Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PENTINGNYA AQIDAH DAN SYARIAH ISLAM

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam


Dosen Pembibing : Moch. Yusuf Zen, M.Pd.I

Disusun oleh kelompok 2

1) Lucky Ardiansyah

2) Aziis Ganjar Setiawan

UNIVERSITAS ISLAM BALITAR


2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa Lagi Maha
Penyayang, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami bisa meyusun dan
menyelasaikan makalah yang berisi tentang “Pengertian Aqidah dan syariah islam
sebagai salah satu tugas mata pelajaran “Pendidikan Agama Islam”.

Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
serta saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi
acua dalam menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya. Kami juga
memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan pengetikan dan
kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.

PENYUSUN
DAFTAR ISI

PENTINGNYA AQIDAH DAN SYARIAH ISLAM ........................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang ............................................................................................ 1


1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.4 Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aqidah ....................................................................................... 3


2.2 Kedudukan Aqidah Dalam Agama Islam ................................................... 3
2.3 Bagaimana Nilai-Nilai Aqidah dalam kehidupan, Seni Budaya, Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, serta dalam Eonomi ............................................ 4
2.3.1 Nilai Aqidah Dalam Kediupan, Seni Budaya dan Sosial ............... 4
2.3.2 Nilai Aqidah Dalam Iptek ............................................................... 5
2.3.3 Nilai Aqidah Dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) ...... 5
2.3.4 Nilai Aqidah Dalam Ekonomi ......................................................... 7
2.4 Apa Pengertian Syariah Islam ..................................................................... 8
2.5 Apa Saja Ruang Lingkup Syariah Islam ..................................................... 9
2.6 Bagaimana Menerapkan Syariah di Bidang Sosial Budaya dan Pendidikan 10
2.6.1 Mankna Syariat Dalam Pendekatan Sosial Budaya ........................ 10
2.6.2 Penerapan Syariah Dalam Bidang Pendidikan ................................ 12
2.7 Bagaimana Hubungan Aqidah Dengan Syariah Islam ................................ 12

BAB III PENUTUP

2.8 Kesimpulan ................................................................................................. 14


2.9 Saran ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam agama islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah
dan rosul-Nya, yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati. Yaitu Iman
(Aqidah), islah (Syariah), dan Ihsan (Akhlak). Tetapi sekarang-sekarang ini ada yang
mengabaikan salah satu dari tiga hal ini sehingga kehidupannya menjadi jauh dari
agama.

Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnnya merupakan satu kesatuan dalam
ajaran islam, ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan
aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syariah sebagai
system berisi peraturan yang mengambarkan fungsi agama sedangkan akhlak sebagai
sitematika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama.

Atas dasar hubungan itu, maka seseorang yang melakukan suatu perbuatan
baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau keimanan, maka orang itu termasuk ke
dalam kategori kafir. Seseorang yang mengaku beraqidah atau beriman, tetapi tidak
mau melaksanakan syariah, maka orang itu disebut fasik. Sedangkan orang yang
mengaku beriman dan melaksanakan syariah tetapi dengan landasan aqidah yang
tidak lurus disebut munafik.

Hal yang melatarbelakangi kami membuat makalah ini ialah selain sebagai
tugas kami selaku mahasiswa juga kami ingin lebih mengetahui dan memahami
tentang apa aqidah, syariah dan bagaimana kami bisa menerapkan nilai-nilai ke
dalam lingkungan masyarakat.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa Pengertian aqidah ?

1.2.2 Kedudukan aqidah dalam agama islam ?


1.2.3 Bagaimana nilai-nilai aqidah dalam kehidupan, seni budaya, iptek, serta

dalam ekonomi ?

1.2.4 Apa Pengertian syariah islam ?

1.2.5 Apa saja Ruang lingkup syariah islam ?

1.2.6 Bagaimana menerapkan syariah di bidang sosial budaya dan

pendidikan ?

1.2.7 Bagaimana hubungan aqidah dengan syariah islam ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui apa pengertian aqidah dan syariah islam.

1.3.2 Untuk mengetahui kedudukan aqidah dalam islam dan ruang lingkup

syariah di lingkungan masyarakat.

1.3.3 Untuk mengetahui nilai-nilai dan menerapkannya aqidah dan syariah

islam ke dalam lingkungan masyarakat.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aqidah

Dalam bahasa arab aqidah berasal dari kata al-aqdu ( ‫ ُد‬A‫ ) ْال َع ْق‬yang bearti
ُ ‫ ) التَّوْ ثِ ْي‬yang bearti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-
ikatan, at-tautsiiqu ( ‫ق‬
ihkaamu ( ‫ ) ْا ِإلحْ َكا ُم‬yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-
wah( ‫ ) ال َّر ْبطُبِقُ َّو ٍة‬yang berarti mengikat dengan kuat.

Dalam ajaran islam, aqidah islam (al-alqidah al-islamiyah) merupakan


keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman,
yaitu keyakinan kepada allah, malaikatnya, kitab-kitab-Nya. Rosul-rosul-Nya, hari
akhir, serta takdir baik dan buruk, hal ini didasari kepada Hadist shahih yang
diriwayatkan oleh iman Muslim dari Shahabat Umar bin Khathab radiyallahu anha
yang dikenal dengan “Hadits Jibril’,

Ibnu Taimiyyah menerangkan makna aqidah dengan suatu perkara yang


harus dibenarkan dalam hati, yang dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu
menjadi yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan dan juga tidak
dipengaruhi oleh syakwasangka, sedang Syekh Hasan al-Bana menyatakan aqidah
sebagai suatu yang seharusnya hati membenarkan sehingga menjadi ketenangan
jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keraguan.

Menurut Mahmud syaltout, aqidah ialah sisi terotis yang harus pertama kali
diimani atau diyakini dengan keyakinan yang mantap tanpa keraguan sedikitpun.
Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya nas-nash al-Quran maupun Hadist
mutawatir yang secara eksplisit menjelaskan persoalan itu, disamping adanya
consensus para ulama sejak pertama kali ajaran islam didakwahkan oleh Rosulullah.
Dan perkara itu pula yang menjadi inti ajaran Allah kepada para Rosul sebelumnya.

2.2 Kedudukan Aqidah Dalam Agama Islam

Dalam ajaran islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting Ibarat
suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran islam yang lain,
seperdi ibadah dan akhlak, adalah sesuatu yang dibangun diatasnya. Rumah yang
dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada
gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban
atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.

Maka aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din)
dan diterimanya suatu amal. Allah subahanahu wata’ala berfirman,

Artinya : “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di


akhirat), maka hendaklah ia beramal salih dan tidak menyekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Tuhannya)”, (Q.S. Al-Kahfi:110)

Allah subahanahu wata’ala juga berfirman,

Artinya “dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi


sebelumnya, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyrikan maka sungguh
amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang
merugi.” (Q.S as-Zumar:65)

Mengigat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul
mendahuukan dakwah dan pengajaran islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang
lainnya.

2.3 Bagaimana Nilai-nilai Aqidah Dalam Kehidupan, Seni Budaya, Ilmu


Pengetahuan, Teknologi (Iptek), Serta Dalam Ekonomi ?

2.3.1 Nilai Aqidah Dalam Kehidupan Pribadi dan Sosial

Nilai-nilai dalam kehidupan pribadi dan social, nilai dalam kehidupan


tentunya telah diatur sedemikian rupa oleh masyarakat itu sendiri sehingga
masyarakat mengerti akan penetapan dan batas-batas dalam bersikap terhadap
sesama dan lingkungannya.

Aqidah dapat mengendalikan perasaan sseorang yang kemudian membuat


pemilik perasaan-perasaan itu memiliki pertimbangan penuh dalam melakukan
tindakan-tindakanya. Sehingga apa yang kita lakukan adalah perbuatan yang
berdasarkan pada kaidah bahwa allah melihat dan mengamati kita di mana saja dan
kapan saja. Hal ini akan membuat kita tidak akan terdorong oleh luapan-luapan
perasaan atau tindakan yang melampaui batas-atas ketentuan Allah salah satu
tercermin dengan bersikap bijaksana dalam berperilaku dan interaksi sosialnya.

Tanpa Aqidah masyarakat akan berubah menjadi masyarakat jahiliyah yang


diwarnai oleh kekacauan dimana-mana, masyarakat tersebut akan diliputi oleh
perasaan ketakutan dan kecemasan di berbagai penjuru, karena masyarakat menjadi
berperilaku liar dan buas, yang ada di benak mereka hanyalah perbuatan buruk
yang menghancurkan.

Sesunguhnya aqidah islamiyah dengan segala rukun dan karakteristiknya


adalah merupakan dasar yang kokoh untuk membangun masyarakat yang kuat,
karena itu bangunan yang tidak tegak di atas aqidah islamiyah maka sama dengan
membangun di atas pasir yang mudah runtuh.

Begitulah nilai-nilai aqidah dalam kehidupan pribadi dan sosial yang


mengandung nilai-nilai kebenaran, keyakinan serta ketaatan yang merupakan nilai-
nilai yang akan membentuk pribadi yang baik, bijak dan bermanfaat untuk
lingkungan sehingga nanti secara otomatis dapat menciptakan masyarakat yang
rukun berakhlak mulia serta bermanfaat.

2.3.2 Nilai Aqidah Dalam Iptek

Keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau syariah dan akhlak dapat
dilakukan dengan menganalogi dinul islam bagaikan sebatang pohon yang baik, ini
merupakan hambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan
yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentifikasikan
dengan akar dari sebuah pohon yang menupang tegaknya ajaran islam, ilmu
bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu
pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu seperti seni budaya,
filsafat, dan iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan
menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.

Pengetahuan adalah  segala sesuatu yang diketahui manusia melalui


tangkapan pancaindera, ilustrasi dan firasat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan
yang telah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasikan sehingga
menghasilkan kebenaran obyektif, telah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang
secara ilmiah. Dalam kajian filsafat setiap ilmu membatasi diri pada salah satu
bidang kajian. Karena seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai
spesialis, sedangkan orang yang banyak tahu tapi tidak memperdalam disebut
generalis. Dengan keterbatasan kemampuan manusia, maka sangat jarang
ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam.

Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan dalam sudut pandang


budaya dan teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan
praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki
karakteristik obyektif dan netral, akan tetapi dalam situasi seperti ini teknologi tidak
netral lagi karena memiliki potensi yang merusak dan potensi kekuasaan, disitulah
letak perbedaan antara ilmu pengetahuan dan teknologi.

Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan


kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negative
berupa hal yang menyimpang dari nilai aqidah dalam kehidupan manusia dan
lingkungan.

Dengan Ilmu pengetahuan dan netralitas teknologi manusia dapat


mengambil dan memanfaatkan sebesar-besarnya nilai aqidah bagi kehidupan
manusia untuk memahami tentang iman, ilmu, amal shaleh dan keyakinan
keyakinan kepada Allah.
2.3.3 Nilai Aqidah Dalam Ekonomi

Agama islam memandang bahwa semua bentuk kegiatan ekonomi adalah


bagian dari mu’amalah sedangkan mu’amalah termasuk bagian syari’ah, aqidah dan
akhlaq, yang salah satunya tidak dapat dipisahkan. Dalam kaitan ini Allah SWT
memberi tamsil tentang hubungan yang tak terpisahkannya ketiga ajaran pokok
islam itu dalam firman-Nya.

Artinya : “Tidaklah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat


yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit. Pohon itu memberikan buahnya setiap musim dengan seizing Tuhannya,
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat. Dan perumpamaan yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah
dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)
sedikitpun” (QS.Ibrahim: 24-26).

Dalam kaitan ini Al-Quran telah menyerukan agar setiap muslim melakukan
segala aktifitas kehidupannya termasuk dalam bidang ekonomi selalu bertumpu
pada aqidah yang artinya bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya dalam
melakukan kegiatan ekonomi selalu bertumpu pada keimanan kepada Allah SWT
dan bertujuan mencari ridha-Nya karena pencipta, pemilik dan penguasa segala
yang ada hanyalah Allah Yang Maha Esa Tunggal. kegiatan ekonomi yang
berlandaskan aqidah tauhid mejamin terwujudnya kemaslahatan dan kebaikan
perekonomian untuk masyarakat luas, bukan hanya masyarakat muslim. Hal ini,
karena ekonomi dalam pandagan islam merupakan sarana dan fasilitas yang dapat
membantu pelaksanaan ibadah dengan sebaik-baiknya, kegiatan ekonomi yang
demikian dilaksanakan oleh pelaku-pelaku ekonomi yang selalu merasakan
kehadiran dan pengawasan Allah SWT, sehingga selalu berhias dan menjunjung
tinggi akhlak yang terpuji, keadilan, bebas dari segala tekanan untuk meraih
kebaikan hidup yang diridhai Allah SWT dan akhirat.

Islam sebagai agama wahyu menjadikanya sebagai sumber pedoman hidup


bagi seluruh manusia. Oleh karena itu, seluruh aktifitas yang dilakukan dalam
bidang ekonomi islam mengutamakan metode pendekatan sistem nilai sebagaimana
yang tercantum dalam sumber-sumber hukum islam yang berupa Al-Quran,
Sunnah, Ijma dan Ijtihad.

2.4 Apa Pengertian Syariah Islam ?

Syariah [ arab: ‫ريعة‬AA‫ ] الش‬secara bahasa artinya jalan yang dilewati untuk
menuju sumber air. (Lisan Al-Arab, 8/175). Secara bahasa, kata syariat juga
digunakan untuk menyebut madzhab atau ajaran agama. (Tafsir Al-Qurthubi,
16/163).Atau dengan kata lebih ringkas, syariat berarti aturan dan undang-undang.
Aturan disebut syariat, karena sangat jelas, dan mengumpulkan banyak hal. (Al-
Misbah Al-Munir, 1/310). Ada juga yang mengatakan, aturan ini disebut syariah,
karena dia menjadi sumber yang didatangi banyak orang untuk mengambilnya.
Namun, dalam perkembangannya, istilah syariat lebih akrab untuk menyebut aturan
islam.

Secara istilah, syariat islam adalah semua aturan yang Allah turunkan untuk
para hamba-Nya, baik terkait masalah aqidah, ibadah, muamalah, adab, maupun
akhlak. Baik terkait hubungan makhluk dengan Allah, maupun hubungan antar-
sesama makhluk. (Tarikh Tasyri’ Al-Islami, Manna’ Qathan, hlm. 13).

Allah berfirman,

‫ك َعلَى َش ِري َع ٍة ِمنَ اأْل َ ْم ِر فَاتَّبِ ْعهَا‬


َ ‫ثُ َّم َج َع ْلنَا‬

Artinya :“Kemudian Aku jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)
dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu…” (QS. Al-Jatsiyah: 18)
Allah tegaskan dalam Al-Quran :
‫لِ ُك ٍّل َج َع ْل َنا ِم ْن ُك ْم شِ رْ َع ًة َو ِم ْن َهاجً ا‬

Artinya : “Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan
yang terang”. (QS. Al-Maidah: 48)

Rincian syariat yang Allah turunkan, berbeda-beda antara satu umat dengan
umat lainnya, disesuaikan dengan perbedaan waktu dan keadaan masing-masing
umat. Dan semua syariat ini adalah adil ketika dia diturunkan. Meskipun demikian,
bagian prinsip dalam syariat, tidak berbeda antara satu umat satu nabi dengan umat
nabi lainnya.

Menurut Tokoh Lain, Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang


merupakan pegangan bagi manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan
kwalitas hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal itu
selain karena syariat islam melengkapi hukum di dunia, syariat islam juga
memenuhi persyaratan untuk melindungi manusia atau bisa disebut  HAM. Syariat
islam pun tidak hanya meliputi hukum-hukum di dunia tetapi banyak hal di dunia
ini seperti ekonomi, pembelajaran, pernikahan, dll

2.5 Apa Saja Ruang Lingkup Syariah Islam ?


Ruang lingkup syariah mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut :

1. Ibadah, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan


Allah SWT (ritual), yang terdiri dari :
a) Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, zakat, puasa,

dan haji.
b) Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rukun Islam.
1) Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudlu, mandi, tayamum,
pengaturan menghilangkan najis, peraturan air, istinja, adzan, qomat,
I’tikaf, do’a, sholawat, umroh, tasbih, istighfar, khitan, pengurusan
mayit, dan lain-lain.
2) Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah,
hibbah, dan lain-lain.
2 Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan yang
lainnya dalam hal tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya :
dagang, pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja sama dagang, simpanan,
penemuan, pengupahan, rampasan perang, utang-piutang, pungutan, warisan,
wasiat, nafkah, titipan, jizah, pesanan, dan lain-lain.
3 Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang
lain dalam hubungan berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan dengannya),
diantaranya: perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah, penyusunan,
memelihara anak, pergaulan suami istri, mas kawin, berkabung dari suami
yang wafat, meminang, khulu’, li’am dzilar, ilam walimah, wasiyat, dan lain-
lain.
4 Jinayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash, diyat,
kifarat, pembunuhan, zinah, minuman keras, murtad, khianat dalam
perjuangan, kesaksian dan lain-lain.
5 Siyasa, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik),
diantaranya : ukhuwa (persaudaraan) musyawarah (persamaan), ‘adalah
(keadilan), ta’awun (tolong menolong), tasamu (toleransi), takafulul ijtimah
(tanggung jawab sosial), zi’amah (kepemimpinan) pemerintahan dan lain-lain.
6 Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur, sabar,
tawadlu, (rendah hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen), syaja’ah
(berani), birrul walidain (berbuat baik pada ayah ibu), dan lain-lain.
7 Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman, sembelihan, berburu,
nazar, pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, mesjid, da’wah,
perang, dan lain-lain.

2.6 Bagaimana Menerapkan Syariah Islam Dibidang Sosial Budaya dan


Pendidikan ?

2.6.1 Menerapkan Syariat Dalam Pendekatan Sosial Budaya

Penerapan kehidupan sosial umat manusia di manapun mereka berada


pastilah merujuk pada tatanan, untuk mengharmoniskan kehidupan itu dan untuk
menjaganya agar tidak lepas kendali sehingga hubungan sosial tidak menjadi kontra
produktif tetapi semakin memunculkan makna kebahagiaan dan kemakmuran.
Kaidah-kaidah yang sangat menerangkan makna syariat dalam konteks sosial
misalnya :
1) Kaidah tentang lima prinsip, yaitu prinsip keharusan menjaga agama,
akal, jiwa, keturunan dan harta.
2) Kaidah hukum taklifi itu bukan dua saja halal dan haram, melainkan
ada juga yang sunah, makruh bahkan ada yang mubah
3) Anjuran untuk terus dapat berijtihad dan mentajdid
4) Prinsip tentang kesesuaian syariat dengan realitas, juga bahwa
syariat itu berdiri atas bangunan kemudahan dan mementingkan pentahapan
5) Kaidah tentang urf (adat) sebagai rujukan syariat.
6) Kaidah tentang amal dan atau perbuatan penduduk Madinah, seperti
dipergunakan oleh Imam Malik.
7) Kaidah tentang mempertimbangkan kedaruratan dan mementingkan
kemashlahatan
8) Kaidah tentang syura (bermusyawarah)
9) Kaidah tentang amr ma’ruf nahyi munkar
10) Kaidah tentang tolong menolong dalam kebajikan dan takwadan bukan
dalam dosa dan melanggar hukum
11) Kaidah tentang fikih dakwah
12) Kaidah tentang fikih muamalah (hubungan sosial)
13) Kaidah tentang rabbaniyah dan syumuliyah syariat Islamiah
14) Kaidah tentang menegakkan keadilan dan egalitarianisme dihadapan
hukum.
Dan dengan pendekatan normatif aplikatif seperti di atas, kita mempunyai
pedoman dasar, bahwa syariat memang sangat berhubungan dengan faktor
sosial budaya, ia berhubungan dengannya dengan sangat erat, bahkan ia
pro-aktif berinteraksi dengan budaya manusia, bahkan ia pun menciptakan
kebudayaan baru di atas bingkai dan landasan syariat. Sehingga dahulu
para ulama memunculkan suatu ungkapan yang sangat berarti: “Bila di situ
ada kemaslahatan, maka di situ pulalah letak syariat.”
2.6.2 Penerapan Syariah Dalam Bidang Pendidikan
Beberapa hal yang merupakan kaidah-kaidah penerapan syariat Islam
dalam bidang pendidikan ke depan, antara lain:
1) Adanya kaidah-kaidah tentang islamisasi ilmu pengetahuan. Kaidah itu
kini semakin ditekuni untuk diwujudkan dalam bentuk aktifitas
pendidikan yang syar’i.
2) Adanya interaksi dengan berbagai budaya pendidikan yang asalnya tidak
muncul dari dunia Islam.
3) Adanya buku dan lembaga-lembaga pendidikkan Islam yang sangat
beragam yang telah sangat berpengalaman dalam penerapan syariat Islam
dalam bidang pendidikan.

Hal-hal semacam itulah yang diharapkan akan memudahkan menanggulangi


hambatan-hambatan penerapan syariat dalam bidang pendidikan seperti faktor
sekularisme dan lain-lain.
Adanya pendidikan yang berlandaskan syariat baik dalam bentuk teori,
buku kurikulum, apalagi lembaga pendidikan yang berlandaskan syariat,
tentulah sangat diperlukan sebagai sarana mempersiapkan kader-kader yang
akan melanjutkan kehidupan di bawah naungan syariat. Sebab kaidah baku
yang telah disepakati para ulama, tetaplah berbunyi: “Sesuatu yang hanya
dengan itulah maka kewajiban dapat direalisasikan, maka sesuatu itu pun
berkategori hukum wajib.”

2.7 Bagaimana Hubungan Aqidah Dengan Syariah Islam ?

Menurut sebuah hadist yang diriwayatkan oleh muslim dari Abdullah bin
Umar diceritakan bahwa pernah datang seorang laki-laki kepada Rosulullah SAW,
yang kemudian yteryata orang itu adalah malaikat jibril, menanyakan tentang arti
Iman (aqidah), Islam (Syariah), dan Ihsan (Akhlak). Dan dalam dialognya
Rosulluloh SAW dengan malaikat Jibril itu, Rosululloh SAW memberikan
pengertian tentang Iman, Islam, dan Ihsan tersebut sebagai berikut :

Iman (aqidah) : Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-


Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya dan Hari Akhir serta engkau beriman kepada kadar
(ketentuan Tuhan baik dan buruk)
Islam (Syariah) : Engkau menyasikan bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah Rosulullah, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan
zakat, puasa Ramadhan dan engkau pergi haji ke Baitullah jika engkau mampu
pergi kesana.

Ihsan (Akhlak) : Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya,


tetapi jika engkau tidak melihat-Nya, yakinlah bahwa Dia selalu melihat engkau.

Ditinjau dari hadis di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan
antar ketiganya sangat erat bagaikan pohon. Tidak dapat dipisahkan antara akar
(Aqidah), batang (Syariah), dan daun (Akhlak).

Menurut Syekh Mahmud Syaltut ketika menjelaskan tentang kedudukan


aqidah dan syariah menulis: Aqidah itu di dalam posisinya menurut Islam adalah
pokok yang kemudian di atasnya dibangun syariat. Sedang syariat itu sendiri adalah
hasil yang dilahirkan oleh aqidah tersebut. Dengan demikian tidaklah akan terdapat
syariat di dalam Islam, melainkan karena adanya aqidah; sebagaimana syariat tidak
akan berkembang, melainkan di bawah naungan aqidah. Jelaslah bahwa syariat
tanpa akidah laksana gedung tanpa fondasi.

            Ada juga yang menyatakan bahwa hubungan aqidah dengan syariat adalah
hubungan di antara budi dan perangai. Dalam undang-undang budi, suatu budi yang
tinggi hendaklah dilatihkan terus supaya menjadi perangai dan kebiasaan. Kalau
seorang telah mengakui percaya kepada Allah dan kepada Hari Kemudian, dan
telah mengakui pula percaya kepada Rasul-rasul Utusan Tuhan, niscaya dengan
sendirinya kepercayaan itu mendorongnya supaya mencari perbuatan-perbuatan
yang diterima dengan rela oleh Tuhan. Niscaya dia bersiap-siap sebab dia telah
percaya bahwa kelak dia akan berjumpa dengan Tuhan. Niscaya dia senantiasa
berusaha di dalam hidup menempuh jalan lurus.

BAB III

PENUTUP
2.8 Kesimpulan

Kaitan antara aqidah, syariah dan akhlak ialah bagaikan sebuah pohon,
terdapat akar, batang, dan daun, yang saling menyatu bila satu hilang atau rusak
maka akan terjadi kehancuran untuk pohon tersebut.

Aqidah merupakan pilar utama untuk menumbuhkansyariat dan akhlah,


tanpa aqidah, syariah dan akhlak yang baik tidak akan terbentuk, atau pun
sebaliknya Rasulullah pernah menjelaskan tentang pengertian ketiganya ketika
jibril dating kepadanya sebagai seorang manusia.

Rasulullah sangat menekankan hubungan antara ketiganya. Tidak boleh


dilepas satu sama lain. Rasulullah menegaskan barang siapa meninggalkan syariah
dan akhlak akan kehilangan keimananya, ataupun sebaliknya. Dan Rasulullah
menegaskan untuk memelihara ketiganya dalam tubuh seorang mukmin dan
muslim.

2.9 Saran

Kami menyarankan bahwa dalam pembahasan telah banyak dijelaskan


betapa pentingnya aqidah dan syariah bagi seorang mukmin dan muslim. Tanpa
kedua hal tersebut maka seorang mukmin atau muslim akan kehilangan
keimanannya. Maka dari itu kita harus benar benar menjaga aqidah. Karena aqidah
merupakan pilar utama untuk menumbuhkan syariah dan aqidah yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Asmaran As., M.A. 2002., 1966. Islam Aqidah wa Syariah, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persana Mahmud Syaltut .

Aziz bin Fathi bin as-Sayyid ‘Aid Nada, Abdul. Juni 2015 : Syarah Aqidah ash-Shahiha
dan Pembatalnya. Jakarta. Pustaka as-Sunnah,

Sumadi, S. Ag, Sutrisna. 2002. Pedoman Pendidikan Aqidah Remaja. Pustaka


Quantum.

M. Ag, Dr Marzuki. Ebook Pendidikan Agama Islam Bab VIII Hukum Islam (Syari’ah).

http://kmplnmakalah.blogspot.co.id/2013/makalah-hubungan-aqidah-dan-
syariah.htm#sthash.2whVnnkv.dpuf.

https://id.wikipedia.org/wiki/Syariat_Islam

https://konsultasisyariah.com/19759-apa-itu-syariah.html

Anda mungkin juga menyukai