Anda di halaman 1dari 16

AKHLAK DALAM IBADAH.

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Akhlak)

Dosen Pengampu: Drs. H. Zaenal Arifin, M.Pd.I

Disusun Oleh :

SYIFA NURWAHIDAH – 11200140000065

MIRA RAMADHANTI – 11200140000069

ERNA AULIA – 11200140000093

KELAS 2C

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021
BAB 1
PENDAHULUAN

Akhlak dapat memandu perjalan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat.
misi utama ke Rasulan Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan ahlak. Sejarah pun
mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah Beliau itu antara lain karena
dukungan akhlaknya yang sempurna, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah didalam Al-
Qur‟an.
Akhlak merujuk kepada amalan, dan tingkah laku tulus yang tidak dibuatbuat yang
menjadi kebiasaan. Manakala menurut istilah Islam, akhlak ialah sikap keperibadian manusia
terhadap Allah, manusia, diri sendiri dan makhluk lain, sesuai dengan perintah dan larangan
serta petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW.
Hal ini berarti akhlak merujuk kepada seluruh perlakuan manusia baik secara lahiriah
ataupun batiniah yang merangkum segala aspek dalam kehidupan manusia,baik cara
beribadat, percakapan, perbuatan, pergaulan, komunikasi, kasih sayang dan sebagainya.
Dalam makalah ini yang di bahas adalah akhlak seorang muslim kepada Allah SWT. Kepada
Rasulullah SAW. Kepada orang tua, dan terhadap diri sendiri. Yaitu tentang bagaimana
seharusnya perilaku seorang muslim sehingga nantinya seorang muslim akan menjadi
seorang yang berakhlak mulia.
BAB 2
ISI

BERIBADAH DENGAN AKHLAK YANG BAIK


Salah satu dimensi ibadah yang banyak dilupakan oleh kaum muslimin adalah
berakhlak baik. Ibadah sangat erat kaitannya dengan akhlak. Bahkan, ibadah-ibadah ritual
yang kita kenal dan rutin kita jalani, mengandung nilai-nilai akhlak yang mulia di dalamnya.
Syaikh Muhammad Amin Asy Syanqithi mengatakan, “Siapa saja yang mengamati al Qur`an
dalam petunjuk-petunjuk yang dikandungnya, ia akan menemukan bahwa prinsip akhlak
terdapat dalam seluruh syariat yang ada padanya, termasuk dalam ibadat.
Di dalam shalat terdapat nilai khusyuk, kutundukan, ketenangan dan kewibawaan.
“Datangilah shalat dengan tenang dan berwibawa.” (HR. Ibnu Khuzaemah. 3/72. Hadits no
1646)
Dalam zakat terdapat nilai kepatutan dan kederawanan, “Wahai orang-orang yang
beriman janganlah kamu membatalkan sedekah-sedekahmu dengan sebutan-sebutan dan
perbuatan menyakiti.” Allah juga berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya kami
memberikan kamu makanan semata-mata mengharap wajah Allah, kami tidak menginginkan
darimu balasan dan kesyukuran.”
Dalam puasa, (Rasulullah bersabda), “Barangsiapa yang meninggalkan perkataan
buruk dan perbuatan buruk, maka Allah tidak lagi membutuhkan dalam amalnya
meninggalkan makanan dan minuman.” Beliau juga bersabda, “Puasa itu adalah perisai.”
Dalam ibadah haji Allah berfirman (yang artinya), “Maka tidak ada rafats, kefasikan
dan perdebatan dalam haji.”
Baginda Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam menyatakan tujuan utama
pengutusannya, “Tidaklah aku diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak.” (HR
Ahmad) Padahal, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam diutus dengan ajaran tauhid, ibadat
dan mualamat. Hal ini menunjukkan, bahwa persoalan akhlak tidak dapat dilepaskan dari
term ibadah. Oleh karena itu, ibadah yang agung ini jangan sampai terlewat dari kita. Jangan
sampai kita menjadi orang yang rajin shalat, berpuasa, membaca al Qur`an, haji dan umrah,
tapi kita kurang berakhlak kepada sesama. Prilaku seperti itu kelak akan membuat kita
bangkrut di akhirat.
Perhatikan sabda Nabi shallallahu „alaihi wa sallam berikut, “Apakah kalian
mengetahui orang yang bangkrut itu?” mereka berkata, “Orang yang bangkrut di kalangan
kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan juga harta.” Beliau bersabda,
“Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat
dengan (pahala) shalat, puasa dan zakat. Namun ia juga datang (dengan dosa) telah mencela
ini, menuduh itu, memakan harta ini, menumpahkan darah itu dan memukul ini. Maka
kebaikan-kebaikannya diambil dan diberikan kepada orang ini dan itu. Sampai kebaikan-
kebaikannya habis dan dosa-dosanya belum terbayar, diambillah kesalahan-kesalahan mereka
dan dilemparkan kepadanya, kemudian ia pun dilemparkan ke neraka.” (HR Muslim)
Dengan demikian, berakhlak baik terhadap sesama makhluk adalah ibadah yang
sangat agung yang tidak boleh kita lupakan. Alih-alih keberuntungan, ibadah-ibadah ritual
yang kita kerjakan di dunia ini dapat habis tidak tersisa dan berujung neraka manakala akhlak
kita tidak tegak menopang kehidupan dan pergaulan kita dengan sesama. Jika ibadah adalah
tujuan dari kehidupan kita, maka akhlak adalah pilar penopang tegaknya ibadah-ibadah kita.
Beribadah kepada Allah, jika ditilik dari prinsip dasarnya, juga erat kaitannya dengan
masalah akhlak. Dr. Ahmad al Raisuny berkata, “Sesungguhnya pokok ibadah itu sendiri
tegak diatas pondasi akhlak, yaitu kesadaran tentang nikmat, karunia dan kesyukuran
terhadap Sang Pemberi nikmat-nikmat tersebut. Ia tegak diatas prinsip, “Tidak ada Balasan
kebaikan kecuali kebaikan (pula). Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan?” (QS. Al Rahman [55]: 60-61)
Berdasarkan hal ini, maka seluruh ibadat dan ketaatan, merupakan refleksi dari akhlak
syukur dan konsekwensi syukur. Artinya, ibadat, pondasi dan intinya adalah akhlak. Begitu
pun perbuatan dan pergaulan dengan sesama manusia, ia pun dibangun diatas prinsip
kesadaran dan rasa syukur atas kebaikan-kebaikan yang mereka miliki.”
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam ditanya tentang perkara yang banyak
memasukkan manusia ke dalam surga? Beliau bersabda, “Takwa kepada Allah dan akhlak
yang baik.” (HR Tirmidzi, dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani). Ath-Thiby berkata,
“Takwa kepada Allah” adalah isyarat tentang sikap yang baik terhadap Pencipta (khaliq)
dengan mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Sementara “Akhlak yang baik”
adalah isyarat tentang sikap yang baik kepada sesama (makhluk).”
Berakhlak baik kepada sesama dilakukan dengan beberapa tingkatan: Pertama: Tidak
menyakiti dan menzalimi sesama, baik dalam urusan darah, tubuh, harta dan kehormatan
mereka. Kedua: Membalas kebaikan dengan kebaikan. Ketiga: Membalas keburukan dengan
kebaikan. Dan ini akhlak yang tertinggi.
ADAB ADAB DALAM IBADAH THAHAROH
1. Tidak boleh menghadap kiblat maupun membelakangi kiblat
Adab yang pertama adalah tidak boleh buang air dengan menghadap ke kiblat ataupun
membelakangi kiblat. Jadi, untuk anda yang berencana membangun rumah, alangkah baiknya
jika memperhatikan posisi kamar mandi, jangan sampai posisi WC menghadap kiblat maupun
membelakangi kiblat. Tetapi jika sudah terlanjur, anda bisa merubah posisi duduk atau boleh
menghadap kiblat tetapi hukumnya makruh.

2. Mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke kamar mandi/WC


Adab yang thaharah yang kedua yaitu mendahulukan kaki kiri ketika hendak masuk
ke WC. Karena di dalam fiqih, WC merupakan tempat yang hina, yaitu untuk membuang
segala kotoran yang berkaitan dengan najis.
Beda halnya jika yang kita masuki adalah masjid. Masjid merupakan tempat yang
suci, tempat yang digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Jadi kita disunnahkan
mendahulukan kaki kanan terlebih dulu.

3. Jangan berbicara ketika buang air besar/kecil


Adab thaharah yang ketiga yaitu tidak diperbolehkan berbicara ketika sedang buang
air kecil maupun besar. Selain buang air, kita juga tidak diperbolehkan (makruh) berbicara
ketika sedang wudhu. Di dalam adab buang air, kita diharuskan menuntaskan najis yang
keluar dari dua jalan (qubul dan dubur), jadi tidak boleh memutuskan buang air ketika najis
yang keluar belum tuntas.

4. Membaca Doa setelah buang air


Adab thaharah berikutnya yaitu membaca doa setelah buang air. Berikut doanya:

Alhamdulillahilladzii adzhaba 'anniyaladza wa'aafaanii


Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakit dan menyehatkan aku

5. Bersiwak
Adab berikutnya adalah bersiwak sebelum wudhu. Bersiwak adalah membersihkan
gigi dan gusi dengan menggunakan kayu khusus, dan di zaman sekarang, kita menyebutnya
sebagai sikat gigi. Selain itu, kita juga disunnahkan bersiwak ketika hendak mendirikan shalat
dan mengaji.

6. Mendahulukan kanan dan mengakhirkan kiri


Adab thaharah berikutnya adalah mendahulukan anggota kanan dan mengakhirkan
anggota kiri. Di dalam fiqih, kita menyebutnya sebagai "taqdimul yumna 'alal yusra". Hal ini
berlaku untuk segala jenis thaharah, entah wudhu, tayamum, mandi, semua harus di dahului
dengan anggota bagian kanan dan mengakhirkan bagian kiri.

7. Hemat dalam menggunakan air


Adab berikutnya adalah bersuci dengan air secukupnya saja. Dan makruh hukumnya
menggunakan air secara berlebihan, dan jika air tersebut di sediakan untuk umum, maka
hukumnya menjadi haram apabila pemborosan tersebut mengakibatkan orang lain tidak
mendapatkan sisa air untuk wudhu.

8. Berdoa sehabis wudhu


Adab berikutnya adalah berdoa sehabis wudhu. Hukum Niat wudhu adalah wajib,
sedangkan doa sesudah wudhu adalah sunnah. Sebagaimana doa yang dibaca Rasulullah
SAW setelah wudhu :

9. Shalat sunnah dua rakaat setelah wudhu


Setelah wudhu, kita disunnahkan shalat dua rakaat. Di dalam fiqih, kita menyebutnya
ِ ‫ ٍِْ ِ ه‬َٛ‫ٕء َس ْكعَر‬
sebagai shalat ba'diyyah wudhu' . Adapun niatnya yaitu : َٗ‫ّلِل ذَعَان‬ ِ ‫ض‬ُ ُٕ ‫سَُّحً ْان‬
ُ ّٗ‫ص ِه‬
َ ُ‫ا‬
(Ushalli Sunnaal wudhuu'i rak'ataini lillahi ta'aala). Shalat sunnah ini dilakukan dua rakaat
satu kali salam.

10. Selalu mengawali dengan membaca bismillah


Adab thaharah yang terakhir adalah mengawali segala aktivitas seperti membasuh,
menyiram dan mengusap semua di awali dengan bacaan basmalah. Di luar thaharah, kita juga
disunnahkan membaca basmalah ketika hendak melakukan kegiatan positif.
Adab Adab Dalam Ibadah Shalat

1. Hati yang ikhlas


Firman Allah Subhanahu wa Ta‟ala, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam menjalankan agama yang
lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah
agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5). Dan Allah Subhanahu wa Ta‟ala tidak akan menerima
kecuali amal yang dikerjakan dengan penuh keikhlasan. Riya‟ dan sum‟ah termasuk
penghalang diterimanya amal seorang hamba.

2. Menyempurnakan wudhu
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam
bersabda, “Maukah kalian aku tunjukan sesuatu yang dengannya Allah menghapus kesalahan
dan meninggikan derajat?” Mereka menjawab, “Mau ya Rasulullah.” Beliau bersabda,
“Menyempurnakan wudhu walaupun di waktu yang sulit [Al-Makarih artinya kondisi sulit
karena cuaca dingin atau semisalnya], memperbanyak langkah ke masjid, dan menunggu
shalat dalam masjid. Itulah ribath [Ar-ribath artinya mengerjakan ketaatan] ( ketaatan
sempurna ) bagi kalian.” [HR. Muslim]

3. Bersegera melaksanakan shalat


Maksudnya adalah bersegera keluar rumah menuju ke masjid agar dapat digolongkan
sebagai orang yang menunggu shalat. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu ia
berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam bersabda, “Seseorang akan
dianggap sedang shalat selama ia menunggu waktu shalat.” [HR. Al-Bukhari]

4.Berdzikir kepada Allah


Berdoa ketika keluar rumah sambil mengucapkan, “Dengan nama Allah, aku
bertawakkal kepada-Nya karena tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya [HR. Abu
Dawud] . Ya Allah hindarkan aku dari kesesatan dan disesatkan, menyalahkan dan
disalahkan, menzhalimi dan dizhalimi, membodohi dan dibodohi .” [HR. Abu Dawud].

5. Berdoa ketika sedang berjalan menuju masjid


Dengan mengucapkan, “Ya Allah berikanlah cahaya di hatiku, dan cahaya di lisanku,
cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, berikanlah cahaya di belakangku dan di
depanku, di atasku serta di bawahku, ya Allah limpahkanlah cahaya kepadaku.” [HR.
Muslim]. Berjalan menuju masjid dengan tenang, Sabda Rasulullah Shallallahu „Alaihi
wasallam, “Jika kalian mendengarkan iqamah maka berjalanlah kalian dengan tenang
[Assakinah artinya Berjalan dengan tenang] dan penuh wibawa [Al-waqaar artinya Menatap
ke bawah dan tidak menoleh ke kanan dan ke kiri], dan janganlah kalian tergesa-gesa. Dan
apa yang kalian dapatkan dari gerakan shalat maka ikutilah dan apa yang terlewatkan maka
sempurnakanlah.” [HR. Muttafaqun Alaihi]
6. Berdoa saat masuk dan keluar masjid
Saat masuk membaca, “Aku berlindung kepada Allah Yang Mahaagung, dengan
Wajah-Nya yang Mulia, dan kekuasaannya yang luas, dari gangguan setan yang
terkutuk.” [HR. Abu Dawud] “Dengan nama Allah, salam dan shalawat atas
Rasulullah” [HR. Muslim] “Ya Allah bukakanlah pintu rahmat-Mu untukku.” [HR. Muslim]
Ketika keluar membaca, “Dengan nama Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah, ya
Allah aku memohon karunia-Mu, ya Allah jagalah aku dari setan yang terkutuk .” [HR. Ibnu
Majah]

7. Mengerjakan shalat tahiyyatul masjid sebelum duduk


Sabda Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam, “Jika seseorang dari kalian masuk
masjid hendaklah ia shalat dua rakaat sebelum ia duduk.” [HR. Muttafaqun Alaihi]

8. Tidak menyilangkan jari jemari


Sabda Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam, “Jika seseorang diantara kamu
berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian ia keluar menuju masjid maka
janganlah ia menyilangkan jemarinya karena ia seakan-akan sedang shalat .” [HR. Abu
Dawud]

9.Senantiasa berdzikir
Dianjurkan untuk senantiasa berdzikir, berdoa atau membaca Al-Qur‟an saat sedang
menunggu waktu shalat dengan tetap menjaga ketenangan dan tidak mengganggu orang lain
yang sedang shalat.

10. Shalat dengan khusyu’


Khusyu‟ merupakan inti dan ruh shalat. Shalat yang tidak disertai dengan
kekhusyu‟an ibarat badan tanpa ruh. Ibnu Rajab Rahimahullah mengatakan, “Makna dasar
khusyu‟ adalah kelembutan hati, kerendahan, ketenangan dan ketundukannya. Jika hati telah
merasakan kekhusyuan maka anggota tubuh yang lain akan khusyu‟ pula karena ia seperti
prajurit yang tunduk pada komandannya .” [Al-Khusyu‟, karya Ibnu Rajab] Khusyu‟
tempatnya di hati yang tergambar dari aktivitas anggota tubuh.
ADAB ADAB IBADAH MENGELUARKAN ZAKAT

Adab mengeluarkan zakat merupakan panduan menjalankan ibadah zakat yang benar dan
ikhlas sehingga amal ibadah kita diterima oleh Allah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam berzakat antara lain:
1. Niatkanlah menjalankan ibadah zakat dengan tulus dan penuh keikhlasan
semata-mata. Karena mengikuti rukun Islam, tanpa mengharapkan imbalan atau
pujian apapun dari orang-orang di sekitar kita.
2. Keluarkanlah zakat sesuai nisab yang berlaku dan tidak mencurangi hukum
agama Islam. Nisab zakat fitrah dan zakat maal tidak sama. Zakat fitrah diwajibkan
kepada setiap muslim yang menjumpai bulan Ramadhan dan dibayarkan sebelum Hari
Raya Idul Fitri. Sedangkan zakat maal dapat dikeluarkan sewaktu-waktu bila telah
tercapai nisabnya.
3. Keluarkanlah zakat secara diam-diam agar tidak mengusik hati dan menjadi
riya’ (pamer amal). Kecuali penyaluran zakat berhubungan dengan organisasi
penerima zakat dan laporan keuangan, kegiatan sosial mengeluarkan zakat sebaiknya
tidak diekspos secara berlebihan.
4. Berikanlah zakat kepada tetangga kiri-kanan rumah yang membutuhkan
terlebih dahulu. Mengapa? Karena kita sendiri yang memahami kondisi ekonomi
warga yang tinggal di sekitar rumah. Saat ini masyarakat yang tinggal di wilayah
perkotaan mungkin akan kesulitan membuat daftar orang-orang yang berhak
menerima zakat. Tingkat ekonomi antar warga hampir sama. Oleh karena itu, lebih
baik penerimaan zakat disampaikan kepada lembaga penyalur zakat terpercaya di kota
Anda.
5. Jangan sekali-kali mengungkit zakat yang telah diberikan kepada orang lain
karena perbuatan tersebut haram hukumnya. Agar dapat diterima oleh Allah
SWT, setiap amal ibadah harus dilakukan dengan keikhlasan. Selain itu, mengungkit
amal perbuatan juga menunjukkan kerendahan akhlaq seseorang.
ADAB ADAB IBADAH PUASA

1. Makan Sahur
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu „alaihi
wa sallam bersabda: ً‫ ان َّس ُح ْٕ ِس تَ َش َكح‬ِٙ‫ذ َ َس َّح ُشٔا فَإ ِ ٌَّ ف‬. “Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya
pada sahur itu terdapat berkah.”[1] Dan telah terhitung makan sahur walaupun hanya dengan
seteguk air, berdasarkan hadits „Abdullah bin „Amr Radhiyallahu anhuma, dia berkata,
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: ‫ع ِح َيا ٍء‬ َ ‫ذ َ َس َّح ُشٔا َٔنَ ْٕ تِ ُج ْش‬. “Makan sahurlah
kalian meski hanya dengan seteguk air.” [2] Disunnahkan untuk mengakhirkan makan sahur,
sebagaimana yang diriwayatkan dari Anas, dari Zaid bin Tsabit, dia berkata, “Kami pernah
makan sahur bersama Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, setelah itu beliau langsung
berangkat shalat. Aku bertanya, „Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?‟ Dia menjawab,
„Kira-kira sama seperti bacaan 50 ayat.”

2. Menahan diri dari pembicaraan yang tidak bermanfaat dan kata-kata kotor,
atau yang semisal dengannya dari hal-hal yang bertentangan dengan tujuan
puasa
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa sallam bersabda: َُّ‫ فَإِرَا شَاذ َ ًَُّ أ َ َحذ ٌ أ َ ْٔ قَاذَه‬,‫جْ َٓ ْم‬َٚ َ‫صخَةْ َٔال‬ َ َ‫ص ْٕ ِو أ َ َح ِذ ُك ْى ف‬
ْ ُ‫ ْشف‬َٚ ‫ال‬
ْ َٚ َ‫ث َٔال‬ َ ‫ ْٕ َو‬َٚ ٌَ‫ِإرَا َكا‬
َ ْٙ َِّ‫قُ ْم ِإ‬َٛ ‫فَه‬. “Jika pada hari salah seorang diantara kalian berpuasa, maka janganlah ia
‫صابِ ٌى‬
mengucapkan kata-kata kotor, membuat kegaduhan dan tidak juga melakukan perbuatan
orang-orang bodoh. Dan jika ada orang yang mencacinya atau menyerangnya, maka
hendaklah ia mengatakan, „Sesungguhnya aku sedang berpuasa.”

3. Sifat dermawan dan memperbanyak bacaan al-Qur-an


Diriwayatkan dari Ibnu „Abbas, dia berkata, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu „alaihi wa
sallam adalah orang yang paling pemurah dalam kebaikan dan beliau akan lebih dermawan
(dari hari-hari biasanya) pada bulan Ramadhan, ketika Jibril datang menemuinya dan adalah
Jibril selalu datang menemuinya setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan, hingga
Ramadhan selesai, Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam membacakan al-Qur-an kepada
Jibril. Dan di saat ia bertemu Jibril beliau lebih pemurah (lembut) dari angin yang berhembus
dengan lembut.”

4. Menyegerakan berbuka (ta’-jil)


Diriwayatkan dari Sahl bin Sa‟ad Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu „alaihi
ْ ‫ ٍْش َيا َع َّجهُٕا ْان ِف‬ٛ‫ط تِ َخ‬
wa sallam bersabda: ‫ط َش‬ ُ َ ‫َضَ ا ُل انُّا‬ٚ َ‫ال‬. “Umat manusia akan tetap baik selama
mereka menyegerakan berbuka puasa.
ADAB ADAB DALAM IBADAH HAJI

1. Mengikhlaskan niat di dalam ibadah haji.


Seyogyanya bagi yang ingin melaksankan ibadah haji, sebelum meninggalkan
rumahnya, untuk menghadirkan niat bahwa dia keluar melaksanakan ibadah haji hanya
karena Allah semata, dengan mengharap pahala dari-Nya, bukan mengharap untuk diberi
gelar pak haji, atau agar orang sekitarnya melihat bahwa dirinya pergi haji dan pergi ke
Mekkah, sebagaimana hadits Umar bahwasanya Nabi SHalallahu „Alaihi wa Sallam bersabda
:
‫َ ُْ ِك ُح َٓا فَ ِٓج َْشذُُّ إِنَٗ َيا َْا ََ َش‬ٚ ٍ‫اي َشأَج‬
ْ َٗ‫ثُ َٓا أ َ ْٔ إِن‬ٛ‫ُص‬
ِ ٚ ‫َا‬َْٛ ُ ‫جْشذُُّ إِنَٗ د‬ ِ ‫َّا‬ُِّٛ ‫إََِّ ًَا ْاْل َ ْع ًَا ُل تِان‬
ٍ ‫خ َٔإََِّ ًَا ِن ُك ِّم ا ْي ِش‬
ْ َ‫ئ َيا َ ََٕٖ فَ ًَ ٍْ كَا‬
َ ِْ ‫َد‬
ِّ ْٛ َ‫إِن‬
“Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa
yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena
seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia
diniatkan.” (HR Bukhari dan Muslim )
Artinya barang siapa yang hajinya diniatkan karena Allah dan benar-benar
dilaksanakan karena-Nya, maka akan mendapatkan pahala di sisi Allah.

2. Mempelajari hukum-hukum tentang haji


Seyogyanya bagi yang ingin pergi haji untuk mempelajari hukum-hukum terkait
dengan haji dan serta mengikuti nabi dalam melaksanakan ibadah haji secara keseluruhan,
baik perkataan dan perbuatannya. Hal itu sesuai dengan hadits Jabir bahwasanya nabi
shallallahu „alaihi wassalam bersabda :
‫ َيَُا ِس َك ُك ْى‬ُِّٙ‫ِنر َؤ ْ ُخز ُ ْٔا َع‬
“Hendaknya kalian mengambil manasik haji kalian dariku.” (HR. Muslim)
Ini bisa terlaksana dengan mempelajari hukum-hukum terkait dengan haji serta
membaca buku yang lebih terperinci. Kemudian memperbanyak di dalam menela‟ahnya
sehingga dia bisa melaksanakan ibadah haji ini dengan lebih sempurna dan lebih sesuai
dengan sunnah. Begitu juga hendaknya dia menghadiri kajian-kajian yang membahas tentang
haji, sehingga dari kajian-kajian tersebut akan diketahui hukum-hukum haji dan tata cara
pelaksanaannya.
Hendaknya dalam perjalanan hajinya dia mencari orang-orang yang mulia,
mempunyai sopan-santun dan berakhlaq baik, yaitu dengan cara memilih travel yang sudah
terkenal profesional, melaksanakan kewajibannya, membantu orang-orang yang ikut
dengannya untuk bisa melaksanakan ibadah haji dengan sebaik-baiknya.
Hendaknya mencari seorang penuntut ilmu untuk menyertai rombongan haji, karena amalan-
amalan haji tidak cukup hanya berbekal pengetahuan saja, tetapi perlu ada seorang ulama
yang berusaha mengamalkan sunnah dan mengetahui tentang hukum-hukum haji. Jika tidak
didapatkan seorang ulama atau penuntut ilmu, maka paling tidak ada orang yang pernah
melaksankan haji yang berusaha untuk menyempurnakan ibadah haji ini.
3. Menghindari dari para penganggur dan orang-orang yang suka bermain-main.
Yaitu orang-orang yang jika bergaul dengan mereka akan menyebabkan terjatuh di
dalam maksiat, membuang-buang waktu dan banyak ngobrol.

4. Menghindari dari ahli bid’ah dan khurafat


Ahli bid‟ah dan khurafat sering memalingkan dari beribadah dan berdo‟a kepada
Allah kepada berdo‟a kepada selain-Nya serta lebih memilih untuk mencari bangunan–
bangunan dari peninggalan bersejarah untuk mengusap-usapnya dan mengusap-usap Ka‟bah
serta Maqam Ibrahim yang sering menyebabkan pertengkaran, padahal mestinya mereka
menunaikan ibadah haji ini dengan baik

5. Hendaknya berusaha untuk ekonomis di dalam berbelanja


Dan jangan berlebih-lebihan serta membebani diri di dalam hidupmu dan dalam
perjalanan hajimu. Serta jangan berbangga-bangga dengan kehidupan yang serba hedonis di
dalam melaksanakan ibadah haji.

6. Jauhilah hal-hal yang melengahkan


Seperti menonton chanel-chanel Televisi yang berisi hiburan-hiburan, atau
mendengarkan musik dan hal-hal lain yang termasuk katagori maksiat.

7. Berusaha untuk menerapkan akhlaq yang baik dan melawan nafsu


Berusaha untuk menerapkan akhlaq yang baik selama perjalanan, dan selama
pelaksanaan ibadah haji, serta berusaha untuk melawan hawa nafsu untuk mewujudkan hal
itu, sehingga temanmu menjadi rela untuk bersamamu. Dan hendaknya anda bisa bersabar
untuk menjauhi dari permusuhan dan perkelahian yang sering timbul pada saat melakukan
perjalanan dan pada saat terjadinya desak-desakan.

8. Selalu berdzikir dengan dzikir pagi dan petang,


Dan berdo‟a ketika keluar rumah dan ketika hendak melakukan perjalanan.
Hendaknya dia berdo‟a ketika keluar rumah, sebagaimana di dalam hadits Ummu Salamah
radhiyallahu „anha bahwa Nabi shallallahu „alaihi wassalam jika keluar rumah beliau
berdo‟a:
ْ َ ‫ أ َ ْٔ أ‬،َّ‫ أ َ ْٔ أُصَ ل‬،َّ‫ أ َ ْٔ أ َ ِصل‬،َّ‫ضم‬
ْٔ َ ‫ أ‬،‫ظ ِه َى‬ َ ُ ‫ أ َ ْٔ أ‬،َّ‫ضم‬
ِ َ ‫ع ْٕر ُ ِت َك أ َ ٌْ أ‬
ُ َ ‫ أ‬ْٙ َِّ‫ َانهَّ ُٓ َّى ِإ‬.‫هلل‬
ِ ‫ َٔالَ َح ْٕ َل َٔالَ قُ َّٕج َ ِإالَّ ِتا‬،‫هللا‬ِ َٗ‫ ذ ََٕ َّك ْهدُ َعه‬،‫هللا‬ ِ ‫ِتس ِْى‬
ْ ُ ‫أ‬.
َّٙ َ‫ُ ْج َٓ َم َعه‬ٚ ْٔ َ ‫ أ‬،‫ أ َ ْٔ أ َ َْ َٓ َم‬،‫ظهَ َى‬
“Dengan nama Allah. Aku bertawakkal kepadaNya dan tiada daya dan upaya kecuali karena
pertolongan Allah. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu jangan sampai aku
sesat atau disesatkan, berbuat kesalahan atau disalahi, menganiaya atau dianiaya, berbuat
bodoh atau dibodohi.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dengan sanad shahih)

Kemudian dilanjutkan dengan do‟a safar :


‫ َسف َِشََا َْزَا ْانثِ َّش‬ْٙ ِ‫ َٔإََِّا إِنَٗ َستَُِّا نَ ًُ ُْقَ ِهثُ ٌَْٕ انهَّ ُٓ َّى إََِّا ََسْؤَنُ َك ف‬. ٍََِْٛ‫ِ٘ َس َّخ َش نََُا َْزَا َٔ َيا ُكَُّا نَُّ ُيقْ ِش‬ ْ ‫س ْث َحاٌَ انَّز‬ُ ‫تسى هللا انحًذ هلل‬
ُ ْ
ِٙ‫فَح ف‬ْٛ ‫ ان َّسف َِش َٔانخَ ِه‬ِٙ‫ة ف‬ ُ ‫اح‬ِ ‫ص‬ َّ ‫د ان‬ َ َّ ْ
َ َْ ‫ انه ُٓ َّى أ‬،َُِ‫َُا َسف ََشََا َْزَا َٔاط ِٕ َعَُّا تُ ْعذ‬ْٛ َ‫ انه ُٓ َّى ْ ّ َِٕ ٌْ َعه‬،ٗ‫ض‬َّ َ ‫ َٔ ِيٍَ ْانعَ ًَ ِم َيا ذ َْش‬،َٖٕ ‫َٔانر َّ ْق‬
:ٍَّ ِٓ ْٛ ِ‫ َٔإِرَا َس ََ َع قَانَ ُٓ ٍَّ َٔصَ ادَ ف‬.‫ ْان ًَا ِل َٔاْْل َ ْْ ِم‬ِٙ‫ة ف‬ ِ َ‫س ْٕ ِء ْان ًُ ُْقَه‬ َ ُْ ًَ ‫اء ان َّسفَ ِش َٔكَآتَ ِح ْان‬
ُ َٔ ‫ظ ِش‬ ُ َ ‫ أ‬ْٙ َِِّ‫ انهَّ ُٓ َّى إ‬،‫اْْل َ ْْ ِم‬
ِ َ ‫ع ْٕر ُ تِ َك ِي ٍْ َٔ ْعث‬
ٌَ ُْٔ ‫ايذ‬
ِ ‫ِث ٌَُْٕ ذ َابِث ٌَُْٕ َعاتِذ ٌَُْٔ ِن َشتَُِّا َح‬ٚ‫آ‬.
“Dengan menyebut nama Allah, segala puji bagi Allah, Maha Suci Tuhan yang
menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedang sebelumnya kami tidak mampu. Dan
sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari Kiamat). Ya Allah!
Sesungguhnya kami memohon kebaikan dan taqwa dalam bepergian ini, kami mohon
perbuatan yang meridhakanMu. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini, dan dekatkan
jaraknya bagi kami. Ya Allah! Engkaulah teman dalam bepergian dan yang mengurusi
keluarga(ku). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam
bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan perubahan yang jelek dalam harta dan
keluarga.” Apabila kembali, doa di atas dibaca, dan ditambah: “Kami kembali dengan
bertaubat, tetap beribadah dan selalu memuji kepada Tuhan kami.” (HR. Muslim dari hadits
Ibnu Umar)
Jika jalan sedang menanjak hendaknya dia mengucapkan: “Allahu Akbar ” , jika dia
menuruni lembah atau tempat yang rendah, hendaknya mengucapkan: “Subhanallah” , ini
berdasarkan hadits Jabir :
‫ص ِعذََْا َكثَّ ْشََا َٔإِرَا ََضَ ْنَُا َسثَّ ْحَُا‬
َ ‫َّللاُ َع ُْ ُٓ ًَا قَا َل ُكَُّا إِرَا‬
َّ ٙ َ ‫ض‬ ِ َّ ‫َع ٍْ ََاتِ ِش ت ٍِْ َع ْث ِذ‬
ِ ‫َّللا َس‬
“Dari Jabir bin „Abdullah radhiyallahu „anhuma berkata: “Apabila kami berjalan mendaki
(naik), kami bertakbir dan apabila menuruni jalan kami bertasbih.” (HR. Bukhari)
Hendaknya dia jangan lupa untuk selalu berdzikir ketika berpindah-pindah tempat, dan untuk
selalu mengulangi hafalan al Qur‟annya dan untuk selalu melaksanakan sholat witir
walaupun sedang berada di atas kendaran atau di atas pesawat terbang, karena sholat nafilah
boleh dilakukan oleh muafir di atas kendaraannya.

9. Hendaknya dia membawa bekal lebih jika dia termasuk orang yang mampu.
Sehingga bisa membantu temannya dan berbuat baik kepadanya, sebagaimana di
dalam hadits:
ِ ٌِ ْٕ ‫ َع‬ٙ‫ َع ْٕ ٌِ ان َع ْث ِذ َيا َكاٌَ ْان َع ْثذ ُ ِف‬ْٙ ‫ٔهللا ِف‬
ِّ ْٛ ‫أخ‬
“Sesungguhnya Allah senantiasa menolong hambaNya, selama hamba tersebut menolong
saudaranya.” (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah )
Hendaknya dia bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan dan orang-orang
yang kehabisan bekal perjalanan.
Hendaknya dia menjadikan bekal haji dari hartanya yang terbaik , karena
sesungguhnya Allah adalah baik dan tidaklah menerima kecuali yang baik juga.

10. Hendaknya dia selalu menjaga kewajiban-kewajiban syari’ah.


Seorang musafir harus tetap menjaga shalat dan bersuci serta kewajiban-kewajiban
yang lain, dan jangan bermalas-malas untuk mengerjakan itu semua tepat pada waktunya.
Dia hendaknya meng-qashar sholat dan menjama‟nya jika hal itu dibutuhkan, karena
dia sedang melakukan perjalanan atau sedang istirahat, maka membutuhkan untuk menjama‟
sholatnya karena kecapaian atau mengantuk.
Hal ini berdasarkan hadits bahwa nabi shallallahu „alaihi wassalam bersabda :
ِّ ‫ُعَ ِ ّج ْم اِنَٗ ا َ ْْ ِه‬ٛ‫ضٗ ا َ َحذ ُ ُك ْى ًَٓرّ ِي ٍْ َسفَ ِش ِِ فَ ْه‬ ْ ِ‫ ان َّسف َُش ق‬‎
ِ ‫طعًحُ ِيٍَ انعَزَا‬
َ ‫َ ًَُْ ُع ا َ َحذَ ُك ْى‬ٚ ‫ب‬
َ َ‫طعَا َيُّ َٔش ََشاتَُّ ََٔ َْٕ َيُّ فَ ِارَاق‬
“Bepergian itu adalah sepotong dari adzab, (karena) ia menghalangi seseorang daripada
kamu tentang makanannya, minumannya dan tidurnya. (Oleh karena itu) apabila salah
seorang dari kamu telah menyelesaikan keperluannya dari kepergiannya, hendaklah ia
segera kembali kepada keluarganya” (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah)
Jika dalam perjalanan pulang dia melewati jalan yang menanjak hendaknya
mengucapkan :
ٌَُْٕ ‫ث ٌَُْٕ ذ َابِث‬ِٚ ‫ ا‬,‫ ٌْش‬ٚ‫ ٍا قَ ِذ‬ْٛ ‫ نَُّ ْان ًُ ْهكُ َٔنَُّ ْان َح ًْذ ُ َْٔ َُٕ َعهَٗ ُك ِّم َش‬,َُّ‫ َْك ن‬ٚ‫ الَاِنَّ اِالَّهللاُ َٔ ْحذَُِ الَ ِش ِش‬,‫ اَهللُ ا َ ْكثَ ُش‬,‫ اَهللُ ا َ ْكثَ ُش‬,‫اَهللُ ا َ ْكثَ ُش‬
َُِ‫اب َٔحْ ذ‬َ َ‫ ََْٔضَ َو اْالَ حْض‬,َُِ‫ع ْثذ‬ َ ‫ص َش‬ َ َََٔ َُِ‫صذَقَ هللاُ َٔ ْعذ‬ َ , ٌَُْٔ ‫ايذ‬ ِ ‫َعا ِتذ ٌَُْٔ ِن َش ِتَُّا َح‬
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada Tuhan kecuali Allah, dzat
yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Kepunyaan-Nyalah segala kekuasaan dan segala
pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kami kembali bertaubat serta kami
menyembah kepada Tuhan kami , seraya kami memuji-Mu. Allah menetapi pada janji-Nya,
menolong hamba-Nya, serta mampu (memporak porandakan) pasukan Ahzab dengan
sendiri.”
Sesungguhnya Nabi saw mengucapkan do‟a tersebut dalam perjalanan pulang dari
haji atau jihad, sebagaimana dalam hadits Ibnu Umar yang disebutkan Imam Malik dalam
kitab al Muwattha‟ dalam riwayat Muhammad bin Hasan.
Hendaknya dia jangan mengagetkan keluarganya pada waktu malam, tetapi
memberitahu terlebih dahulu tentang waktu kedatangannya, atau hendaknya dia datang pada
waktu pagi atau sore saja. Bersabda Nabi Shalallahu „Alaihi wa Sallam :
ُ ‫ثَح‬ٛ‫ظ ان َّش ِعثَحُ َٔذ َ ْسر َِحذَّ ْان ًُ ِغ‬
َ ‫ ذ ًَْر َ ِش‬ْٙ ‫َك‬
“Berilah kesempatan kepada keluarga kalian untuk bersiap-siap dan berhias (untuk
menyambut kedatangan kalian).” (HR Bukhari dan Muslim dari hadits Jabir)
Dan hendaknya dia menuju masjid terlebih dahulu jika sudah sampai, untuk
melakukan sholat dua reka‟at. Karena sesungguhnya perbuatan ini merupakan sunnah nabi
yang pertama kali beliau laksanakan ketika sampai di kotanya.
BAB 3
PENUTUP

Alhamdulillah, atas seizing Allah kami dapat menyelesaikan tugas ini. Terima kasih
kami ucapkan kepada Bapak Drs. H. Zaenal Arifin, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Akhlak yang telah mebimbing kami dalam pembelajaran ini.
Kami juga meminta maaf jika terdapat banyak kesalahan dalam tulisan kami, baik
powerpoint ataupun makalah.

KESIMPULAN
Pendidikan akhlak harus ditekankan kepada anak didik sedini mungkin untuk
dimanifestasikan dalam kehidupan. Tidak hanya secara teoretis, tetapi juga praktis. Bahkan,
berhasil atau tidaknya pendidikan akhlak di Iihat dari perbuatan yang dilakukan seseorang
atau anak didik dalam kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Syuja, 2019. Adab-Adab dalam Ibadah Thaharah.


https://www.abusyuja.com/2019/09/10-adab-thaharah-bersuci.html (diakses pada tanggal
25 Maret 2021.)

Al-Feqh, Adab-Adab dalam Sholat. https://www.al-feqh.com/id/adab-adab-dalam-shalat


(diakses pada tanggal 25 Maret 2021.)

DR Ahmad Zain An Najah, 2012. Adab-Adab Haji. https://fimadani.com/adab-adab-haji/


(diakses pada tanggal 25 Maret 2021.)

Sabilulilmi, 2012. Beribadah dengan Akhlak yang Baik.


https://sabilulilmi.wordpress.com/2014/05/19/beribadah-dengan-akhlak-baik/ (diakses pada
tanggal 25 Maret 2021.)

Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, Adab-Adab Puasa


https://almanhaj.or.id/1630-adab-adab-puasa-2.html (diakses pada tanggal 25 Maret
2021.)

Yons Achmad, 2012. Adab Mengeluarkan Zakat Secara Benar dan Ikhlas.
https://zakat.or.id/adab-mengeluarkan-zakat-secara-benar-dan-ikhlas/ (diakses pada
tanggal 25 Maret 2021.)

Anda mungkin juga menyukai