Anda di halaman 1dari 18

HAKIKAT HUKUM ISLAM

Disusun Guna Memanuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah :

Filsafat Hukum Islam

Dosen Pengampu :

Maya Novianasari,M.H.I

Disusun Oleh :

Luthfiah Awwalia Nufus 1921030600

Selvia Agnes 1921030579

Verdy Prayoga 1921030607

UNVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS SYARIAH

HUKUM EKONOMI SYARIAH 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini, Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada Dosen Pengampu kami, Ibu Maya Novianasari,M.H.I yang telah
membimbing dalam proses pembelajaran ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Syariah,Fiqh,dan Hukum Islam...............................................2


B. Sifat dan Karakteristik Hukum Islam........................................................4
C. Prinsip-prinsip Hukum Islam....................................................................6
D. Keindahan Hukum Islam...........................................................................10
E. Kaidah-kaidah Hukum Islam.....................................................................12
F. Hukum Islam antara Positivisme dan Idealisme…………………………12
G. Hukum Islam dalam Pandangan Orientalis Antinomi…………………...13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa hukum memegang peranan kunci dalam menciptakan
keseimbangan tatanan dalam segala hal, baik kepastianya dlam sebuah negara atau dalam skala
global yang menyangkut hukum internasional. Pada dasarnya, hakkat hukum merupakan ini
peradaban suatu bangsa dalam arti yang paling murni dan mencerminkan jiwa bangsa secara lebih
jelas dari lembaga apapun.

Bagi umat islam syariah adalah tugas umat islam secara menyeluruh meliputi
moral,teologi,etika,aspirasi spiritual,ibadah formal,dan ritual yang rinci.Syariah mencakup seluruh
aspek hukum public dan perorangan,kesehatan bahkan kesopanan dan pembinaan budi. 1

Dengan demikian syariah merupakan hukum integral yang meliputi aspek vertikal dalam
kaitannya dengan Tuhan, dan aspek horizontal yang berkenaan denga sesama dan lingkungan.

B. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian syariah,fiqh dan hukum islam?
B. Apa saja sifat dan karakteristik hukum islam?
C. Apa saja prinsip-prinsip hukum islam?
D. Bagaimana keindahan hukum islam?
E. Apa saja kaidah-kaidah hukum islam?
F. Bagaimana hukum islam antara positivism dan idealism?
G. Bagaimana hukum islam dalam pandangan orientalis antonomi?

C. Tujuan Penulisan

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Munakahad, serta memaparkan materi dan juga
menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai hal yang berhubungan dengan
Walimah.

BAB II
1
Fazlur Rahman, 1979:101
1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Syariah,Fiqh dan Hukum Islam


1. Pengertian Syariah
Syariah menurut akar katanya yaitu syara yang berarti jalan menuju sumber air.
Sedangkan menurut istilah yaitu hukum yang di atur oleh Allah SWT. Untuk
hambanya melalui lisan para rosul. Para rosul menyampaikan pada umatnya untuk
di amalakan dalam kehidupan sehari-hari. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
syariat islam adalah keseluruhan ajaran islam yang bersumber dari wahyu Alllah
SWT. Kata syariah telah dipakai dalam pengertian dan makna yang beragam dalam
lingkup yang berbeda dalam masa yang berbeda. Manna al qattan , seumapamanya
mendefinisikannya sebagai segala ketentuan Allah yang di syariatkan , bagi
hamba-hambanya, baik menyangkut ritual , social, ekonomi, moral, hukum dan
lain lain.

2. Pengertian Fiqh

Fiqh menurut etimologi ( lughah) berarti paham , yaitu memahami segala sesuatu,
seperti saya paham bahwa langit di atas kita, atau memahami satu setengah dari
dua dan sebagainya.

Sedangkan menurut istilah, fiqh adalah pengetahuan tentang hukum syara’


mengenai perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci.
Adapun ulama yang mendefinisikan fiqh dengan usaha yang dihasilkan oleh
manusia melalui ijtihad setelah di analisis dan perenungan ( al juryany)

Dengan kata lain , perbedaan pendapat dan pengamalan fiqh adalah sesuatu yang
lumrah dan tidak perlu di pertentangkan. Amir syarifuddin merinci cangkupan
pengertian fiqh yaitu : 1. Bahwa fiqh itu adalah ilmu tentang syara’

2. bahwa yang dibicarakan fiqh adalah hal hal yang bersifat


amaliyah furu’iyah.

3. bahwa pengetahuan tentang hukum syara itu di dasarkan


kepada dalitafsil (rinci)

2
4. bahwa fiqh itu di gali dan ditemukan melalui penalaran
dan istidlal (penggunaan dalil) si mujtahid dan faqih

Definisi ini dapat disimpulkan bahwa fiqih adalah hasil ijtihad para ulama
berdasarkan kaidah kaidah ushul fiqih.

3. Pengertian Hukum Islam

Hukum secara etimologi berarti menolak kezhaliman atau penganiyayaan atau


dengan arti menetapkan , atau memutuskan dan lain lain. Sedangkan secara istilah
yaitu hukum adalah titah Allah yang berkenaan dengan perbuatan orang-orang
mukallaf, berupa tunutan ( perintah dan larangan) pilihan, atau menjadi sebab –
syarat , dan mani’ ( penghalang).

Hukum itu terbagi menjadi dua yaitu hukum taklifi yang mengandung perintah
yaitu wajib dan sunnat, dan larangan yaitu haram dan makruh dan pilihan yaitu
mubah boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Yang kedua yaitu hukum wad;y
yaitu yang dijadikan sebab seperti , tergelincirnya matahari menjadi sebab wajib
sholat dhuhur . syarat, seperti wudhu menjadi syarat syah nya solat, dan mani’
(penghalang) seperti haid dan nifas menjadi penghalang wajibnya sholat dan puasa.

B. Sifat dan Karakteristik Hukum Islam


Sifat dan karakteristik hukum Islam dapat dibagi menjadi lima bagian dalam penetapan
Alquran tentang hukum dalam bentuk yang global dan simple dan itu dimaksudkan untuk
memberikan kebebasan kepada penganutnya untuk melakukan ijtihad sesuai dengan situasi
dan kondisi zaman dan karakteristik ini biasa di dalam ilmu agama Islam disebut karakteristik
hukum Islam yang sempurna.
Lima bagian tersebut adalah:

1. Sempurna (Takaful)
Hukum Islam membentuk umat dalam suatu kesatuan yang bulat, walaupun mereka
berbeda-beda bangsa dan berlain-lainan suku. Di dalam menghadapi asas-asas yang
umum mereka bersatu padu, meskipun dalam suku-suku kebudayaan mereka berbeda-
beda. sifat dan karakter sempurna maksudnya adalah lengkap, berkumpul pacarnya

3
aneka pandangan hidup.2 Syariat Islam diturunkan dalam bentuk yang umum dan
garis besar permasalahan. oleh karena, hukum-hukumnya bersifat tetap tidak
berubahubah lantaran berubahnya masa dan berlainan tempat. hukum-hukum yang
lebih rinci syariat Islam hanya menetapkan kaidah dan memberikan patokan umum.
3
jangan menetapkan patokan patokan umum tersebut syariat Islam dapat benar-benar
menjadi petunjuk yang universal dapat diterima di semua tempat dan setiap saat.
setiap saat umat manusia dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan garis garis
kebijaksanaan Alquran, sehingga mereka tidak melenceng. penetapan Alquran tentang
hukum dalam bentuk yang global dan simpel itu dimaksudkan untuk memberikan
kebebasan kepada umat manusia untuk melakukan ijtihad sesuai dengan situasi dan
kondisi zaman. dengan sifatnya yang global ini diharapkan hukum Islam dapat
berlaku sepanjang masa.

2. Elastis
Hukum Islam juga bersifat elastis dan lentur atau luwes, yaitu meliputi segala bidang
dan lapangan kehidupan manusia. permasalahan kemanusiaan kehidupan jasmani dan
rohani hubungan sesama makhluk, Hhbungan makhluk dengan Khalik, serta tuntunan
hidup dunia dan akhirat tergantung dalam ajarannya. hukum Islam memperhatikan
berbagai segi kehidupan dan bidang muamalah, ibadah, jinayah, dan lain-lain. Meski
demikian, ia tidak memiliki dogma yang kaku,.Keras dan memaksa. Iya hanya
memberikan kaidah-kaidah umum yang mesti dijalankan oleh umat manusia4.
Dengan demikian yang diharapkan dari umat Islam adalah tumbuh dan
berkembangnya proses ijtihad, yang menurut Iqbal disebut prinsip gerakan dalam
Islam. ijtihad merupakan suatu teori yang aktif produktif dan konstruktif, 5
hak
diberikan kepada setiap muslim yang mampu berijtihad dan berpedoman kepada
dasar-dasar kaidah yang telah ditetapkan6.
Sebagai bukti bahwa hukum Islam bersifat elastis dapat dilihat dalam kasus jual beli.
kita hanya mendapati 4 ayat hukum jual beli yang tertuang dalam Alquran yaitu surat
Baqarah ayat 272, surah Annisa ayat 29 surah Albaqarah ayat 282 surah Al Jumuah
ayat 9, dalam ayat-ayat tersebut diterangkan hukum bolehnya jual-beli, persyaratan

2
Mardani, hukum Islam: pengantar ilmu hukum Islam di Indonesia, pustaka pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm 25
3
Anwar Harjono hukum Islam keluasan dan keadilannya, Bulan Bintang, Jakarta hal,113
4
Fathurrahman djami, filsafat hukum Islam: bagian pertama, logos wacana ilmu, Jakarta hal 47-48
5
Ibid hal 48
6
Muhammad Hasby Assidiqy falsafah hukum Islam Bulan Bintang Jakarta 1993, hal 23 24
4
keridaan antara kedua belah pihak, larangan riba dan larangan Jual beli waktu adzan
Jumat.

3. Wasathiyah
Hukum Islam menempuh jalan tengah jalan wasathon, jalan yang imbang tidak terlalu
berat ke kanan, mementingkan kejiwaan yang tidak berat pula ke kiri,. ini lah yang
diistilahkan dengan teori Wathaniah, Menyelaraskan di antara kenyataan dan fakta
dengan ideal dan cita-cita. Hal ini tergambarkan didalam banyak tempat dalam Al
Quran yaitu surat an-nisa ayat 129 surat Al Isra ayat 29 surah Al Furqan ayat 67 surah
Al Maidah ayat 89 Surah Al Baqarah 238 dan Surah Al Baqarah 143. Keseimbangan
hukum Islam nampak terlihat dan tergambar antara lama dan baru antara barat dan
timur antara masa dahulu dengan masa kini pohonnya kokoh Teguh tidak guncang
dan berubah, tetapi cabang dan ranting senantiasa berkembang. hukum Islam tidak
beku dan cair, terletak antara keduanya. hukum IslamTerletak antara pikiran-pikiran
manusia yang cenderung kepada kebendaan dengan pikiran-pikiran yang cenderung
kepada kejiwaan hukum Islam tidak bersifat kapitalis dan tidak bersifat Marxistis,
tidak terlalu mementingkan individu, sebagaimana tidak terlalu mementingkan
rohaniah titik oleh karenanya, kebudayaan dan kesenian dalam hukum Islam tidak
boleh menyalahi agama, norma dan akhlak karena tabiat syum dan takamul tidak
boleh adanya pertentangan pertentangan antara yang satu dengan yang lain. tawasuth
adalah keseimbangan titik dialah asas hukum Islam dalam menghadapi kehidupan dan
problem manusia, sebagaimana hukum Islam terletak di tengah-tengah, di antara
kecenderungan madiyah dengan kecenderungan rohaniah.7

4. Universal dan dinamis (harakah)


Ajaran Islam bersifat universal. ia meliputi seluruh alam tanpa batas, tidak dibatasi
pada daerah tertentu seperti ruang lingkup ajaran ajaran Nabi sebelumnya yang
berlaku bagi orang-orang Arab dan orang non-arab kulit putih dan kulit hitam.
Universalitas hukum Islam ini sesuai dengan pemilik hukum itu sendiri yang
kekuasaannya tidak terbatas titik Disamping itu hukum Islam dan mempunyai sifat
dinamis sesuai untuk setiap zaman8. Bukti yang menunjukkan dan Apakah hukum
Islam mempunyai sifat tersebut atau tidak, harus dikembalikan kepada Alquran karena

7
Mardani, Op Cit hal 29
8
Fathurrahman djami, Loc Cit, hal 49
5
AlQuran merupakan wadah dari ajaran Islam yang diturunkan oleh Allah kepada umat
manusia dimuka bumi ini. Alquran juga merupakan garis kebijaksanaan Tuhan dalam
mengatur alam semesta termasuk manusia Allah berfirman pada surat as-saba’ ayat 28
yang artinya Dan kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui. dari segi dinamis, hukum Islam mempunyai
kemampuan bergerak dan berkembang mempunyai daya hidup dapat membentuk diri
Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan.

5. Sistematis
Pernyataan bahwa hukum Islam itu bersifat sistematis adalah bahwa hukum Islam itu
mencerminkan sejumlah doktrin yang berjalan secara logis titik Beberapa lembaganya
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Perintah salat di dalam Alquran
senantiasa diiringi dengan perintah zakat berulang-ulang Allah berfirman Makanlah
dan minumlah kamu tetapi jangan berlebihan. dari ayat di atas dapat dipahami bahwa
tidak mengajarkan Spritual yang mandul. Dalam hukum Islam seseorang dilarang
hanya bermuamalah dengan Allah dan melupakan dunia. dalam hukum Islam manusia
diperintahkan mencari rezeki tetapi hukum Islam melarang sifat imperial dan kolonial
ketika mencari rezeki tersebut.
Demikian pula dengan lembaganya titik pengadilan dalam Islam tidak akan
memberikan hukuman potong tangan kepada pencuri apabila keadaan masyarakat
sedang kacau dan terjadi kelaparan tidak akan memberikan hukum rajam bagi pezina
apabila lokalisasi lokalisasi pelacuran buku dan film porno kebiasaan berpakaian
belum tetapkan seperti yang dikehendaki oleh Islam dengan demikian hukum Islam
dan lembaganya akan senantiasa berhubungan satu dengan lainnya. hukum Islam
tidak akan bisa dilaksanakan apabila yang diterapkan hanya sebagian dan ditinggalkan
hanya sebagian yang lain.9
C. Prinsip-prinsip Hukum Islam
Kata prinsip secara etimologi, adalah dasar, permulaan, atau aturan pokok. Secara
terminologi, kata prinsip adalah kebenaran universal yang inheren di dalam hukum
Islam dan menjadi titik tolak pembinaannya; prinsip yang membentuk hukum dan
setiap cabang-cabangnya.10

9
Panji Adam,S.Sy., M.H. Hukum Islam, Sinar Grafika, Jakarta 2019, hal 189
10
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: LPPM, 1995 ), hal 69.
6
Ada tujuh prinsip umum hukum Islam,yaitu:11
1. Prinsip Tauhid

Tauhid adalah salah satu prinsip umum hukum Islam yang merupakan fondasi
ajaran Islam. Prinsip ini menyatakan bahwa semua manusia ada di bawah satu
ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam kalimat La
Ilaha Illa Allah (Tidak ada tuhan selain Allah). Segala ciptaan Allah di muka bumi
memiliki tujuan yang merupakan bagian dari kebermaknaan wujud. Di antara
tujuan tersebut adalah ibadah. Prinsip ini dipahami dari firman Allah QS. Ali
Imran Ayat 64

Artinya: Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita
sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak
(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah".
jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa
Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Berdasarkan atas prinsip tauhid ini, maka proses dan pelaksanaan hukum Islam
merupakan ibadah. Dalam arti perhambaan manusia dan penyerahan dirinya
kepada Allah sebagai manifestasi rasa syukur kepada-Nya. Dengan demikian tidak
boleh terjadi penuhanan antar sesama manusia dan atau sesama makhluk lainnya.

2. Prinsip Keadilan
Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan hambaNya untuk berbuat adil. Di
antaranya adalah Surat al-Maidah ayat 8, Al-Hujarat ayat 9, Kata al-adalah dalam
Al Qur.an adalah sinonim al-mizan (keseimbangan/moderasi) dan al-qist yang
berarti keadilan.12 Term keadilan pada umumnya berkonotasi dalam penetapan
hukum atau kebijaksanaan dari pemangku kebijakan. Akan tetapi, keadilan dalam
hukum Islam meliputi berbagai aspek, seperti keadilan dalam hubungan antara
individu dengan dirinya sendiri, hubungan antara individu dengan masyarakat,
hubungan antara individu dengan hakim dan lain-lain selama prinsip keadilan
dimaknai sebagai prinsip moderasi.

11
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam
12
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum …, hal. 72
7
Manusia yang memiliki kecenderungan mengikuti hawa nafsu, adanya kecintaan
dan kebencian memungkinkan manusia tidak bertindak adil dan mendahulukan
kebatilan dari pada kebenaran (dalam bersaksi), perintah kepada manusia agar
berlaku adil dalam segala hal terutama kepada mereka yang mempunyai kekuasaan
atau yang berhubungan dengan kekuasaan dan dalam bermuamalah/berdagang;
kemestian berlaku adil kepada isteri; keadilan sesama muslim dan keadilan yang
berarti keseimbangan antara kewajiban yang harus dipenuhi manusia (mukallaf)
dengan kemampuan manusia untuk menunaikan kewajiban tersebut. Dari prinsip
keadilan ini lahir kaidah yang menyatakan hukum Islam dalam praktiknya dapat
berbuat sesuai dengan ruang dan waktu (shalih li kulli zaman wa makan), yakni
suatu kaidah yang menyatakan elastisitas hukum Islam (murunah) dan kemudahan
dalam melaksanakannya sebagai kelanjutan dari prinsip keadilan (yusr wa raf’i al-
haraj), yaitu; perkaraperkara dalam hukum Islam apabila telah menyempit maka
menjadi luas; apabila perkara-perkara itu telah meluas maka kembali menyempit.

3. Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar


Hukum Islam digerakkan untuk merekayasa umat manusia untuk menuju tujuan
yang baik dan benar yang diridhai Allah. Dalam filsafat hukum Barat dikenal
sebagai fungsi social engineering atau rekayasa sosial13. Menurut Hasbi Ash
Shiddieqy, prinsip ini juga dilihat pada peran negara dalam Islam sehingga negara
tidak boleh memaksa masyarakat untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
kehendaknya yang semena-mena. Apa lagi yang menyalahi dengan hukum Islam.
Pengkategorian Amar Makruf Nahi Mungkar dinyatakan berdasarkan wahyu dan
penalaran logis yuridis terhadap kontek dimana persoalan hukum tengah terjadi.

4. Prinsip Kemerdekaan atau kebebasan


Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar agama/ hukum Islam
disiarkan tidak berdasarkan paksaan, tetapi berdasarkan penjelasan, demonstrasi,
argumentasi. Kebebasan yang menjadi prinsip hukum Islam adalah kebebasan
dalam arti luas yang mencakup berbagai aspek, baik kebebasan individu maupun
kebebasan komunal. Kebebasan beragama dalam Islam dijamin berdasarkan
prinsip tidak ada paksaan dalam beragama. Kebebasan bertindak, berekspresi dan
13
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 38.
8
berimajinasi merupakan kebebasan yang melekat pada tiap-tiap individu manusia,
bahkan merupakan hak paling asasi. Kebebasan ini tidak boleh bertentangan
dengan kemaslahatan umum, akidah dan lainlain. Disinilah yang membedakan
antara kebebasan yang dianut hukum Islam dengan hukum positif. Firman Allah
dalam surat Al-Baqarah, ayat 256 yang artinya:

Artinya: tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

5. Prinsip Persamaan atau Egalite


Prinsip persamaan ini merupakan bagian penting dalam pembinaan dan
pengembangan hukum Islam dalam menggerakkan dan mengontrol sosial, tapi
bukan berarti tidak pula mengenal stratifikasi sosial seperti komunis. Bukti konkrit
dari prinsip egalite dalam hukum Islam adalah penghapusan perbudakan dan
penindasan manusia atas manusia. Dalam konteks sesama muslim, Islam menjamin
bahwa tak ada perbedaan suku Arab dengan suku-suku lainnya. Dalam pandangan
hukum Islam semua manusia diperlakukan sama di mata hukum. Tidak ada yang
didhalimi atau diuntungkan dengan alasan apapun. Rasul dengan tegas menyatakan
“ tidak ada perbedaan antara orang Arab dan orang ajam kecuali amalannya”.
Hukum Islam telah menerapkan apa yang disebut equality before the law sejak
empat belas abad yang lalu jauh sebelum hukum modern. 14. Garansi egalite dalam
alQur.an terdapat dalam Surat al-Hujarat ayat 13, Surat alIsra. ayat 70.

6. Prinsip al-Ta’awun
Prinsip ini memiliki makna saling membantu antar sesama manusia yang
diarahkan sesuai prinsip tauhid, terutama dalam peningkatan kebaikan dan
ketaqwaan. Prinsip ini menghendaki agar orang muslim saling tolong menolong
dalam kebaikan dan ketaqwaan. Prinsip ini merupakan suatu prinsip yang mulia
dan mengandung nilai tinggi dan terabaikan oleh ummat Islam. Pengabaian ini
disebabkan oleh pembekuan daya ijtihad oleh sebagian fuqaha dan bertaqlid
14
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2003), hal. 18
9
kepada warisan lama, menghilangkan kemaslahatan masyarakat dengan aneka
macam adat istiadatnya. Allah berfirman dalam Surat alMujadalah ayat

Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila kamu Mengadakan pembicaraan


rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan
berbuat durhaka kepada Rasul. dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan
takwa, dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan

7. Prinsip Toleransi
Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang menjamin tidak
terlanggarnya hak-hak Islam dan ummatnya, tegasnya toleransi hanya dapat
diterima apabila tidak merugikan agama Islam. Wahbah AlZuhaili, memaknai
prinsip toleransi tersebut pada tataran penerapan ketentuan al-Qur’an dan Hadits
yang menghindari kesempitan dan kesulitan, sehingga seseorang tidak mempunyai
alasan dan jalan untuk meninggalkan syariat ketentuan hukum Islam. Dan lingkup
toleransi tersebut tidak hanya pada persoalan ibadah saja tetapi mencakup seluruh
ketentuan hukum Islam, baik muamalah sipil, hukum pidana, ketetapan peradilan
dan lain sebagainya. Tasamuh atau toleransi dalam hukum Islam lebih Husnul
Fatarib Prinsip Dasar tinggi nilainya dari hanya sekedar rukun dan damai.
Tasamuh yang dimaksudkan adalah tidak memaksakan atau tidak merugikan
sesama. Peringatan Allah berkaitan dengan toleransi dinyatakan dalam Surat al-
Mumtahanah ayat 8 dan 9.

D. Keindahan Hukum Islam


Keindahan yang didapatkan dalam Islam yang membedakan dari agama lain yaitu di
antaranya :
1. Kesederhanaan Konsep Tuhan
Tauhid dalam Islam berfokus pada keesaan Allah dan tanpa perantara untuk bertobat.
Allah SWT berfirman dalam Alquran yang artinya:
Katakanlah (Muhammad),
“Siapakah Tuhan langit dan bumi?”
Katakanlah,“Allah.” Katakanlah, “Pantaskah kamu mengambil pelindung-pelindung
selain Allah, padahal mereka tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak
mudarat bagi dirinya sendiri?”

10
Katakanlah, “Samakah orang yang buta dengan yang dapat melihat?
Atau samakah yang gelap dengan yang terang? Apakah mereka menjadikan sekutu-
sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan
itu serupa menurut pandangan mereka?”
Katakanlah,“Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia Tuhan Yang Maha Esa,
Mahaperkasa.” (Q.S. Ar-Ra'd:16)

2. Konsep Ibadah yang Jelas


Islam adalah cara hidup yang lengkap, dan karenanya mengharuskan orang-orang
beriman untuk mengikuti ajaran Alquran dan Sunnah dalam segala hal, termasuk cara
beribadah. Islam mengatur kehidupan manusia di semua tingkatan. Semua aktivitas
adalah bentuk ibadah, asalkan dilakukan sesuai dengan petunjuk dan petunjuknya.
Allah telah memberi tahu kita bagaimana menyembah-Nya, dan memberi Nabi
Muhammad wahyu, dan menjadikannya guru yang sempurna bagi kita. Cara ibadah
seorang Muslim didefinisikan dengan jelas di dalam Alquran dan Sunnah.

3. Hubungan Pribadi dengan Allah


Setiap individu memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Tidak ada mediator untuk
berbicara atas nama-Nya dan jika seseorang membutuhkan sesuatu, hanya harus
meminta kepada Allah secara langsung. Hubungan dengan tuhan adalah masalah
pribadi, dan tidak ada orang lain yang memiliki kemampuan untuk mengganggu hidup
Anda, dan hubungan Anda dengan Pencipta Anda. Allah maha penyayang dan lebih
penyayang dan baik daripada seorang ibu bagi anaknya. Cintanya tidak bisa
dibandingkan dengan yang lain untuk ciptaan-Nya. Kita berbicara sebagai individu,
langsung kepada-Nya.
Allah berfirman yang artinya:

"Dan Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh
jiwanya kepadanya, dan Kami lebih dekat dengannya daripada urat lehernya." (Q.S.
Qaf :16)
4. Alquran Panduan Hidup Umat Manusia
Alquran adalah wahyu ilahi yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
instruksi manual bagi kita yang memberi tahu bagaimana menjalani hidup. Islam
adalah cara hidup, dan tidak ada yang layak untuk memberi tahu kita apa yang baik

11
atau berbahaya bagi kita selain Allah, lagipula Dia menciptakan kita, dan Dia tahu
yang terbaik.
Allah berfirman:
"Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri." (Q.S. An-Nahl: 89)

E. Kaidah-kaidah Hukum Islam


Kaidah-kaidah hukum islam atau al-Qawa'id al-fiqhiyyah berarti dasar-dasar fikih
yang bersifat umum dan bersifat ringkas berbentuk undang-undang yang berisi
hukum-hukum syara'. Kaidah hukum bisa diartikan sebagai kumpulan peraturan yang
telah secara resmi dibuat oleh pemegang kekuasaan atau institusi yang memiliki
kewenangan, yang pemberlakukannya bersifat mengikat kepada setiap orang, yang
secara umum dilengkapi dengan sanksi jika terjadi pelanggaran.

F. Hukum Islam Antara Positivisme Dan Idealisme

Dalam teori hukum, positivisme dan idealisme digambarkan saling bertentangan.


Teori-Teori idealistik didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan dan amat berkaitan
dengan “hukum yang seharusnya”. Filsafat hukum idealis menggunakan metode
deduksi dalam menarik hukum dari azaz-azaz yang didasarkan manusia sebagai
makhluk etis sosial. Sementara itu Teori positivistik diilhami oleh pandangan-
pandangan tentang hukum yang bertentangan. Paham positivisme analitik tidak
mempermasalahkan dasar kaidah-kaidah hukum tetapi mengkonsintrasikan diri pada
analisis konsep-konsep dalam hubungan-hubungan hukum dengan pemisahan ketat
antara kenyataan (das sein) dengan hal yang diharapkan (das sollen) karenanya ia
dipisahkan dari keadilandan etika. Namun demikian, hukum alam hadir sebagai
hukum yangb idealdan lebih tinggi untuk digunakan sebagai standar keadilan. Akan
tetapi karena didasarkan pada akal yang selalu berubah, ia tidak bisa bertopang pada
dirinya sendiri dan akhirnya hancur. Positivisme pragmatis memandang fakta sosial
sebagai unsur yang menentukan konsep hukum, karena ia mementingkan hukum yang
seharusnya. Ia menganggap bahwa hukum tunduk kepada masyarakat, yang
karenanya konsep hukum terus mengalami perubahan sesuai dengan perubahan dalam
masyarakat yang lebih cepat berubah daripada hukum. Positivisme merupakan korban

12
ketegangan konflik, positivisme analitik dan pragmatik merupakan kubu-kubu yng
terpisah dalam konsep hukum mereka. Perbedaan ini disamping yang lain, membuat
positivisme Teori yang kontradiksi dalam dirinya sendiri.15

Sebagai perintah Tuhan, penguasa tetinggi berubah, syariat adlah hukum positif, dan
karna keadilan menjadi tujuan puncaknya, syariat ideal. Tetaplah penyataan bahwa
hukum Islam itu adalah “Hukum positif dalam bentuk ideal 16”. Positivisme dan
Idealisme dalam hukum Islam benar-benar harmonis antara satu sama lain. Pernyataan
ini sesuai dengan firman Allah dalam surah al-Shura’ ayat 17

Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan)


neraca (keadilan). dan tahukah kamu, boleh Jadi hari kiamat itu (sudah) dekat

24 Surah al-Shams ayat 7-10

Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada


jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya17.Dengan demikian hukum Islam, merupakan hukum yang
bersumberkan dari wahyu Tuhan sekaligus melibatkan penalaran dan analisis manusia
yang memahami wahyu itu. Ijtihad yang dilakukan oleh Jurist muslim merupakan
bukti kongkrit keterlibatan manusia dalam menggali hukum yang hidup dalam
masyarakat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
15
Djamil, Filsafat Hukum Islam. 60
16
Ibid., 63
17
Ibid., (91) al-Shams: 7-10
13
Syariah menurut akar katanya yaitu syara yang berarti jalan menuju sumber air.
Sedangkan menurut istilah yaitu hukum yang di atur oleh ALLAH SWT. Untuk
hambanya melalui lisan para rosul.Para rosul menyapaikan pada umatnya untuk di
amalakan dalam kehidupan sehari-hari.
Fiqh adalah titah Allah yang berkenaan dengan perbuataan orang orang mukallaf.
Sifat dan karekteristik hukum islam yaitu takaful, elastis, wasathiyah, universal dan
dinamis.
Ada 7 prinsip hukum islam yaitu : prinsip tauhid, prinsip keadilan, prinsip amar
makruf nahi munkar, prinsip kemerdekaan, prinsip egalite atau persamaan , prinsip al
ta’awun , dan prinsip toleransi.

B. Saran
Penulis memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber
sertakritik yang membangun dari para pembaca tentunya masih menyadari jika
makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Penulisan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud.. Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia. Cet. XVI; Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2011

Djamil, Fathurahman. Filsafat Hukum Islam. Cet. I Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Fathurrahman djami, Filsafat Hukum Islam: bagian pertama, logos wacana ilmu, Jakarta.

Hasbi Ash Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001.

Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, Bandung: LPPM, 1995.

Sobhi Mahmasani, Filsafat Hukum Dalam Islam, terj. Ahmad Sujdono, Bandung: Al-Ma.rif,
tth

Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqih Maqashid Syariah, terj: Arif Munandar, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2007.

https://media.neliti.com/media/publications/288541-memahami-konsep-syariah-fikih-hukum-
dan-7029c398.pdf

https://www.scribd.com/document/537791638/fhi

Anda mungkin juga menyukai