Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Fiqih dan muamalah”

Disusun oleh kelompok 11 :


Riris Noviana
Maifa Wulandari
Yesa Fitria
Mata kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen pengampu : Gatot Kaca Marjan,M.Pd.I

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
Kata pengantar
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun
sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
bekerja sama dengan memberikan pikiran maupun materinya dalam menyusun makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-
hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG............................................................................................................................................................

B.RUMUSAN MASALAH......................................................................................................................................................

C.TUJUAN PEMBAHASAN....................................................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

PENGERTIAN FIQIH.............................................................................................................................................................

HUBUNGAN ANTARA FIQIH dan AQIDAH ISLAM................................................................................................................

FIQIH ISLAM MENCAKUP SELURUH PERBUATAN MANUSIA...............................................................................................

SUMBER-SUMBER FIQIH ISLAM..........................................................................................................................................

PENGERTIAN MUAMALAH..................................................................................................................................................

MACAM-MACAM MUAMALAH ..........................................................................................................................................

BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN ......................................................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Secara etimologis, fiqh identik dengan al-fahm yang berarti pengetahuan atau pemahaman. Sedangkan
secara terminologi, fiqh adalah ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis yang diperoleh dari
dalil-dalilnya yang terperenci. Menurut Abdul Wahab Khallaf dalam bukunya ‘Ilmu Ushul al- fiqh, fiqh
adalah korelasi hukum-hukum syara’ praktis yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperenci. Sedangkan
Abu Zahrah dalam bukunya Ushul al-Fiqh mendefinisikan fiqh sebagai ilmu tentang hukum-hukum syara’
yang berkaitan dengan perbuatan orang-orang mukallaf dan dihasilkan dengan cara ijtihad dari dalil-dalil
yang terperinci.
Dari beberapa definisi fiqh tersebut di atas, dapat dipahami bahwa fiqh merupakan hasil daya upaya
pemahaman terhadap hukum syara’ yang bersifat praktis untuk memahaminya diperlukan proses ijtihad.
Sebagai produk pemikiran manusia, fiqh bukanlah sesuatu yang rigid terhadap perubahan dan
perkembangan zama, oleh karenanya fiqh dituntut untuk dapat memberikan jawaban yuridis terhadap
berbagai tuntutan dan persoalan hidup dan kehidupan manusia, sedangkan dinamika kehidupan senantiasa
berkembang sehingga melahirkan berbagai perubahan. Sebagai produk pemikiaran manusia, fiqh sangat
bersifat temporal dan bersifat local karena terkait dengan kemampuan mujtahid dalam mengakses sumber-
sumber hukum dan mengadaptasinya dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu
harus dilakukan upaya berkelanjutan agar fiqh Islam senantiasa memiliki akseptabilitas di tengah
masyarakat, salih likulli zaman wa makan dengan melakukan pendekatan kontekstual agar adaptif dengan
kondisi kekinian dan keakanan. Karena itu pula, kajian fiqh harus senantiasa terbuka, dan harus dilakukan
dengan memperhatikan implikasi-implikasi sosial dari penerapan produk-produk pemikiran hukumnya, di
samping tetap menjaga relevansinya dengan kehendak doktrin al-Qur’an dan al-Sunnah (Maqashid al-
Syari’ah) tentang tingkah laku manusia.

Muamalah adalah sebuah hubungan manusia dalam interaksi sosial sesuai syariat, karena manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup berdiri sendiri. Dalam hubungan dengan manusia lainnya,
manusia dibatasi oleh syariat tersebut, yang terdiri dari hak dan kewajiban. Lebih jauh lagi interaksi antara
manusia tersebut akan membutuhkan kesepakatan demi kemaslahatan bersama.[1] Dalam arti luas
muamalah merupakan aturan Allah untuk manusia untuk bergaul dengan manusia lainnya dalam
berinteraksi. Sedangkan dalam arti khusus muamalah adalah aturan dari Allah dengan manusia lain dalam
hal mengembangan harta benda.

Muamalah merupakan cabang ilmu syari’ah dalam cakupan ilmu fiqih. Sedangkan muamalah mempunyai
banyak cabang, diantaranya muamalah politik, ekonomi, dan sosial. Secara umum muamalah mencakup dua
aspek, yakni aspek adabiyah dan madaniyah. Aspek adabiyah yakni kegiatan muamalah yang berhubungan
dengan kegiatan adab dan akhlak, contohnya menghargai sesama, kejujuran, saling meridhoi, kesopanan,
dan sebagainya. Sedangkan aspek madaniyah adalah aspek yang berhubungan dengan kebendaan, seperti
halal haram, syubhat, kemudharatan, dan lainnya.

B.RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari fiqih?


2. Apa hubungan antara fiqih dengan aqidah Islam?
3. Bagaimana pengaruh fiqih dalam kehidupan manusia?
4. Apa saja sumber fiqih dalam Islam?
5. Apa pengertian dari muamalah ?
6. Sebutkan dan jelaskan macam-macam dari muamalah!

C.TUJUAN PEMBAHASAN

1. Mengetahui pengertian dari fiqih dan muamalah.


2. Memahami materi tentang fiqih dan muamalah
3. Mengetahui apa saja macam-macam dari muamalah
4. Bisa menerapkan fiqih dan muamalah dalam kehidupan sehari-hari
5. Memenuhi tugas pendidikan agama islam

BAB 2 PEMBAHASAN
 Pengertian Fiqih
Fiqih menurut bahasa berarti ‘paham’, sedangkan Fiqih Secara Istilah Mengandung Dua Arti:

1. Pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan
mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syari’at agama), yang diambil dari dalil-
dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash-nash al Qur’an dan As sunnah serta yang bercabang
darinya yang berupa ijma’ dan ijtihad.

2. Hukum-hukum syari’at itu sendiri. Jadi perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang
pertama di gunakan untuk mengetahui hukum-hukum (Seperti seseorang ingin mengetahui apakah
suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil
yang ada), sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-hukum syari’at itu sendiri (yaitu hukum apa
saja yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun,
kewajiban-kewajiban, atau sunnah-sunnahnya).

 Hubungan Antara Fiqih dan Aqidah Islam

Diantara keistimewaan fiqih Islam -yang kita katakan sebagai hukum-hukum syari’at yang mengatur
perbuatan dan perkataan mukallaf– memiliki keterikatan yang kuat dengan keimanan terhadap Allah dan
rukun-rukun aqidah Islam yang lain. Terutama Aqidah yang berkaitan dengan iman dengan hari akhir. Yang
demikian Itu dikarenakan keimanan kepada Allah-lah yang dapat menjadikan seorang muslim berpegang
teguh dengan hukum-hukum agama, dan terkendali untuk menerapkannya sebagai bentuk ketaatan dan
kerelaan. Sedangkan orang yang tidak beriman kepada Allah tidak merasa terikat dengan shalat maupun
puasa dan tidak memperhatikan apakah perbuatannya termasuk yang halal atau haram. Maka berpegang
teguh dengan hukum-hukum syari’at tidak lain merupakan bagian dari keimanan terhadap Dzat yang
menurunkan dan mensyari’atkannya terhadap para hambaNya.
Contohnya:
Allah memerintahkan bersuci dan menjadikannya sebagai salah satu keharusan dalam keiman kepada Allah
sebagaimana firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.”
(QS. Al Maidah: 6)
Demikian pula taqwa, pergaulan baik, menjauhi kemungkaran dan contoh lainnya, yang tidak
memungkinkan untuk disebutkan satu persatu. (lihat Fiqhul Manhaj hal. 9-12)

 Fiqih Islam Mencakup Seluruh Perbuatan Manusia

Tidak ragu lagi bahwa kehidupan manusia meliputi segala aspek. Dan kebahagiaan yang ingin dicapai oleh
manusia mengharuskannya untuk memperhatikan semua aspek tersebut dengan cara yang terprogram dan
teratur. Manakala fiqih Islam adalah ungkapan tentang hukum-hukum yang Allah syari’atkan kepada para
hamba-Nya, demi mengayomi seluruh kemaslahatan mereka dan mencegah timbulnya kerusakan ditengah-
tengah mereka, maka fiqih Islam datang memperhatikan aspek tersebut dan mengatur seluruh kebutuhan
manusia beserta hukum-hukumnya.
Penjelasannya sebagai berikut:

1. Hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah. Seperti wudhu, shalat, puasa, haji dan
yang lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih Ibadah.
2. Hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah kekeluargaan. Seperti pernikahan, talaq, nasab,
persusuan, nafkah, warisan dan yang lainya. Dan ini disebut dengan Fikih Al Ahwal As sakhsiyah.
3. Hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan hubungan diantara mereka, seperti
jual beli, jaminan, sewa menyewa, pengadilan dan yang lainnya. Dan ini disebut Fiqih Mu’amalah.
4. Hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban pemimpin (kepala negara). Seperti
menegakan keadilan, memberantas kedzaliman dan menerapkan hukum-hukum syari’at, serta yang
berkaitan dengan kewajiban-kewajiban rakyat yang dipimpin. Seperti kewajiban taat dalam hal yang
bukan ma’siat, dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih Siasah Syar’iah.
5. Hukum-hukum yang berkaitan dengan hukuman terhadap pelaku-pelaku kejahatan, serta penjagaan
keamanan dan ketertiban. Seperti hukuman terhadap pembunuh, pencuri, pemabuk, dan yang
lainnya. Dan ini disebut sebagai Fiqih Al ‘Ukubat.
6. Hukum-hukum yang mengatur hubungan negeri Islam dengan negeri lainnya. Yang berkaitan dengan
pembahasan tentang perang atau damai dan yang lainnya. Dan ini dinamakan dengan Fiqih As Siyar.
7. Hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dan prilaku, yang baik maupun yang buruk. Dan ini
disebut dengan adab dan akhlak.

 Sumber-Sumber Fiqh Islam

Semua hukum yang terdapat dalam fiqih Islam kembali kepada empat sumber:

1. Al-Qur’an
Al Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad untuk menyelamatkan manusia
dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Ia adalah sumber pertama bagi hukum-hukum fiqih
Islam. Jika kita menjumpai suatu permasalahan, maka pertamakali kita harus kembali kepada Kitab Allah
guna mencari hukumnya.

2. As-Sunnah
As-Sunnah yaitu semua yang bersumber dari Nabi berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan.As-Sunnah
adalah sumber kedua setelah al Qur’an. Bila kita tidak mendapatkan hukum dari suatu permasalahn dalam
Al Qur’an maka kita merujuk kepada as-Sunnah dan wajib mengamalkannya jika kita mendapatkan hukum
tersebut. Dengan syarat, benar-benar bersumber dari Nabi shollallahu’alaihiwasallam dengan sanad yang
sahih.As Sunnah berfungsi sebagai penjelas al Qur’an dari apa yang bersifat global dan umum.

3. Ijma’
Ijma’ bermakna: Kesepakatan seluruh ulama mujtahid dari umat Muhammad shollallahu’alaihiwasallam dari
suatu generasi atas suatu hukum syar’i, dan jika sudah bersepakat ulama-ulama tersebut—baik pada generasi
sahabat atau sesudahnya—akan suatu hukum syari’at maka kesepakatan mereka adalah ijma’, dan beramal
dengan apa yang telah menjadi suatu ijma’ hukumnya wajib. Dan dalil akan hal tersebut sebagaimana yang
dikabarkan Nabi shollallahu’alaihiwasallam, bahwa tidaklah umat ini akan berkumpul (bersepakat) dalam
kesesatan, dan apa yang telah menjadi kesepakatan adalah hak (benar).Ijma’ merupakan sumber rujukan
ketiga. Jika kita tidak mendapatkan didalam Al Qur’an dan demikian pula sunnah, maka untuk hal yang
seperti ini kita melihat, apakah hal tersebut telah disepakatai oleh para ulama muslimin, apabila sudah, maka
wajib bagi kita mengambilnya dan beramal dengannya.

4. Qiyas
Yaitu: Mencocokan perkara yang tidak didapatkan di dalamnya hukum syar’i dengan perkara lain yang
memiliki nash yang sehukum dengannya, dikarenakan persamaan sebab/alasan antara keduanya. Pada qiyas
inilah kita meruju’ apabila kita tidak mendapatkan nash dalam suatu hukum dari suatu permasalahan, baik di
dalam Al Qur’an, sunnah maupun ijma’
Rukun Qiyas
Qiyas memiliki empat rukun:

1. Dasar (dalil).
2. Masalah yang akan diqiyaskan.
3. Hukum yang terdapat pada dalil.
4. Kesamaan sebab/alasan antara dalil dan masalah yang diqiyaskan

Pengertian Muamalah dan Macam-Macam Muamalah 


 Pengertian Muamalah 

Di dalam Islam transaksi lebih dikenal dengan istilah muamalah. Adapun pengertian dari muamalah itu
sendiri adalah suatu kegiatan tukar menukar barang yang memberikan manfaat tertentu. Pada dasarnya ada
banyak sekali kegiatan yang termasuk ke dalam muamalah, sehingga bagi umat Islam bisa memilih macam
muamalah yang sesuai dan saling memberikan manfaat satu sama lain.

Dengan demikian, muamalah dapat dikatakan sebagai salah satu syariat Islam dalam bidang ekonomi.
Adapun beberapa contoh transaksi yang termasuk dalam muamalah, seperti upah mengupah, sewa
menyewa, jual beli, dan sebagainya. Transaksi muamalah bisa juga dilakukan pada kegiatan permodalan dan
usaha karena kedua kegiatan transaksi tersebut masih masuk ke dalam kegiatan transaksi muamalah.

Apabila, umat Islam melakukan transaksi yang sesuai dengan muamalah atau syariat Islam, maka kehidupan
kitab akan menjadi lebih terjamin. Terlebih lagi, kita akan terhindar dari perbuatan yang tercela, seperti
merugikan, curang, dan sebagainya. Dengan terhindar dari perbuatan tercela, maka kita terhindar juga dari
dosa. Selain itu, kegiatan transaksi muamalah juga bisa mengurangi terjadinya konflik karena salah satu
pihak merasa dirugikan.

Maka dari itu, alangkah baiknya mulai sekarang ketika melakukan transaksi jual beli menggunakan sistem
ekonomi syariah Islam, yaitu muamalah. Dengan menggunakan muamalah, kita akan mendapatkan
keberkahan dari transaksi yang dilakukan sekaligus sama-sama mendapatkan manfaat dan yang terpenting
tidak saling merugikan satu sama lain.

 Macam-Macam Muamalah

Setelah membahas larangan-larangan yang tidak boleh dalam transaksi muamalah, kini kita akan membahas
macam-macam dari muamalah, di antaranya:
1. Jual Beli
Dalam Bahasa Arab, jual beli sering disebut dengan nama ba’i yang secara Bahasa berarti tukar menukar.
Sementara itu, bagi Sebagian ulama mengartikan jual beli secara syar’i sebagai suatu akad yang di mana di
dalam akad tersebut mengandung suatu sifat menukar dari harta yang satu dengan harta lainnya.

Di dalam Islam, ada beberapa syarat untuk melakukan transaksi jual beli yang sesuai dengan syariat.

a. Harus ada barang atau uang yang bisa dijadikan sebagai alat tukar untuk transaksi. Selain itu, barang atau
uang yang dijadikan sebagai alat tukar harus halal dan suci.

b. Penjual dan pembeli harus dalam keadaan sehat, baik itu secara jasmani atau berakal, dalam
keadaan baligh atau dewasa, dan transaksi yang dilakukan harus sesuai dengan keinginan bukan paksaan.

c. Jual beli dalam Islam harus ada akad atau ijab qabul, yang bisanya berbunyi “barang ini saya jual kepada
Anda dengan harg20 ribu rupiah” kemudian pembeli menjawab, “saya setuju dengan harga 20 ribu rupiah

2. Khiyar

Khiyar adalah suatu transaksi muamalah yang di mana penjual dan pembeli dapat melanjutkan transaksi,
atau tidak melanjutkan transaksi. Dalam Islam, khiyar memberikan kebebasan kepada penjual dan pembeli
untuk berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan transaksi supaya tidak ada penyesalan ketika selesai
bertransaksi.

Khiyar itu sendiri memiliki tiga jenis, yaitu khiyar majelis, khiyar syarat, dan khiyar aibi.

a. Khiyar Majis
Khiyar majis adalah penjual dan pembeli dapat memilih, apakah ingin melanjutkan transaksi atau tidak
selama mereka masih dalam tempat yang sama.

b. Khiyar Syarat
Khiyar syarat adalah transaksi muamalah dengan sebuah syarat yang telah disepakati antara dua belah pihak.

c. Khiyar Aibi
Khiyar syarat adalah transaksi muamalah yang di mana pembeli dapat mengembalikan barang yang sudah
dibeli selama barang tersebut tidak ada yang rusak ketika pertama kali membelinya.

3. Mukhabarah
Mukhabarah adalah transaksi muamalah yang berkaitan dengan pembagian ladang atau sawah yang di mana
pembagian tersebut disesuaikan dengan kesepakatan yang sudah disetujui, bisa seperdua, sepertiga, bahkan
bisa lebih. Sementara itu, bibit atau benihnya berasal dari pemilik tanah.

Misalnya, ada seorang petani yang sudah mengelola sawah milik orang lain, kemudian petani tersebut tetap
mengelola sawah tanpa mengeluarkan biaya untuk membeli benih. Lalu, muncullah kesepakatan yang terjadi
antara petani dan pemilik sawah dan kesepakatan itu berupa petani akan memperoleh hasil bertani sebanyak
seperdua dari semua jumlah hasil panen.
4. Muzara’ah
Muzara’ah adalah transaksi muamalah yang berupa kerja sama yang terjadi pada bidang pertanian yang di
mana seorang petani yang mengelola sawah akan menyediakan benihnya dan membagi hasilnya dengan
pemilik sawah sesuai dengan kesepakatan.

Misanya, ada seorang petani sedang mengelola sawah milik orang lain, kemudian petani tersebut
mengeluarkan biaya untuk membeli benih. Kesepakatan yang telah disetujui antara petani dengan pemilik
tanah adalah petani akan memperoleh seperdua dari semua jumlah hasil panen.

5. Musaqah
Musaqah adalah kerja sama dalam bidang perkebunan yang di mana pemilik kebun akan memberikan tanah
atau kebunnya kepada petani untuk dikelola. Kemudian, hasil panen akan dibagi sesuai dengan kesepakatan
yang sudah terjadi.

6. Utang Piutang
Utang piutang adalah transaksi yang dilakukan oleh peminjam hutang dengan penerima hutang dengan suatu
perjanjian yang di mana penerima hutang akan meberikan suatu barang kepada pemberi hutang, kemudian
barang tersebut akan dikembalikan setelah penerima hutang melunasi hutangnya.

Misalkan ada seseorang yang meminjam hutan dan memberikan handphone sebagai jaminan. Setelah
peminjam hutang melunasi hutangnya, maka pemberi hutang akan mengembalikan handphone tersebut.
7. Perbankan Syariah
Dewasa ini, sudah banyak orang yang menyimpan uangnya di bank, terlebih lagi sudah mulai banyak bank
syariah di berbagai daerah. Sama dengan bank pada umumnya, bank syariah berfungsi untuk menyimpan
uang nasabah dengan baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bank syariah adalah suatu Lembaga
keuangan yang mengelola keuangan dan menyimpan uang nasabah sesuai dengan sistem syariah Islam.

8. Syirkah
Syirkah adalah suatu transaksi muamalah dengan sebuah akad antara kedua belah pihak atau lebih dengan
tujuan yang sama, yaitu membuat kesepakatan untuk mendirikan sebuah usaha dengan harapan memperoleh
keuntungan. Ada beberapa jenis syirkah, yaitu syirkah ‘abdan, syirkah ‘inan, syirkah wujuh, dan syirkah
mufawdhah.

a. Syirkah ‘Abdan
Syirkah ‘abdan adalah salah satu jenis syirkah yang dilakukan oleh kedua belah pihak, tetapi kedua belah
pihak tersebut tidak memberikan modal dan hanya memberikan tenaga atau bekerja.

b. Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘inan adalah syirkah yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang di mana kedua belah pihak saling
memberikan kontribusi pada modal dan kerja.

c. Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh adalah salah satu bentuk kerja sama yang dilakukan dengan melihat kedudukan, ketokohan,
dan keahlian.

d. Syirkah Mufawadah
Syirkah mufawadhah adalah syirkah yang dilakukan oleh kedua belah pihak dengan cara mempersatukan
semua jenis syirkah.
9. Ariyah (Pinjam Meminjam)
Ariyah atau pinjam meminjam ini bisa diartikan sebagai meminjamkan suatu barang yang memiliki manfaat
dan halal kepada orang lain, kemudian si peminjam tidak merusak barang yang sudah dipinjam dan segera
mengembalikannya.

Misalkan, budi ingin tidak memiliki buku mata pelajaran matematika, kemudian ia meminjam buku itu
kepada Andi dan berjanji kalau besok pagi akan dikembalikan. Keesokan harinya, Budi mengembalikan
buku mata pelajaran matematika yang sudah dipinjam kepada Andi.

10. Ihyaul Mawat (Membuka Lahan Baru)


Ihyaul Mawat atau membuka lahan baru bukan berarti langsung memiliki lahan itu. Namun, yang diartikan
sebagai membuka lahan baru adalah lahan atau tanah yang belum pernah dikelola oleh siapa pun dan
pemilik dari lahan atau tanah tersebut belum diketahui.

Cara untuk membuka lahan baru sebagai berikut:

a. Tanah atau lahan diberikan tanda secukupnya saja. Apabila tanah kosong memiliki kelebihan, maka bisa
diberikan oleh orang lain.

b. Memiliki kesanggupan dan alat yang cukup untuk memiliki tanah itu, bukan hanya sekadar menandai
lahan saja.
BAB 3 PENUTUP

 Kesimpulan

1. Fiqih tidak cukup hanya dengan menggunakan pendekatan tekstual ( literalis) saja,tetepi juga
dibutuhkan pendekatan kontekstual agar teks-teks hukum islam yang dihasilkan oleh para mujtahid
terdahulu tetap relevan dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman.
2. Mu’amalah dirancang agar mahasiswa dapat mempersiapkan diri memasuki kehidupan berumah
tangga, kehidupan bermasyarakat, sebagai warga negara dan warga dunia yang sesuai dengan
koridor Syari’at Islam. Materi pokok Mu’amalah meliputi kehidupan berkeluarga (pernikahan dan
warits), makanan dan minuman yang halal dan thoyyib, pakaian, kesehatan dalam Islam, pendidikan
Islam, ekonomi Islam, konsep dasar jihad, ukhuwah dalam Islam serta konsep dasar perdamaian
dalam Islam.

Anda mungkin juga menyukai