Ursy
Bagi yang sedang mempersiapkan pernikahan, maka perlu mempelajari fiqih pernikahan.
Ruang lingkup ketiga ini tidak hanya membicarakan aturan melakukan pesta pernikahan
saja. Tetapi juga masalah hukum kekeluargaan, dimana jika kita ada banyak kasus-kasus
dalam kekeluargaan.
4. Hukum Perdata
Terakhir adalah hukum perdata. Tentu saja hukum perdata secara Islam dengan hukum
perdata secara negara ada yang berbeda. Ruang lingkup hukum perdata secara Islam pun
juga memiliki jangkauan yang cukup lebar dan luas.

7
2.2.1. Pengertian Fiqih Ibadah

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa semua kehidupan hamba Allah yang dilaksanakan
dengan niat mengharap keridhaan Allah Swt. bernilai ibadah. Hanya saja ada ibadah yang sifatnya
langsung berhubungan dengan Allah tanpa ada perantara yang merupakan bagian dari ritual formal
atau hablum minallah dan ada ibadah yang secara tidak langsung, yakni semua yang berkaitan
dengan masalah muamalah, yang disebut dengan hablum minannas (hubungan antar manusia).
Dalam Islam sendiri, ibadah merupakan salah satu tujuan diciptakannya manusia. Untuk
meyakinkan dan mengingatkan Kembali tujuan manusia tersebut, diutuslah para Rasul dan
diturunkan kitab-kitab kepada mereka. Seperti didalam Qur’an Surat Adz-Dzariyat : 56

َ ‫َو َما َخ َل ْقتُ ٱ ْل ِج َّن َوٱ ْ ِْل ْن‬


}٥٦{.‫س ِإ ََّّل ِليَ ْعبُد ُْو ِن‬
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku” (Q.S Adz-Dzariyat.56)
Secara umum, bentuk ibadah kepada Allah dibagi menjadi dua yaitu :
1. Ibadah Mahdhah
Menurut Bahasa, mahdhah memiliki arti ‘murni’ atau ‘tidak bercampur’. Ibadah mahdhah
adalah perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya. Ibadah mahdhah terbagi
menjadi beberapa bagian berupa :
a. Sholat
Sholat secara etimologi berarti doa, rahmat dan istighfar (meminta ampun). Menurut
syara artinya bentuk ibadah yang terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Firman Allah Swt. :

}٤٥{...‫ع ِن ٱ ْلفَحْ شَآ ِء َوٱ ْل ُم ْن َك ِر‬


َ ‫صلَوة َ ت َ ْن َهى‬ َّ ‫وأ َ ِق ِم ال‬...
َّ ‫صلَوة َ ِإ َّن ٱل‬ َ
Artinya : “…Dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan) keji dan mungkar…”. (QS. Al-‘Ankabut :45)

b. Puasa
Secara bahasa puasa adalah menahan dari segala sesuatu, dari makan, minum, nafsu dan
lain sebagainya. Secara istilah yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkannya, mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat
dan beberapa syarat. Firman Allah Swt. :

8
‫علَى ٱلَّ ِذيْنَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَ َعا َّ ُك ْم‬ ِ ‫علَ ْي ُك ُم ٱ‬
َ ِ‫لصيَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ب‬ َ ِ‫يَأَيُّ َها ٱلَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا ُكت‬
َ ‫ب‬
}١٨٣{. َ‫تَت َّ ُك ْون‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS.Al-
Baqarah :183)
c. Zakat
Secara bahasa zakat artinya membersihkan. Sedangkan secara istilah agama Islam adalah
kadar harta yang tertentu yang di berikan kepada yang berhak menerimanya, dengan
beberapa syarat. Firman Allah Swt. :

ُ َ ‫الزكوة َ لَ ُه ْم أ‬
‫جْر ُه ْم‬ َّ ‫ت َوأَقَا ُم ْوا ال‬
َّ ْ‫صلَوة َ َو َءات َُوا‬ َّ ‫ع ِملُ ْوا ال‬
ِ ‫ص ِلح‬ َ ‫إِ َّن الَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا َو‬
}٢٧٧{ . َ‫علَ ْي ِه ْم َو ََّلهُ ْم َيحْزَ نُ ْون‬
َ ‫ف‬ ٌ ‫ِع ْندَ َر ِب ِه ْم َو ََّل خ َْو‬
Artinya : “Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan
shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhan-nya. Tidak ada rasa
takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati” (QS. Al-Baqarah :277)
d. Haji
Haji asal maknanya adalah menyengaja sesuatu sedangkan menurut syara’ adalah
sengaja mengunjungi baitullah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat-
syarat tertentu. Firman Allah Swt. :

...ۚ ‫سبِي اًْل‬


َ ‫ع إِلَ ْي ِه‬
َ ‫طا‬ ِ ‫اس َح ُّخ ٱ ْلبَ ْي‬
َ َ ‫ت َم ِن ٱ ْست‬ ِ َّ‫علَى ٱلن‬ ِ َّ ِ ‫ َو‬...
َ ‫ّلِل‬
Artinya : “…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan diri kejalan Allah...” (QS. Ali-Imran : 97)
e. Thaharah (Bersuci)
Thaharah secara bahasa adalah bersih dari kotoran, sedangkan menurut istilah adalah
menghilangkan hadats, najis atau perbuatan yang searti dengan keduanya. Contoh
bersuci seperti mandi, wudhu dan tayamum. Allah Swt. berfirman :

َ َ ‫ّلِل يُ َحبُّ ٱلتَّوبِيْنَ َوي ُِحبُّ ٱ ْل ُمت‬


}٢٢٢{ . َ‫ط ِه ِريْن‬ َ َّ ‫إِ َّن ٱ‬...

9
Artinya : “...sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan yang
mensucikan diri”. (QS. Al-Baqarah :222)
2. Ibadah Ghair Mahdhah
Ibadah Ghair Mahdhoh adalah ibadah yang cara pelakanaannya dapat direkayasa oleh
manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi subtansi
ibadahnya tetap terjaga. Misalnya, perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal
dan bersih, larangan perdagangan yang gharar, mengandung unsur penipuan dan sebagainya.
Ibadah merupakan bentuk pengakuan yang hakiki dari hamba Allah bahwa dirinya adalah
alam yang akan binasa, dirinya tiada berarti, dirinya lemah, dirinya kotor dan tidak berdaya upaya.
Oleh karena itu, beribadah kepada Allah merupakan upaya agar Allah memberikan kekuatan-Nya,
melimpahkan rahmat, melimpahkan kasih sayangnya serta membersihkan jiwa yang kotor.
Contoh sederhana dari Ibadah Ghair Mahdhah adalah ketika kita makan. Seperti yang kita
tahu, makan bukanlah ibadah khusus, dan bahkan menjadi kebutuhan kita sehari-hari. Kita bisa
makan kapan saja, baik ketika lapar maupun tidak. Apa yang dimakan pun makanan apa saja,
kecuali yang sudah diharamkan. Namun, aktivitas makan kita bisa menjadi sebuah ibadah yang
bahkan dinilai berpahala jika kita meniatkannya dengan sesuatu yang baik. Misalnya, kita berniat
makan agar kuat dalam menjalankan ibadah wajib seperti sholat atau untuk berjalan ke masjid.
Makan juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pokok kita. Dalam pengerjaannya
pun, kita tidak membutuhkan wahyu untuk makan, karena tanpa wahyu pun kita sudah tahu
pentingnya makan dan memang membutuhkan makan.

2.2.2. Fiqih Muamalah


Pengertian muamalah dapat dilihat dari dua segi, pertama dari segi Bahasa dan kedua dari
segi Istilah. Menurut Bahasa, muamalah berasal dari kata : ُ‫عا َم َل – يُ َعا ِم ُل – ُم َعا َملَة‬
َ yang artinya saling
bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan.
Menurut istilah muamalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia
dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial. Muamalah juga didefinisikan
oleh para ahli sebagai berikut :

10
a. Menurut Al Dimyati

.‫سبَباا ِل ْْل َ ِخ ِر‬


َ َ‫ي ِليَ ُك ْون‬ ِ ‫الت َّ ُح‬
ْ ‫ص ْي ُل الدُّ ْنيَ ِو‬
“Menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukrawi”.
b. Menurut Yusuf Musa berpendapat bahwa muamalah adalah peraturan-peraturan Allah
Swt. yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga
kepentingan manusia.
c. Menurut Rasyid Ridha, muamalah adalah tukar-menukar barang atau sesuatu yang
bermanfaat dengan cara cara yang telah ditentukan.
Fiqih muamalah merupakan salah satu dari bagian persoalan hukum Islam seperti yang
lainnya yaitu tentang hukum ibadah, hukum pidana, hukum peradilan, hukum perdata, hukum
jihad, hukum perang, hukum damai, hukum politik, hukum penggunaan harta, dan hukum
pemerintahan. Semua bentuk persoalan yang dicantumkan dalam kitab fiqih adalah pertanyaan
yang dipertanyakan masyarakat atau persoalan yang muncul di tengah-tengah masyarakat.
Kemudian para ulama memberikan pendapatnya yang sesuai kaidah-kaidah yang berlaku dan
kemudian pendapat tersebut dibukukan berdasarkan hasil fatwa-fatwanya.
Dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa secara garis besar definisi atau pengertian fiqih
muamalah yaitu, hukum-hukum yang berkaitan dengan tata cara berhubungan antar sesama
manusia, baik hubungan tersebut bersifat kebendaan maupun dalam bentuk perjanjian perikatan.
Fiqih mu’malah adalah salah satu pembagian lapangan pembahasan fiqih selain yang berkaitan
dengan ibadah, artinya lapangan pembahasan hukum fiqih mu’amalah adalah hubungan
interpersonal antar sesama manusia, bukan hubungan vertikal manusia dengan tuhannya (ibadah
mahdloh).
Fiqih muamalah menurut Ibn ‘Abidin terbagi menjadi lima bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Mu’awadalh Maliyah (Hukum Kebendaan)
2. Munakahat (Hukum Perkawinan)
3. Muhasanat (Hukum Acara)
4. Amanat dan ‘Aryah (pinjaman)
5. Tirkah (Harta Peninggalan)
Al-Fikri dalam kitabnya yang berjudul “Al-Muamalah al-Madiyah wa al-Adabiyah”,
menyatakan bahwa muamalah dibagi menjadi dua bagian, sebagai berikut :

11
1. Al-Muamalah al-Madiyah, adalah muamalah yang mengkaji objeknya, sehingga Sebagian
ulama berpendapat bahwa muamalah al-madiyah adalah muamalah bersifat kebendaan, karena
objek fiqih muamalah adalah benda yang halal, haram dan syubhat untuk diperjualbelikan,
benda-benda yang memadaratkan dan benda yang mendatangkan kemashlahatan bagi manusia,
serta segi-segi lainnya.
2. Al-Muamalah al-adabiyah, adalah muamalah yang ditinjau dari segi cara tukar-menukar benda
yang bersumber dari panca indra manusia, yang unsur penegaknya adalah hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, misalnya jujur, hasud, dengki, dendam.

BAB 3

PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan
1. Taksonomi (ruang lingkup) ilmu fiqih adalah lapangan atau medan ilmu yang mencakup
pembahasan tentang hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan diri
pribadinya, atau manusia dengan masyarakat sekitar. Ilmu fiqih mencakup pembahasan
tentang kehidupan dunia hingga akhirat, urusan agama ataupun negara serta sebagai peta
kehidupan manusia di dunia dan di akhirat.
2. Ruang lingkup ilmu fiqih
a. Fiqih ibadah
b. Fiqih muamalah
c. Hukum Walimatul Ursy
d. Hukum Perdata
3. Fiqih ibadah sifatnya langsung berhubungan dengan Allah tanpa ada perantara yang
merupakan bagian dari ritual formal atau hablum minallah dan ada ibadah yang secara
tidak langsung, yakni semua yang berkaitan dengan masalah muamalah, yang disebut
dengan hablum minannas (hubungan antar manusia).
4. Fiqih muamalah yaitu, hukum-hukum yang berkaitan dengan tata cara berhubungan antar
sesama manusia, baik hubungan tersebut bersifat kebendaan maupun dalam bentuk
perjanjian perikatan.

12
3.2. Penutupan

ِ ‫طأ َ َو ْالنِ ْس َي‬


‫ان‬ َ ‫ان ْال َخ‬
ُ ‫ان َم َك‬
ُ ‫س‬َ ‫ا َ ْ َِّل ْن‬
“Manusia adalah tempat kesalahan dan kelupaan”.
Sudah menjadi kewajaran ketika manusia memiliki kesalahan baik secara sengaja maupun
tidak sengaja, begitupun dengan tulisan ini yang kami susun sebaik mungkin dengan usaha-usaha
yang telah dilakukan.
Demikianlah makalah yang singkat ini kami buat, jika ada kesalahan mohon di maklum dan
setiap kritik dan saran akan kami terima.

13
DAFTAR PUSTAKA
Fahiroh, Nur. 2021. “Pengertian, Urgensi, dan Ruang Lingkup Muamalah serta Hukum Jual Beli
Online Menurut Islam”,
https://www.kompasiana.com/nurfahiroh2429/6056b9c28ede48366d084322/pengertian-
muamalah-urgensi-mumalah-ruang-lingkup-mumalah-dan-prinsip-muamalah-serta-hukum-jual-
beli-online-menurut-islam, diakses pada 30 September 2022 pukul 11:26.
Nindoru, Siti. 2016. “Fiqih Ibadah dan Fiqih Muamalah”,
http://pikirdandzikir.blogspot.com/2016/10/fiqih-ibadah-dan-muamalah-pai-e.html?m=1, diakses
pada 30 September 2022 pukul 12.15.
Mulianti, Ulfa. 2020. “Makalah Fiqih dan Ruang Lingkup Kajiannya”.
https://id.scribd.com/document/455570178/makalah-fiqh-dan-ruang-lingkup-kajiannya, diakses
pada 30 September 12.18.
Djuawaini, Dimyauddin. 2015. Pengantar Fiqih Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Nawawi, Ismail 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer Hukum Perjanjian, Ekonomi,
Bisnis, dan Sosial. Bogor : Ghalia Indonesia, 2012.

14

Anda mungkin juga menyukai