Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR FIKIH MUAMALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalah 1
Prodi Hukum Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum Islam
Institut Agama Islam Negeri Bone

Oleh:

KELOMPOK 1

NUR FADILA
742342022016

SRI WAHYU RAMADANI


742342022029

Dosen Mata Kuliah:


MUAMMAR HASRI, M.H

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Fiqih Muamalah.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang fiqih muamalah ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Watampone, 16 Maret 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3
A. Pengertian Fikih............................................................................... 3
B. Pengertian Muamalah...................................................................... 4
C. Pengertian Fikih Muamalah............................................................. 5
D. Kedudukan Fikih muamalah dalam Islam....................................... 6

BAB III PENUTUP.................................................................................... 10


A. Kesimpulan...................................................................................... 10
B. Saran................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk
berhubungan dengan orang lain dalam kerangka memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan manusia sangat beragam, sehingga terkadang secara
pribadi ia tidak mampu untuk memenuhinya, dan harus berhubungan
dengan orang lain. Hubungan antara satu manusia dengan manusia
lain dalam memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan yang
menjelaskan hak dan kewajiban keduanya berdasarkan
kesepakatan. Proses untuk membuat kesepakatan dalam kerangka
memenuhi kebutuhan keduanya, lazim disebut dengan proses untuk
berakad atau melakukan kontrak. Hubungan ini merupakah fitrah yang
sudah ditakdirkan oleh Allah.
Is la m s eb ag ai ag am a y an g k om pr eh en s i f d an
u ni ve rs al memberikan aturan yang cukup jelas dalam akad untuk dapat
diimplementasikan dalam setiap masa.  Kata Muamalah berasal dari
bahasa arab yang secara etimologi sama dan semakna dengan “al-
mufa’alah” saling berbuat. Kata ini menggambarkan suatu aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang dengan seseorang ataau dengan beberapa orang
dalam memenuhi kebutuhan masaing-masing. Sedangkan Fiqih
Muamalah adalah dapat didefinisikan secara terminologi sebagai hukum
yang berkaitan dengan tindakan hukum manusia dalam persoalan-
persoalan keduniaan. Misalnya, dalam persoalan jual beli, uttang piutang,
kerjasama dagang, perserikatan, kerjasama dalam penggarapan tanah, dan
sewa menyewa. 
Namun demikian, sesuai dengan aktivitas seorang muslim, maka
hubungan yang bersifat muamalah ini tidak terlepas sama sekali dengan
masalah-masalah ketuhanan, karena apapaun aktivitas manusia didunia ini,
harus senantiasa dalam rangka pengabdian kepada Allah.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Fikih ?
2. Apa yang dimaksud dengan Muamalah ?
3. Apa yang dimaksud dengan Fiqih Muamalah ?
4. Bagaimana Kedudukan Fiqih Muamalah dalam Islam ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Fikih
2. Untuk mengetahui apa itu Muamalah
3. Untuk mengetahui apa itu Fiqih Muamalah
4. Untuk mengetahui Kedudukan Fiqih Muamalah dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FIQIH
Fikih yang berasal dari kata ‫ يفق>>ه – فقه‬- ‫ فقه>>ا‬dalam bahasa Arab berarti
pemahaman, dan pengetahuan.1 Fikih yang sering diartikan dengan pemahaman
ini tidak hanya terbatas pada pemahaman hukum syara‟, tetapi lebih dari itu, fikih
juga berarti memahami „illah hukum, maqashid hukum, sumber-sumber hukum
dan hal-hal yang membantu mujtahid dalam merumuskan hukum.2 Dalam
terminologi fuqaha, seperti mana yang diungkapkan jumhur ulama, fikih berarti
ilmu tentang hukum-hukum syara‟ yang berkaitan dengan amal perbuatan yang
diperoleh dari dalil-dalil terperinci.3

Menurut etimologi, fiqih adalah paham, Arti ini sesuai dengan arti fiqih
dalam salah satu hadis riwayat Imam Bukhari yang artinya: “Barang siapa yang
dikehendaki Allah menjadi orang yang baik di sisi-Nya, niscaya diberikan
kepadaNya pemahaman (yang mendalam) dalam pengetahuan agama.”4
Secara  terminologi, fiqih pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan
yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa aqidah, akhlak, maupun 
ibadah sama dengan arti syari’ah islamiyah.5 Namun, pada perkembangan
selanjutnya, fiqih diartikan sebagai bagian dari syariah Islamiyah,
yaitu pengetahuan tentang hukum syari’ah Islamiyah yang berkaitan dengan
perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-
dalil yang terinci.
Menurut Abdul Wahab Khallaf, Fiqih Adalah :

1
Maj‟ma Al-Lughah Al-„Arabiyah bi Al-Qahirah, Al-Mu‟jam Al-Wasith, Jilid 2 (Kairo:
Maktabah AlSyuruq Al-Dauliyah, 2004), h. 698.
2
Muhammad Ustman Syabir, Al-Madkhal Ila Fiqh Al-Mu‟a>malat Al-Ma>li>yah
(Oman, Darul Nafa`is, 2010), Cet. 2, h. 10.
3
Ali Bin Muhammad Al-Jarzani, Kitab Al-Ta‟rifat (Beirut: Dar Al-Kutub Al-„Ilmiyah,
1983), Cet. 1, h.168.
4
Ibid, h. 14
5
Ibid

3
“Ia adalah pengetahuan yang berkaitan dengan hokum-hukum syara’ amaliyah,
yang hukum-hukum itu didapatkan dari dalil-dalil yang terperinci dan ia
merupakan

3
4

kumpulan hukum-hukum syara’amaliyah yang akan diambil faedahnya dari dalil-


dalil yang terperinci”.
Al- Imam Muhammad Abu Zahro’, mendefenisikan fiqih dengan :
“fiqih adalah ilmu yang berkaitan dengan hokum-hukum syara’ amaliyah dari
dalil-dalilnya yang terperinci” 
Dengan berbagai defenisi tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa arti “Fiqih”
itu adalah ilmu mengenai pemahaman tentang hukum-hukum syara’ yang
berkaitan dengan amaliyah orang mukallaf, baik amaliyah anggota badan maupun
amaliyah hati, hokum-hukum syara’ itu didapatkan berdasarkan dan ditetapkan
berdasarkan dalil-dalil tertentu (Al-Qur’an dan al- Hadis).

B. PENGERTIAN MUAMALAH
Secara etimologi, kata muamalah adalah bentuk masdar dari
kata’amala yang artinya saling bertindak, saling berbuat, dan saling mengenal. 6
Secara terminology muamalah ialah segala aturan agama yang mengatur
hubungan antara sesama manusia, dan antara manusia dan alam sekitarnya,tanpa
memandang agama atau asal usul kehidupannya. Aturan agama yang mengatur
hubungan antar sesama manusia,  dapat kita temukan dalam hukum Islam tentang
perkawinan, perwalian, warisan, wasiat, hibah perdagangan, perburuan,
perkoperasian dll. Aturan agama yang mengatur hubungan antara manusia dan
lingkungannya dapat kita temukan antara lain dalam hukum Islam tentang
makanan, minuman, mata pencaharian, dan cara memperoleh rizki dengan cara
yang dihalalkan atau yang diharamkan.
1. Menurut Muhammad Yusuf Musa yang dikutip Abdul Majid “Muamalah
adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup
bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia”.7
2. Menurut Hudhari yang dikutip oleh Hendi Suhendi, “muamalah adalah semua
akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya”.8

6
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Penerbit Karya Media Pratama, Jakarta, Februari
2000,  h. 5
7
Abdul Majid, Pokok-pokok Fiqih muamalah dan Hukum kebendaan dalam Islam,
(Bandung:IAIN Sunan Gunung Jati,1986)h.1
8
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,2005),h.2
5

C. PENGERTIAN FIQIH MUAMALAH


Pengertian fiqih muamalah secara terminologi dapat dibagi menjadi dua:
a) Fiqih muamalah dalam arti luas
1. Menurut Ad-Dimyati, fiqih muamalah adalah aktifitas untuk menghasilkan
duniawi menyebabkan keberhasilan masalah ukhrawi. 9
2. Menurut pendapat Muhammad Yusuf Musa yaitu ketentuan-ketentuan
hukum mengenai kegiatan perekonomian, amanah dalam bentuk titipan
dan pinjaman, ikatan kekeluargaan, proses penyelesaian perkara lewat
pengadilan, bahkan soal distribusi harta waris.
3. Menurut pendapat Mahmud Syaltout yaitu ketentuan-ketentuan hukum
mengenai hubungan perekonomian yang dilakukan anggota masyarakat,
dan bertendensikan kepentingan material yang saling menguntungkan
satu sama lain.
Berdasarkan pemikiran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fiqh
muamalah adalah mengetahui ketentuan-ketentuan hukum tentang usaha-
usaha memperoleh dan mengembangkan harta, jual beli, hutang piutang dan
jasa penitiapan diantara anggota-anggota masyarakat sesuai keperluan
mereka, yang dapat dipahami dan dalil-dalil syara’ yang terinci. 
b) Fiqih muamalah dalam arti sempit:
1. Menurut Hudhari Beik, muamalah adalah semua akad yang
membolehkan manusia saling menukar manfaat.10
2. Menurut Idris Ahmad adalah aturan Allah yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam usahanya mendapatkan alat-alat
keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik.
Jadi, pengertian fiqih muamalah dalam arti sempit lebih menekankan
pada keharusan untuk mentaati aturan-aturan Allah yang telah ditetapkan untuk
mengatur hubungan antara manusia dengan cara memperoleh, mengatur,
mengelola, dan mengembangkan mal (harta benda).

9
Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid III : Muamalah, (Jakarta : Rajawali, 1998), h. 4
10
Ibid, h.4-5
6

Ciri utama fiqih muamalah adalah adanya kepentingan keuntungan


material dalam proses akad dan kesepakatannya. Berbeda dengan fiqih ibadah
yang dilakukan semata-mata dalam rangkaa mewujudkan ketaatan kepada Allah
tanpa ada tendensi kepentingan material.
Tujuannya adalah dalam rangka menjaga kepentingan orang-orang mukallaf
terhadap harta mereka, sehingga tidak dirugikan oleh tindakan orang lain dan
dapat meamnfaaatkan harta miliknya itu untuk memenuhi kepentingan hidup
mereka.
D. KEDUDUKAN FIQIH MUAMALAH DALAM ISLAM
Muamalah dalam islam memiliki peranan yang sangat penting, karena
muamalah berisi tentang aturan-aturan dan hukum sesuai syari’at islam yang
mengatur tentang urusan dunia. Kita harus mempelajari muamalah agar dapat
menjalani hidup yang sesuai dengan syari’at islam. Allah menciptakan
manusia dan dunia ini bukan tanpa aturan, ada huku-hukum yang harus
dipatuhi dalam menjalani hidup di dunia ini. Nantinya manusia yang berhasil
menjalani hidup sesuai dengan syari’at islam akan diberikan imbalan yang
setimpal di akhirat. Namun muamalah ini dipelajari tidak semata mata untuk
kehidupan akhirat yang damai, tapi juga kehidupan di dunia agar kita
terhindar dari kemudharatan. Dalam kehidupan sehari-hari seperti memenuhi
kebutuhan jasmani kita butuh yang namanya aturan agar yang kita dapatkan
tidak memberikan kita akibat buruk. Islam juga mengatur hukum jual beli
dengan berbagai syarat dan rukun untuk menghindari mudharat dan
kerugian.Muamalah atau interaksi keuangan merupakan salah satu perkara
penting dalam Islam. Islam sebagai pedoman hidup mengatur semua aspek
kehidupan manusia, tak terkecuali interaksi keuangan antar manusia. Untuk
mengakomodasi itu, ulama menjabarkan ayat-ayat Al-Quran dan hadis Rasulullah
dalam disiplin ilmu fikih muamalah. Terkait muamalah, ada beberapa hal terkait
pandangan Islam terhadap muamalah secara umum, diantaranya:
1. Islam tidak menciptakan muamalah dalam masyarakat. Islam tidak
menciptakan praktek-praktek transaksi keuangan pada masyarakat. Ketika
Islam datang melalui Rasulullah maka telah ditemukan praktek-praktek
7

ekonomi pada masa itu. Pada masa itu, segala kegiatan ekonomi seperti
jual beli, sewa-menyewa, pengadaian, penanaman modal dan lain
sebagainya berjalan sesuai keinginan mereka dan berdasarkan kebiasaan
yang berlaku. Oleh karena itu, istilah-istilah kegiatan dan praktek
keuangan seperti bai‟, syirkah, mudharabah, qard dan istilah lainya telah
dikenal luas pada masa itu. Terkait praktik ekonomi masa itu, Islam datang
dengan fungsi untuk memperbaiki, membersihkan dan menolong praktik
ekonomi. Beberapa praktik yang dianggap merugikan satu pihak, bersifat
tidak jelas, adanya unsur paksaan, bersifat berbahaya dan lain sebagainya
dibersihkan oleh syariat Islam. Maka ketika ada alur sebuah praktik sesuai
dengan maslahat tetap dipertahankan dan ketika ada unsur yang
membahayakan dan menyalahi kebaikan maka dihindari bahkan
diharamkan.11
2. Islam mengatur muamalah dengan kaidah-kaidah umum. Syariat Islam
datang dengan aturan-aturan umum yang mengatur muamalah dan jarang
yang dijelaskan secara detail dan rinci. Beberapa di antara kaidah itu
adalah:
a. Ridha dan kerelaan diri Ridha dalam muamalah menjadi salah satu
unsur yang penting. Hal ini sesuai dengan firman Allah ta‟ala:
‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم‬ َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج‬
ٍ ‫ارةً ع َْن ت ََر‬
٢٩ ‫ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. [Q.S. An-Nisa: 29]
Firman Allah ta‟ala:
ࣖ َ‫اس بِ>ااْل ِ ْث ِم َواَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم>>وْ ن‬ ‫ْأ‬ ِ َ‫َواَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
ِ َّ‫اط ِل َوتُ ْدلُوْ ا بِهَٓا اِلَى ْال ُح َّك ِام لِتَ> ُكلُوْ ا فَ ِر ْيقً>>ا ِّم ْن اَ ْم> َوا ِل الن‬
١٨٨
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian

11
Muhammad Ustman Syabir, Al-Madkhal. h. 17-19.
8

daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui. [Al-Baqarah: 188]
Ibnu Arabi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini merupakan salah
satu ayat yang mencakup aturan-aturan muamalah dan akad mu‟awadhah
dibangun di atas ayat ini.14 Ayat ini menjadi landasan dilarangnya akad
yang mengandung tipu muslihat, perjudian, dan hal-hal yang mengandung
pengambilan hak orang lain secara batil. Rasulullah berfirman
“Tidaklah halal harta seorang muslim kecuali dengan dasar kerelaan jiwa
darinya.” [H.R. Imam Baihaqi]12
b. Muamalah dibangun atas dasar sebab dan kemaslahatan Pada dasarnya,
sebahagian besar ibadah dalam Islam adalah ghair ma‟qulah ma‟na atau
sesuatu yang tidak dapat dilogikakan sebab pensyariatannya. Kenapa
shalat harus lima kali sehari semalam, puasa wajib dilaksanakan di bulan
Ramadhan dan bukan Muharram atau kenapa gerakan shalat harus seperti
yang kita ketahui saat ini termasuk dalam ruang lingkup ibadah mahdah
atau ibadah yang pensyariatannya murni karena adanya perintah dari Allah
dan bukan karena sebab atau alasan yang berasal dari akal manusia. Imam
Syathibi dalam Al-Muwafaqat berkata13
“Hukum Asal dalam ibadah bagi mukallaf adalah penyembahan
(kepatuhan) tanpa melihat kepada makna (sebab) dan hukum asal adat
(kebiasaan) dengan melihat kepada makna (sebab).”
Kaidah ini mengambarkan bahwa dalam bermuamalah, kemaslahatan
harus diperhatikan. Suatu akad diharamkan berlandaskan nash-nash yang
ada tetapi karena adanya kemaslahatan maka suatu akad dapat
diperbolehkan dengan tetap memperhatikan dalil-dalil yang ada.
c. Praktik Muamalah pada umumnya bersandar pada kebiasaan masyarakat.
Praktik muamalah yang berlaku pada masyarakat pada umumnya adalah
sesuatu yang disepakati oleh masyarakat pada umumnya baik secara lisan
maupun non lisan. Pelabelan transaksi, nilai kebendaan, penetapan harta,
12
Abu Bakar Baihaqi, Al-Sunan Al-Kubra, Jilid 6 (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah,
2003), Cet 3, h.166.
13
Al-Syathibi, Al-Muwafaqat, Jilid 2 (Kairo: Dar Ibn Affan, 1997), Cet. 1, h. 513.
9

cara pembelian, pelayanan dan lain sebagainya tidak di atur secara detail
oleh syariat. Syariat hanya memberikan aturan-aturan umum yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kecurangan, perselisihan, penipuan
dan hal-hal negatif lainnya. Sedangkan hal-hal teknis diserahkan kepada
kebiasaan dan kesepakatan masyarakat.
d. Muamalah menyatukan antara syariat dan hukum manusia Salah satu
kelebihan muamalah adalah sifatnya yang affordable (penerimaan)
terhadap syariah dan hukum buatan manusia. Hal ini didasarkan pada
hukum asal muamalah yaitu kebolehan. Syariah tidak merincikan tata cara
suatu akad serta alurnya. Alur suatu akad kembali kepada kemaslahatan
yang ada. Di sinilah hukum atau pemerintah mempunyai legalitas yang
dibenarkan syariah untuk membuat aturan yang bertujuan untuk
kemaslahatan semua pihak yang bertransaksi. Peraturan pemerintah dalam
syariah yang tidak bertentangan dengan syariat harus dipatuhi oleh
masyarakat. Tidak mematuhi pemimpin yang adil termasuk perbuatan
yang dilarang oleh syariat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
            Fiqih Muamalah adah aktivitas atau transaksi yang dilakukan oleh
seseorang dengan orang lain dalam rangka memenuhi kehidupan, kebutuhan
jasmani sehari-harinya. Prinsip-prinsip muamalah dalam Islam sangatlah
memenuhi syarat untuk bisa dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat, diantara
Prinsip-prinsip tersebut  adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia,
Menjunjung tinggi nilai kejujuran, adil, serta tidak meninggi-ninggikan harga
(overhead), Eksploitasi dan Intervensi.
            Muamalah dalam islam memiliki peranan yang sangat penting, karena
muamalah berisi tentang aturan-aturan dan hukum sesuai syari’at islam yang
mengatur tentang urusan dunia. Kita harus mempelajari muamalah agar dapat
menjalani hidup yang sesuai dengan syari’at islam. Allah menciptakan
manusia dan dunia ini bukan tanpa aturan, ada huku-hukum yang harus
dipatuhi dalam menjalani hidup di dunia ini. Nantinya manusia yang berhasil
menjalani hidup sesuai dengan syari’at islam akan diberikan imbalan yang
setimpal di akhirat. Namun muamalah ini dipelajari tidak semata mata untuk
kehidupan akhirat yang damai, tapi juga kehidupan di dunia agar kita
terhindar dari kemudharatan. Dalam kehidupan sehari-hari seperti memenuhi
kebutuhan jasmani kita butuh yang namanya aturan agar yang kita dapatkan
tidak memberikan kita akibat buruk. Islam juga mengatur hukum jual beli
dengan berbagai syarat dan rukun untuk menghindari mudharat dan
kerugian.Muamalah atau interaksi keuangan merupakan salah satu perkara
penting dalam Islam.
B. SARAN
            Dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak terdapat kesalahan
baik dalam segi penulisan maupun dalam segi susunan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi pembuatan
makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Syafe’i Racmat, “FIQIH MUAMALAH”, CV Pustaka Setia, Maret 2011 M,

Bandung

Haroen Nasrun,”Fiqih Muamalah”, Penerbiat Karya Media Pratama, Februari

2000, Jakarta

Rozalinda,”Fiqh Muamalah”, Penerbit Hayfa Press, Oktober 2010, Padang

Muslich Wardi Ahmad,”Fiqh Muamalat”, Penerbit Amzah, 2010, Jakarta

Ghazaly Rahman, Ihsan Ghufron, Shiddiq Sapiuddin,”Fiqh Muamalat”, Penerbit

Prenda Media Group, 2010, Jakarta

Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta : Raja Grafindo Persada,

1993

Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid III : Muamalah, Jakarta : Rajawali, 1998

Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah, Juz III, (Beirut: Dar al-fikr, 2006.

Ghazaly, Abdul Rahman dan Ihsan, Ghufron dan Shidiq, Sapiudin. Fiqh

Muamalat. Edisi 1.

11

Anda mungkin juga menyukai