Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FIQIH MUAMALAH IQTISHADIYAH

“KONSEP DASAR FIQIH MUAMALAH”

Disusun oleh:

Abdullah Abil Jihad Fatih Nur Santoso (2010921007)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2021
KATA PENGANTAR

Alhadulillah pada kesempatan ini marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita
kepada allah swt yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua sehingga kita dapat
bertemu melalui makalah ini dengan keadaan sehat wal afiyat.

Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan ke pada nabi junjungan kita nabi
Muhammad SAW yang telah menjunjung kita dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah
yakni addinul islam.

Makalah tentang “KONSEP DASAR FIQIH MUAMALAH” disusun sebagai salah satu
persyaratan nilai tugas mata kuliah fiqih muamalah iqtishadiyah, Program Studi Ekonomi
Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Jember.

Tak lupa juga penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah fiqih muamalah yang telah memberikan kesempatan kepada kelompok kami
dalam menulis makalah ini, dan tak lupa juga terima kasih kepada teman-teman seklain yang
telah memberikan semangat kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.

Jember, 04 april 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................2
C. TUJUAN.............................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Fiqih Muamalah Konteporer..............................................................................3
B. Ruang Lingkup Fiqih Muamalah Konteporer................................................................6
C. Fiqih Muamalah Klasik dan Fiqih Muamalah Kontemporer.......................................7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN................................................................................................................12
B. PEENUTUP......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan zaman tentu kita bnyak mendapati masalah-masalah baru. Hal
itu tentu sangat tidak terbantahkan dengan realitas yang ada terjadi di tengah-tengah
masyarakat khususnya ialah masalah tantang keduniaan, yaitu tidak lain adalah hubungan
manusia satu dengan manusia yang lainnya (hablum minannas)/muamalah.
Subtantifnya, kegiatan hubungan antara manusia satu dengan yang manusia yang
lainnya tidak hanya berimplikasi di dunia saja, akan tetapi juga berimplikasi kepada
keridhaan Allah SWT. Sesuai pendapat Ad-Dimyarti menyatakan bahwa “kegiatan yang
menghasilkan duniawi dan berdampak pada uhkrawi”. Sangat tentu Islam tidak tinggal diam
dengan hal ini. Banyak kontribusi yang diberikan oleh Islam sendiri dalam menjalankan
kegiatan muamalah agar sesuai dengan ketentuan ketentuan syara’, untuk kebaikan manusia
itu sendiri. Sesuai dengan firman Allah:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu
binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”. (QS. Al-Maa’idah [5] : 1)
Kita tentunya perlu mencari pendapat dan penjelasan hukum syari’at menurut oleh para
fuqaha maupun yang ahli dalam bidang ini. Karena bentuk muamalah yang beragam yang
harus kita pilah dan pilih, mana kegiatan muamalah yang sesuai dengan yang syara’ dan
mana kegiatan muamalah yang tidak sesuai/bertentangan dengan syara’.
Akad adalah bingkai transaksi dalam ekonomi syariah, karena melalui Akad berbagai
kegiatan bisnis dan usaha dapat dijalankan. Akad menfasilitasi setiap orang dalam
memenuhi kebutuhan dan kepentingannya yang tidak dapat dipenuhinya tanpa bantuan dan
jasa orang lain. Karenanya dapat dibenarkan bila dikatakan bahwa akad merupakan sarana
sosial yang ditemukan oleh peradaban umat manusia untuk mendukung kehidupannya
sebagai makhluk sosial. Akad dengan berlandaskan prinsip-prinsip syariah atau hukum
Islam, adalah hukum yang berdasarkan ketentuan-ketentuan di dalam Al-Qur’an dan
Sunnah/ Hadits yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif, berlaku universal
dan diterapkan sesuai ruang dan waktu.

1
Makalah Konsep dasar Fiqih muamalah ini akan membahas tentnag fiqih muamalah
kontemporer yaitu suatu pemikiran kekinian produk hukum Islam yang aktual, rasional, dan
faktual dan mengeliminer kesan kaku dan inefisien dalam mencari solusi masalah hukum
yang terjadi di tengah masyarakat serta didahului dengan rintisan fiqih periode Rasulullah,
sahabat dan tabi‟in

B. RUMUSAN MASLAH
1. Apa pengertian fiqih muamalah kontemporer?
2. Apa ruang lingkup kajian fiqih muamalah kontemporer?
3. Bagaimana perbandinga fiqih mualah klasik dan fiqih muamalah kontemporer?

C. TUJUAN
1. Agar kita mengetahui apa itu fiqih muamalah kontemporer
2. Agar kita mengerti perbandinga fiqih muamalah klasik dan fiqih muamalah kontemporer
3. Agar kita mengetahui ruang lingkup fiqih muamalah kontemporer

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FIQIH MUAMALAH KONTEMPORER
1. Defisi Fiqih
Fiqih (hukum) merupakan bagian dari unsur ajaran islam sebagai pedoman hidup bagi
manusia terutama dalam melaksan akan tugas kekhalifannya di muka bumi. Fiqh islam
cenderung berbicara tentang sesuatu yang berhubungan dengan boleh atau tidaknya
sesuatu pelaksanaan amaliah, atau dengan kata lain sesuatu yang dikaitkan dengan halal-
haram dalam agama islam.
a. Menurut bahasa (etimologi)
Kata fiqh secara etimologi berarti paham, mengetahui dan melaksanakan.
Pengertian ini dimaksudkan bahwa untuk mendalami sebuah permasalahan
memerlukan pengerahan potensi akal. Fiqih menurut bahasa adalah mengetahui
sesuatu dengan mengerti. Dari aspek kebahasaan, fiqih berarti paham (pemahaman),
Para pakar Ushul Fiqh lebih cenderung kepada batasan (definisi) Fiqih yang disebut
oleh Imam Syafi‟i sebagai : Pengetahuan menyangkut hukum-hukum syari„î amali,
Yang diperolehkan dengan perantaraan dalîl-dalîl yang bersif terperinci. Ibnu Manzhur
dalam kitab Lisan al’Arab menjelaskan fiqih dari segi bahasa, yaitu : “Fiqih berarti
pengetahuan mengenai sesuatu dan memahaminya. Hal ini umumnya terkait
pengetahuan masalah agama karena keunggulan dan kemuliaannya dari berbagai
bidang ilmu. Fiqih pada dasarnya adalah paham, dikatakan, si fulan diberi fiqih dalam
hal agama, yakni diberi pemahaman mengenai masalah agama”.
b. Menurut istilah (terminologi)
Pengertian fiqih dari segi istilah (terminologi), fiqih umumnya disefenisikan
sebagai “pengetahuan tentang hukum-hukum syara yang bersifat amaliah yang
disimpulkan dari dalilnya yang sudah terpereinci.”
Berdasarkan defenisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa fiqih adalah
pengetahuan atau pemahaman terhadap hukum-hukum syara‟ yang sifatnya amaliyah.
Pengetahuan tersebut diperoleh melalui dalil yang sudah terperinci atau yang tidak
bersifat global.

3
2. Definisi Muamalah
a. Menurut bahasa (etimologi)
Kata muamalah berasal dari bahasa yang secara etimologi sama dan semakna
dengan al-mufaalah (saling berbuat). Kata ini menggambarkan suatu aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi
kebutuhan masing-masing.
Menurut Arwani yang di kutip dari Ali (1996), Adapun muamalah dari kata ‘amala
yu’amilu mu’amalatan yang berarti: beraksi, bekerja, berproduksi, namun biasanya
dengan kaitan hukumnya kata “mu’amalah” disandingkan dengan kata “fiqih” yang
secara bahasa berarti “pemahaman”.
b. Menurut istilah (terminologi)
Sedangkan fiqih mu’amalah secara terminologi didefinisikan sebagai hukum-
hukum yang berkaitan dengan tindakan hukum manusia dalam persoalan-persoalan
keduniaan. Misalnya, dalam persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang,
perserikatan dalam penggarapan tanah, dan sewa menyewa.
Mu’amalah adalah segala aturan agama yang mengatur hubungan antara sesame
manusia, dan antara manusia dengan alam sekitarnya, tanpa memandang agama atau
asal usul kehidupannya. Aturan agama yang yang mengatur hubungan antar sesame
manusia, dapat kita temukan dalam hukum islam tentang perkawinan, perwalian,
warisan, wasiat, hibah, perdagangan, perburuan, perkoperasian dan lain-lain.
Wujud dinamisme dalam segmen muamalah ini bukannya bersifat kebetulan tanpa
antisipasi syara. Sebaliknya Syar’i (Pembuat Syariat/Allah SWT) melalui wahyu-Nya
memang sengaja memberikan aturan-aturan umum berupa teks wahyu yang
kebanyakan bersifat mujmal (global). Acuan moral bagi penerapan fiqih muamalah
berupa kaidah-kaidah umum dan universal. Seperti : bagaimana menegakkan sendi-
sendi keadilan di tengah masyarakat, asas persamaan di depan hukum, menjauhi
kedzaliman, pemaksaan, dan lain sebagainya.
Muamalah merupakan bagian dari hukum Islam yang mengatur hubungan antara
dua pihak atau lebih, baik antara seorang pribadi dengan dengan peribadi lain, maupun
antar badan hukum, seperti perseroan, firma, yayasan, negara, dan sebagainya.

4
Awalnya cakupan muamalah didalam fiqih meliputi permasalahan keluarga, seperti
perkawinan dan perceraian. Akan tetapi setelah terjadi disintegrasi di dunia Islam,
khususnya di zaman Utsmani (Turki Ottoman), terjadi perkembangan pembangian
fiqih. Cakupan bidang muamalah dipersempit, sehingga masalah yang berhubungan
dengan hukum keluarga tidak masuk lagi dalam pengertian muamalah. Hukum
keluarga dan segala yang terkait dengannya disebut al-ahwal al-syakhshiyah (masalah
peribadi). Muamalah kemudian difahami sebagai hukum yang berkaitan dengan
perbuatan manusia dengan sesamanya yang menyangkut harta dan hak serta
penyelesaian kasus di antara mereka. Pengertian ini memberikan gambaran bahwa
muamalah hanya mengatur permasalahan hak dan harta yang muncul dari transaksi
antara seseorang dengan orang lain, atau antara seseorang dengan badan hukum, atau
antara badan hukum dengan badan hukum yang lain
Jadi, Fiqih mu‟amalah berarti serangkaian aturan hukum islam yang mengatur pola
akad atau transaksi antar manusia yang berkaitan dengan harta . Aturan yang mengikat
dan mengatur para pihak yang melaksanakan mu‟amalah tertentu.
3. Definisi Fiqih Muamalah Kontemporer
Sedikit tetang Fiqih klasik yang teosentris (aliran yang berpegang kepada teks-teks
syari’at secara kaku) tidak bisa menjawab permasalahan hukum yang timbul di tengah
masyarakat, dan terkesan pasif, kuno, konserfatif dan tidak realistis. Hari ini, masyarakat
berasumsi bahwa fiqih adalah sulit difahami dan dicerna mengingat bahasa yang
digunakan adalah bahasa Arab dan karya fiqih tidak jarang dalam jumlah jilid yang
banyak, menggunakan tata bahasa (uslub) yang tidak sederhana.
Kata kontemporer secara etimologi berarti masa yang sama atau masa kini.
Jadi fiqih muamalah kontemporer adalah serangkaian aturan hukum Islam yang
mengatur pola akad atau transaksi antar manusia yang berkaitan dengan harta yang terjadi
pada masa sekarang atau saat ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa pada saat ini aktivitas
ekonomi sebagai salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia berkembang
cukup dinamis dan begitu cepat. Perkembangan aktivitas ekonomi, khususnya Lembaga
Keuangan dengan berbagai variannya melaju semakin cepat seiring dengan
perkembangan zaman. Terelebih dengan perkembangan alat dan perangkat komunikasi
dan informasi yang sedemikian kencang . Hal ini membuat aktivitas ekonomi semakin

5
variatif dan semakin intens dilakukan . Kreativitas pengembangan model transaksi dan
produk semakin tinggi.
Adapun yang melatarbelakangi munculnya isu Fiqih muamalah Kontemporer yaitu
akibat adanya arus modernisasi yang meliputi hampir sebagian besar negara-negara yang
dihuni oleh mayoritas umat islam. Dengan adanya arus moderenisasi tersebut,
mengakibatkan munculya berbagai macam perubahan dalam tatanan sosial umat islam,
baik yang menyangkut ideologi, politik, sosial, budaya dan sebagainya. Berbagai
perubahan tersebut seakan-akan cenderung menjauhkan umat dari nilainilai agama.
Berbagai materi fiqih muamalah kontemporer dengan sebaran lebih luas mencakup
tatanan masyarakat modern, misalnya : al-ahwal asysyakhsiyyah (hukum keluarga), al-
ahkam al-madaniyyah (hukum perdata), al-ahkam al-jina’iyyah (hukum pidana), ahkam
al-murafa’at (hukum acara), al-ahkam ad-dusturiyyah (hukum perundang-undangan), dan
lain sebagainya.
Fiqih muamalah kontemporer adalah hasil ijtihad terhadap masalah hukum Islam yang
terjadi pada masa kekinian, dengan menggali sumber hukum Islam berupa Alqur’an dan
sunnah dan jurisprudensi ulama terdahulu serta mengintegrasikan iptek dalam
menyimpulkan hasil ijtihad yang berspirit pada kemaslahatan umat manusia di dunia dan
akhirat.
Teks Al-Qur’an tentunya tidak mengalai perubahan, tetapi pemahaman dan
penerapannya dapat disesuaikan dengan konteks perkembangan zaman. Karena
perubanhan sosial merupakan suatu proses kemasyarakatan yang berjalan secara terus
menerus, maka perubahan penerapan dan pemahaman ajaran islam juga harus bersifat
kontinu sepanjang zaman. Dengan demikian islam akan tetap relevan dan aktual, serta
mampu menjawab tantangan modernitas.
B. RUANG LINGKUP KAJIAN FIQIH MUAMALAH KONTEMPORER
1. Persoalan tentang transaksi bisnis kontemporer yang belum di kenal zaman klasik
Lingkup ini membicarakan mengenai transaksi yang baru hadir pada saat ini. Seperti
saham, reksadana, uang kertas, obligasi, asuransi, MLM dll.
Salah satu contohnya ialah asuransi. Asuransi ialah pertanggungan atau perjanjian
yang terjadi antara dua pihak, yang satu berkewajiban untuk menaikkan iuran dan pihak
yang berkewajiban memberikan garansi sepenuhnya untuk membayar iuran. Jika sesuatu

6
yang menimpa dirinya atau barang miliknya yang di asuransikan cocok dengan perjanjian
yang di rebuatnya.
Pada zaman klasik asuransi ini belum ada, meskipun asuransi di kiaskan dengan cerita
ikhtiar mengikat unta sebelum pergi meninggalkannya asuransi bisa di perbolehkan asal
sesuai dengan kriterisa-syarat hukum dalam islam
2. Transaksi bisnis yang berubah sebab adanya pertumbuhan atau evolusi kondisi, situasi,
dan tradisi/kebiasaan.
Perkembangan teknologi semakin modern dan cepat dengan menghadirkan sekian
banyak fasilitas dan kemudahannya dalam urusan bisnis. Misalnya penerimaan barang
dalam akad jual beli.transaksi e-bussines, transaksi sms dan sejenisnya.
3. Transaksi bisnis kontemporer yang memakai nama baru.
Meskipun memakai nama baru akan tetapi subtansinya masih laksana yang terdapat di
zaman klasik. Contohnya bunga bank yang sejatinya adalah riba, jual beli valuta asing.
4. Transaksi bisnis canggih yang menggunakan sejumlah akad berbilang
Contohnya laksana IMBT, murabahah lil amiri bi syira’. Dalam lingkup ini
membicarakan bahwa pada masa kontemporer terdapat sejumlah akad yang di modifikasi
dalam sebuah transaksi bisnis.
C. FIQIH MUAMALAH KLASIK DAN FIQIH MUAMALAH KONTEMPORER
1. Fiqih Muamalah Klasik
Kata Fiqh secara bahasa berarti Al-Fahm (pemahaman atau paham disertai Ilmu
pengetahuan). Ada juga yang menyatakan bahwa fiqih menyangkut pemahaman yang
diperoleh melalui persepsi berfikir yang mendalam bukan sekedar tahu atau mengerti.
Sedangkan secara istilah, kata fiqh didefiniskan oleh para ulama dengan berbagai definisi
yang berbeda-beda. Sebagianya lebih merupakan ungkapan sepotong-sepotong, tapi ada
juga memang sudah mencakup semua batasan ilmu fiqh itu sendiri. Adapun definisi
istilah fiqh yang dikenal para ulama adalah ilmu yang membahas hukum-hukum syariat
bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.
Klasik menurut kamus besar bahasa Indonesia definisi klasik adalah sesuatu yang
mempunyai nilai atau mutu yang diakui dan menjadi tolak ukur kesempurnaan yang abadi
atau karya sastra yang bernilai tinggi serta langgeng dan sering dijadikan tolak ukur atau
karya sastra zaman kuno yang nilai kekal.

7
Jadi Fiqh Muamalah Klasik adalah ilmu hukum yang berkembang pada periode
kenabian dan muncul tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada
zamannya tetapi telah juga menyiapkan warisan berharga untuk membangun hukum
dimasa depan.
Fiqh Muamalah klasik banyak berisi hukum Islam yang mengatur Pelaksanaan ibadah-
ibadah, yang dibebankan pada muslim yang sudah mukkalaf yaitu kaitanya dengan lima
prinsip pokok (wajib, sunnah, makruh, haram, dan mubah)
2. Fiqih Muamalah Kontemporer
Dalam kamus bahasa Indonesia bahwa pengertian kontemporer berarti sewaktu,
sesama, pada waktu atau masa yang sama, pada masa yang kini, dewasa ini. Jadi dapat
disimpulkan bahwa fiqh kontemporer adalah tentang perkembangan pemikiran fiqh
dewasa ini. Dalam hal ini yang menjadi titik acuan adalah bagaimana tanggapan dan
metodologi hukum islam dalam memberikan jawaban terhadap masalah masalah
kontemporer
Latar belakang terbentuknya Fiqh Muamalah kontemporer adalah akibat arus
modernisasi yang hampir semua bagian yang dihuni oleh Negara-negara yang mayoritas
islam. Dengan adanya arus modernisasi. Dengan adanya arus modernisasi tersebut
mengakibatkan adanya suatu perubahan dalam tantanan sosial umat islam baik itu yang
menyangkut ideologi, politik, soisal, budaya dan lain sebagainya. Berbagai perubahan
tersebut seakan-akan cenderung menjauhkan umat islam dari nilai-nilai agama. Hal itu
terjadi karena kemajuan modernisasi tidak diimbangi dengan perubahan pemikiran
keagamaan. Fiqh kontemporer juga terbentuk karena semakin berkembangnya dan
mapannya sistem pemikiran barat di negeri muslim yang secara faktual lebih diterima
dan mudah diamalkan akan tetapi dalam penerimaan konsepsi barat tersebut tatap
merasakan adanya kejanggalan baik secara psikologis, sosiologis, maupun politis. Tetapi
belum terwujudnya konsepsi islam yang kontekstual. Maka dengan rasa ketidakberdayaan
mereka mengikuti konsepsi yang tidak islami. Hal itu menguggah nalura para pakar
hukum islam untuk segera mewujudkan fiqh yang relevan sesuai dengan perkembangan
zaman.
Ruang lingkup Fiqh muamalah kontemporer mencakup masalah masalah fiqih yang
berhubungan dengan situasi kontemporer modern yang mencakup kajian al-quran dan

8
hadits. Kajian fiqih muamalah kontemporer tersebut dikategorikan ke dalam beberapa
aspek yaitu Aspek pidana (hukum pidana islam dalam hukum sistem internasional),
Aspek kewanitaan (Busana muslimah, wanita karir, kepemimpinan wanita), Aspek medis
(pencangkokan organ tubuh, transpusi darah, euthanasia), Aspek Teknologi
(menyembelih hewan qurban secara mekanis), Aspek Politik, dan Aspek yang berkaitan
dengan ibadah seperti tayamum selain tanah (debu) qurban dengan uang, menahan haid
karena demi ibadah haji.
Bentuk fatwa kotemporer atau pada abad modern ini, dapat dibedakan menjadi dua
bentuk berdasarkan asal-usul lahirnya fatwa itu. Dua bentuk tersebut adalah fatwa
kolektif (al-fatwa al-ijma’i) dan fatwa individu (al-fatwa al-fardli).
a. Fatwa kolektif
Yang dimaksud dengan fatwa kolektif ialah fatwa yang dihasilkan oleh ijtihad
sekelompok orang, tim atau panitia yang sengaja dibentuk. Pada lazimnya fatwa
kolektif ini dihasilkan melalui suatu diskusi dalam lembaga ilmiah yang terdiri atas
para personal yang memiliki kemampuan tinggi dalam bidang fiqh dan berbagai ilmu
yang lainya sebagai penunjang dalam arti syarat-syarat yang harus dimiliki oleh
seorang yang berijtihad. Fatwa dihasilkan melalui lembaga ilmiah ini harus mampu
menetapkan hokum dengan berani dan bebas dari pengaruh dan tekanan politik, social
dan budaya yang dianut penguasa.
Untuk Indonesia barang kali dapat disebutkan beberapa lembaga ilmiah atau semi
ilmiah yang acap menghasilkan fatwa kolekif. Seperti majlis ulama Indonesia (MUI),
lembaga penelitian IAIN, Direktorat Pembinaan Penradilan Agama Islam, Departemen
Agama, Komisi Fatwa, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dan banyak lembaga
lainya yang tersebar dijawa timur , bandung, bogor dan sebagainya. Sepintas lalu
seperti dipahami oleh lembaga ilmiah seperti ini, lebih akurat. Namun harus dipahami
pula bahwa sebuah fatwa kolektif sering kali didominasi oleh pendapat perorangan
(fatwa farli) yang menjadi anggota lembaga tersebut.
b. Fatwa Perorangan
Fatwa perorangan (fatwa fadi) adalah hasil penelitian dan penelaahan individu
terhadap dalil dan hujjah yang akan dijadikan dasar berpijak dalam perumusan suatu
fatwa. Para ulama islam pada umumnya mengakui bahwa hasil ijtihad individu yang

9
menghasilkan fatwa secara individu pula, lebih banyak member warna terhadap fatwa
kolektif. Fatwa perorangan biasanya dilandasi studi yang lebih mendalam terhadap
sesuatu masalah yang akan dikeluarkan fatwanya, sehingga para ulama berasumsi
bahwa pada hakikatnya proses lahirnya fatwa kolektif itu diawali dengan kegiatan
perorangan.
Fatwa-fatwa yang berkembang dalam dunia fiqh islam selama lebih banyak
bertopang kepada fatwa yang dicetuskan individu yang oleh fatwanya itu oleh
pengikutnya diberi nama sebagai mazhab (jalan pikiran) si fulan,. Kita mengenal
fatwa para imam Madzhab Empat. Fatwa Syek Mahmud Shalatout, fatwa Yusup
Qaradhawi, fatwa Syeikh Mustafa Al-Maraghi, Fatwa Ibn Taimiyah, Fatwa
Muhammad bin Wahab, fatwa MuhammadAbu Zahrah, fatwa Syeikh Muhammad
Abduh, Fatwa Syeikh Rashid Ridha, dan sebagainya. Fatwa yang dihasilkan melali
jalan ijtihad perorangan itu sering dijadikan hujjah dalam apologi islam, dan bahkan
kemudian dijadikan dasar untuk menetapkan suatu fatwa kolektif.
Selain bentuk fatwa dilihat dari sudut asal usul lahirnya fatwa sebagimana dijelaskan
diatas juga bentuk fatwa bias dilihat dari segi prosesnya. Dari sudut pandangan ini maka
dikenal dengan bentuk fatwa yang disebut fatwa Tarjih/Intiqa’I dan Insya’i.
a. Fatwa Tarjih
Pada prinsipnya fatwa yang berbentuk tarjih ini adalah fatwa kolektif yang
dihasilkan oleh sekelompok orang atau satu tim yang memilah-milah atau menyeleksi
hujjah dari berbagai pihak atau berbgai madzhab, kemudian ditetapkan yang paling
kuat argumentasinya. Jadi bidang tugas fatwa ini yaitu melakukan penelaahan dan
membandingkan, kemudian memilih alas an yang paling kuat.
b. Fatwa kreatif
Bentuk fatwa yang keempat adalah fatwa yang dikalsifikasikan sebagai fatwa
kreatif (fatwa insya’i) pengertian fatwa bentuk ini ialah mengambil konklusi hokum
baru dalam sesuatu permasalahan yang belum pernah dikemukakan oleh ulama
terdahulu, baik masalah itu baru maupun lama. Dalam pengertian lain. Fatwa
dihasilkan oleh Ijtihad kreatif (insya’i) ini bias mencakup sebagian masalah kuno,
tetapi para mufti kotemporer mempunyai fatwa baru yang lebih logis.

10
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Fiqih muamalah klasik yaitu fiqih periode Rasulullah, sahabat dan tabi’in adalah produk
pemahaman mereka terhadap permasalahan hukum yang muncul di tengan komunitas
masyaarakat berdasarkan Alqur’an dan sunnah. Produk ijtihad mereka pada saat itu
berdimensi maslahat bagi mereka baik berupa perintah, larangan, anjuran, maupun
kebebasan memilih untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
2. Fiqih kontemporer adalah hasil ijtihad terhadap masalah hukum Islam yang terjadi pada
masa kekinian, dengan menggali sumber hukum Islam berupa Alqur’an dan sunnah dan
jurisprudensi ulama terdahulu serta mengintegrasikan iptek dan menyesuaikan dengan
modernisasi yang ada dalam menyimpulkan hasil ijtihad yang berspirit pada
kemaslahatan umat manusia di dunia dan akhirat.
B. SARAN
Sekian makalah ini kami tulis. Apabila ada kesalahan baik itu dalam tulisan ataupun yang
lainya kami meminta maaf yang sebsar-besarnya. Adapaun ilmu yang bisa di ambil ada
baiknya di praktekkan dan kami harap masukan dari segala pihak agar makalah ini lebih
sempurna lagi. Terima kasih.

12
DATAR PUSTAKA
Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: Sinar Grafika, 2009
TM. Hasbi As-Siddieqy, Sejarah pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam, Jakarta; Bulan
Bintang, 1992
Iffatin Nur, Epistemologi Fiqih, Tulungagung: STAIN Tulungagung Press, 2013
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016
Agus Arwani, “Epistemologi Hukum Ekonomi Islam (Muamalah)”, dalam jurnal RELIGIA Vol.
15 No. 1, April 2012. (125-146), h. 128
Fadllan, “GADAISYARIAH; Perspektif Fiqih Muamalah dan Aplikasinya dalam Perbankan”,
dalam jurnal al-Ihkâm, Vol.1 No.1 Juni 2014 (30-31), h. 31.
Syamsul Hilal ,“Fiqih Dan Permasalahan Kontemporer”, dalam jurnal ASAS Vol 4, No 1 (2012)
Januari 2012 (1-9), h.6.

13

Anda mungkin juga menyukai