Anda di halaman 1dari 14

SYARIAH ISLAM DAN SUMBER-SUMBERNYA

Disusun Oleh :
Muhamad Rivo Alpiero 2119100
Ayu Nasriyani 2119097
Aulia Shobrina 2119068
Ekonomi Manajemen B
Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Jakarta

2019/2020

1
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan islam
kepada kita dan juga yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada nabi adam dan
keturunannya, shalawat serta salam selalu tercurah kan kepada Rasulullah SAW yang telah
membawa umat manusia dari zaman kebodohan hingga ke zaman cahaya keilmuan.
Saya selaku penyusun mengucapkan syukur atas selesainya makalah ini. Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi. Namun
penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penyusun
hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Jakarta.

Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen penyusun meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Jakarta, 28 September 2019

Penyusun

2
Daftar Isi

COVER………………………………………………………..….1
KATA PENGANTAR.…………………………………………...2
DAFTAR ISI………………………………...………………...….3

BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………….....4
Rumusan Masalah…………………………………………………4
Tujuan Pembahasan…………………………………………….….4

BAB II. PEMBAHASAN


Definisi Syariah Islam…………………....………………….……5
Definisi Fiqih…………………………...................................……6
Perbedaan Syariah dan Fiqih…….……........................………...6-7
Sumber Syariah Islam ……………………………....…………8-10

BAB III. PENUTUP


Kesimpulan…………………………………………………........11
Daftar Pustaka……………………………………………………12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan
segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa
dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan
dzat Allah SWT yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus
mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai
dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan
kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan
Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif
(Quraniyah dan Kauniyah).
Sebagian dari syarah terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus
maupun ibadah umum. Sumber syariah adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah
Sebagian dari syariah terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus maupun
ibadah umum. Sumber syariah adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan hal-hal
yang belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut digunakan ra’yu
(Ijtihad). Syariah dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang telah tertanam
Aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan syariah hidup kita akan selamat
dunia dan akhirat.
2. Rumusan Masalah
 Pengertian Syariah Islam
 Pengertian Fiqih
 Perbedaan Syariah dan Fiqih
 Sumber Syariah Islam
3. Tujuan Pembahasan
 Untuk Mengetahui dan Memahami Definisi Syariah Islam dan Fiqih
 Untuk Mengetahui Perbedaan Syariah dan Fiqih

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Syariah Islam

Definisi Syariah

Secara etimologis, kata syariat, (dalam bahasa Arab, aslinya, syarî’ah/ ‫ )شريعة‬berasal
dari kata syara’a ( ‫ )شرع‬yang berarti jalan menuju mata air.

Dalam istilah Islam, syari’ah berarti jalan besar untuk kehidupan yang baik, yakni nilai-nilai
agama yang dapat memberi petunjuk bagi setiap umat manusia.

Syariat atau ditulis juga syariah, secara harfiah adalah jalan ke sumber (mata) air
yakni jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap Muslim. Menurut istilah para ulama syariah
adalah hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah untuk hamba-hamba Nya yang dibawa oleh
nabi-Nya SAW baik hukum-hukum tersebut berhubungan dengan cara-cara bertingkah laku
yaitu yang disebut dengan hukum-hukum cabang (Furu). Syariat merupakan jalan hidup
Muslim. Syariat memuat ketetapan-ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, baik berupa
larangan maupun berupa suruhan, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
Syariah juga mencakup cara-cara beritikat yang benar yaitu yang disebut dengan hukum-
hukum pokok dan i’tiqodiah.

“Kemudian kami jadikan kamu diatas suatu syariat (suatu peraturan) dari
urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu dan jangan kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengatahui.” (QS Al Jatsiyah 18)

Makna syari’ah pada ayat ini adalah peraturan atau tata cara beragama.Dari ayat tersebut
dapat disimpulkan kata syari’ah bermakna peraturan, agama dan tata cara beribadah.

Ketentuan-ketentuan sebagaimana dirumuskan dalam syariah, wajib dipatuhi. Orang


Islam yakin bahwa ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam syariah itu adalah ketentuan
Allah SWT yang bersifat universal, oleh karena itu merupakan hukum bagi setiap kompone
dalam satu sistem. Hal ini berarti bahwa setiap ketentuan yang ditinggalkannya atau
dilanggar bukan saja akan merusak lingkungannya tetapi juga akan menghilangkan fungsi
parameter dalam komponen atau fungsi komponen dalam sistem. Sebagai contoh, seseorang
menyalahi janji, berdusta, zina, mencuri, korupsi, dan lain-lain. Dalam syariah Islam ada
istilah rukshoh (keringanan) apabila seseorang tidak dapat melaksanakan kewajibannya
secara normal, maka ia boleh melaksanakannya dengan cara lain sesuai dengan kekuatan,
kemungkinan, dan kondisi, seperti sholat sambil duduk

5
2. Definisi Fiqih

Definisi Fiqih

Secara lughawi (semantis), kata fikih berasal dari bahasa Arab, fiqh/ ‫ فقـه‬bermakna
mengetahui sesuatu dan memahaminya dengan baik. Di beberapa tempat, al-Qur`an
menggunakan kata ”faqiha/ ‫ ”فقـه‬yang berarti pemahaman.

Sedangkan menurut istilah fiqh berarti sekelompok hukum tentang amal perbuatan
manusia yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.

Di dalam bahasa arab, perkataan Fiqh yang ditulis Fiqih atau kadang-kadang fekih setelah
diIndonesiakan, artinya paham atau pengertian. Sedangkan, Fiqih menurut bahasa berarti
paham terhadap tujuan seseorang pembicara. Menurut istilah ialah mengetahui hukum-hukum
syara yang amaliyah (mengenai perbuatan perilaku) dengan melalui dalil-dalilnya yang
terperinci.

Fiqih adalah ilmu yang dihasilkan oleh pikiran serta ijtihad (penelitian) dan
memerlukan wawasan serta perenungan. Atau ilmu fiqih adalah ilmu yang mempelajari atau
memahami syariat dengan memusatkan perhatiannya pada perbuatan (hukum) manusia
mukallaf, yaitu manusia yang berkewajiban melaksanakan hukum Islam karena telah dewasa
dan berakal sehat. Orang yang ahli didalam fiqih disebut dengan Faqih atau dengan
menggunakan bentuk jama dsebut fuqohah.

3. Perbedaan Syariah dan Fiqih

 Perbedaan antara keduanya adalah sebagai berikut :


 Kalau kita berbicara tentang syariah, yang dimaksud adalah wahyu Allah dan sunnah
Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Kalau kita berbicara tentang fiqih, yang
dimaksud adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat tentang syariah dan
hasil pemahaman itu.
 Syariah bersifat fundamental dan mempunyai ruang-lingkup yang lebih luas karena ke
dalamnya, oleh banyak ahli, di masukkan jug akidah dan akhlak. Fiqih bersifat
instrumental, ruang-lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan
manusia, yang biasanya disebut sebagai perbuatan hukum.
 Syariah adalah ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, karena itu berlaku abadi,
fiqih adalah karya manusia yang tidak berlaku abadi, dapat berubah dari masa ke
masa.
 Syariah hanya satu sedangkan fiqih mungkin lebih dari satu seperti (misalnya) terlihat
pada aliran-aliran hukum yang disebut dengan istilah mazahib atau mazhab-mazhab
itu.
 Syariah menunjukkan kesatuan dalam Islam, sedang fiqih menunjukkan
keagamaannya.

6
 Syariah bersumber dari Al-Qur’an Hadis serta kesimpulan-kesimpulan yang diambil
dari keduanya, sedangkan fiqih bersumber dari para Ulama dan ahli Fiqh, tetapi tetap
merujuk pada AlQur›an dan Hadis.
 Syariah hukumnya bersifat Qat’i (Pasti), Fiqih hukumnya bersifat zanni (dugaan)
 Syariah tidak ada campur tangan manusia (ulama) dalam menetapkan hukum,
sedangkan Fiqih adanya campur tangan (ijtihad) para Ulama dalam penetapan
pelaksanan hukum

Perbedaan dalam objek


Syariah Objeknya meliputi bukan saja batin manusia akan tetapi juga lahiriah manusia
dengan Tuhannya (ibadah)
Fiqih Objeknya peraturan manusia yaitu hubungan lahir antara manusia dengan manusia,
manusia dengan makhluk lain.
Perbedaan dalam Sumber Pokok
Syariah Sumber Pokoknya ialah berasal dari wahyu ilahi dan atau kesimpulan-kesimpulan
yang diambil dari wahyu.
Fiqih Berasal dari hasil pemikiran manusia dan kebiasaan-kebiasaan yang terdapat dalam
masyarakat atau hasil ciptaan manusia dalam bentuk peraturan atau UU
Perbedaan dalam Sanksi
Syariah Sanksinya adalah pembalasan Tuhan di Yaumul Mahsyar, tapi kadang-kadang tidak
terasa oleh manusia di dunia ada hukuman yang tidak langsung
FiqihSemua norma sanksi bersifat sekunder, dengan Menunjuk sebagai Pelaksana alat
pelaksana Negara sebagai pelaksana sanksinya.

PERBEDAAN POKOK

Syariah

 Berasal dari Al-Qur'an dan As-sunah


 Bersifat fundamental
 Hukumnta bersifat Qath'i (tidak berubah)
 Hukum Syariatnya hanya Satu (Universal)
 Langsung dari Allah yang kini terdapat dalam Al-Qur'an

Fiqih
 Karya Manusia yang bisa Berubah
 Bersifat Fundamental
 Hukumnya dapat berubah
 Banyak berbagai ragam
 Bersal dari Ijtihad para ahli hukum sebagai hasil pemahaman manusia yang
dirumuskan oleh Mujtahid

7
4. Sumber Syariah Islam

1. Al-Quran

Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau qur’anan yang
berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara
terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan
penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik, Alquran adalah
Kalamulllah yang diturunkan pada rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat dan
diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah.

Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain:

 Tauhid, yaitu kepercayaan ke-esaann Allah SWT dan semua kepercayaan yang
berhubungan dengan-Nya
 Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari kepercayaan ajaran
tauhid
 Janji dan ancaman, yaitu janji pahala bagi orang yang percaya dan mau mengamalkan
isi Alquran dan ancaman siksa bagi orang yang mengingkari.
 Inti sejarah, sebagai tuntutan dan tauladan bagi orang-orang yang hendak mencari
kebahagiaan dan meliputi tuntutan akhlak. Seperti orang-orang yang mengingkari
agama Allah dan hukum-hukumnya.

Kisah umat terdahulu, seperti para Nabi dan Rasul dalam menyiaran syariat Allah SWT
maupun kisah orang-orang saleh ataupun kisah orang yang mengingkari kebenaran Alquran
agar dapat dijadikan pembelajaran.

Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:

1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah


manusia dengan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan.
Hukum ini tercermin dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu
Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.

8
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia
dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan
lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut
hukum syara/syariat. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia
dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini
tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu
Akhlaq atau Tasawuf.

Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:

1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah
SWT,misalnya salat, puasa, zakat, dan haji
2. Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia dan
alam sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum muamalat adalah sebagai berikut:
 Hukum munakahat (pernikahan).
 Hukum faraid (waris).
 Hukum jinayat (pidana).
 Hukum hudud (hukuman).
 Hukum jual-beli dan perjanjian.
 Hukum tata Negara/kepemerintahan
 Hukum makanan dan penyembelihan.
 Hukum aqdiyah (pengadilan).
 Hukum jihad (peperangan).
 Hukum dauliyah (antarbangsa).

2. Hadist (sunnah)

Kedudukan Hadist sebagai sumber ajaran Islam selain didasarkan pada keterangan ayat-ayat
Alquran dan Hadist juga didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat. Yakni
seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib mengikuti hadis, baik pada masa
Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat.

Menurut bahasa Hadist artinya jalan hidup yang dibiasakan terkadang jalan tersebut ada
yang baik dan ada pula yang buruk. Pengertian Hadist seperti ini sejalan dengan makna hadis
Nabi yang artinya : ”Barang siapa yang membuat sunnah (kebiasaan) yang terpuji, maka
pahala bagi yang membuat sunnah itu dan pahala bagi orang yang mengerjakanny; dan

9
barang siapa yang membuat sunnah yang buruk, maka dosa bagi yang membuat sunnah yang
buruk itu dan dosa bagi orang yang mengerjakannya.

Menurut istilah ialah perkataan Nabi Muhammad SAW.,perbuatannya dan keterangannya


yaitu sesuatu yang dikatakan atau diperbuat oleh sahabat dan ditetapkan oleh Nabi tiada
ditegurnya sebagai buktu bahwa perbuatan itu tiada terlarang hukumnya.

Sementara itu Jumhurul Ulama atau kebanyakan para ulama ahli hadis mengartikan Al-Hadis,
Al-Sunnah, Al-Khabar dan Al-Atsar sama saja, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad Saw, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun ketetapan. Sementara
itu ulama Ushul mengartikan bahwa Al-Sunnah adalah sesuatu yang berasal dari Nabi
Muhammad dalam bentuk ucapan, perbuatan dan persetujuan beliau yang berkaitan dengan
hukum.

Sebagai sumber ajaran Islam kedua, setelah Alquran, Hadist memiliki fungsi yang pada
intinya sejalan dengan alquran. Keberadaan Al-Sunnah tidak dapat dilepaskan dari adanya
sebagian ayat Alquran :

1. Yang bersifat global (garis besar) yang memerlukan perincian;


2. Yang bersifat umum (menyeluruh) yang menghendaki pengecualian;
3. Yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang menghendaki pembatasan; dan ada pula
4. Isyarat Alquran yang mengandung makna lebih dari satu (musytarak) yang
5. Menghendaki penetapan makna yang akan dipakai dari dua makna tersebut; bahkan
terdapat sesuatu yang secara khusus tidak dijumpai keterangannya di dalam Alquran
yang selanjutnya diserahkan kepada hadis nabi.

Pembagian sunnah :
1. Sunnah qauliyah (perkataan nabi)
2. Sunnah fi’liyah (perbuatan nabi)
3. Sunnah taqririyah (ketetapan nabi)
4. Sunnah hamiyah (rencana nabi yang belum terlaksanakan)

10
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Syariat adalah hukum-hukum (peraturan) yang diturunkan Allah Subhaanahu wata’ala.


melalui rasul-rasulNya yang mulia, untuk manusia, agar mereka keluar dari kegelapan ke
dalam terangnya cahaya hidayah, dan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus. Prinsip
dalam syariat diantaranya adalah :

a. Tidak Mempersulit (‘Adam al-Haraj)

b. Mengurangi Beban (Taqlil al-Taklif)

c. Penetapan Hukum secara Periodik

d. Sejalan dengan Kemaslahatan Universal

e. Persamaan dan Keadilan (al-Musawah wa al-Adalah)

Pandangan orang liberal bahwa hukum Islam yang ada sekarang tidak sensitif dan responsif
terhadap perkembangan zaman. Berdasarkan hal ini, katanya, maka adalah salah besar bagi
mereka untuk mengadopsi dan selanjutnya mengaplikasikan hukum ini pada zaman sekarang,
karena ia sudah tidak sesuai lagi.

Pandangan orang liberal tersebut adalah bathil karena Tujuan syariat menurut Fakhruddin al-
Razi dalam tulisannya, dia menyatakan bahwa: “ tujuan utama seluruh hukum yang
diperintahkan Allah adalah untuk memelihara dan menjaga kemaslahatan (masalih).” (Al-
Mahsul, 1992, 6:165). Ibn Taymiyah juga menekankan hal yang sama: “Bahwa Syariat hadir
untuk menjamin kemaslahatan dan menghindarkan kerusakan.” (Majmu’ Fatawa, t.t., 20: 48).
Yang lebih penting, konsep syariat Islam lebih mengedepankan konsep keadilan, dan
pencegahan, ketimbang sanksi hukuman. Pada akhirnya, sukses-tidaknya suatu penerapan
hukum, juga ditentukan oleh kualitas takwa para hakim, penguasa, dan juga rakyat. Wallahu
a’lam bil-shawab.

Fikih (Bahasa Arab: ‫ ;فقه‬transliterasi: Fiqih) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat
Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia
dengan Tuhannya. Beberapa ulama fikih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fikih
sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.

11
Daftar Pustaka

Buku Ilmu Fiqih karangan Prof. H. A. Djazuli Hal 2&5


Buku Hukum Islam karangan Prof. Hj. Mohammad Daud Ali, S.H hal 46-50
https://www.bacaanmadani.com/2018/04/perbedaan-fiqih-dengan-syariahdan.html

https://abahsyahida.wordpress.com/2017/10/12/pengertian-fiqih-ushul-fiqih-syariah-siyasah/

12
Contoh

Syariah : Shalat, Zakat, Haji dan Wuquf Arafah, Nikah

Fiqih : qunut, bacaan doa iftitah, jumlah nisab, takaran, kapan waktu lempar jumrah, jenis
maharPoligamiwaktu dan durasi giliran bermalam

Pengertian Syari’ah

Syari’ah menurut bahasa memilki beberapa makna antaranya adalah al warid yang berarti jalan. Al
Raghib menyatakan syariah adalah metode atau jalan aku syariah kan padanya sebuah jalan.

Secara istilah syari’ah adalah seperangkat norma yang mengatur masalah-masalah bagaimana tata
cara beribadah kepada Allah SWT, serta bermuamalah sesama manusia.

Secara etimologis, kata syariat, (dalam bahasa Arab, aslinya, syarî’ah/ ‫ )شريعة‬berasal dari kata syara’a
( ‫ )شرع‬yang berarti jalan menuju mata air.

Dalam istilah Islam, syari’ah berarti jalan besar untuk kehidupan yang baik, yakni nilai-nilai agama
yang dapat memberi petunjuk bagi setiap umat manusia.

Fikih secara istilah mengandung dua arti:

 Pengetahuan tentang hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan perbuatan dan perkatan
mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syariat agama), yang diambil dari dalil-
dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash-nash Al-Qur’an dan as sunnah serta yang
bercabang darinya yang berupa ijma’ dan ijtihad.
 Hukum-hukum yang berasal dari interpretasi hukum syara itu sendiri.

Perbedaan syari’ah dan fikih

 Syari’ah identik dengan wahyu Allah, sedangkan fikih adalah produk fuqaha atau mujtahid
 Syari’ah memiliki nilai kebenaran mutlak, sedangkan fikih sebagai produk memiliki
kebenaran relatif dan zanni (bersifat perkiraan)
 Syari’ah adalah sasaran untuk dipahami dalam rangka untuk dipraktekan, sedangkan fikih
sebagai proses adalah upaya memahami syari’ah untuk dipraktekan
 Syari’ah tidak akan berubah, sedangkan fikih bisa berubah sesuai kebutuhan ummat dalam
konteks perkembangan waktu dan tempat
 Pembuat syari’ah adalah Allah disebut syari’ sedangkan pembuat fikih adalah fuqaha yang
merupakan manusia

Persamaan Syari'ah dan Fiqih

Syariah dan Fiqih , adalah dua hal yang mengarahkan kita ke jalan yang benar . Dimana , Syariah
bersumber dari Allah SWT, Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW, dan Hadist. Sedangkan Fiqh
bersumber dari para Ulama dan ahli Fiqh , tetapi tetap merujuk pada Al-Qur'an dan Hadist .

Sumber Syariah

Sumber Syariat Islam Ada 5 (lima) sumber syariah Islam yaitu Al-Qur'an, hadits Nabi, ijma', qiyas
(analogi) dan ijtihad.

13
1. AL-QURAN Al-Quran merupakan sumber pertama dan utama dari syariah. Al-Quran
menjelaskan dasar-dasar syariah seperti aqidah, ibadah, dan muamalah baik secara rinci (tafshil)
maupun global (ijmal). Al-Quran menurut ulama syariah bersifat pasti ketetapannya. Akan tetap
dalam soal dalil Quran dalam kaitannya dengan hukum maka ia adakalanya bersifat pasti (qath'i)
adakalanya bersifat dzanni (tidak pasti). Dalil Quran bersifat pasti dalam situasi di mana kata atau
teks dalam ayat Quran hanya mengandung satu makna dan pemahaman. Dalil Quran bersifat
dzanni apabila teks dalam Quran mengandung lebih dari satu makna.
2. AL-HADITS (AS-SUNNAH) Hadits adalah sumber kedua dalam syariah Islam. Ulama hadits
(muhaddits) telah mengumpulkan hadits-hadits Nabi yang tersusun dalam sejumlah kitab hadis
seperti Sahih Bukhari, Sahih Muslim dan kitab hadits yang lain seperti Muwatta' Malik, Sunan
Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, dan lain-lain. Dari segi sanad (perawi hadits), hadits terbagi
menjadi tiga bagian menurut madzhab Hanafi yaitu hadits mutawatir, masyhur, dan ahad.
Sedangkan menurut jumhur (mayoritas) ulama, hadits terbagi menjadi dua yaitu mutawatir dan
ahad

Sunnah dibagi 4 :

1. Sunnah quliyah :perkataan/ucapan nabi yang menerangkan hukum-hukum agama dan maksud
isi al-qur’an dan berisis peradaban,hikmah,ilmu pengetahuan dan mengajurkan akhlak mulia.
2. Sunnah fi’liyah : perbuatan nabi yang menerangkan cara melaksanakan ibadah(cara
berwudhu,sholat dsb)
3. Sunnah taqririyah : ketetapan nabi , jika nabi mendengar sahabat mengatakan suatu perkataan
dan nabi melihat mereka melakukan suatu perbuatan, kemudian ditetapkannya dan dibiarkan
oleh nabi dan tidak ditegur/dilarngnya. Orang yang tunduk pada syara’ bukan kafir/munafik .
(zikir dengan suara keras setelah shalat, mempergunakan uang yang dibuat orang kafir)
4. Sunnah hamiyah : rencana nabi yang belum terlaksana (puasa sunnah 9 muharram)
3. IJMA’ Ijmak adalah sumber ketiga dari syariah Islam. Ijmak adalah kesepakatan mayoritas ulama
mujtahid atas suatu masalah hukum berdasarkan pada dalil Quran dan hadits yang berkenaan
denga suatu hukum. Ada setelah nabi meninggal.
4. QIYAS (ANALOGI) Qiyas merupakan sumber keempat syariah Islam. Qiyas adalah
menganalogikan suatu perkara, yang tidak disebut secara tersurat dalam Quran, hadits dan Ijmak,
dengan perkara lain yang status hukumnya jelas tersebut dalam Quran, hadits atau ijmak karena
adanya persamaan dalam sebab hukumnya/menyamakan sesuatu dengan sesuatu.(zakat,qurban)
5. IJTIHAD Ijtihad adalah sumber kelima syariah Islam. Ijtihad adalah usaha yang dilakukan
seorang ulama atau beberapa ulama untuk menghasilkan hukum atas suatu masalah tertentu yang
tidak pernah disebut atau dibahas dalam Quran, hadits, ijmak. Seperti masalah-masalah baru.
Ulama mensyaratkan sejumlah syarat pada mereka yang berhak menjadi mujtahid karena tidak
semua orang memiliki kompetensi dan kapabilitas untuk melakukan ijtihad.

14

Anda mungkin juga menyukai