Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pada dasarnya keberhasilan seseorang dalam memperoleh tujuannya tidak hanya
ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan oleh
kualitas keimanan dan ketaqwaan manusianya.Bahkan dengan keimanan dan ketaqwaan
seseorang kita dapat melihat kualitas/karakter seseorang tersebut.
Memahami iman dan taqwa merupakan sebuah konsep yang sangat penting untuk dapat
memahami konteks apa konsep itu benar dan apa konsep itu salah.Pembentukan
karakter sejak dini yang berlandaskan iman dan taqwa merupakan sebagian dari tujuan
pendidikan baik secara lahiriah maupun batiniah.
Sejak 2500 tahun yang lalu, Socrates mengatakan bahwa tujuan paling mendasar dari
pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart.Dalam sejarah
Islam, sekitar 1400 tahun yang lalu, Nabi Muhammad Saw menegaskan bahwa misi
utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk menyempurnakan akhlak dan
mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character). Dari pendapat
Socrates dan penegasan dari Nabi Muhammad Saw bahwa dalam menyempurnakan
akhlak dan mengupayakan pembentukan karakter yang baik sehingga membuat
seseorang menjadi good and smart diperlukan adanya iman dan taqwa.Hal ini
dikarenakan karena iman dan taqwa merupakan fondasi awal seseorang dalam
membentuk akhlaktul karimah sehingga dapat menjadikan orang tersebut menjadi
manusia yang berkarakter baik yang dapat berguna bagi keluarga, agama, serta bangsa
dan negara.

1.2

1.3

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penyusun paparkan maka di dapat rumusan masalah
sebagai berikut :
1.2.1 Apakah pengertian dari iman dan taqwa?
1.2.2 Bagaimana wujud dari iman?
1.2.3 Bagaimana proses terbentuknya iman?
1.2.4 Apa hubungan antara iman dan taqwa?
1.2.5 Bagaimana ciri-ciri dari orang yang beriman dan bertaqwa?
Tujuan
Tujuan penyusun membahas keimanan dan ketaqwaan adalah:
1.3.1 Sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
1.3.2 Menambah pengetahuan tentang pengertian iman dan taqwa.
1.3.3 Mengerti wujud dari iman itu sendiri dan hubungan antara iman dan taqwa.
1.3.4 Dapat mengetahui ciri-ciri orang beriman dan bertaqwa.
1

1.4

Manfaat
Dalam penyusunan makalah ini juga tentunya ada manfaat-manfaat bagi para pembaca
ataupun kami sebagai penyusun. Adapun manfaat dari penyusun makalah ini antara lain:
1.4.1 Dapat menambah wawasan penyusun dan orang banyak tentang hal-hal yang
berhubungan dengan keimanan dan ketaqwaan.
1.4.2 Sebagai bahan referensi bagi pembaca.
1.4.3 Dapat melatih dalam mengembangkan wawasan diri untuk menyusun buah
pikiran secara sistematis dalam bentuk makalah.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Iman dan Taqwa

Iman berasal dari kata kerja amina-yumanu-amanan yang artinya percaya.Oleh karena
itu, iman yang berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati.Akibatnya
orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman,
walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan
kepada yang telah dipercayainya masih disebut orang yang beriman.Di dalam Islam,
posisi iman layaknya fondasi dalam sebuah bangunan.Di mana seluruh bentuk dan
bagian atas bangunan dibina di atasnya.Iman adalah asas yang penyusun-penyusunnya
terdiri dari sesuatu yang solid dan meyakinkan. Karena bila tidak solid maka dapat
dipastikan bangunan di atasnya tidak akan menjadi pelindung, malah akan menjadi
ancaman bagi penghuninya. Iman layaknya system perakaran pada tanaman yang
2

menentukan seberapa luas tajuk diatasnya. Apabila akarnya tidak sehat maka dipastikan
tajuknya akan segera menyusul, namun bila akarnya sehat, maka berapa kali tajuknya
terpotong maka ia akan cenderung untuk memperbaiki dirinya.Iman adalah asas yang
mendasar pada diri seorang Muslim yang menjadi landasan bagi terbangunnya
keseluruhan kepribadian Islam. Sekaligus menjadi pembeda antara muslim dan kafir.
Bahkan, Rasulullah Saw menghabiskan waktu yang sangat banyak untuk membina para
sahabat dengan keimanan yang benar sehingga mereka mampu menghadapi berbagai
cobaan, menaati berbagai perintah, dan yakin dengan apapun yang Allah Swt janjikan
kepada mereka dan apapun yang Rasul kabarkan pada mereka.
Oleh karena itu, iman haruslah merupakan sesuatu yang datang dari pemikiran yang
menyeluruh dan melibatkan segala sesuatu yang dapat dpikirkan oleh manusia. Iman
juga adalah suatu keyakinan yang harus bersifat 100% karena iman adalah asas dari
segala yang dibangun diatasnya, apabila ada keraguan sedikit pun pada keimanan maka
efeknya akan sangat besar. Iman juga harus dibangun dan disusun oleh susunan yang
solid, dalam arti bahwa dia memiliki argumen-argumen pendukung yang juga telah
dibuktikan kebenarannya.Imam Syafii memudahkan iman sebagai sesuatu yang
diyakini oleh qalbu (hati dan akal), diucapkan lisan, dan diamalkan dengan
perbuatan.Iman adalah kondisi yang menjadikan seseorang menjadi Muslim, dan
kunci keimanan terletak jelas kalimat kali pertama diucapkan sebagai pertanda
keimanan, yaitu kalimat syahadatain. Dengan demikian iman merupakan kesatuan atau
keselarasan antara hati, ucapan dan perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai
pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup (way of life).
Taqwa berasal dari kata al-itqo yang berarti menjaga diri dan menjauhi dari hal-hal
buruk.Taqwa juga dapat diartikan suatu sikap dengan kesadaran penuh bahwa Allah
selalu mengawasi kita, kemudian kita berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhai
Allah, dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya.Taqwa
juga merupakan wujud nyata dari perwujudan iman atau substansi jiwa ketuhanan itu
sendiri.Berkenaan dengan itu, patut kita renungkan sabda Rasulullah Saw; yang paling
banyak memasukkan orang ke dalam surga ialah taqwa kepada Allah dan keluhuran
budi.Tiada sesuatu apapun yang dalam timbangan (nilainya) lebih berat daripada
keluhuran budi. Taqwa berkaitan erat dengan budi luhur sama halnya seperti iman yang
berkaitan erat dengan amal shaleh, shalat, dan zakat, hubungan dengan Allah (hablun
min Allah), dan hubungan dengan sesama manusia (hablun min al-nas), bacaaan takbir

(Allahu akbar) pada pembukaan shalat dan bacaan taslim (assalamualaikum) pada
penutup shalat.
2.2

Wujud Iman
Dalam Islam perwujudan iman adalah berupa aqidah.Iman bukan hanya berarti percaya,
melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim berbuat. Aqidah berarti
keyakinan yang tersimpul dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung
perjanjian. Aqidah islam juga merupakan bagian yang paling pokok dalam Islam.
Aqidah juga merupakan dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang
dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada aqidahnya. Apabila
seseorang beraqidah Islam maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai
sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Sebaliknya jika seseorang tidak
memiliki aqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, walaupun perbuatan
yang dilakukan bernilai dalam pandangan manusia.Menurut Hasan al-Banna aqidah
merupakan beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya

oleh hati,

mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun


dengan keraguan.Dengan demikian perwujudan iman itu sendiri ialah sebagai landasan
atau pedoman dalam melakukan tindakan atau amal.

2.3

Proses Terbentuknya Iman


Pada dasarnya, proses pembentukan iman diawali dengan proses perkenalan, kemudian
meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal
dalam mencapai iman kepada Allah.Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka
orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah. Dalam surat al-araf: 172 sudah
sangat jelas bahwa secara fitrahnya manusia itu sudah mengimani Allah. Rasullullah
Saw pernah bersabda yang artinya bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan
fitrah, orang tuanya lah yang menjadikan yahudi, nasrani atau majusi. Jadi orang
tuanya lah yang dapat membentuk manusia beriman atau sebaliknya.Salah satu unsur
fitrah itu atau potensi dasar yang ada pada manusia adalah keyakinan terhadap
eksistensi Tuhan.Artinya bahwa kehidupan dalam batin manusia terdapat satu dimensi
yang disebut naluri bertuhan.Oleh karena itu manusia mempunyai naluri bertuhan maka
manusia cenderung untuk mencari dan mau menjalani kehidupan beragama.Dengan
demikian, jika manusia lari dari kenyataan hidup beragama dan mengingkari adanya
Tuhan berarti manusia tersebut mengingkari fitrah kemanusiannya serta menyingkirkan
dimensi ruhiyah dari hidupnya.
4

Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan karena tanpa
pembiasaan seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang. Seorang anak
harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi halhal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan terampil dalam
melaksanakan ajaran-ajaran Allah. Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang
penting, terus-menerus, dan tidak berkesudahan. Untuk menjaga kefitrahan manusia,
menurut Abdurrahman Hasan menjelaskan : Pertama, hendaknya ditanamkan keimanan,
bahwa Allah lah yang bersifat wahdaniyah, mempunyai sifat-sifat yang mulia, yang
rasional dan dapat diterima oleh siapapun. Kedua, hendaklah ditanamkan ketauhidan
ulukhiyah yaitu bahwa Allah lah satu-satunya yang berhak disembah.Ketiga, hendaklah
ditanamkan ketauhidan rububiyah yaitu Allah lah yang memberikan segala kenikmatan
berupa rezeki materi maupun non materi.Keempat, bahwa kehidupan di dunia ini adalah
sementara sedangkan akhirat adalah kehidupan yang abadi, disamping itu juga dunia
merupakan tempat ujian bagi setiap manusia.
2.4

Hubungan Antara Iman dan Taqwa


Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua,
yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis.Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas
tentang keesaan zat, keesaan sifat dan keesaan perbuatan-perbuatan.Adapun tauhid
praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal ibadah manusia.
Keimanan dan ketakwaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena keimanan
merupakan pondasi sedangkan ketakwaan adalah wujud daripada keimanan. Artinya
bahwa seseorang yang berimnan tidak cukup hanya dia beriman tetapi diharapkan dia
juga bertakwa karena takwa itu adalah puncak kemuliaan disisi Allah.

2.5

Ciri-ciri Orang Beriman dan Bertaqwa


Al-Quran menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut :
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak
lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Quran, maka bergejolak
hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal : 2). Dia akan memahami ayat
yang tidak dia paham.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah diiringi
dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunna
Rasul (Ali Imran : 120, al-Maidah : 12, al-Anfal : 2, at-Taubah : 52, Ibrahim : 11,
Mujadalah : 10 dan at-Taghabun : 13).
3. Tertib dalam melaksanakan sholat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-Anfal : 3
dan al-Mukminun : 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat,
dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.
5

4. Menafkahkan rezeki yang diterimanya (al-Anfal : 3 dan al-Mukminun : 4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan dijalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang
kaya dan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (alMukminun : 3, 5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang
berstandar ilmu Allah, yaitu al-Quran menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun : 6). Seorang mukmin tidak
berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
7. Berjihad dijalan Allah dan suka menolong (al-Anfal : 74). Berjihad dijalan Allah
adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta
benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin ( an-Nur : 62). Sikap seperti
itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan
dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Analisis
Berdasarkan analisis kami mengenai keimanan dan ketaqwaan, dapat dikatakan bahwa
keimanan merupakan fondasi awal dalam pembentukan kepribadian seseorang untuk
menjadi pribadi yang berkarakter baik (good character). Keimanan juga berkaitan erat
dengan yang namanya aqidah. Dimana aqidah merupakan pedoman atau landasan dasar
dalam bertindak serta mengambil keputusan dalam hidup. Sedangkan ketaqwaan itu
sendiri merupakan implementasi dari keimanan. Taqwa juga bisa berarti kumpulan dari
semua kebaikan dan pencegah dari segala kejahatan.
Dengan ketaqwaan seorang mukmin akan mendapat dukungan dan pertolongan dari
Allah. Allah berfiman:
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang
berbuat kebaikan (QS. An-Nahl: 128).
Allah juga menjanjikan mereka rezeki yang baik dan jalan keluar dari semua kesulitan:
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga (QS. Ath-Thalaq: 32).
Dengan ketaqwaan mereka juga akan dijaga dari muslihat musuh:
6

Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak
mendatangkan kemudharatan kepadamu (QS. Ali Imran: 120).
Allah juga memberikan rahmat bagi orang-orang yang bertaqwa:
Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk
orang-orang yang bertaqwa (QS. al-Araf: 156).
Ketika di akhirat, orang-orang yang bertaqwa berada di sisi Allah:
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu di dalam taman-taman dan sungaisungai, di tempat yang disenangi di sisi Rabb Yang Maha Berkuasa (QS. al-Qamar:
55-54).
Banyak sekali ayat dan hadist yanag memuat keutaman taqwa dan besarnya hasil yang
akan dipetik. Suatu hal yang memang tidak aneh, karena ketaqwaan adalah jalan yang
ditempuh oleh orang-orang mukmin. Ketaqwaan juga merupakan tuntunan yang
diwasiatkan Allah bagi semua hamba-Nya, baik yang terdahulu maupun yang akan
datang. Barangsiapa yang konsisten dengan-Nya maka ia akan beruntung, dan
barangsiapa yang menolak maka ia akan binasa dan penuh kerugian:
...Dan sungguh Kami telah mewasiatkan (memerintahkan) kepada orang-orang yang
diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi
jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang dilangit dan apa yang di
bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji (QS. anNisa:131).
Taqwa bukanlah kalimat yang hanya sekedar diucapkan, atau hanya sekedar klaim tanpa
sebuah bukti. Tapi taqwa adalah perbuatan dalam rangka ketaatan kepada Allah dan
tidak melakukan maksiat kepada-Nya. Dengan demikian keimanan dan ketaqwaan
mempunyai hubungan yang sangat erat yang tak bisa dipisahkan satu sama lain.
Keimanan dan ketaqwaan ini juga memberikan pesan bahwa spiritualitas dan nilai-nilai
agama tidak bisa dipisahkan dari karakter seorang muslim yang dimana keimanan dan
ketaqwaan bersifat sangat fundamental dalam membangun akhlak/kepribadian
seseorang. Tanpa keduanya maka elemen vital yang mengikat kepribadian serta
orientasi nyata dalam kehidupan akan lenyap.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Jadi, iman adalah pengakuan yang mendalam dan keyakinan terhadap rukun-rukun
Islam dengan tanpa ragu sedikitpun, sedangkan mengetahui berbagai dalil bagi
keimanan tersebut bukanlah syarat sahnya iman. Artinya seseorang hanya dituntut untuk
yakin terhadap apa yang dibawa Nabi Muhammad Saw dan tidak disyaratkan untuk
mengetahui dalil-dalilnya. Sedangkan taqwa bukanlah kalimat yang hanya sekedar
diucapkan, atau hanya sekedar klaim tanpa sebuah bukti. Tapi taqwa adalah perbuatan
dalam rangka ketaatan kepada Allah dan tidak melakukan maksiat kepada-Nya.

4.2

Saran

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Musthafa al-Bugho, 2014. Pokok-pokok Ajaran Islam. Depok : Alam Books
Publishing.

Felix Y. Siauw, 2014. Beyond The Inspiration. Jakarta Utara : AlFatih Press.

Abdullah bin Qasim Al-Wasyli, 2012. Menyelami Samudra 20 Prinsip Hasan AlBanna. Solo : Era Adicitra Intermedia.

Dr. Muhammad Yasir Nasution, 2002. Manusia Menurut Al-Ghazali. Jakarta :


Srigunting.

Abdul Majid dan Dian Andayani, 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung : RosdaKarya

Hamdan Mansoer, 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan


Tinggi Umum. Jakarta : Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama
RI.

Anda mungkin juga menyukai