Anda di halaman 1dari 13

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Keimanan dan Ketakwaan”.
Makalah ini dibuat dan diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah
pendidikan agama Islam. Berhubungan dengan pembuatan makalah ini penulis
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan
membimbing penulisan ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Dr .MAWARDI, S.Ag.,M.Si selaku dosen pendidikan agama Islam
yang telah memberikan bimbingan dalam menyusun makalah ini.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan berupa
dukungan moril dan materi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca terhadap penulis
akan diterima dengan senang hati demi penyempurnaan karya tulis ilmiah ini di
masa yang akan datang.

Pekanbaru, 19 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
1.4 Metode Penelitian.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
2.1. Iman.................................................................................................................3
2.2 Proses Terbentuknya Iman...............................................................................3
2.3 Tanda–tanda Orang Beriman............................................................................5
2.4 Korelasi Keimanan dan Ketakwaan.................................................................6
2.5 Implementasi Iman dan Takwa........................................................................7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................11
3.1 Kesimpulan.................................................................................................11
3.2 Saran...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Iman merupakan istilah yg generik didengar pada pendidikan kepercayaan islam. Bahkan
mungkin, pelajaran pendidikan kepercayaan islam yg pertama kali kita
dengar merupakan mengenai keimanan. Namun apa sebenarnya iman itu? Sudahkah
kita tahu & mengaplikasikannya? Hal ini tentu menarik buat dibahas secara lebih
lanjut lantaran ajaran kepercayaan islam bermula menurut keimanan.
Tak hanya itu, keimanan jua erat kaitannya menggunakan ketakwaan. Mempelajari keimanan
akan beriringan menggunakan menyelidiki ketakwaan. apabila keimanan seorang bertambah
begitu jua menggunakan ketawaannya, begitupun sebaliknya. Oleh lantaran itu, memperkuat
keimanan merupakan suatu keharusan bagi seseorang muslim.
Besar kecilnya keimanan seorang dalam dasarnya hanya
orang tadi yg mengetahuinya. Namun, terdapat beberapa karakteristik-karakteristik yg bisa diket
ahui seberapa akbar keimanan seorang tadi. Tak hanya itu, proses terbentuknya
iman yg terdapat dalam seorang jua bisa diamati & dipelajari menjadi acuan
seberapa akbar keiman yg terdapat dalam diri kita sendiri.
Keimanan & ketakwaan perlu dipelajari menggunakan mendalam buat menjaga
kita menurut pikiran, perkataan, atau perbuatan yg bisa menciptakan kita melanggar ajaran Allah
SWT.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses terbentuknya iman ?
2. Apakah tanda – tanda orang beriman ?
3. Bagaimana implementasi imtaq dalam kehidupan modern ?
4. Bagaimana fungsi akal dan wahyu dalam mengenal Tuhan,baik dan buruk, dan
kewajiban berbuat baik dan meninggalkan yang buruk?
5. Bagaimana peran akal dalam mengembangkan pemikiran keagamaan?

1
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
Sebagai bahan kajian yang dapat memberikan informasi tentang iman dan takwa serta
bagaimana meningkatkan keimanan serta ketakwaan tersebut.

1.4 Metode Penelitian


Dalam penyusunan makalah ini kami meneliti dengan menggunakan suatu metode
yaitu, metode deskriptif.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Iman
Iman berasal dari kata kerja bahasa Arab amina-ya’manuamanan yang berarti percaya.
Taqwa yang berasal dari kata waqa artinya memelihara sesuatu. Oleh karena itu, iman
menunjukan sikap batin yang terletak dalam hati sehingga, orang yang percaya atau beriman
kepada Allah akan menunjukkan sikap batin yang sesuai dengan ajaran Allah. Walaupun, dalam
kesehariannya tidak mencermikan ketaatan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya masih
disebut beriman.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, Iman didefinisikan
dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dalam lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan.
Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku
perbuatan serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup.
Akidah islam dalam Al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya,
melainkan keyakinan yang mendorong seseorang untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu
sesuai dengan keyakinan yang diyakininya. Oleh karena itu, orang yang mengimani aqidah islam
akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan aturan hukum islam.

2.2 Proses Terbentuknya Iman


Proses terbentuknya iman dimulai pada saat seseorang masih dalam kandungan.
Dalam hal ini. Nabi Muhammad SAW bersabda, “ Setiap anak, lahir membawa fitrah. Orang
tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi yahudi, nasrani, atau majusi.”. Oleh
karena itu, keimanan seorang anak ditentukan oleh orang tuanya. Tak hanya itu, perilaku orang
tua dirumah jugalah menjadikan anak tersebut berperilaku baik atau buruk.
Proses pembentukan iman diawali dengan proses perkenalan yaitu, mengenal serta
mengetahui bagaimana ajaran Allah. Karena tidak mungkin seseorang dapat beriman kepada
Allah tanpa terlebih dahulu mengenal dan mengetahui ajaran Allah. setelah mengenal dan
mengetahui ajaran Allah harus dilakukan proses pembiasan agar dapat melaksanakan ajaran
Allah dengan senang, ikhalas, dan benar.

3
Dalam mewujudkan proses terbentuknya iman dalam diri seseorang, maka harus
mengikuti prinsip - prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip Pembinaan Berkesinambungan
Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang panjang, terus menrus, dan tidak
berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin lama
semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak kecil dan
berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, penting mengarahkan proses motivasi, agar
dapat membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif dalam menghadapi nilai–nilai hidup
yang patut diterima atau yang seharusnya ditolak.
2. Prinsip Internalisasi dan Individuasi
Iman akan lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu, apabila seseorang
dapat menghayatinya melalui peristiwa internalisasi, yakni usaha menerima nilai sebagai
bagian dari sikap mentalnya, dan individuasi yakni usaha menempatkan nilai serasi
dengan sifat kepribadiannya. Oleh karena itu, dengan merasakan pengalaman tersebut
akan terjadi kristalisasi nilai iman dalam diri seseorang.
3. Prinsip Sosialisasi
Tingkah laku seseorang akan dikatakan teruji secara tuntas apabila sudah diterima secara
sosial. Seseorang akan dikatakan beriman, apabila akhlak nya dapat diterima oleh
masyarakat sekitar.
4. Prinsip Konsistensi dan Koherensi
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani secara
konsisten yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu tanpa mengandung
pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya.
5. Prinsip Integrasi
Agar nilai iman hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan
tingkah laku yang terpisah – pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif, Dalam
kaitan problematika kehidupan yang nyata.

4
2.3 Tanda–tanda Orang Beriman
Al- Qur’an menjelaskan tanda – tanda orang beriman sebagai berikut :
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar. Jika dibacakan ayat Al-Qur’an, maka
bergejolak hatinya. Berusaha memahami ayat yang tidak diketahui dan berusaha agar
ilmu Allah tidak lepas darinya.
2. Senantiasa tawakal, bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan
doa agar tetap hidup dengan ajaran Allah.
3. Menafkahkan rezeki yang diterimanya.
4. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.
5. Memelihara amanah dan menepati janji.
6. Bersungguh – sungguh dalam menegakkan ajaran Allah dan suka menolong.
7. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin.
Akidah islam sebagai keyakinanyang membentuk perilaku bahkan mempengaruhi
kehidupan seorang muslim. Abu A’la Maududi menyebutkan tanda orang yang beriman
sebagai berikut :
1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.
2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat.
4. Jujur dan adil.
5. Tidak murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi.
6. Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, dan optimisme.
7. Mempunyai sifat kesatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko
bahkan tidak takut pada maut.
8. Mempunyai sikap hidup damai.
9. Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi.

5
2.4 Korelasi Keimanan dan Ketakwaan
Keimanan pada keesaan Allah (tauhid) dibagi menjadi dua yaitu Tauhid Teoritis
(tauhid rububiyyah) dan Tauhid Praktis (tauhid uluhiyyah). Tauhid Teoritis adalah tauhid
yang membahas tentang Keesaan Zat, Keesaan Sifat, dan Keesaan perbuatan Tuhan.
Dengan demikian, didapatkan konsekuensi logis Tauhid Teoritis adalah pengakuan yang
ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua
Wujud.
Tauhid Praktis adalah Tauhid Ibadah, berhubungan dengan amal ibadah manusia.
Tauhid Praktis merupakan terapan Tauhid Teoritis. Tauhid praktis atau Tauhid ibadah
adalah ketaatan hanya kepada Allah.
Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan Tauhid yang sempurna adalah Tauhid
yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan kehidupan sehari–hari. Dalam
menegakkan Tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan
pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid
adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui
fikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan
perbuatan.
Oleh karena itu, seseorang baru dikatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah
mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu alla ilaaha illallah, (aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah
Allah dan meninggalkan segala laranganNya.

2.5 Implementasi Iman dan Takwa


1. Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern
Berbagai problematika datang dalam kehidupan ini. Hal ini dikarenakan wawasan ilmu
yang salah. Karena ilmu merupakan roh yang meneggakan dan mewarnai budaya. Hal
itulah yang menjadi tantangan yang amat berat dan dapat menimbulkan tekanan kejiwaan.
Karena apabila kita tidak dapat memfilter hal tersebut, maka akan melahirkan resiko yang

6
besar. Untuk itu, iman dan takwa mampu berperan dalam menyelesaikan problem dan
tantangan kehidupan modern ini.
2. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Masalah dan Tantangan Kehidupan Modern
Beberapa peran dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:
a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan pada benda
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuasaan Allah. Karena jika Allah
hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satupun kekuataan yang dapat
mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, tidak ada satupun
kekuaatan yang sanggup menahannya. Oleh karena itulah, iman mampu
menghilangkan kepercayaan terhadap dewa-dewa, manusia yang memiliki kekuasaan,
serta benda-benda keramat. Orang beriman selalu mengikuti perintah Allah yang
terdapat dalam surah Al-Fatihah ayat 1-7.
b. Iman menanamkan semangat berani mengahadapkan maut
Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian ada di tangan Allah dan
hanya Allah yang dapat menghidupkan dan mematikan seseorang.
“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu
di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan,
mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu
bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)".
Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu
(orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” (Q.S An-
Nisa: 78)
c. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan
Dalam mencari rezeki kadang-kadang manusia rela melepaskan prinsip, menjual
kehormatan, bermuka dua, menjilat, serta memperbudak diri. Hal tersebut semata-mata
hanya ingin mendaptakan materi di muka bumi ini. Orang yang beriman tidak akan
melakukan hal tersebut karena ia percaya bahwa Allah memberikan rezeki kepada
semua umatnya.
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
member rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat

7
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauhmahfuzh).” (Q.S
Hud: 6)
d. Iman memberikan ketentraman jiwa
Orang yang beriman jika tertimpa malapetaka, ia akan bersabar dan memohon
rahmat kepada yang memiliki rahmat. Dengan demikian ketenangan akan meliputi hati
mukmin. Dia yakin bahwa Allah akan mengabulkan do’anya, meneguhkan hatinya,
dan memberikan kemenangan.
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (Q.S Ar-Ra’d: 28)
e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatantayibbah)
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan
kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik.
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguh nyaakan Kami berikan kepada-Nya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S An-Nahl:
97)
f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Iman memberikan pengaruh kepada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas,
tanpa pamrih, kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen
dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia
senantiasa berpedoman pada firman Allah
“Katakanlah:”sesungguhnyas halatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah
untuk Allah Tuhan semesta alam.” (Q.S Al-An’am:162)
g. Iman memberikan keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah
membimbingnya dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki.
“Mereka itulah yang tetap mendapatkan petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S Al-Baqarah :5)
h. Iman mecegah penyakit

8
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh
manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon
dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia. Oleh karena
itulah, orang–orang yang dikontrol oleh iman tidak akan mudah terkena penyakit seperti
darah tinggi, diabetes, dan kanker.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Iman menunjukan sikap batin yang terletak dalam hati sehingga, orang yang percaya
atau beriman kepada Allah akan menunjukkan sikap batin yang sesuai dengan ajaran Allah.
Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seseorang untuk
mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan yang diyakininya.
Proses terbentuknya iman dimulai sejak masih dalam kandungan. Tetapi, pengajaran
iman dapat dimulai sejak masih kanak kanak dimulai dengan mengenalkan, mengetahui,
dan membiasakan ajaran Allah tentang keimanan dan ketakwaan.
Tanda-tanda orang beriman dan ketakwaan dapat dilihat berdasarkan tingkah laku
orang tersebut dalam kehidupan sehari hari. Dalam implementasi kehidupan, keimanan dan
ketakwaan dapat menuntun kita dalam memecahkan masalah dalam hidup dan menuntun
kita memisahkan mana yang baik dan buruk.

3.2 Saran
Keimanan dan ketakwaan tidak ada dengan sendirinya. Semuanya harus diajarkan dan
dipelajari. Karena itulah, peran orang tua sangat penting dalam mengajarkan kedua hal
tersebut.
Tak hanya itu, kita juga harus senantiasa memperkaya keiman dan ketakwaan kita
dengan terus belajar dan berbuat baik. Karena hal itu dapat membantu kita menghadapi
masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Syamsuddin, dkk. 2013. Islam Universal Menebar Islam sebagai Agama
Rahmatan Lil’Alamiin. Jakarta : Hartomo Media Pustaka.

Zamawi, Somad, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Universitas


Trisakti.

10

Anda mungkin juga menyukai