Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Segenap rasa syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, semesta
bertasbih mengagungkan kebesaran-Nya, sehingga kitapun harus sadar bahwa segala
nikmat dan ujian hanyalah milik-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Shalawat dan
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajak
pada kebaikan dan kebenaran serta mengajarkan akan makna kepemimpinan sejati
dibawah ridho illahi.

Makalah yang berjudul “ Hakikat rukun iman dan rukun islam “ ini dapat
penulis selesaikan berkat bimbingan bapak Taufik Hidayat, S.Hi. Me. Sy. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Orang Tua penulis dan teman – teman serta semua
pihak atas batuan, dukungan dan bimbingan serta do’a yang diberikan.

Penulis sudah berusaha sebaik mungkin dalam menyusun makalah ini, namun
penulis sangat menyadari kemungkinan masih adanya kekurangan, untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan.

Terakhir, semoga semua bantuan, kritik dan saran yang telah diberikan,
sebagai amal sholeh dan mendapat ridho Allah SWT. Sehingga pada akhirnya
makalah ini dapat bermanfaat serta sebagai sumbangan informasi dalam memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan.

Pekanbaru, 01 September 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................ 2

I. PENDAHULUAN

1. Latar belakang ................................................................................... 4


2. Rumusan masalah.............................................................................. 6
3. Tujuan .............................................................................................. 6

II. PEMBAHASAN

A. PENULISAN KATA

1. Pengertian iman ................................................................................. 7


2. Rukun iman sebagai pilar keyakinan ................................................ 8
3. Pengaruh iman terhadap kehidupan seorang muslim ....................... 11
4. Sifat sifat orang beriman ................................................................. 14
5. Hal hal yang meningkatkan keimanan ............................................ 14
6. Pengertian rukun islam ..................................................................... 15
7. syahadat ............................................................................................ 15
8. Shalat ................................................................................................ 18
9. Puasa .............................................................................................. 19
10. Zakat ................................................................................................. 20
11. Haji .................................................................................................. 20

2
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Simpulan .......................................................................................... 22
2. Saran ................................................................................................ 24

DAFTAR PUSAKA .................................................................................... 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di zaman yang modern ini, budaya barat semakin berkembang di Indonesia.
Kita sebagai seorang muslim seharusnya dapat mengimplementasikan rukun iman
dan islam dalam kehidupan sehari hari agar tidak mudah terpengaruh kedalam
pergaulan yang sudah tidak terkendali baik di daerah perkotaan maupun didaerah
desa. Pergaulan itu seperti mengikis keimanan atau akidah setiap insan sedikit demi
sedikit bahkan dapat menghilangkan keimanan atau akidah dari setiap diri manusia.
Maka rukun iman dan islam sangat dibutuhkan karena mempunyai peranan yang baik
dan penting dalam pembentukan kepribadian.
Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun
Iman, terdiri dari enam pilar. Ke enam pilar tersebut adalah keyakinan Islam terhadap
hal-hal yang “ghoib” yang hanya dapat diyakini secara transedental, sebuah
kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia. Rukun Iman (pilar
keyakinan) ini adalah terdiri dari: 1) iman kepada Allah (Patuh dan taat kepada
Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya), 2) iman kepada Malaikat-malaikat Allah
(mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam
semesta), 3) iman kepada Kitab-kitab Allah (melaksanakan ajaran Allah dalam kitab-
kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an), 4) iman kepada
Rasul-rasul Allah (mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan
dan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran), 5) iman kepada
hari Kiamat (aham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan) dan 6) iman
kepada Qada dan Qadar(paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah
pada alam semesta).
Enam pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib
dimiliki oleh setiap muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah

4
keimanannya, sehingga mengimani ke enam rukun iman tersebut merupakan suatu
kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Dalam ajaran Islam terdapat beberapa pokok ibadah yang menjadi landasan
fundamental agama. Beberapa pokok ibadah mendasar itu disebut dengan rukun
Islam yang meliputi 5 pokok perkara, yaitu syahadat, sholat, zakat, puasa dam naik
haji. Kelima hal tersebut merupakaan ciri ibadah seorang muslim yang membedakan
dengan umat beragama lainnya.
Pelaksanaan pokok-pokok ibadah yang terkandung dalam Rukun Islam tersebut
merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan seorang muslim. Syahadat merupakan
ucapan sumpah janji yang memperkuat aqidah untuk senantiasa mengakui dan
mengesakan Allah SWT serta mengakui bahwa Nabi Muhammad sebagai utusanNya.
Sholat adalah ibadah ritual yang dijalankan sebagai sarana penghubung antara
manusia dengan Allah SWT. Zakat adalah ibadah yang memiliki dimensi sosial
kemasyarakatan sebagai perwujudan ketaatan seorang muslim kepada Allah. Puasa
adalah ibadah yang memperkuat kepribadian, dan haji sebagai rukun Islam terakhir
yang memperlihatkan ketaatan dan keinginan seorang muslim memenuhi panggilan
Allah SWT
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan mengkaji rukun rukun iman di
dalam islam dan kaidah-kaidah pokok ibadah dalam ajaran Islam yang dikenal
dengan nama Rukun Islam yang mencakup syahadat, sholat, zakat, puasa dan naik
haji. Melalui kajian tersebut diharapkan pemahaman penulis terhadap isi dan makna
Rukun iman dan Islam akan meningkat dan mampu pula meningkatkan kualitas
ibadah penulis.

5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka berikut ini rumusan masalah yang
akan dikaji dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan rukun Iman?
2. Apakah kedudukan rukun Iman dalam agama Islam?
3. Apakah makna rukun iman terhadap kehidupan seorang muslim?
4. Apakah yang dimaksud dengan rukun islam?
5. Apakah kedudukan rukun islam dalam agama islam?
6. Apakah makna rukun islam terhadap kehidupan seorang muslim?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penyusunan makalah yang yang bertema tentang rukun Islam ini
adalah:
1. Memahami maksud dengan rukun Iman.
2. Mengetahui kedudukan rukun Iman dalam agama Islam.
3. Memahami makna rukun iman terhadap kehidupan seorang muslim.
4. Memahami maksud dengan rukun Iman.
5. Mengetahui kedudukan rukun Iman dalam agama Islam.
6. Memahami makna rukun iman terhadap kehidupan seorang muslim.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IMAN

Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah


syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan
anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan
maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab
itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan
berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al
Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya.[1]

Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan,
dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.

“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.”

— QS. Al Fath [48] : 4

Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa
bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang
dengan sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa
berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab
meninggalkan amal.”[2]Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan lebih
dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat
mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah
dan berkurang.”[3]

Murid Al Imam Syafi’i yang bernama Ar-Rabi’ berkata: “Aku mendengar Al-Imam
Asy-Syafi’i berkata: “Iman adalah ucapan dan amalan, bertambah dan berkurang.”

Pada riwayat yang lain terdapat tambahan: “Bertambah dengan ketaatan dan
berkurang dengan kemaksiatan.” Kemudian beliau membaca ayat:

7
‫َويَ ْزدَادَ الَّذِينَ آ َمنُوا إِي َمانًا‬

“Dan agar bertambah keimanan orang-orang yang beriman.” (Al-Muddatstsir: 31)


[Lihat Fathul Bari, 1/62-63]

Makna bertambah dan berkurangnya iman seperti yang ditanyakan oleh putra Imam
Ahmad yaitu Shalih rahimahullahu. Shalih rahimahullahu berkata: “Aku bertanya
kepada ayahku, apa itu makna bertambah dan berkurangnya iman?”. Beliau
menjawab: “Bertambahnya iman adalah dengan adanya amalan, berkurangnya adalah
dengan meninggalkan amalan, seperti meninggalkan shalat, zakat, dan haji.”

2.2 RUKUN IMAN SEBAGAI PILAR KEYAKINAN UMAT ISLAM

2.2.1 Iman Kepada Allah Ta’ala


Iman kepada Allah adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan
Raja segala sesuatu, Dialah Yang Mencipta, Yang Memberi Rizki, Yang
Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia yang berhak diibadahi. Kepasrahan,
kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh diberikan kepada
selain-Nya, Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan kemuliaan, serta
Dia bersih dari segala cacat dan kekurangan.
Mempercayai bahwa Allah itu adalah Zat (essensi) dan Ada (eksistensi) pada
Allah Maha Esa itu merupakan satuan, Ada pada Allah itu bersifat mutlak, berbeda
dengan eksistensi manusia bersifat nisbi. Aliran Sunni menambahkan beberapa Sifat-
Ilah yang merupakan suatu kemestian, yaitu Azali (al-Qidam), kekal tanpa batas (al-
Baqa), berbeda dengan setiap kebaharuan (Mukhâlafat lil Hawâdits), keberadaannya
itu pada zat-Nya sendiri (Qiyâmuhu bi Nafsihi), maha esa (al-Wahdâniyat),
berkemampuan tanpa batas (al-Qudrat), berkemauan tanpa hambatan (al-Irâdat), tahu
atas setiap sesuatu (al-u), hidup (al-Hayt), mendengar (al-Samak), menyaksikan (al-
Bashar), berbicara menurut zat-Nya (al-Kalam).

8
2.2.2 Iman Kepada Para Malaikat-Nya
Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah memiliki
malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Adapun yang
diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam
tanpa berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang
diperintahkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir
dari nash-nash Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Jadi, setiap gerakan di langit dan di
bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan perintah
Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani secara tafshil (terperinci), para malaikat
yang namanya disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib
mengimani mereka secara ijmal (global).

2.2.3 Iman Kepada Kitab-Kitab


Maksudnya adalah, meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah memiliki kitab-
kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar-benar
merupakan Kalam(firman, ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya dan petunjuk. Apa yang
dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah.
Wajib beriman secara ijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka
wajib baginya mengimaninya secara tafshil, yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an.
Selain wajib mengimani bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah, wajib pula
mengimani bahwa Allah telah mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan
seluruh kitab lain yang diturunkan. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan
kewajiban serta menjauhi berbagai larangan yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an
merupakan tolok ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu. Hanya Al-Qur’anlah yang
dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan. Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang
diturunkan, dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-
Nya.

9
2.2.4 Iman Kepada Rasul-rasul
Iman kepada rasul-rasul adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah telah
mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.
Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia mengutus para rasul itu kepada
manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka. Maka, wajib
beriman kepada semua rasul secara ijmal sebagaimana wajib pula beriman
secara tafshil kepada siapa di antara mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu
25 diantara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Wajib pula beriman
bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang jumlahnya
tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka
selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa
Muhammad shalalallahu alaihi wa salam adalah yang paling mulia dan penutup para
nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta tidak ada nabi
setelahnya.
Kecuali mesti beriman terhadap Nabi Muhammad, yang merupakan bagian
kedua pada Syahadatain, maka setiap Muslim diwajibkan pula mempercayai Rasul-
Rasul Allah pada masa-masa sebelumnya dan memuliakannya. Di dalam kitab suci
Al-Qur'an terdapat nama dua puluh lima Rasul Allah, yang satu persatunya
disebutkan dengan nyata, yaitu
: Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim,Luth, Ismail, Ishak, Yaakub, Yusuf, Ayub,
Zulkifli, Syu'aib, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa,Yunus, Zakharia, Yahy
a, Isa,
Beberapa dalil mengenai adanya rasul Allah adalah sebagai berikut:
1. "Kami utus pada setiap ummat itu seorang Rasul", (Nahal, 16:36).
2. "Kami tidak akan memikulkan siksa (atas sesuatu ummat) kecuali
lebih dahulu Kami utus seorang Rasul," (Isra', 17:15).

10
2.2.5 Iman Kepada Kebangkitan Setelah Mati
Iman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang
adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas kebaikan orang-orang yang
berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat. Allah mengampuni dosa
apapun selain syirik, jika Dia menghendaki. Pengertian alba’ts (kebangkitan)
menurut syar’i adalah dipulihkannya badan dan dimasukkannya kembali nyawa ke
dalamnya, sehingga manusia keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang
bertebaran dalam keadaan hidup dan bersegera mendatangi penyeru. Kita memohon
ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.

2.2.6 Iman Kepada Takdir Yang Baik Maupun Yang Buruk Dari Allah Ta’ala.
Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala
kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah. Allah ta’ala telah mengetahui
kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum menciptakan
dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang
telah diketahui-Nya itu.

2.3 Pengaruh Iman terhadap Kehidupan Seorang Muslim


Berikut ini adalah pembahasan mengenai pengaruh dan dampak keimanan
seseorang muslim terhadap perilakunya sehari-hari.
2.3.1 Pengaruh Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi
perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan
pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, Maha
Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa berhati-hati
dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun
di sekitarnya, sebab ia yakin bahwa Allah itu ada. Karena itu selama iman itu ada
dalam dirinya, tidak mungkin ia dapat berbuat yang tidak sesuai dengan perintah
Allah.

11
2.3.2 Pengaruh Iman Kepada Malaikat
Keyakinan terhadap adanya malaikat, bukan hanya sebatas mengetahui nama dan
tugas-tugasnya, akan berpengaruh terhadap perilaku manusia. Jika kita yakin ada
malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita, maka seorang muslim akan
senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan menyadari bahwa
semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat. Begitu juga dengan keyakinan
adanya malaikat, maka seorang muslim akan senantiasa optimis dan yakin perbuatan
yang baiknya tidak akan sia-sia dilakukan. Oleh karena itu iman kepada malaikat
akan melahirkan sikap berhati-hati, optimis, dan dimanis, tidak mudah putus asa atau
kecewa.
2.3.3 Pengaruh Iman Kepada Kitab
Iman kepada kitab Allah bagi manusia dapat memberikan keyakinan yang
kuat akan kebenaran jalan yang ditempuhnya, karena jalan yang harus ditempuh
manusia telah diberitahukan Allah dalam kitab suci. Manusia tidak memiliki
kemampuan untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah kehidupan
untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah hidup berakhir, maka
dengan pemberitahuan kitab suci manusia dapat mengatur hidupnya menyesuaikan
dengan rencana Allah, sehingga manusia mempunyai masa depan yang jelas.
2.3.4 Pengaruh Iman Kepada Rasul
Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan adanya
rasul maka manusia dapat melihat contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik yang
sesuai dengan apa yang diharapkan Allah. Dengan perilaku yang dicontohkan
Rasulullah, maka manusia akan mempunyai pegangan yang jelas dan lengkap
mengenai berbagai tuntutan kehidupan baik yang berhubungan dengan Allah,
hubungan antar manusia maupun lainnya.

12
2.3.5 Pengaruh Iman Kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan akan datangnya
hari akhir sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut akan
melahirkan sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam kehidupan
manusia, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan amal ibadah dan
balasannya. Manusia tidak akan kecewa apabila di dunia ia tidak memperolah balasan
dari amal perbuatannya, karena ia yakin di hari akhir ia akan memperoleh balasan apa
yang ia perbuat di dunia ini. Apabila seorang muslim yakin akan hari akhir, maka ia
akan terhindar dari sikap malas dan suka melamun, melainkan ia akan terus berproses
dan mencari makna kehidupan.
2.3.6 Pengaruh Iman Kepada Takdir
Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa
dan putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang
muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh
karena itu, jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar, sebab buruk menurut
kita belum tentu buruk menurut Allah, sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik
menurut Allah. Karena itu dalam kaitan dengan takdir ini segogjayanya lahir sikap
sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan
kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.

13
2.4 Sifat-sifat Orang yang Beriman

 Teguh pendirian / tidak mudah terpengaruh dalam keadaan apapun dan tidak
lemah karena cobaan.

 Tegas dalam mengambil sikap dan mudah menerima nasehat.

 Senang mencari dan menambah ilmu

 Selalu merasa khawatir dan takut jangan-jangan amal sOleh yang


dikerjakannya belum cukup untuk bekal menghadap kehadirot Allah sehingga
mempunyai semangat yang tinggi untuk lebih banyak beramal.

 Sederhana dan selalu menjaga kebersihan.

 Dan lain-lain

2.5 Hal-hal yang dapat Meningkatkan Keimanan

 Ilmu, yaitu dengan meningkatkan ilmu tentang mengenal Allah SWT seperti
makna dari nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya.
Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang terhadap Allah dan kekuasaan-
Nya, maka semakin bertambah tinggi iman dan pengagungan serta takutnya
kepada Allah SWT.

 Merenungkan ciptaan Allah, keindahannya, keanekaragaman-Nya, dan


kesempurnaan-Nya. Maka kita akan sampai pada kesimpulan : Siapa yang
merancang, menciptakan dan mengatur semua ini ? Jawabannya hanya Allah

 Senantiasa menuingkatkan ketaqwaan dan meninggalkan maksiat kepada-


Nya

14
2.6 Pengertian Rukun Islam

Dalam agama Islam terdapat beberapa aspek yang menjadi fondasi ibadah,
yang dinamakan Rukun Islam. Fondasi-fondasi ibadah tersebut merupakan
perwujudan hamba allah dalam mengimplementasikan penghambaannya kepada
Allah. Rukun Islam itu sendiri terdiri daripada lima perkara, yaitu:

1. Mengucap dua kalimat syahadat dan menerima bahwa Allah itu


tunggal dan Nabi Muhammad s.a.w itu rasul Allah.
2. Menunaikan sholat lima kali sehari.
3. Mengeluarkan zakat.
4. Berpuasa pada bulan Ramadhan.
5. Menunaikan Haji bagi mereka yang mampu.

2.7 Syahadat
Syahadat (persaksian) ini memiliki makna yang harus diketahui seorang muslim
berikut diamalkannya. Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan namun tidak
mengetahui maknanya dan tidak mengamalkannya maka tidak ada manfaat sama
sekali dengan syahadatnya. Adapun isi syahadat sebagai rukun pertama dalam rukun
Islam adalah: Bersaksi tidak ada ilah yang berhak disembah secara hak melainkan
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.

15
2.7.1 Makna "La ilaha Illallah"
Makna kalimat syahadat yang pertama “La ilaha illalloh” yaitu; tidak ada
yang berhak diibadahi secara hak di bumi maupun di langit melainkan Allah semata.
Dialah ilah yang hak sedang ilah (sesembahan) selain-Nya adalah batil. Sedang Ilah
maknanya ma’bud (yang diibadahi). Artinya secara harfiah adalah: "Tiada Tuhan
Selain ALLAH".
Orang yang beribadah kepada selain Allah adalah kafir dan musyrik terhadap
Allah sekalipun yang dia sembah itu seorang nabi atau wali. Sekalipun ia beralasan
supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan bertawasul kepadanya. Sebab
orang-orangmusyrik yang dulu menyelisihi Rasul, mereka tidak menyembah para
nabi dan wali dan orang soleh melainkan dengan memakai alasan ini. Akan tetapi itu
merupakan alasan batil lagi tertolak. Sebab mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan
bertawasul kepada-Nya tidak boleh dengan cara menyelewengkan ibadah kepada
selain Allah. Melainkan hanya dengan menggunakan nama-nama dan sifat-Nya,
dengan perantaraan amal sholeh yang diperintahkan-Nya
seperti sholat, shodaqah, zikir, puasa, jihad, haji, bakti kepada orang tua serta lainnya,
demikian pula dengan perantara doanya seorang mukmin yang masih hidup dan hadir
dihadapannya ketika mendoakan.
2.7.2 Makna Syahadat “Muhammad Rasulullah”
Makna syahadat Muhammad Rasulullah adalah mengetahui dan meyakini
bahwa Muhammad utusan Allah kepada seluruh manusia, dia seorang hamba biasa
yang tidak boleh disembah, sekaligus rasul yang tidak boleh didustakan. Akan tetapi
harus ditaati dan diikuti. Siapa yang menaatinya masuk surga dan siapa yang
mendurhakainya masuk neraka.

Selain itu anda juga mengetahui dan meyakini bahwa sumber pengambilan
syariat sama saja apakah mengenai syiar-syiar ibadah ritual yang diperintahkan Allah
maupun aturan hukum dan syariat dalam segala sector maupun mengenai
keputusan halal dan haram. Semua itu tidak boleh kecuali lewat utusan Allah yang

16
bisa menyampaikan syariat-Nya. Oleh karena itu seorang muslim tidak boleh
menerima satu syariatpun yang datang bukan lewat Rasul SAW. Allah ta’ala
berfirman :

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia dan apa yang dilarangnya

bagimu maka tinggalkanlah (Al Hasyr:7)”

“Maka demi Robbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuh hati (An Nisa’:65)”

Adapun makna kedua ayat di atas, adalah:

1. Pada ayat pertama Allah memerintahkan kaum muslimin supaya menaati Rasul-
Nya pada seluruh yang diperintahkannya dan berhenti dari
seluruheMuhammad yang dilarangnya. Karena beliau memerintah hanyalah
berdasarkan dengan perintah Allah dan melarang berdasar larangan-Nya.
2. Pada ayat kedua Allah bersumpah dengan diri-Nya yang suci bahwa sah iman
seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya hingga ia mau berhukum kepada Rasul dalam
perkara yang diperselisihkan antara dia dengan orang lain, kemudian ia puas
keputusannya dan menerima dengan sepenuh hati.

17
2.8 Shalat
Shalat lima waktu sehari semalam yang Allah syariatkan untuk menjadi
sarana interaksi antara Allah dengan seorang muslim dimana ia bermunajat dan
berdoa kepada-Nya. Juga untuk menjadi sarana pencegah bagi seorang muslim dari
perbuatan keji dan mungkar sehingga ia memperoleh kedamaian jiwa dan badan yang
dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat.

Allah mensyariatkan dalam shalat, suci badan, pakaian, dan tempat yang
digunakan untuk sholat. Maka seorang muslim membersihkan diri dengan air suci
dari semua barang najis seperti air kecil dan besar dalam rangka mensucikan
badannya dari najis lahir dan hatinya dari najis batin.

Shalat merupakan tiang agama. Ia sebagai rukun terpenting Islam setelah dua
kalimat syahadat. Seorang muslim wajib memeliharanya semenjak usia baligh
(dewasa) hingga mati. Ia wajib memerintahkannya kepada keluarga dan anak-
anaknya semenjak usia tujuh tahun dalam rangka membiasakannya. Allah ta’ala
berfirman :

"Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman (An Nisa: 103)

Sholat wajib bagi seorang muslim dalam kondisi apapun hingga pada kondisi
ketakutan dan sakit. Ia menjalankan sholat sesuai kemampuannya baik dalam keadaan
berdiri, duduk maupun berbaring hingga sekalipun tidak mampu kecuali sekedar
dengan isyarat mata atau hatinya maka ia mengkhabarkan bahwa orang yangeboleh
sholat dengan isyarat. Rasul meninggalkan sholat itu bukanlah seorang muslim entah
laki atau perempuan. Ia bersabda :

"“Perjanjian antara kami dengan mereka adalah sholat. Siapa yang


meninggalkannya berarti telah kafir” Hadits shohih.

18
Sholat lima waktu itu adalah sholat Shubuh, sholat Dhuhur, sholat Ashar,
sholat Maghrib dan sholat Isya’. Waktu sholat Shubuh dimulai dari munculnya
mentari pagi di Timur dan berakhir saat terbit matahari. Tidak boleh menunda sampai
akhir waktunya. Waktu sholat Dhuhur dimulai dari condongnya matahari hingga
sesuatu sepanjang bayang-bayangnya. Waktu sholat Ashar dimulai setelah habisnya
waktu Dhuhur hingga matahari menguning dan tidak boleh menundanya hingga akhir
waktu. Akan tetapi ditunaikan selama matahari masih putih cerah.
Waktu Maghrib dimulai setelah terbenamnya matahari dan berakhir dengan
lenyapnya senja merah dan tidak boleh ditunda hingga akhir waktunya. Sedang waktu
sholat Isya’ dimulai setelah habisnya waktu maghrib hingga akhir malam dan tidak
boleh ditunda setelah itu.

Seandainya seorang muslim menunda-nunda sekali sholat saja dari ketentuan


waktunya hingga keluar waktunya tanpa alasan yang dibenarkan syariat diluar
keinginannya maka ia telah melakukan dosa besar. Ia harus bertaubat kepada Allah
dan tidak mengulangi lagi.

2.9 Puasa
Puasa pada bulan ramadhan yaitu bulan kesembilam dari bulan hijriyah.

Sifat puasa:
Seorang muslim berniat puasa sebelum waktu shubuh (fajar) terang. Kemudian
menahan dari makan, minum dan jima’ (hubungan lain jenis) hingga terbenamnya
matahari kemudian berbuka. Ia kerjakan hal itu selama hari bulan Romadhon. Dengan
itu ia menghendaki ridho Allah ta’ala dan beribadah kepada-Nya.

Dalam puasa terdapat beberapa manfaat tak terhingga. Diantara yang terpenting :

1. Merupakan ibadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya. Seorang hamba


meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Allah. Hal itu diantara sarana
terbesar mencapai taqwa kepada Allah ta’ala.

19
2. Adapun manfaat puasa dari sudut kesehatan, ekonomi, sosial maka amat banyak.
Tidak ada yang dapat mengetahuinya selain mereka yang berpuasa atas dorongan
akidah dan iman.

2.10 Zakat
Allah telah memerintahkan setiap muslim yang memilki harta mencapai nisab
untuk mengeluarkan zakat hartanya setiap tahun. Ia berikan kepada yang berhak
menerima dari kalangan fakir serta selain mereka yang zakat boleh diserahkan kepada
mereka sebagaimana telah diterangkan dalam Al Qur’an.

Nishab emas sebanyak 20 mitsqal. Nishab perak sebanyak 200 dirham atau
mata uang kertas yang senilai itu. Barang-barang dagangan dengan segala macam jika
nilainya telah mencapai nishab wajib pemiliknya mengeluarkan zakatnya manakala
telah berlalu setahun. Nishab biji-bijian dan buah-buahan 300 sha’. Rumah siap jual
dikeluarkan zakat nilainya. Sedang rumah siap sewa saja dikeluarkan zakat upahnya.
Kadar zakat pada emas, perak dan barang-barang dagangan 2,5 % setiap tahunnya.
Pada biji-bijian dan buah-buahan 10 % dari yang diairi tanpa kesulitan seperti yang
diairi dengan air sungai, mata air yang mengalir atau hujan. Sedang 5 % pada biji-
bijian yang diairi dengan susah seperti yang diairi dengan alat penimba air.

Diantara manfaat mengeluarkan zakat menghibur jiwa orang-orang fakir dan


menutupi kebutuhan mereka serta menguatkan ikatan cinta antara mereka dan orang
kaya

20
2.11 Haji
Rukun Islam kelima adalah haji ke baitullah Mekkah sekali seumur hidup.
Adapun lebihnya maka merupakan sunnah. Dalam ibadah haji terdapat manfaat tak
terhingga :

1. Pertama, haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah ta’ala dengan ruh, badan dan
harta.

2. Kedua, ketika haji kaum muslimin dari segala penjuru dapat berkumpul dan
bertemu di satu tempat. Mereka mengenakan satu pakaian dan menyembah satu Robb
dalam satu waktu. Tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, kaya
maupun miskin, kulit putih maupun kulit hitam. Semua merupakan makhluk dan
hamba Allah. Sehingga kaum muslimin dapat bertaaruf (saling kenal) dan taawun
(saling tolong menolong). Mereka sama-sama mengingat pada hari Allah
membangkitkan mereka semuanya dan mengumpulkan mereka dalam satu tempat
untuk diadakan hisab (penghitungan amal) sehingga mereka mengadakan persiapan
untuk kehidupan setelah mati dengan mengerjakan ketaatan kepada Allah ta’ala.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar
keyakinan seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau
rukun iman dalam ajaran Islam, yaitu:man kepada Allah, Iman
kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada
Rasul-rasul Allah, Iman kepada hari Kiamat, Iman kepada Qada dan Qadar,
b. Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi
perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan
dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa
Allah itu ada, Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya
akan senantiasa berhati-hati dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian,
kendati tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya.
c. Keyakinan terhadap adanya malaikatakan berpengaruh terhadap perilaku
manusia. Jika kita yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan
buruk kita, maka seorang muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap
perbuatannya karena ia akan menyadari bahwa semua perilakunya tersebut
akan dicatat oleh malaikat.
d. Iman kepada kitab Allah bagi manusia dapat memberikan keyakinan yang
kuat akan kebenaran jalan yang ditempuhnya, karena jalan yang harus
ditempuh manusia telah diberitahukan Allah dalam kitab suci.
e. Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan adanya
rasul maka manusia dapat melihat contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik
yang sesuai dengan apa yang diharapkan Allah.
f. Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan akan datangnya
hari akhir sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut akan
melahirkan sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam

22
kehidupan manusia, karena semuanya akan dipertanggung jawabkan amal
ibadah dan balasannya.
g. Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa
dan putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah
Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada
seorang muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.
h. Pengertian Rukun Islam dalam agama Islam terdapat beberapa aspek yang
menjadi fondasi ibadah, yang dinamakan Rukun Islam. Fondasi-fondasi
ibadah tersebut merupakan perwujudan hamba allah dalam
mengimplementasikan penghambaannya kepada Allah.
i. Syahadat (persaksian) ini memiliki makna yang harus diketahui seorang
muslim berikut diamalkannya. Adapun orang yang mengucapkannya secara
lisan namun tidak mengetahui maknanya dan tidak mengamalkannya maka
tidak ada manfaat sama sekali dengan syahadatnya. Adapun isi syahadat
sebagai rukun pertama dalam rukun Islam adalah: Bersaksi tidak ada ilah yang
berhak disembah secara hak melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah.
j. Shalat lima waktu sehari semalam yang Allah syariatkan untuk menjadi
sarana interaksi antara Allah dengan seorang muslim dimana ia bermunajat
dan berdoa kepada-Nya. Juga untuk menjadi sarana pencegah bagi seorang
muslim dari perbuatan keji dan mungkar sehingga ia memperoleh kedamaian
jiwa dan badan yang dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat.
k. Zakat Merupakan ibadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya.
Seorang hamba meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Allah.
Hal itu diantara sarana terbesar mencapai taqwa kepada Allah ta’ala. Adapun
manfaat puasa dari sudut kesehatan, ekonomi, sosial maka amat banyak.
Tidak ada yang dapat mengetahuinya selain mereka yang berpuasa atas
dorongan akidah dan iman.

23
l. Puasa merupakan ibadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya.
Seorang hamba meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Allah.
Hal itu diantara sarana terbesar mencapai taqwa kepada Allah ta’ala. Adapun
manfaat puasa dari sudut kesehatan, ekonomi, sosial maka amat banyak.
Tidak ada yang dapat mengetahuinya selain mereka yang berpuasa atas
dorongan akidah dan iman.
m. Rukun Islam kelima adalah haji ke baitullah Mekkah sekali seumur hidup.
Adapun lebihnya maka merupakan sunnah.

3.2 Saran
Keimanan dan tingkat ke islaman seseorang akan berpengaruh terhadap
perilakunya sehari-hari, oleh karena itu penulis menyarankan agar kita senantiasa
meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa
berhasil menurut pandangan Allah SWT. Juga keyakinan kita terhadap malaikat,
kitab, rasul, hari akhir dan takdir senantiasa harus ditingkat demi meningkatkan amal
ibadah kita.

24
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.

Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka

Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.

Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara

25

Anda mungkin juga menyukai