Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SYARIAH ISLAM DAN KEDUDUKANNYA DALAM


KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Agama
Dosen Pengampu : Wahyu Nafilatul Azizah, M.Pd.I

Oleh :
Agnes Salsa Ariani (419009)
Anjani Vanidhatul Lila Galuh (419030)

KELAS BROADCASTING 3
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
SEKOLAH TINGGI TEKNIK MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segalala rahmat serta hidayah-Nya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan laporan pratikum untuk mata kuliah Agama.
Penyusun mengulas beberapa materi mengenai materi tentang Syariah Islam
dan kedudukannya dalam Kerangka Dasar Ajaran Islam. Dalam laporan ini juga ada beberapa
catatan dan pembahasan yang dikemas dengan singkat dan padat hingga dapat memudahkan
pembaca dalam memahami isi laporan.
Penyusun menyadarimasih banyak kekurangan yang memerlukan koreksi. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun akan penyusun terima
sebagai refrensi. Penyusun mengharapkan laporan pratikum ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi siapa daja yang membacanya khususnya mahasiswa.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
1.4 Manfaat .............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kerangka Dasar Ajaran Islam..........................................................3
2.2 Pengertian Syari’ah............................................................................................3
2.3 Ruang Lingkup Syari’ah....................................................................................4
2.4 Prinsip – Prinsip Dasar Ibadah Muamalah........................................................5
2.5 Karakteristik Syari’ah Islam..............................................................................5
2.6 Asas – Asas Syari’ah Islam...............................................................................10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................................12
3.2 Saran..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa ini, banyak sekali permasalahan-permasalahan fundamental yang terjadi dalam
praktek ibadah seorang muslim. Salah satu permasalahan fundamental yang kian
menjamur adalah menyangkut praktek dasar ajaran Islam. Dasar ajaran Islam yang terdiri
dari aqidah, syari‟ah, dan akhlak sering sekali dilupakan keterkaitannya. Contohnya:
seseorang melaksanakan shalat, berarti dia melakukan syari‟ah. Tetapi shalat itu
dilakukannya untuk membuat kagum orang-orang di sekitarnya. Karena shalat itu
dilakukannya bukan karena Allah SWT, maka shalat itu tidak bermanfaat bagi dirinya
sendiri ataupun orang lain. Itulah yang menjadikan suatu perbuatan yang seharusnya
mendapat ganjaran pahala, tapi malah menjadi suatu kesia-siaan karena tidak dilakukan
semata-mata karena Allah. Kedudukan Syari’ah dalam ajaran Islam adalah sebagai bukti
aqidah. Setiap detik kehidupan manusia diisi dengan perbuatanperbuatan. Perbuatan-
perbuatan itu dilandasi akar keyakinan hati akan tunduk dan patuh secara sukarela pada
kehendak Tuhan (aqidah). Buah dari perbuatan itu dinamai akhlaq. Dengan penyusunan
makalah ini, penulis berharap dapat menegaskan kembali mengenai kerangka dasar ajaran
Islam yang menyangkut pada syari’ah islam.
1.2 Rumusan masalah
1. Pengertian Kerangka Dasar Ajaran Islam
2. Pengertian Syari’ah
3. Ruang Lingkup Syari’ah
4. Prinsip-prinsip Dasar Ibadah dan Muamalah
5. Karakteristik Syariah Islam
6. Asas-asas Syariah Islam

1
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang syariah islam dan
kedudukannya dalam kerangka dasar ajaran islam, memahami informasi seputar syariah,
untuk mengetahui prinsip ibadah muamalah, serta mengetahui tentang Kedudukan Syari’ah
dalam Pokok Ajaran Islam

1.4 Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah untuk mengetahui syari’ah islam dan kedudukannya dalam
kerangka dasar ajaran islam, dan memahami prinsip dasar ibadah muamalah, dan
karakteristik syari’ah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kerangka Dasar Ajaran Islam


Kerangka dasar dapat diartikan sebagai garis besar suatu pembicaraan atau rute
perjalanan yang akan ditempuh atau bagian-bagian pokok yang menyangga suatu
bangunan (AS Hornby, 1987:804 dan John M. Echols dalam Hassan Shadily, 1987:255)
Ajaran Islam ialah sekumpulan pesan ketuhanan yang diterima oleh Nabi Muhammad
SAW (571-632 M) untuk disampaikan kepada manusia sebagai petunjuk perjalanan
hidupnya semenjak lahir hingga mati (Syaltout, 1983:25). Dengan demikian, pengertian
kerangka dasar ajaran Islam adalah gambaran asli, garis besar, rute perjalanan, atau
bagian pokok dari pesan ketuhanan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada
manusia.
2.2 Pengertian Syari’ah
Syara‟a – Yasyra‟u – Syar‟an artinya membuat undang-undang, menerangkan rute
perjalanan, adat kebiasaan, jalan raya. Syara‟a – Yasyra‟u – Syuruu‟an artinya masuk ke
dalam air memulai pekerjaan, jalan ke air, layar kapal, dan tali panah (Mahmud Yunus,
1989:195). Syari‟ah adalah jalan ke sumber (mata) air. Dahulu orang Arab menggunakan
syari‟ah untuk sebutan jalan setapak menuju sumber (mata) air untuk mencuci atau
membersihkan diri. (Mohammad Daud Ali, 1997:235) Syaria‟ah juga berarti jalan lurus,
jalan yang lempang, tidak berkelok-kelok, jalan raya. Penggunaan kata syari‟ah
bermakna peraturan, adat kebiasaan, undangundang, dan hukum (Ahmad Wason
Munawwir, 1984:762). Dari pengertian di atas Syariah adalah segala peraturan agama
yang telah ditetapkan Allah SWT untuk umat islam, baik dari Al-Qur‟an maupun dari
sunnah Rasulullah SAW, yang diberikan kepada manusia melalui para Nabi agar manusia
hidup selamat di dunia maupun di akhirat. Para pakar hukum Islam memberikan batasan
pengertian “Syariah” yang lebih tegas untuk membedakannya dengan “Ilmu Fiqhi”, yang
diantaranya sebagai berikut:
a. Imam Abu Ishak As-Syatibi dalam bukunya Al-Muwafaqat fi ushulil ahkam
mengatakan, “Bahwasanya arti syari‟ah itu, sesungguhnya, menetapkan batas
tegas bagi orang-orang mukallaf, dalam segala perbuatan, perkataan, dan
akidah mereka.”
b. Syikh Muhammad Ali Ath-thahawi dalam bukunya kassyful istilahil funun
mengatakan, “Syari‟ah ialah segala yang telah diisyaratkan Allah SWT untuk
3
para hamba-Nya, dari hukumhukum yang telah dibawa oleh para Nabi Allah
as. Baik yang berkaitan dengan cara pelaksanaannya, dan disebut dengan
far‟iyah amaliah lalu dihimpun dalam ilmu fiqh atau cara berkaidah yang
disebut pokok akidah, dan dihimpun oleh ilmu kalam, dan syariah ini dapat
disebut juga dengan diin (agama) dan millah.
c. Prof. DR. Mahmud Salthutmengatakan bahwa, “Syari‟ah adalah segala
peraturan yang telah disyariatkan Allah, atau Ia telah mensyariatkan dasar-
dasarnya, agar manusia melaksanakannya, untuk dirinya sendiri, dalam
berkomunikasi dengan Tuhannya, dengan sesama muslim, dengan sesama
manusia, dengan alam semesta,dan berkomunikasi dengan kehidupan.”
Definisi tersebut menegaskan bahwa syari‟ah sama artinya dengan diin (agama) dan
millah. Berbeda dengan ilmu fiqh yang hanya membahas tentang amaliyah hukum
(ibadah). Sedangkan bidang akidah dan hal-hal yang berhubungan dengan alam gaib,
dibahas oleh ilmu kalam atau ilmu tauhid
2.3 Ruang Lingkup Syari’ah
Ruang Lingkup Syari‟ah (Hukum Islam) meliputi hubungan vertikal dengan Allah
(ibadah) dan hubungan horizontal dengan sesama manusia (mu‟amalat).
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT secara vertikal, melalui ibadah, seperti:
 Thaharah (Bersuci diri dari kotoran dan najis), tujuan : membiasakan manusia hidup
bersih agar manusia lain merasa nyaman di tengah-tengah kehadirannya;
 Shalat, tujuan : menanamkan kesadaran diri manusia tentang identitas asal usulnya
dari tanah serta pengualangan janji akan tunduk dan patuh secara sukarela kepada
Allah dalam kurun waktu 24 jam kehidupannya yang dibuktikan dengan tidak
melakukan perbuatan merugikan orang banyak (fahisah) dan lisannya tidak melukai
perasaan orang lain (munkar);
 Zakat, tujuan : membiasakan manusia untuk berbagi dengan manusia lain yang tidak
bekerja produktif (petani, pedagang musiman, tukang becak, dll) yang ada di
lingkungan sekitar tempat tinggalnya;
 Puasa, tujuan : membiasakan manusia untuk jujur pada diri sendiri dan berempati atas
penderitaan orang lain dengan cara meniru sifat-sifat Allah SWT, seperti sifat Allah
SWT yang tidak pernah makan, minum, dan berkeluarga.

4
 Haji, tujuan: mempersiapkan manusia untuk sanggup datang kepada Allah SWT
sendiri-sendiri dengan menanggalkan seluruh kekayaan, ikatan kekerabatan, jabatan
kekuasaan, kecuali amal perbuatan yang telah dilakukannya.
b. Hubungan manusia dengan manusia secara horizontal, seperti :
 Ikatan pertukaran barang dan jasa, tujuan: agar kehidupan dasar manusia yang satu
dengan yang lain dapat tercukupi dengan sportif;
 Ikatan pernikahan; tujuan: melestarikan generasi manusia berdasarkan aturan yang
berlaku;
 Ikatan pewarisan, tujuan: menjamin kebutuhan dasar hidup bagi anggota keluarga
sebagai tanggungan orang yang meninggal dunia;
 Ikatan kemasyarakatan, tujuan: agar terjadi pembagian peran dan fungsi sosial yang
seadil-adilnya atas dasar musyawarah di bawah hukum kemasyarakatan yang dibuat
bersama
 Ikatan kemanusiaan, tujuan: agar terjadi saling tenggang rasa, karya, dan cipta di
antara manusia yang berkaitan
2.4 Prinsip – prinsip Dasar Ibadah Muamalah
Sesuai dengan namanya, ibadah muamalah adalah ibadah yang dilakukan dalam
bentuk menjaga hubungan sesama manusia yang tidak menyalahi aturan Allah. Secara
umum, prinsip dalam ibadah muamalah adalah sebagai berikut:
1. Tidak melakukan jual beli barang yang haram
2. Tidak menipu ataupun memanipulasi takaran, timbangan, dan kualitas barang
3. Tidak melakukan suap, sogok, atau risywah
4. Tidak melakukan kegiatan riba, termasuk bunga

2.5 Karakteristik Syari’ah Islam


Karakteristik syari’ah islam

1. Rabbaniyah (Oricntasi Tuhan)

Aspek-aspek ini sejalan dengan karakteristik utama dan pertama Islam itu sendiri.
Berkenaan dengan hal ini yang menjadi pembeda dan keistimewaan syari'ah islam dari
syari'ah-syari'ah lainnya, qanun wadh'iy (undang-undang buatan manusia), adalah ia
bersifat Rabbaniyah dan bercelupkan diniyah yang terlindungi dan bersifat suci serta
menjadikan pengikutnya memiliki rasa Cinta dan hormat yang bersumber dari keimanan,

5
keluhuran dan keabadian. Rabbaniyah-bentuk mashdar dari "Rabb" yang ditambah "alif"
dan "nun" yang berarti berhubungan dengan Rabb dan manusia yang berpredikat Rabbani
bila ia berhubungan dengan Allah sebagai satu-Satunya Rabb.

Pengaruh dari Rabbaniyah al-Ghayah wa al-Wijhah akan membuankan (tsamarah)


sikap dan mentalitas positif bagi kehidupan manusia. Setidaknya akan membentuk dan
membuahkan :

a. Pengetahuan tentang tujuan keberadaan manusia

Di sinilah krisis kemanusiaan modern yang ditengarai dengan krisis makna dan
eksistensi hidup untuk mendapatkan Jawabannya. Dengan karakter Rabbaniyah
manusia akan memahami eksistensi, orientasi perjalanan hidupnya, mengenal misi
(risalah) hidupnya. Hilangnya dimensi metafisik (ghaibiyyah) manusia akan dianggit
kembali dengan bempegang pada Syaritah Isiam. Dengan demikian semakin jelas
bahwa penghargaan dan pengakuan atas eksistensi manusia menjad alasan penting
seseorang yang hidup secara Rabbaniyah. la tidak hidup dalam bayangan dan tidak
akan berjalan tanpa tujuan.

b. Manusia akan mengikuti fitrahnya

Salah satu faidah Rabbaniyah adalah manusia rmengikuti fitrahnya yang hakikatnya
senantiasa beriman kepada Allah. Ini bisa dimengerti karena manusia dalam
fitrahnya, sebagaimana alam semesta yang senantiasa bersikap Rabbaniyah yang
bertasbih dengan memuji Allah. Adapun munculnya sikap dan mental manusia yang
senantiasa berbuat mafsadat dikarenakan fitrahnya tertimpa atau tertutup oleh
kecenderungan terhadap yang fujur (sebagai lawan dari kecenderungan Taqwa).

c. Keselamatan jiwa dari perpecahan dan konflik bathin

Bahwa adanya split personality dan keterpecahan jiwasehingga hidupnya tidak tenang
dan tentram merupakan akibat dari manusia yang terbagi dan terbagi diantara
berbagai tujuan dan arah. Islam dengan tegas hanya membatasi tujuan manusia
berkisar pada satu tujuan yakni ridlo Allah serta mengkonsentrasikannya pada satu
obsesi yakni beramal sesuai dengan ridlo Allah. Ketentraman jiwa manusia segera

6
akan terbentuk dengan adanya tujuan dan orientasi tersebut. Dengan demikian maka
manusia dapat dengan mudah dari mana harus memulai kemana dan bersama siapa
d. Terbebas dari penghambaan terhadap egoisme ananiyah dan hawa nafsu

Sifat rabbaniyah yang telah mengakar mantap dalam jiwa yang terdalam akan
membebaskan manusia dari egoisme ananiyah, nafsu syahwatan. Kenikmatan fisik
dan dari ketertundukan pada duniawi. Manusia yang Rabbani keimanan pada Allah
dan tujuan akhirnya akan memposisikan manusia yang akan dapat
mempertimbangkan antara kesukaan pribadi dan agama antara dorongan syahwat dan
penntah Rabbnya.

2. Insaniyah (Manusiawi)

Dalam fitrah Islam membuktikan manusia tidak mungkin dapat Rabbaniyah yang
seseungguhnya tanpa menjadi insaniyah : sebagaimana pula tidak akan mampu mencapai
insaniyah yang hakiki tanpa melalu. Sifat insaniyah ini sejalan dengan sifat-sifat Islam
yang bermakna diturunkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, membimbing,
memelihara sifat-sifat humanistik, menjaganya dari proses-proses dehumanisasi dan dari
sifat-sifat-sifat. Syari'ah Islam adalah syari'ah insaniyah, diturunkan untuk kepentingan
manusia dari segi dirinya sebagai manusia yang lintas ras, suku, bangsa, maupun kasta.
Artinya pula syariah Islam bersifat insaniyah dan 'alamiyah (mendunia).

3.Wasathiyah (Moderat)

Wasathiyah yang berarti menengah, moderat dan adil. Syariah islam bersifat menengah
dan adil. Tidak ghuluw (keterlaluan), tafrith (berlebihan), dan ifrath (serba kekurangan).
Umat Islam yang melaksanakan ajaran Islam yang moderat ini juga bersifat menengah.

4. Waqi'iyah (Realisis)

Waq’iy tidak diartikan sebagaimana dalam konteks filsafat Barat yang mengingkari dunia
metafisika (ghaibiyah), yakni segala sesuatu yang dapat dirasa sekaligus materi yang
berbentuk. Ini jelas kontrakdiksi dengan al-Qur'an sebagai center syari'ah Islam itu

7
sendiri. dan bukan pula dalam arti Waqi'lyyah adalah menerima realitas sesuai apa
adanya, tunduk pada kenyataan dengan segala kekuatan, kekotoran dan keruntuhan di
dalamnya tanpa disertai usaha untuk membersihkan dan memperbaikinya. Namun yang
dimaksud Waqi'iyyah adalah mengalami realitas alam ini sebagai suatu hakikat yang
faktual dan memiliki eksistensi yang teriihat Dengan pengertian bahwa hakikat di sini
menunjukkan Wujud yang jauh lebih abadi dari pada wujud alam ini, yakni Allah SWT.
Mengakui adanya realitas kehidupan merupakan marhalah yang senantiasa berganti-ganti
antara kebaikan dan keburukan, berhenti dengan sebuah kematian dan kemudian bersiap-
siap menjalani kehidupan yang lebih abadi. Sebenarnya realitas itu bersifat dinamis,
bergerak dalam kompleksitas dan heterogenitasnya sangat tinggi.
Bukti-bukti waqi'iyahnya syari'ah Islam amatlah banyak, diantaranya kita dapat
melihatnya dari sisi ushul, kaidah dan pola-pola berpikirnya yang asasi. Diantara kaidah
dan asas-asas waqi'iyah syari'ah Islam adalah :
(1) memudahkan dan menghilangkan kesulitan,
(2) memperhatikan tahapan masa, dan
(3) turun dari nilai idealita yang tinggi menuju realita yang rendah dalam
situasi daruriyah.

5. Syumuliyah (Komprehensif)

Inilah aspek karakteristik syari'ah Islam yang membedakan agama Islam dengan agama,
ide ologi maupun segala pemikiran kefilsafatan dan madzab yang dikenal manusia
dengan segenap jangkauan dan makna kata "syumul". Ke-syumuliyahan-nya meliputi
segala zaman, semua kehidupan dan eksistensi (al-Wujudiyah lil Insan) manusia. Asy-
Syahid Hasan al-Banna pernah mengatakan bahwa: "....adalah suatu risalah yang panjang
terbentang hingga meliputi (mencakup) semua abad sepanjang zaman, terhampar luas
hingga meliputi semua cakrawala umat, dan begitu mendalam (mendetail) hingga memuat
urusan-urusan dunia dan akhirat."

Untuk lebih jelasnya berikut kami bahas secara singkat syumuliyah syari'ah Islam dari
dua aspek yakni pertama, dari sisi fungsinya. Dari sisi fungsinya syari'ah Islam dapat kita
lihat dalam beberapa bagian berikut:

1) Risalah untuk semua zaman la bukan risalah untuk marhalah (periode) tertentu saja, ia
telah -secara subtansial, dalam prinsip-prinsip akidah dan moralnya- di bawa oleh para

8
Nabi dan Rasul terdahulu hingga nabi dan rasul terakhir Muhammad saw. dan dari Nabi
dan rasul terakhir inilah yang memiliki risalah yang abadi yang telah ditakdirkan oleh
Allah untuk tetap bertahan hingga akhir dunia ini. Maka tidak ada rislah lain setelah Islam
ini sempurna, dan bahkan menyempurnakan risalah sebelumnya. la juga risalah masa lalu
dan masa depan -lantaran akan tetap ada hingga akhir zaman,

2) Risalah untuk seluruh dunia dan alam semesta la tidak dibatasi oleh generasi tertentu
tempat maupun umat, tidak terikat oleh suku bangsa maupun kelas sosial. la
sesungguhnya merupakan hidayah dari Rabb manusia untuk seluruh manusia di muka
bumi ini. "Dan tidakah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam" (Qs.21: 107) "Katakanlah hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu semua" (Qs.7. 158). Ayat tersebut sekaligus membantah tuduhan para
kaum orientalis bahwa Nabi Muhammad itu pada mulanya tidak menyatakan bahwa
dininya diutus untuk seluruh manusia, namun hal itu dia ungkapkan ketika bangsa Arab
(dalam terminologi mereka untuk menyebut umat Islam) mengalami kemenangan.

3) Risalah untuk semua fase kehidupan manusia Semua fase kehidupan dalam keutuhan
manusia juga terkandung dalam risalah syari'ah Islarn. Dalam a speknya menjadi
keutuhan manusia seluruh perhatian Syari'ah Islam: ruhani, jiwa, akal, badan, dll.
sebagaimana tela disebutkan dalam karakter insaniyahnya. Risalah Islam adalah hidayah
Allan yang senantiasa diperuntukan, mengiringi dan membimbing manusia kapan pun,
dimana pun, dan dengan slapa pun. serta berjalan dalam perkembangan hidupnya: dari
dalam janin, melahirkan, bayl, masa kanak-kanak, remaja, muda, dewasa, mati, hingga
kehidupan paska dunia, yakni alam barzah dan alam keabadian. Ini terbukti dalam
syari'ah Islam terdapat hukum-hukum yang berkaitan dengan fase-fase tersebut. Misainya
dalam al qur'an surat at-Talaq ayat 6 dan al-Baqarah ayat 233 "Dan jika mereka (istri-istri
yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga
mereka bersalin." (Qs.65: 6)

4)Risalah untuk semua aspek kehidupan Bahwa tidak ada satu aspek pun dalam
kehidupan ini yang luput dari pandangan syari'ah Islam. Ini bisa berupa persetujuan,
penolakan, dukungan, perubahan, koreksi, penyempumakan, bimbingan dan pengarahan.
Jelasnya syari'ah Islam tidak membiarkan manusia merana dalam hidupnya. Maka
tidaklah pantas seseorang menjadi muslim manakala ia meninggalkan dunia, demikian
pula tidaklah pantas seseorang menja di muslim manakala ia meninggalkan akhiratnya.
9
Semua sikap tersebut diletakkan pada posisinya secara proposional.Islam merupakan
aqidah ideal bagi individu maupun sosial, dengan aqidah ini seseorang akan dapat
terhindar dar parsialitas ideologi-ideologi yang membagi kepribadian menjadi dua bagian,
dan dengan susah payah berusaha untuk memadukann ya Tidak demikian dengan aqidah
islam yang komprhensif dan integreted. Tidakkah telan kita yakini bahwa.
"Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah" (Qs.30: 31)
"Kepunyaan-Nyalah yang ada di langit dan di bumi dan semua yang ada di antara
keduanya dan semua yang ada di bawah tanah (Qs. 20 : 6)

6. Tsawabit (Konstanitas: dalam aqidah, ibadah, hukum, sumber Islam) dan


Mutaghayiraat (Fleksibilitas):

Definisi Ats-Tsawâbit dan al-Mutaghayyirât Ats-Tsawâbit adalah masalah-masalah


prinsip yang berdalil qath'i (mutlak dan pasti), baik qath'iyyuts-tsubût/wurûd
(kehujjahannya mutlak dan pasti serta tidak diperselisihkan di antara para ulama),
maupun qath'iyyud-dilâlah (makna dan pengertiannya mutlak, pasti dan tidak
diperdebatkan di antara para ulama.

Adapun al-mutaghayyirät, ia adalah hal-hal yang mungkin mengalami penggantian,


perubahan, takwil, dan pengembangan. Dan perubahan di dalamnya bukanlah merupakan
pelanggaran terhadap hal-hal pokok (ushül) dan asasi la merupakan hal yang fleksibel.
Sebab, perubahan waktu dan tempat menuntut adanya fleksibilitas, adaptasi, dan respon,
sembari tetap menjaga tsawabit. Allah SWT tel ah menitipkan dalam Islam ats- tsawábit
yang menjamin keberlangsungan dan al- mutaghayyirât yang menjamin kelaikan dan
kesesuaian dengan segala kondisi dan situasi.
2.6 Asas – asas Syari’ah Islam
Secara bahasa kata ‘syariah’ berarti ‘jalan ke tempat pengairan’ atau ‘jalan yang harus
diikuti’, atau ‘tempat lalu sumber air’. Arti terakhir ini digunakan oleh orang Arab sampai
sekarang untuk maksud kata ‘syariah’. Kesamaan syariat Islam dengan jalan air adalah dari
segi bahwa siapa yang mengikuti syariah itu ia akan mengalir dan bersih jiwanya. Allah
menjadikan air sebagai penyebab kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan sebagaimana Dia
menjadikan syariah sebagai penyebab kehidupan jiwa manusia (Amir Syarifuddin, 3-4:
2003).

Dilihat dari sisi ilmu hukum, syariah dipahami sebagai norma hukum dasar yang ditetapkan
Allah, yang wajib diikuti oleh orang-orang Islam berdasarkan iman yang dikaitkan dengan
akhlak baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia dan benda dalam

10
masyarakat. Norma hukum syariah ini lalu dijelaskan dan atau dirinci oleh Nabi Muhammad.
Oleh karena itu, syariah tesebut terdapat dalam al-Quran dan hadist nabi. Dengan kata lain al-
Quran dan hadist merupakan sumber utama syariah. Berhubung norma-norma hukum dasar di
dalam al-Quran masih bersifat umum, terutama terkait dengan hal muamalah, maka perlu
dirinci lebih lanjut agar menjadi lebih konkret dan dapat aplikasikan dalam praktik. Untuk
melakukan itu, perlu satu disiplin ilmu yang dinamakan dengan ilmu fiqh (Daud, 46-47:
2014).
Menurut Prof. Muhammad Daud Ali, dalam bahasa Indonesia, syariat Islam sering digunakan
dengan kata syariat (syariah) atau hukum syara’, sedangkan fiqh Islam digunakan dengan
Istilah hukum fiqih atau hukum fiqih Islam. Dalam praktik, kedua istilah ini sering
dirangkum dengan kata hukum Islam, tanpa menjelaskan apa yang dimaksud. Hal ini dapat
dipahami karena hubungan keduanya sangat erat, dapat dibedakan, tapi tidak mungkin dicerai
pisahkan. Syariat adalah landasan fiqih dan fiqih adalah pemahaman tentang syariat (9:
2014).

Istilah syariah saat ini semakin popular digunakan, terutama dengan berkembangnya ekonomi
syariah melalui lembaga formal seperti perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah
lainnya. Istilah syariah juga saat ini mudah ditemukan dalam berbagai peraturan perundang-
undangan. Dalam perbankan syariah, syariah menjadi asas dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Menurut Pasal 1 ayat (7) UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah, yang
dimaksud dengan bank syariah adalah ‘bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah….’ Pasal 2 UU Perbankan syariah menekankan kembali bahwa
‘perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah….’
adapun yang dimaksud dengan prinsip syariah, menurut Pasal 1 ayat (12) UU Perbankan
Syariah, adalah ‘prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang
syariah.’

Berdasarkan Pasal di atas dapat dipahami bahwa prinsip syariah merupakan asas utama bank
syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya. Bank syariah wajib menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah. Apabila kita pahami lebih lanjut, prinsip syariah yang
dimaksud dalam UU Perbankan Syariah lebih merujuk kepada fatwa yang dikeluarkan oleh
lembaga yang mempunyai kewenangan dalam mengeluarkan fatwa di bidang syariah. Oleh
karena itu, maksud prinsip syariah dalam UU tersebut adalah fatwa, bukan syariah dalam arti
yang sebenarnya sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Makna syariah menjadi lebih
sempit dibandingkan dengan makna yang sebenarnya. Meskipun demikian, fatwa tersebut
dikeluarkan bersumberkan kepada al-Quran, hadist dan kitab-kitab fiqh yang muktabar. Di
Indonesia, lembaga yang diberikan kewenangan untuk mengeluarkan fatwa terkait perbankan
dan keuangan syariah adalah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kerangka dasar ajaran Islam adalah cetak biru ajaran Allah SWT kepada utusan Allah.
Dimana di dalam kerangka dasar ajaran terdapat tiga bagian utama yang saling berkaitan,
Syaria‟ah adalahperbuatan-perbuatan yang merupakan wujud dari aqidah. Dari penetapan
aqidah dan perwujudannya berupa Syari‟ah muncullah buah berupa kebermanfaatannya
baik bagi diri sendiri maupaun orang lain yang disebut dengan akhlak
3.2 Saran
Oleh karena itu untuk menegaskan kembali mengenai kerangka dasar ajaran Islam yang
menyangkut pada syari’ah islam.. Tidak hanya sebagai materi saja namun diharapkan
dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika Anda sudah dapat menerapkannya
dengan baik dan benar dalam kehidupan, bukan tidak mungkin orang-orang disekitar anda
juga sadar dan memahami syariah islam dan kedudukannya dalam kerangka dasar ajaran
islam

12
DAFTAR PUSTAKA

Staffnew.uny.ac.id. KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM.


Kerangka+Dasar+Ajaran+Islam.pdf

Ponpes Al Hasanah Bengkulu.2020. MENGENAL JENIS IBADAH DALAM ISLAM: IBADAH


MAHDHAH DAN IBADAH MUAMALAH
h https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/ibadah-mahdhah-dan-muamalah/
.
Kis Ron. MAKALAH KARAKTERISTIK SYARIAH ISLAM
https://www.academia.edu/11409374/Makalah_Karakteristik_Syariah_Islam

Rasyid Abdul.2018.MEMAHAMI MAKNA ASAS PRINSIP SYARIOAH DALA PERBANKAN


SYARIAH

https://business-law.binus.ac.id/2018/05/28/memahami-makna-asas-prinsip-syariah-
dalam-perbankan-syariah/

iv

Anda mungkin juga menyukai