Anda di halaman 1dari 14

MODUL

KEIMANAN DAN KETAKWAAN

Kelompok 1

 Ashabul Abubekar
 Adriand Aguspriatama
 Susi Asmasari
 Fitri Fadhilah
 Yeni Kurnia

UNIVERSITAS TEKNOLGI SUMBAWA

FAKULTAS REKAYASA SISTEM

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim
salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu Agama Islam, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keimanan dan Ketaqwaan” ini
dengan lancar.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan Agama islam serta infomasi
dari media massa yang berhubungan dengan Agama islam, tak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pendidikan Agama Islam atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada pihak-pihak
yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi
iman dan takwa dalam kehidupan modern, khususnya bagi penulis. Memang
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Sumbawa, 12 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

ABSTRAK.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................

1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Iman...................................................................................................

2.2. proses terbentuknya iman...................................................................................

2.3. Pengertian Tanda- Tanda Orang Beriman............................................................

2.4. Pengertian Ketaqwaan...........................................................................................

2.5. Kualafikasi Taqwa Menurut Islam.......................................................................

2.6. Manfaat Taqwa....................................................................................................

2.7. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan.............................................................

2.8. Implementasi Iman Dan Taqwa.............................................................................

BAB III PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan .........................................................................................

3.2. Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK

Pada setiap agama, keimanan merupakan unsur pokok yang harus dimiliki oleh setiap
penganutnya. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang
menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, kokoh tidaknya bangunan itu sangat
tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut.

Meskipun demikian, keimanan saja tidak cukup. Keimanan harus diwujudkan dengan
amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan baru
sempurna, jika diyakini oleh hati, diikrarkan oleh lisan, dan dibuktikan dalam segala perilaku
kehidupan sehari – hari.Iman adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau
keyakinan.

Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang
harus diyakini oleh setiap pemeluk Agama Islam yakni percaya Allah, percaya pada para Rasul,
percaya pada malaikat dan kitab Allah, percaya pada risalah hari bangkit , pokok agama serta
rela pada ketentuan Allah. Sedangkan Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang
berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.

Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap
memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh
dan konsisten ( istiqomah ). Keimanan dan Ketakwaan sangat berperan dan berpengaruh
penting buat manusia dalam menjalani kehidupan hal ini dikarenakan keimanan dan ketakwaan
sebenarnya telah melekat pada manusia serta keimanan dan ketakwaan jugalah yang
membentuk kerakteristik dan sifat kebaikan manusia.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau
dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial manusia harus
memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami hambatan atau
masalah dengan manusia lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah
keimanan dan ketakwaan seseorang. Keimanan dan Ketakwaan seseorang berbanding lurus
dengan akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketakwaan
seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan
adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang.

Keimanan dan ketakwaan sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan
melekat pada dirinya hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang
yang telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut akan semakin muncul
atau sebaliknya potensi itu akan hilang secara perlahan.

Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh
masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya dari
keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang
hal itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna yang
sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja.

Oleh karena itu dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah yang
melatar belakangi kelompok kami untuk membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan
ketakwaan yang kami bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.

1.2 Rumusan Masalah


2.1. Pengertian Iman?
2.2. Proses Terbentuknya Iman?
2.3. Tanda- Tanda Orang Beriman?
2.4. Pengertian Ketaqwaan?
2.5. Kulaifikasi Taqwa Menurut Al-Qur'an?
2.6. Manfaat Taqwa?
2.7. Korelasi Keimanan Dan Ketakwaan?
2.8. Implementasi Iman Dan Taqwa?

1.3 Tujuan Masalah


2.1. Mendeskripsikan Pengertian Iman
2.2. Mendeskripsikan Terbentuknya Iman
2.3. Mendeskripsikan Tanda-Tanda Orang Beriman
2.4. Mendeskripsikan Pengertian Ketaqwaan
2.5. Mendeskripsikan Kualifikasi Taqwa dalam Al-Quran
2.6. Mendeskripsikan Manfaat Taqwa
2.7. Mendeskripsikan Korelasi Antara Keimanan Dan Ketakwaan
2.8. Mendeskripsikan Implementasi Iman Dan Taqwa

1.4 Manfaat Penulisan


1.1. Bagi penulis : Melatih potensi penulis dalam menyusun makalah
1.2. Bagi pembaca : Dapat menambah pengetahuan tentang keimanan dan ketawaan
serta mengimplementasikan nya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Iman

Iman berasal dari kata kerja bahasa arab Amina-Ya’manuamanan yang berarti percaya.
Taqwa yang berasal dari kata waqa artinya memelihara sesuatu. Oleh karena itu, iman
menunjukan sikap batin yang terletak dalam hati sehingga, orang yang percaya atau beriman
kepada Allah akan menunjukan sikap batin yang sesuai dengan ajaran Allah. walaupun dalam
kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan (takwa) kepada yang telah di percayainya masih
di sebut beriman.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majha Abtthabrani, iman di definisikan
dengan keyakinan dalam hati, di ikrarkan dalam lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan.
dengan demikian, imam merupakan kesatuanatau keselarasan antara hati, ucapan dan laku
perbuatan serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup.

Akidah islam dalam Al-Qur’an di sebut imam. Iman bukan hanya berarti percaya,
melainkan keyakinan, yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
keyakinan yang diyakini.

2.2. Proses Terbentuknya Iman

Proses terbentuknya iman dimulai pada saat seseorang masih dalam kandungan. Dalam
hal ini, Nabi Muhammad SWT “setiap anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang
berperan menjadikan anak tersebut menjadi yahudi, nasrani, atau majusi.’’oleh krena itu,
perilaku orang tua di rumah jugalah menjadikan anak tersebut berperilaku baik atau buruk.

Proses pembentukan iman di awali dengan proses perkenalan yaitu, mengenal serta
mengetahui bagaimana ajaran Allah. Karena tidak mungkin seorang dapat beriman kepada
Allah tanpa terlebih dahulu mengenal dan mengetahui ajaran Allah. Setelah mengenal dan
mengetahui ajaran Allah harus dilakukan peroses pembiasaan agar dapat melaksanakan ajaran
Allah dengan senang, ikhlas, dan benar.

Dalam mewujudkan proses terbentuknya iman dalam diri seseorang, maka harus
mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Prinsip pembinaan berkesinambungan
Proses pembentukan iman adalah suatu proses panjang, terus menerus, dan tidak
berkesudahan. Belajar adalah suatu peroses yang memungkinkan orang semakin lama
semakin mampu bersifat selektif. Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak kecil
dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, penting mengarahkan proses motivasi,
agar dapat memberi tingkah laku lebih terarah dan selektif dalam menghadapi nilai-
nilai hidup yang patut di terima atau yang sehsrusnya di tolak.
2. Prinsip internalisasi dan individuasi
Iman akan lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu, apbila
seseorang dapat menghayatinya melalui peristiwa internalisasi, yakni usaha menerima
nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya, dan individuasi yakni usaha menempatkan
nilai serasi dengan sifat kepribadiannya. Oleh karena itu, dengan merasakan
pengalaman tersebut akan terjadi kristalisasi nilai iman dalam diri seseorang.
3. Prinsip sosialisasi
Tingkah laku seseorang akan dikatakan teruji secara tuntas apabila udah
diterima secara sosial.seseorang akan dikatakan beriman,apa bila ahlaknya dapat
diterima oleh masyarakat sekitar.
4. Prinsip konsistensi dan kohorensi
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditanggani
secara konsisten yaitu secara tetap dan konsekuen, secara koheren, yaitu tanpa
mengandung pertentangan antara lain yang satu dengan nilai lainya.
5. Prinsip integrasi
Agar nilai iman hendaknya dapat di pelajari seseorangtidak sebagaiilmu dan
keterampilan tingkah laku yng terpisah pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif,
dalam kaitan programatika kehidupan yang nyata.

2.3. Tanda- Tanda Orang Beriman

Al-Qur’an menjelaskan tanda- tanda orang beriman sebagai berikut:

1. Senantisa tawakal, bekerja keras berdasar kan kerangkaian ilmu Allah, di iringi dengan
doa agar tetap hidup dengan ajaran Allah
2. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehornatan.
3. Memelihara damanah dan menepati janji
4. Menafkahkan rizki yang di terimannya
5. Bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah dan suka menolong

Mempengaruhi seorang muslim abu a’la mududi menyebutkan tanda orang


yang beriman sebagai berikut:

1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik


2. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat
3. Jujur dan adil
4. Mempunyai sikap hidup yang damai
5. Patuh, taat dan di siplin menjalankan aturan ilahi

2.4. Definisi Ketaqwaan

Kata taqwa berasal dari waqaa-yaqii-wiqaayatan. Struktur penyusunannya adalah huruf


wa, qaf, dan ya. Dibaca waqaa,dengan arti menjaga dan menutupi sesuatu dari bahaya. Bila
kata ini digunakan berdasarkan kaitannya dengan Allah (Ittaqullah), maka makna taqwa adalah
melindungi diri dari azab-Nya dan hukuman-Nya. Hal ini senada dengan pendapat Sayyid
Thanthawi yang menjelaskan bahwa taqwa secara bahasa berarti melindungi dan menjaga diri
dari segala sesuatu yang membahayakan dan menyakiti.

2.5 Kwalifikasi Taqwa dalam Al-Qur’an

Setelah menilik beberapa definisi taqwa diatas, berikut akan dijabarkan beberapa poin
terkait konsep taqwa;

a. Taqwa Sebagai Refleksi dari Iman, Islam dan Ihsan

Menurut Yunahar Ilyas, bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam dan Ihsan, maka
pada hakikatnya taqwa adalah integralisasi ketiga dimensi tersebut. Iman adalah gabungan dari
kepercayaan, rasa takut (khauf) dan harap (ar-rajaa), sedangkan rasa takut adalah substansi dari
taqwa. Rasa takut yang disertai dengan harap tersebut menjadi landasan seorang muslim untuk
senantiasa bertauhid dan meninggalkan syirik.

Inilah yang menjadi acuan seseorang untuk menjalankan agamanya, sehingga ia disebut
muslim. Dan bila keislaman itu dilakukan secara konsisten, maka timbullah ihsan dalam diri
muslim tersebut. Dengan demikian, seseorang dikatakan bertaqwa apabila ia telah beriman atau
percaya dengan segenap rasa takut dan harap yang terus menerus berkesinambungan, hingga
akhirnya terpatri dalam dirinya dan menjadi sebuah kebiasaan.
b. Taqwa dalam Arti Takut Serta Waspada

Taqwa kepada Allah mengisyaratkan akan besarnya azab dan hukuman Allah (bagi
siapapun yang mengingkarinya), jika tidak, maka tak mungkin ketaqwaan tersebut
mempengaruhi seseorang untuk tunduk dan patuh terhadap kekuasaan Allah.Karna perintah
untuk takut kepada Allah selalu muncul setelah adanya perintah untuk melaksanakan suatu
ketetapan. Ini menjadi penegasan terhadap perintah tersebut agar benar-benar dilakukan, untuk
menutup kemungkinan manusia menyimpang dari perintah Allah.

Malahan, tak jarang perintah itu disertai dengan ancaman akan sebuah azab yang berat,
baik langsung ataupun tidak langsung. Ini mengindikasikan perintah Allah kepada manusia
untuk senantiasa waspada dan berhati-hati dalam mengambil keputusan, agar tidak
bertentangan dengan syariatnya.

c. Taqwa dalam Arti Furqan (Pembeda)

Diciptakan sebagai makhluk yang menjalankan misi dari Allah sebagai pengelola bumi,
manusia kerap dihadapkan dengan berbagai pilihan dalam hidup. Bila mengamati dari ayat-
ayat al-Qur’an, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sekian banyak pilihan-pilihan tersebut
terklasifikasi kedalam dua golongan; haq (benar) dan batil (salah);

“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang
batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.”

“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang
Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan
sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Dari terjemah ayat diatas, Allah telah mengisyaratkan dengan jelas kepada manusia,
bahwa apa saja yang diperbolehkan Allah, itulah yang disebut haq, dan apa saja yang menjadi
larangannya adalah batil. Walaupun terkadang kedua hal tersebut menjadi samar dimata
manusia, namun dengan berpegang kepada petunjuk Allah berupa Al-Qur’an dan Sunnah serta
ijtihad dan penjelasan dari para ulama, manusia akan mampu mengetahui kebenaran. Itulah
pentingnya manusia mencari tahu kebenaran dengan sarana yang telah telah diberikan Allah
melalui akal. Dengan demikian, seseorang yang bertaqwa tentulah seseorang yang mengetahui
dengan pasti kebenaran-kebenaran yang harus diikutinya dan kejahatan yang harus dihindari.

d. Taqwa dalam Arti Tunduk dan Patuh


Taqwa memiliki makna filosofis yang dalam. Seperti yang dikatakan Tabataba’i bahwa
dalam jiwa seseorang terdapat dua potensi, yaitu potensi berbuat baik dan potensi berbuat jahat
yang keduanya tidak dapat berkumpul dalam satu waktu. Maka manusia yang bertaqwa adalah
manusia yang mampu mengembangkan potensi kebaikan atau ketaatan yang ada dalam dirinya
dengan cara berbuat ihsan dan meredam potensi buruknya.

Hal ini menjelaskan, bahwa sekedar patuh saja tidak cukup untuk menempatkan
manusia ke dalam derajat taqwa yang sesungguhnya. Manusia bertaqwa haruslah manusia yang
produktif dalam kebaikan. Sehingga kebaikan itu bukan hanya dirasakan untuk dirinya sendiri,
namun juga untuk sekitarnya.

2.6. manfaat yang dapat terlihat dalam diri seseorang berupa;

1. Mendapatkan sikap furqan, yaitu sikap tegas membedakan antara yang hak dan batil,
benar dan salah, halal dan haram, serta terpuji dan tercela.
2. Mendapatkan limpahan berkah dari langit dan bumi.
3. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan.
4. Mendapatkan rezeki tanpa diduga-duga.
5. Mendapatkan kemudahan dalam urusannya.
6. Menerima penghapusan dan pengampunan dosa serta mendapatkan pahala yang besar.

Keseluruhan hasil ini dapat dirasakan oleh seorang muslim, semasa ia hidup di dunia,
maupun setelah ia berpulang ke akhirat. Semuanya merupakan wujud dari hasanah fi ad-dunya
dan hasanah fi al-Akhirah yang menjadi dambaan setiap insan mukmin. Dengan demikian,
taqwa dapat dikatakan sebagai sebuah kedudukan yang merupakan akumulasi dari Iman, Islam
dan Ihsan, yang membuahkan kebaikan dan manfaat bagi seorang muslim.

2.7. Korelasi Keimanan Dan Ketakwaan

Keimanan padakeesaan Allah (tauhid) di bagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis ( tauhid
rububiyyah) dan tauhid praktis (uluhiyyah). Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas
tentang keesaan zat, keesaan sifat, dan keesaan perbuatan tuhan. Dengan demikian, di dapatkan
konsekensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya
wujud mutlak, yang menjadi semua sember semua wujud.

Tauhid praktis adalah ibadah, berhubungan dengan amal ibadah manusia. Tauhid
praktis merupakan terapan tauhid teoritis, tauhid praktis dan tauhid ibadah adalah ketaatan
hanya kepada Allah. Dalam pandangan Islam, yang di maksud dengan tuhud yang sempurna
adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan kehidupan sehari-hari. Dalam
menegak kan tauhid, sesorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan pelaksanaan,
fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan
tuhan dalam penertian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran, membenarkan dalam
hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.

Oleh karena itu, seorang baru dikatakan beriman dan bertakwa apabila sudah
mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat. Dengan mengamalkan semua perintah Allah dan
meninggalkan segala larangannya.

2.8. Implementasi iman dan taqwa

1. Problematika tantangan, dan resiko dalamkehidupan modern

Berbagi problematika datang alam kehdupan.hal ini dikarenakan wawasan ilmu yang
salah, karena ilmu merupakan roh yang menegakkan dan mewarnai budaya.

2. Peran iman dan taqwa dalam menjawab masalah dan tantangan kehidupan modern beberapa
peran dan pengaruh iman pada manusia pada kehidupan manusia :

a) iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasan pada benda

b) iman menanamkan semangat berani menghadapkan maut

c) iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan

d) iman memberikan ketentraman jiwa

e) iman mewujudkan kehidupan yang baik

f) iman melahirkan sifat ikhlas dan konekuen

g) iman memberikan keberuntungan

h) iman mencegah penyakit


BAB III
PENUTUP

3.1. kesimpulan

Iman menunjukan sikap batin yang terletak dalam hati sehingga, orang yang percaya
atau beriman kepada Allah akan menunjukan sikap batin yang sesuai dengan ajaran Allah.
Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seseorang untuk
mengucapkan dan melakukan sesuai dengan keyakinan yang di yakini.

Proses terbentuknya iman di mulai sejak masih dalam kandungan. Tetapi pengajaran
iman dapat di mulai sejak masih anak-anak dimulai dengan mengenalkan, mengetahui, dan
membiasakan ajaran allah tentang keimanan dan ketakwaan.

Tanda-tanda orang beriman dan ketakwaan dapat dilihat berdasarkan tingkah laku
orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dalam implementasi kehidupan, keimanan dan
ketakwaan dapat menuntun kita dalam memecahkan masalah dalam hidup dan menuntun kita
untuk memisahkan mana yang baik mana yang buruk.

3.2. SARAN

Keimanan dan ketakwaan tidak ada dengan sendirinya, semuanya harus di ajarkan dan
di pelajari. Karen itulah, peran orang tua sangat penting dalam mengajarkan kedua peran
tersebut.

Tidak hanya itu, kita juga harus senantiasa harus memperkaya keimanan dan ketakwaan
kita dengan terus belajar dan berbuat baik. Karena hal itu dapat membantu kita menghadapi
masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Syamsuddin, dkk. 2013. Islam universal menebar islam sebagai agama rahmatan Lil
Alamin. Jakarta: Hartomo Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai