1) Lucky Ardiansyah
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa Lagi Maha
Penyayang, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami bisa meyusun dan
menyelasaikan makalah yang berisi tentang “Pengertian Aqidah dan syariah islam
sebagai salah satu tugas mata pelajaran “Pendidikan Agama Islam”.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
serta saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi
acua dalam menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya. Kami juga
memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan pengetikan dan
kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.
PENYUSUN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Dalam agama islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah
dan rosul-Nya, yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati. Yaitu Iman
(Aqidah), islah (Syariah), dan Ihsan (Akhlak). Tetapi sekarang-sekarang ini ada yang
mengabaikan salah satu dari tiga hal ini sehingga kehidupannya menjadi jauh dari
agama.
Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnnya merupakan satu kesatuan dalam
ajaran islam, ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan
aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syariah sebagai
system berisi peraturan yang mengambarkan fungsi agama sedangkan akhlak sebagai
sitematika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama.
Atas dasar hubungan itu, maka seseorang yang melakukan suatu perbuatan
baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau keimanan, maka orang itu termasuk ke
dalam kategori kafir. Seseorang yang mengaku beraqidah atau beriman, tetapi tidak
mau melaksanakan syariah, maka orang itu disebut fasik. Sedangkan orang yang
mengaku beriman dan melaksanakan syariah tetapi dengan landasan aqidah yang
tidak lurus disebut munafik.
Hal yang melatarbelakangi kami membuat makalah ini ialah selain sebagai
tugas kami selaku mahasiswa juga kami ingin lebih mengetahui dan memahami
tentang apa aqidah, syariah dan bagaimana kami bisa menerapkan nilai-nilai ke
dalam lingkungan masyarakat.
dalam ekonomi ?
pendidikan ?
1.3 Tujuan
1.3.2 Untuk mengetahui kedudukan aqidah dalam islam dan ruang lingkup
PEMBAHASAN
Dalam bahasa arab aqidah berasal dari kata al-aqdu ( ُدA ) ْال َع ْقyang bearti
ُ ) التَّوْ ثِ ْيyang bearti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-
ikatan, at-tautsiiqu ( ق
ihkaamu ( ) ْا ِإلحْ َكا ُمyang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-
wah( ) ال َّر ْبطُبِقُ َّو ٍةyang berarti mengikat dengan kuat.
Menurut Mahmud syaltout, aqidah ialah sisi terotis yang harus pertama kali
diimani atau diyakini dengan keyakinan yang mantap tanpa keraguan sedikitpun.
Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya nas-nash al-Quran maupun Hadist
mutawatir yang secara eksplisit menjelaskan persoalan itu, disamping adanya
consensus para ulama sejak pertama kali ajaran islam didakwahkan oleh Rosulullah.
Dan perkara itu pula yang menjadi inti ajaran Allah kepada para Rosul sebelumnya.
Dalam ajaran islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting Ibarat
suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran islam yang lain,
seperdi ibadah dan akhlak, adalah sesuatu yang dibangun diatasnya. Rumah yang
dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada
gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban
atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Maka aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din)
dan diterimanya suatu amal. Allah subahanahu wata’ala berfirman,
Mengigat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul
mendahuukan dakwah dan pengajaran islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang
lainnya.
Keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau syariah dan akhlak dapat
dilakukan dengan menganalogi dinul islam bagaikan sebatang pohon yang baik, ini
merupakan hambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan
yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentifikasikan
dengan akar dari sebuah pohon yang menupang tegaknya ajaran islam, ilmu
bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu
pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu seperti seni budaya,
filsafat, dan iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan
menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.
Dalam kaitan ini Al-Quran telah menyerukan agar setiap muslim melakukan
segala aktifitas kehidupannya termasuk dalam bidang ekonomi selalu bertumpu
pada aqidah yang artinya bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya dalam
melakukan kegiatan ekonomi selalu bertumpu pada keimanan kepada Allah SWT
dan bertujuan mencari ridha-Nya karena pencipta, pemilik dan penguasa segala
yang ada hanyalah Allah Yang Maha Esa Tunggal. kegiatan ekonomi yang
berlandaskan aqidah tauhid mejamin terwujudnya kemaslahatan dan kebaikan
perekonomian untuk masyarakat luas, bukan hanya masyarakat muslim. Hal ini,
karena ekonomi dalam pandagan islam merupakan sarana dan fasilitas yang dapat
membantu pelaksanaan ibadah dengan sebaik-baiknya, kegiatan ekonomi yang
demikian dilaksanakan oleh pelaku-pelaku ekonomi yang selalu merasakan
kehadiran dan pengawasan Allah SWT, sehingga selalu berhias dan menjunjung
tinggi akhlak yang terpuji, keadilan, bebas dari segala tekanan untuk meraih
kebaikan hidup yang diridhai Allah SWT dan akhirat.
Syariah [ arab: ريعةAA ] الشsecara bahasa artinya jalan yang dilewati untuk
menuju sumber air. (Lisan Al-Arab, 8/175). Secara bahasa, kata syariat juga
digunakan untuk menyebut madzhab atau ajaran agama. (Tafsir Al-Qurthubi,
16/163).Atau dengan kata lebih ringkas, syariat berarti aturan dan undang-undang.
Aturan disebut syariat, karena sangat jelas, dan mengumpulkan banyak hal. (Al-
Misbah Al-Munir, 1/310). Ada juga yang mengatakan, aturan ini disebut syariah,
karena dia menjadi sumber yang didatangi banyak orang untuk mengambilnya.
Namun, dalam perkembangannya, istilah syariat lebih akrab untuk menyebut aturan
islam.
Secara istilah, syariat islam adalah semua aturan yang Allah turunkan untuk
para hamba-Nya, baik terkait masalah aqidah, ibadah, muamalah, adab, maupun
akhlak. Baik terkait hubungan makhluk dengan Allah, maupun hubungan antar-
sesama makhluk. (Tarikh Tasyri’ Al-Islami, Manna’ Qathan, hlm. 13).
Allah berfirman,
Artinya :“Kemudian Aku jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)
dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu…” (QS. Al-Jatsiyah: 18)
Allah tegaskan dalam Al-Quran :
لِ ُك ٍّل َج َع ْل َنا ِم ْن ُك ْم شِ رْ َع ًة َو ِم ْن َهاجً ا
Artinya : “Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan
yang terang”. (QS. Al-Maidah: 48)
Rincian syariat yang Allah turunkan, berbeda-beda antara satu umat dengan
umat lainnya, disesuaikan dengan perbedaan waktu dan keadaan masing-masing
umat. Dan semua syariat ini adalah adil ketika dia diturunkan. Meskipun demikian,
bagian prinsip dalam syariat, tidak berbeda antara satu umat satu nabi dengan umat
nabi lainnya.
dan haji.
b) Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rukun Islam.
1) Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudlu, mandi, tayamum,
pengaturan menghilangkan najis, peraturan air, istinja, adzan, qomat,
I’tikaf, do’a, sholawat, umroh, tasbih, istighfar, khitan, pengurusan
mayit, dan lain-lain.
2) Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah,
hibbah, dan lain-lain.
2 Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan yang
lainnya dalam hal tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya :
dagang, pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja sama dagang, simpanan,
penemuan, pengupahan, rampasan perang, utang-piutang, pungutan, warisan,
wasiat, nafkah, titipan, jizah, pesanan, dan lain-lain.
3 Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang
lain dalam hubungan berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan dengannya),
diantaranya: perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah, penyusunan,
memelihara anak, pergaulan suami istri, mas kawin, berkabung dari suami
yang wafat, meminang, khulu’, li’am dzilar, ilam walimah, wasiyat, dan lain-
lain.
4 Jinayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash, diyat,
kifarat, pembunuhan, zinah, minuman keras, murtad, khianat dalam
perjuangan, kesaksian dan lain-lain.
5 Siyasa, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik),
diantaranya : ukhuwa (persaudaraan) musyawarah (persamaan), ‘adalah
(keadilan), ta’awun (tolong menolong), tasamu (toleransi), takafulul ijtimah
(tanggung jawab sosial), zi’amah (kepemimpinan) pemerintahan dan lain-lain.
6 Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur, sabar,
tawadlu, (rendah hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen), syaja’ah
(berani), birrul walidain (berbuat baik pada ayah ibu), dan lain-lain.
7 Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman, sembelihan, berburu,
nazar, pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, mesjid, da’wah,
perang, dan lain-lain.
Menurut sebuah hadist yang diriwayatkan oleh muslim dari Abdullah bin
Umar diceritakan bahwa pernah datang seorang laki-laki kepada Rosulullah SAW,
yang kemudian yteryata orang itu adalah malaikat jibril, menanyakan tentang arti
Iman (aqidah), Islam (Syariah), dan Ihsan (Akhlak). Dan dalam dialognya
Rosulluloh SAW dengan malaikat Jibril itu, Rosululloh SAW memberikan
pengertian tentang Iman, Islam, dan Ihsan tersebut sebagai berikut :
Ditinjau dari hadis di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan
antar ketiganya sangat erat bagaikan pohon. Tidak dapat dipisahkan antara akar
(Aqidah), batang (Syariah), dan daun (Akhlak).
Ada juga yang menyatakan bahwa hubungan aqidah dengan syariat adalah
hubungan di antara budi dan perangai. Dalam undang-undang budi, suatu budi yang
tinggi hendaklah dilatihkan terus supaya menjadi perangai dan kebiasaan. Kalau
seorang telah mengakui percaya kepada Allah dan kepada Hari Kemudian, dan
telah mengakui pula percaya kepada Rasul-rasul Utusan Tuhan, niscaya dengan
sendirinya kepercayaan itu mendorongnya supaya mencari perbuatan-perbuatan
yang diterima dengan rela oleh Tuhan. Niscaya dia bersiap-siap sebab dia telah
percaya bahwa kelak dia akan berjumpa dengan Tuhan. Niscaya dia senantiasa
berusaha di dalam hidup menempuh jalan lurus.
BAB III
PENUTUP
2.8 Kesimpulan
Kaitan antara aqidah, syariah dan akhlak ialah bagaikan sebuah pohon,
terdapat akar, batang, dan daun, yang saling menyatu bila satu hilang atau rusak
maka akan terjadi kehancuran untuk pohon tersebut.
2.9 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Asmaran As., M.A. 2002., 1966. Islam Aqidah wa Syariah, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persana Mahmud Syaltut .
Aziz bin Fathi bin as-Sayyid ‘Aid Nada, Abdul. Juni 2015 : Syarah Aqidah ash-Shahiha
dan Pembatalnya. Jakarta. Pustaka as-Sunnah,
M. Ag, Dr Marzuki. Ebook Pendidikan Agama Islam Bab VIII Hukum Islam (Syari’ah).
http://kmplnmakalah.blogspot.co.id/2013/makalah-hubungan-aqidah-dan-
syariah.htm#sthash.2whVnnkv.dpuf.
https://id.wikipedia.org/wiki/Syariat_Islam
https://konsultasisyariah.com/19759-apa-itu-syariah.html