Anda di halaman 1dari 25

KONSEP SYARIAH DAN FIQIH

IBADAH, MUAMALAH, DAN AKHLAK

Tugas ini Dikerjakan Guna Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Ibadah, Muamalah, dan Akhlak

Disusun Oleh :

Andan Ela Nurhija (216910503)

Nurhikmah Amelia Putri Hendri (216910417)

Raisani Fadillah (216910771)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih

terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik

pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca

praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................. 2

C. Tujuan .................................................................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syari‟ah ............................................................................................................................... 3

B. Pengertian Fiqiqh .................................................................................................................................. 4

C. Pembagian Fiqih .................................................................................................................................... 6

D. Perbedaan Fiqih dengan Syari‟ah ......................................................................................................... 7

E. Hubungan antaraSyari‟ah dan Fiqih ...................................................................................................... 8

F. Sumber Beserta Dasar Hukum Fiqih dan Syari‟ah ................................................................................ 9

G. Tujuan dan Hikmah ............................................................................................................................... 12

H. Definisi Ibadah ...................................................................................................................................... 15

I. Pembagian Ibadah ................................................................................................................................... 16

J. Bentuk-bentuk Ibadah ............................................................................................................................ 17

ii
BAB III

A. Kesimpulan ........................................................................................................................................... 19

B. Saran ...................................................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah addin al-Islam, tercantum dlm al-Qur‟an S.al-Maaidah (5) ayat 3, mengatur

hubungan manusia dengan Allah (Tuhan), yg. bersifat vertikal, hubungan manusia dengan

manusia lain dalam masyarakat dan alam lingkungan hidupnya (bersifat horizontal). Ajaran

Islam atau addin al-Islam bersumber dari wahyu (al-Qur‟an) dan sunnah Rasul (al-Hadits), serta

ar-ra‟yu (akal pikiran) manusia melalui ijtihad. Dengan mengikuti sistematika Iman, Islam dan

Ikhsan, kerangka dasar agama Islam (ajaran Islam) terdiri dari (1) akidah, (2) syari‟ah dan (3)

akhlak.

Al-Qur‟an dan Hadis sebagai dasar hukum Islam sangat terjaga keotentikannya. Hal

tersebut berkat para ahli bahasa arab serta para hufadh yang senantiasa menghafal dan berusaha

menghafalkan ayat-ayat al-Qur‟an dan al-Hadits. Penyaringan sumber hadits yang begitu banyak

hingga tidak mungkin dihafalkan, dilakukan dengan sangat ketat serta mempertimbangkan segala

aspek sebagai sarana kehati-hatian dalam pemurnian sumber hukum.

Pemahaman suatu sumber hukum sendiri tidak semena-mena dengan akal dan pendapat

pribadi. Namun telah ditentukan standart tertentu dalam penggunaannya. Hal tersebut

selanjutnya disebut metode. Metologi inilah yang akan berperan dalam memahami hukum islam

dari petunjuk-petunjuknya itu yakni fiqh dan syariat. Dalam pembahasan ini akan menyajikan

beberapa kajian seperti pengertian fiqh, syari‟at dan sumber hukum islam. Persamaan,

perbedaan, dan penjelasan ketiganya.

1
Pengertian fiqh atau ilmu fiqh sangat berkaitan dengan syariah, karena fiqh itu pada

hakikatnya adalah jabaran praktis dari syariah.[1] Karenanya, perlu dibahas hakikat syariah serta

hubungannya dengan ilmu fiqh dan hukum dalam Islam.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas didalam makalah ini, yaitu :

1. Apa pengertian dari fiqih dan syariah?

2. Bagaimana pembagian fiqih beserta perbedaan dan hubungannya?

3. Apa saja sumber, dasar hukum, tujuan, dan hikmah dari fiqih dan syariah?

4. Apa yang dimaksud dengan ibadah?

5. Apa saja pembagian dari ibadah?

6. Apa saja bentuk-bentuk ibadah?

C. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini, ialah untuk merangkum hal-hal berikut :

1. Menjelaskan pengertian fiqih dan syari‟ah

2. Menjelaskan pembagian fiqih beserta perbedaan dan hubungannya

3. Menjelaskan sumber, dasar hukum, tujuan dan hikmah dari fiqih dan syariah

4. Menjelaskan definisi ibadah

5. Menjelaskan pembagian ibadah

6. Menjabarkan bentuk-bentuk ibadah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syari’ah

Secara etimologis syariah berarti “jalan yang harus diikuti.” Kata syariah muncul dalam

beberapa ayat Al-Qur‟an, seperti dalm surah Al-Maidah:48, asy-Syura: 13, yang mengandung

arti “ jalan yang jelas yang membawa kepada kemenangan.”(Prof. Dr. H. Amir

Syarifuddin,Ushul Fiqih. Hal. 1). Dalam hal ini agama yang ditetapkan oleh Allah disebut

syariah, dalam artian lughawi karena umart isla selalu melaluinya dalam kehidupannya.

Menurut para ahli, syariah secara terminologi adalah “segala titah Allah yang

berhubungan dengan tingkah laku manusia diluar yang mengenai akhlak”. Dengan demikian

syariah itu adalah nama bagi hukum-hukum yang bersifat amaliah. Karena memang syariah itu

adalah hukum amaliah yang berbeda menurut perbedaan Rasul yang membawanya dan setiap

yang dating kemudian mengoreksi yang dating lebih dahulu.

Sedangkan dasar agama yaitu tauhid/aqidah tidak berbeda antara Rasul yang satu dengan

yang lain. Sebagian ulama ada yang mengartikan syariah itu dengan: “ Apa-apa yang

bersangkutan dengan peradilan serta pengajuan perkara kepada mahkamah dan tidak mencakup

kepada hal yang halal dan haram.” Lebih dalam lagi Syaltut mengartikan syariah dengan

“hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan Allah bagi hamba-hambaNya untuk diikuti

dalam hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan manusia.

Dr.Farouk Abu Zeid menjelaskan bahwa syariah itu adalah apa-apa yang ditetapkan

Allah melalui lisan Nabi-Nya. Allah adalah pembuat hukum yang menyangkut kehidupan agama

dan kehidupan dunia.

3
Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa syariah adalah ketentuan-ketentuan

agama yang merupakan pegangan bagi manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan kualitas

hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan ahirat. Syariah islam adalah tata cara

pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhoan allah.

Contoh syariah dalam kehidupan sehari hari:

Fardu: melaksanakan sholat, membayar zakat dan seorang muslimin menggunakan hijab.

Haram : melakukan riba, dan berjudi.

Mandub: menjenguk orang sakit, dan bersedekah kepada orang miskin.

Makruh : sholat diantara waktu shubuh dan terbit matahari.

Mubah: memakana domba atau ayam, menikah sampai empat istri.

B. Pengertian Fiqih

(‫ال جدار ك ا صل – غ يره ع ل يو ب ني ما ىو )ل غة ف اال صل‬.[2] Fiqh secara etimologi berarti

pemahaman yang mendalam dan membutuhkan pengerahan potensi akal.[3] Sedangkan secara

terminologi fiqh merupakan bagian dari syari‟ah Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum

syari‟ah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal

sehat (mukallaf) dan diambil dari dalil yang terinci. Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Amir

Syarifuddin mengatakan fiqh adalah ilmu tentang hukum-hukum syar‟I yang bersifat amaliah

yang digali dan ditemukan dengan dalil-dalil yang tafsili.[4]

Penggunaan kata “syariah” dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa fiqh itu

menyangkut ketentuan yang bersifat syar‟I, yaitu sesuatu yang berasal dari kehendak Allah. Kata

“amaliah” yang terdapat dalam definisi diatas menjelaskan bahwa fiqh itu hanya menyangkut

4
tindak tanduk manusia yang bersifat lahiriah. Dengan demikian hal-hal yang bersifat bukan

amaliah seperti masalah keimanan atau “aqidah” tidak termasuk dalam lingkungan fiqh dalam

uraian ini. penggunaan kata “digali dan ditemukan” mengandung arti bahwa fiqh itu adalah hasil

penggalian, penemuan, penganalisisan, dan penentuan ketetapan tentang hukum. Fiqh itu adalah

hasil penemuan mujtahid dalam hal yang tdak dijelaskan oleh nash.

Dari penjelasan diataas dapat kita tarik benang merah, bahwa fiqh dan syariah memiliki

hubungan yang erat. Semua tindakan manusia di dunia dalam mencapai kehidupan yang baik itu

harus tunduk kepada kehendak Allah dan Rasulullah. Kehendak Allah dan Rasul itu sebagian

terdapat secara tertulis dalam kitab-Nya yang disebut syari‟ah. Untuk mengetahui semua

kehendak-Nya tentang amaliah manusia itu, harus ada pemahaman yang mendalam tentang

syari‟ah, sehingga amaliah syari‟ah dapat diterapkan dalam kondisi dan situasi apapun dan

bagaimanapun. Hasilnya itu dituangkan dalam ketentuan yang terinci. Ketentuan yang terinci

tentang amaliah manusia mukalaf[5] yang diramu dan diformulasikan sebagai hasil pemahaman

terhadap syari‟ah itu disebut fiqh.[6]

Jadi fiqih itu sendiri yaitu ilmu tentang hukum-hukum syariah yang bersifat amaliyah yang telah

di gali dan di temukan oleh dalil-dalil secara tafsil. Jadi pengertian fiqih sangat sangat berkaitan

erat dengan syariah karena pada hakikatnya syariah berlandaskan pada fiqih begitupun

sebaliknya fiqih berlandaskan pada syariah.

5
C. Pembagian Fiqih

1. Ibadah

Ibadah di lakukan dengan cara merendahkan diri dan juga diiringi dengan niat yang

ikhlas. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para

rasul-Nya.Ibadah juga terbagi menjadi beberapa macam:

a. Ibadah yang berkaitan dengan hati

Ialah rasa khauf (takut), raja' (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan),

raghbah (senang) dan rahbah (takut).

b. Ibadah yang berkaitan dengan anggota badan

Ialah sholat, zakat, haji, dan jihad.

c. Ibadah yang berkaitan dengan lisan

Ialah membaca Al-Qur'an

2. Muamalat

Muamalat adalah sebuah peraturan agama, yang mana merupakan salah satu macam-

macam fiqih dan dimaksudkan untuk menjaga hak yang dimiliki manusia. Hal ini terjadi dalam

urusan tukar menukar barang atau bahkan sesuatu hal yang dapat memberikan manfaat, dengan

cara yang ditentukan oleh agama.Muamalat dilakukan, agar tidak adanya paksaan, penipuan atau

bahkan pemalsuan yang mana akan merugikan masyarakat bahkan pendzoliman yang mana

memiliki kaitan dengan harta, dan juga hidup banyak yang bermasyarakat.

6
3. Munakahat

Adalah salah satu undang-undang perkawinan. Atau sebuah akan ada yang mana dapat

menghalalkan sebuah pergaulan antara laki-laki dan juga perempuan yang mana bukan

mahramnya. Tentunya hal ini juga dapat dilakukan, untuk mendapatkan kebahagiaan antara

rumah tangga dan juga untuk menyelesaikan pertikaian yang akan mungkin terjadi.Memang pada

dasarnya sebuah pernikahan telah diperintahkan oleh agama, agar dapat sesuai dengan syariat

agama.

4. Jinayat

Adalah sebuah kajian ilmu hukum islam yang berbicara tentang kejahatan. Hukum

jinayat disebut juga dengan hukum pidana dan merupakan salah satu perbuatan yang dilarang

oleh agama. Karena hal ini sangat penting, agar dapat menjaga umat manusia, selalu dalam jalan

yang benar.

D. Perbedaan Fiqih dengan Syari’ah

NO SYARI’AH FIQIH

1 Ketentuan syariah terdapat dalam Al Fiqih adalah sebuah pemahaman manusia

Quran dan kitab-kitab hadits. Syariah yang yang memenuhi tentang syariah dan terdapat

dimaksud adalah wahyu Allah dan sunah dalam kitab-kitab fiqih.

Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya

2 Syariah bersifat fundamental dan Fiqih bersifat instrumental dan cakupannya

cakupannya lebih luas. Bahkan meliputi terbatas pada hukum yang mengatur

7
akhlak dan akidah perbuatan manusia

3 Syariat adalah ketetapan Allah dan Fiqih merupakan karya manusia dan sangat

ketentuan Rasul-nya sehingga berlaku dimungkinkan mengalami perkembangan

abadi zaman

4 Syariah hanya satu Fikih berjumlah banyak karena merupakan

pemahaman manusia

5 Syariah menunjukkan konsep kesatuan fikih menunjukkan keragaman pemikiran

dalam Islam yang memang dianjurkan dalam Islam

E. Hubungan antara Syari’ah dan Fiqih

Hubungan antara syariah dan fiqih sangat erat dan berhubungan satu sama lain dan tidak

dapat dipisahkan. Syariah merupakan sumber atau landasan ilmu fiqih, sedangkan ilmu fiqih

merupakan pemahaman terhadap syariah.

Meskipun syariah dan fiqih tidak bisa di pisahkan tetapi keduanya berbeda

syariah diartikan dengan ketentuan atau aturan yang di tetapkan oleh allah tentang tingkah laku

manusia di dunia dalam mencapai kehidupan di dunia maupun di akhirat. Ketentuan syariah

terbatas dalam firman allah dan penjelasannya melalui sabda rasulullah. Semua tindakan

Manusia di dunia untuk mencapai kehidupan yang baik harus tunduk kepada kehendak allah dan

rasulullah.

Jadi syariah dan hukum islam bersumber dari al-quran dan sunnah yang belum di campuri

dengan daya nalar (ijtihad) sedangkan fiqih bersumber dari pemahaman terhadap syariah atau

pemahaman terhadap nash baik al-quran maupun sunnah.

8
F. Sumber Beserta Dasar Hukum Fiqih dan Syari’ah

a. Fiqih

1. Al Qur'an

Kita semua tahu bahwa al Qur'an adalah kalam allah yang diturunkan kepada nabi

muhammad Saw melalui perantara malaikat jibril dan tidak ada keraguan didalamnya. Al Qur'an

diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh umat di bumi. Oleh karena itulah al Qur'an sebagai

sumber paling utama dalam menentukan hukum dalam ilmu fiqih.

2. Sunnah

Sunnah diambil baik dari perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad Saw

yang berkaitan dengan hukum. As-Sunnah berfungsi menjelaskan apa yang ada di dalam Al-

Quran dan juga sebagai penguat. Kedudukan As-Sunnah merupakan sumber kedua setelah al-

Quran. Karena As-Sunnah merupakan penjelas dari Al-Qur'an, jadi yang dijelaskan

berkedudukan lebih tinggi daripada yang menjelaskan. Terdapat tiga kedudukan Sunnah

terhadap Al Qur'an :

a) As - sunnah sebagai ta'kid atau penguat Al Qur'an. Tidak heran kalau banyak sekali

Sunnah yang menerangkan tentang kewajiban shalat, zakat, puasa, larangan musyrik, dan

lain-lain

b) As - sunnah sebagai penjelas Al Qur'an. Dari mana kita mengetahui bahwa shalat Zhuhur

itu empat raka'at, Magrib tiga raka'at, dan sebagainya kalau bukan dari sunah. Maka

jelaslah bahwa sunnah itu berperan penting dalam menjelaskan Maksud-maksud yang

terkandung dalam Al-Quran

9
c) As - sunnah sebagai Musyar'i (pembuat syar'at). Sunnah tidak diragukan lagi merupakan

pembuat syari'at dari yang tidak ada dalam Al-Quran, misalnya diwajibkannya zakat fitrah,

disunahkan aqiqah, dan lain-lain

3. Ijma'

Menurut istilah, ijma' adalah Kesepakatan semua mujtahid dari ijma' umat Muhammad

SAW. dalam suatu masa setelah beliau wafat terhadap hukum syara'. Yang dimaksud mujtahid

adalah orang Islam yang balig, berakal, mempunyai sifat terpuji dan mampu meng-istinbath

hukum dari sumbernya. Terdapat beberapa kriteria - kriteria bahwa ijma bisa terjadi, yaitu

a) Pertama , bahwa yang sepakat adalah para mujtahid

b) Kedua, yang bersepakat adalah seluruh mujtahid

c) Ketiga, para Mujtahid harus bagian dari umat Nabi Muhammad SAW

d) Keempat, kesepakatan dilakukan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW

e) Kelima, kesepakatan mereka harus berhubungan dengan hukum syar'i

4. Qiyas

Qiyas menurut bahasa adalah pengukuran sesuatu dengan yang lainnya atau penyamaan

sesuatu dengan yang sejenisnya. sedangkan menurut istilah, qiyas adalah pemindahan hukum

yang terdapat pada ashl kepada furu' atas dasar illal yang tidak dapat diketahui dengan logika

bahasa.

Terdapat unsur dalam Qiyas, yaitu :

a) Ashl (pokok), yaitu suatu peristiwa yang sudah ada nash-nya yang dijadikan tempat meng-

qiyas-kan

10
b) Far'u (cabang) yaitu peristiwa yang tidak ada nash-nya

c) Hukum Ashl, yaitu hukum syara', yang ditetapkan oleh suatu nash

d) Illat, yaitu suatu sifat yang terdapat pada ashl

b. Syariah

1. Alquran

Pengertian Alquran menurut istilah dan bahasa adalah :Secara bahasa (etimology) –

Alquran berasal dari bahasa arab dengan asal kata qara a– yaqri u – qur a nan. Quran berasal dari

kata qur a nan yang artinya bacaan.

Secara istilah ( terminology)– Alquran adalah perkataan Allah yang disampaikan melalui

perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dalam bahasa arab yang tertulis di dalam

mushaf, diawali dengan surat Al Fatihah dan di akhiri dengan surat An Nas, yang diriwayatkan

secara mutawatir dan ibadah ketika membacanya.

Pengertian tersebut adalah hasil kesepakatan ulama yang menggambarkan apa itu

Alquran. Hal ini sama dengan firman Allah SWT berikut :“Dan sesungguhnya Alquran ini benar-

benar diturunkan oleh Rab semesta alam. Ia dibawa turun oleh Ar Ruh Al Amin (Malaikat Jibril

)kedalam hati mu ( Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang dari orang-orang yang

memberi peringatan dengan bahasa arab yang jelas”. (QS. Asy Syu‟ara ayat 192-195 )

Alquran merupaka sumber pokok syariah terlengkap yang diturunkan Allah kepada

manusia. Alquran mencakup segala sendi kehidupan manusia. Tidak hanya perkara yang besar-

besar, hal yang kecil sekalipun di jelaskan dalam Alquran dengan amat sempurna.

Kesempurnaan Alquran sebagai firman atau perkataan Allah sudah terjamin dan tidak seorang

11
pun yang dapat menirunya sehingga mustahil kalau Alquran adalah buatan atau karangan

manusia

2. As Sunah

Pengertian as sunah menurut bahasa dan istilah adalah :Secara bahasa ( etimology) –

Kebiasaan yang di ikuti,Secara istilah (terminology) – Sunah adalah perkataan, perbuatan, dan

takrir Nabi SAW yang berupa ketetapan, persetujuan dan diamnya Nabi Muhammad SAW

terhadap sesuatu hal atau perbuatan sahabat yang diketahuinya.

Sunah adalah sumber kedua setelah Alquran yang menjadi landasan syariah Islam.

Kebenaran sunah sama nilainya dengan Alquran itu sendiri. Karena kebenaran sunah juga

berasal dari wahyu Allah SWT.

Mengapa as sunah menjadi sumber kedua setelah alquran? Hal ini terkait dengan fungsi

as sunah terhadap alquran itu sendiri. Alquran adalah firman Allah yang diwahyukan kepada

Nabi SAW. Tidak semua ayat dari Alquran yang berbicara jelas dan terang tentang suatu

perkara. Ayat Alquran ada yang bersifat umum (mutasabihat) dan ada yang sudah jelas

(muhkamat). Oleh karena itu perlu contoh dan penjelasannya oleh sunah.

G. Tujuan dan Hikmah

a. Syariah

1. Ihtirām al-akwān (Menghormati ciptaan-ciptaan Allah SWT).

Poin atau tujuan yang pertama dari kita belajar ilmu syariah adalah di antaranya

menghormati seluruh ciptaan atau semua makhluk yang diciptakan Allah SWT. Allah SWT telah

menciptakan semesta alam ini beserta penghuninya. Tidak hanya manusia, namun ada hewan,

12
jin, malaikat, pepohonan, tanah, air, api, udara. Intinya menghormati semua yang diciptakan

Tuhan. Kita harus menghormati mereka semua seperti menghormati hewan dengan tidak

menyiksanya, tidak merebut alamnya, menghormati pepohonan dengan mencintai alam, tidak

merusak hutan sebagai ekosistem penyeimbang alam ini, menghormati bumi dengan menjaga

sumber alamnya, serta tidak tamak dalam memanfaatkannya, dan sebagainya.

2. Ikrām an-nās (Memuliakan manusia).

Tujuan selanjutnya mempelajari ilmu syariat adalah untuk memuliakan manusia. Seperti

yang kita ketahui bersama, Allah telah menentukan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan

olehNya dalam Al-Quran berupa aturan yang harus ditaati oleh manusia. Ketika ada seseorang

yang melanggar peraturan itu, maka ia mendapatkan hukuman baik di dunia atau pun di akhirat.

Orang yang mengetahui akan adanya hukuman bagi yang melanggar peraturan akan mencoba

untuk menaatinya sebaik mungkin, sehingga ketaatannya akan menjaga keseimbangan kehidupan

manusia lainnya. Ia tidak akan membuat orang lain terganggu sebab pelanggarannya terhadap

peraturan. Ini adalah bagian dari memuliakan manusia. Teringat dengan Gus Dur. Beliau pernah

mengatakan, “Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin tinggi pula toleransinya.” Yakni,

toleransinya kepada orang lain. Atau mudahnya, semakin tinggi ilmunya, semakin sedikit ia

menyalahkan orang lain. Entah karena ia dapat memaklumi kesalahan itu, atau ia tau bahwa pada

hakikatnya itu bukanlah kesalahan, melainkan hal biasa, namun dilakukan dengan cara yang tak

wajar sebagaimana dilakukan orang-orang pada umumnya.

13
3. Hifdzul wathon (Menjaga negara).

Seorang pelajar ilmu syariat hendaknya memiliki maksud dan tujuan untuk menjaga

negara dan tanah airnya dengan wasilah mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Sebab, dengan

mempelajari ilmu syariat dengan benar, kemudian mengimplementasikan ilmu-ilmu yang telah

dipelajarinya di tengah-tengah masyarakat, maka akan menciptakan keadaan masyarakat yang

damai dan teratur, sehingga keamanan terus tercipta dan berjalan sebagaimana adanya.

4. Ziyādatul „umrān (Memakmurkan atau menambah kemakmuran).

Tujuan belajar ilmu syariat juga adalah untuk memakmurkan negeri ini. Jika suatu negeri

sudah makmur, maka masyarakat dan penduduknya juga merasa tenang untuk beribadah kepada

Allah SWT.

5. Izdiyād al-imān (Terus bertambahnya iman).

Tujuan kita mempelajari ilmu syariat yaitu bertambahnya iman kita setiap waktunya kepada

Allah SWT, juga RasulNya. Kita sepakat bahwasannya keimanan dapat bertambah dan

berkurang. Dan kita dianjurkan pula untuk selalu menambah tingkat keimananan kita dengan

melakukan ketaatan kepada Allah.

b. Fiqh

1. Agar dapat menerapkan kaidah- kaidah dan pembahasannya terhadap dalil- dalil baik dari

Alquran dan hadits secara terperinci yang kemudian mendatangkan hukum syariat islam

yang diambil dari dalil- dalil tersebut.

14
2. Baik untuk kehidupan pribadi, bermasyarakat, maupun yang berhubungan antara manusia

dengan Tuhan-nya. Terdapat dalam fiqih. Oleh sebab itu, umat muslim sangat dianjurkan

untuk tahu dan paham fiqih.

3. Setelah seseorang paham dan bisa menerapkan ilmu fiqih, diharapkan ia dapat menerapkan

kaidah Islam secara benar.

4. Hukum sesuai syariat agama. Dan manfaat paling mulianya adalah bisa bermanfaat untuk

meningkatkan iman dan taqwa.

H. Definisi Ibadah

Kata ibadah berasal dari bahasa arab telah menjadi bahasa melayu yang terpakai dan

dipahami secara baik oleh orang-orang yang menggunakan bahasa melayu atau Indonesia.

Ibadah dalam istilah bahasa Arab diartikan dengan berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh,

mengesakan dan merendahkan diri. Dalam istilah melayu diartikan: perbuatan untuk menyatakan

bakti kepada Allah yang didasari ketaatan untuk mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi

larangan-Nya. Juga diartikan: segalla usaha lahir dan batin sesuai dengan perintah Tuhan untuk

mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baikterhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat

maupun terhadap alam semesta.[1] Syaikh Mahmud Syaltut dalam tafsirnya mengemukakan

formulasi singkat tentang arti ibadah, yaitu “ketundukan yang tidak terbatas bagi pemilik

keagungan yang tidak terbatas pula”.[2]

Secara garis besar ibadah dibagi dua yaitu ibadah pokok yang dalam kajian ushul fiqih

dimasukan kedalam hukum wajib, baik wajib „aini atau wajib kifayah. Termasuk kedalam

kelompok ibadah pokok itu adalah apa yang menjadi rukun islam.

15
I. Pembagian Ibadah

Yusuf Musa berpendapat bahwa Ibadah dibagi menjadi lima: shalat, zakat, puasa, haji

dan jihad. Secara umum Wahban sependapat denga Yusuf Musa, hanya saja dia tidak

memasukan jihad dalam kelompok Ibadah mahdhah (Ibadah murni), dan sebaliknya dia

memasukan nadzar serta kafaraah sumpah. Kecenderungan Wahban untuk memasukan sumpah

dan nadzar sebagai Ibadah murni dapat diterima, karena keduanya sangat individual dan tidak

mempuyai sangsi-sangsi soal.[3]

Dari dua pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bawa yang dimaksud Ibadah murni

(mahdhah), adalah suatu rngkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah Swt. Dan bentuk

aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta terlaksana atau tidaknya sangat

ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari masing-masing individu. Adapun bentuk Ibadah

mahdhoh tersebut meliputi: Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Nadzar dan Kafarah Sumpah.

Secara garis besar iadah dibagi menjadi dua:

1. Ibadah murni (mahdhah), adalah suatu rangkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah

Swt. Dan bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta terlaksana atau

tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari masing-masing individu

2. Ibadah Ghairu Mahdhah, yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatan yang

mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai titik tolak, kedua keridhoan

Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai garis amal

16
Sebagian ulama membuat pembagian ibadah sebagai berikut:

1. Ibadah ghairu mahdhah, yaitu semua perkara yang asalnya tidak ditujukan untuk taqarrub

ilallah, namun jika ia dilakukan sesuai apa yang diridhai Allah ta‟ala dan diniatkan karena Allah

ta‟ala, maka pelakunya mendapatkan pahala.

Contoh: bekerja mencari nafkah, membantu menyelesaikan kesulitan orang lain, mengajar ilmu

umum, dan lainnya.

2. Ibadah mahdhah muthlaqah, yaitu semua perkara yang diperintahkan Allah ta‟ala dalam

rangka taqarrub pada-Nya, namun tidak ada batasan khusus terkait tempat, waktu, jumlah dan

cara.

Contoh: dzikir, istighfar, membaca Al-Qur‟an, shalawat, dan semisalnya.

3. Ibadah mahdhah muqayyadah, yaitu semua perkara yang diperintahkan Allah ta‟ala dalam

rangka taqarrub pada-Nya, dan telah ditentukan batasan khususnya, seperti tempat, waktu,

jumlah dan caranya.

Contoh: shalat lima waktu.

J. Bentuk-bentuk Ibadah

Dalam buku Silsilah Tafsir Ayat Ahkam oleh Ustaz Isnan Anshory Lc, berdasarkan

perbuatannya, ibadah dibedakan menjadi empat jenis yaitu:

17
1. Ibadah Qolbiyyah

Maksudnya adalah setiap ibadah dilakukan oleh aktivitas hati. Di mana ibadah ini

meliputi aspek i‟tiqod atau keyakinan seperti iman kepada wujud Allah SWT. Selain i‟tiqod

seperti cinta kepada Allah, atau dalam bentuk tafakkur seperti merenungkan penciptaan Allah.

2. Ibadah Qowliyyah

Ibadah ini dilakukan oleh aktivitas lisan. Contohnya seperti membaca alquran, bertasbih,

bertahmid, bertahlil, bertakbir, dan lain sebagainya.

3. Ibadah Amaliyyah

Ibadah Amaliyyah adalah ibadah yang dilakukan oleh aktivitas anggota tubuh.

Contohnya adalah gerakan dalam sholat, melakukan puasa, haji, dan lain sebagainya.

4. Ibadah Maaliyyah

Ibadah ini dilakukan oleh seorang hamba dengan mendermakan hartanya. Misalnya

menunaikan zakat dan bershodaqoh.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan diatas, dapat kita simpulkan bahwa Fiqh, dan Syariat seyogyanya adalah

satu pengertian yang sama. Hanya ada sedikit perbedaan pada penerapan dan pembagiannya.

Keduanya juga memiliki peran masing-masing dalam penerapannya di kehidupan manusia.

Hukum Islam sebenarnya tidak lain dari pada fiqh islam atau syariat Islam, yang diterapkan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bersumber kepada al-Qur‟an As-Sunnah dan Ijmak

para sahabat dan tabi‟in.

Syariat sendiri adalah wahyu Allah dan sabda Rasulullah, merupakan dasar-dasar

hukum yang ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib diikuti oleh orang islam dasar-

dasar hukum ini dijelaskan lebih lanjut oleh Nabi Muhammad sebagai Rosul-Nya.

Fiqh artinya faham atau pengertian, dapat juga diartikan sebagai ilmu yang bertugas menentukan

dan menguraikan norma-norma dasar dan ketentuan- ketentuan umum yang terdapat di dalam al-

Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad yang direkam dalam kitab-kitab hadits.

Hukum islam menekankan pada final goal, yaitu mewujudkan kemaslahatan manusia. dan

kemajuan umuat melalui proses siyasah syariyyah, dengan produk qanun atau perundang-

undangan.

Dalam membahas fiqh sering ditemui pengertian hukum dalam pengertiannya menurut

ilmu hukum, artinya fiqh. tidak ada pemisahan antara hokum Islam atau fiqh yang merupakan

hasil ijtihad ulama dengan konsep syariah Allah. Karena norma-norma dasar yang terdapat di

19
dalam AL Quran itu masih bersifat umum, perlu dirinci lebih lanjut ke dalam kaidah-kaidah

lebih konkrit agar dapat dilaksanakan dalam praktek.

B. Saran

Berdasarkan apa yang telah dibahas didalam makalah ini, diharapkan kita semua sebagai

muslim dan muslimah mampu mempelajari secara luas mengenai fiqih, syariah, beserta ibadah.

Tak hanya sekedar mempelajari, tentunya diharapkan juga agar dapat dipahami dan

diimplemantasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami sarankan juga agar ilmu pengetahuan mengenai materi terkait ini dapat lebih luas

dijabarkan dalam pembelajaran. Karena tak hanya menambah wawasan, hal ini sangat pemting

untuk mengontrol kehidupan seorang manusia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Nashr, S. A. (2018). Antara Fiqih dan Syariah.

Nurhayati, N. (2018). Memahami Konsep Syariah, Fikih, Hukum dan Ushul Fikih. Jurnal

Hukum Ekonomi Syariah, 2(2), 124-134.

Permana, Y., & Rukmanda, M. R. (2021). Wakaf: Tinjauan Fiqh, Dasar Hukum, dan

Implementasinya di Indonesia. Al-Kharaj: Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah, 3(2),

154-168.

Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Kajian Islami.

Syihab, M. Quraisy, M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda

Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), Lajian Islami.

Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syari‟ah, (Surabaya: PT. pamator, 1999), Kajian Islami.

Daradjat, Zakiyah, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Kajian Islami.

Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Kajian Islami.

21

Anda mungkin juga menyukai