Anda di halaman 1dari 23

KEGIATAN KEBINEKAAN 3

TRADISI MANRE
SAPERRA
MAKNA SIMBOLIK

WALASUJI
Pagar/ pemisah/penjaga

Sebagai pemisah dan wadah dalam menyimpan bahan dalam tradisi manre
sapera.
RAKKI
Usungan

Wadah yang dihias berisi berbagai masakan dan makan masing-masing pemangku adat.
BOSARA
Wadah /tempat
wadah untuk menyajikan makanan kepada pemangku adat.
TINJA
Nasar
Pelepasan janji yang pernah diucapkan oleh datu luwu kepada masayarakat sebelum indonesia
merdeka.

SOKKO
Makanan
Makanan yang terbuat dari beras ketam untuk mempererat tali persaudaraan seluruh masayarakat luwu.
LAMMING
WADAH
Sebagai sarana menampung air suci yang melambangkan bentuk kesucian hati masyarakat luwu
sebelum memasuki bulan ramadhan.

KUWALA
MASYARAKAT
para peserta yang mengikuti tradisi manre saperra.
SANDRO
Dukun
Memberikan jaminan keberkahan dan kesucian jiwa masyarakat luwu yang mengikuti, manre
saperra. Untuk melakukan ampi kepada seluruh pakbanuae agar seluruh masyarakat merasa tenang
jiwanya.

PAKBANUAE
Masyarakat

Lapisan masyarakat biasa yang mengikuti tradisi manre saperra.

PALILI
MASYARAKAT
Sekelompok masyarakat yang pernah bertikai.
MAKNA ATRIBUT DAN BUSAN TRADISI
MANRE SAPERRA

KAIN BEWARNA PUTIH


KESUCIAN
Melambangkan wujud ikatan suci dan kepedulian antara raja dan rakyatnya.
BAJU BODO DAN BAJU TUTU
Baju bodo merupakan busana khas wanita luwu, sedangkan baju tutu busana khas laki-laki.
Lipa sa’bbe
Sarung melambangkan keterampilan dan ketekunan. Karena membuat sarung harus butuh
kesabaran, ketekunan, ketelatenan da keterampilan.
TANGRASULA
Pucuk payung

Sebagai perlambangan doa dan tawakkal kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

BASSE PAKKAE
Senjata pusaka

Kesiagaan kedatuan luwu menangulangi segala bentuk abrasi nilai luhur tana luwu dengan tetap
dalam kerangka NKRI.
PITA KUNING
KEDATUAN LUWU

Keagungan atas kemuliaan kedatuan luwu yang berkesinambungan dan senantiasa bersatu dan
sempurna pada keempat sudut nilai universal, serta berpegang teguh pada norma taro ada taro
gau.

LAWO
LABU
Tanaman labu merupakan tanaman yang seluruh bagiannya bermanfaat. Hal ini memberikan
pandangan anak turunan luwu harus menjadi seseorang yang bermanfaat dan menebar kebaikan
di dunia.
MAKNA PROSESI TRADISI MANRE
SAPERRA
TUDANG SIPULUNG
PERENCANAAN
Kegiatan yang dilakukan dengan tujuan membicarakan agenda apa saja yang akan dilakukan
dalam tradisi manre saperra.

MUSTAWARA TOKO MASYARAKAT


KOMUNIKASI
Setiap perkara dapat dibicarakan demi kebaikan semua pihak

PEMBUKAAN
AWAL KEGIATAN
Berdoa kepada Tuhan agar selalu disucikan jiwa masyarakat luwu dan memuliakan tamu.
Maklekke mai​
Pensucian ​air
Proses menjaga pemberihana jiwa masyarakatLuwu yang akan akanmenymabut
Bulan Suci Ramadhan.

Maroja
​Menjaga
air yang disucikan agar air tersebuttidak diganggu oleh Jin.
KEGIATAN INTI

Mapanyokki Rakki
Menghadapkan sesajian
Sebagai bentuk keikutsertaan seluruh kuwala di lingkup kedatuan luwu.

MEMPERTUKARKAN RAKKI
Pertukaran Makanan
Pemangku adat akan mempertukarkan rakki dari palili yang pernah terlibat sengketa
sebagai simbol perdamaian.

MATTOA
Menyuguhkan makanan
Menyuguhkan makanan kepada para hadirin menurut tata cara adat yang berlaku pada
tatanan adat kedatuan luwu.
MANRE SAPERRA
Makan bersama diatas kain putih
Makan bersama-sama di atas kain putih untuk menjaga kesucian hati masyaakat luwu.

MANRE SAMAMPA
Makan bersama seluruh masyarakat luwu saling menukakan makanan yang di bawah
oleh masyarakat
PENUTUP

TARIAN
TARIAN TULANG BALLA, TARI BAMBU BALLO DAN TAI SANJO

Tari- tarian ini sebagai penghargaan terhadap pesta raja-raja atau dihadapan
tamu agung keajaan sebagai bentuk penghormatan, tarian iini juga sebagai
sarana menghibur raja dan rakyat.
• implemtasi Makna dan Nilai Tradisi Manre Saperra bagi Masyarakat Malangke,
Kabupaten Luwu UtaraKearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan
budaya lokal yang mengandung kebajikan hidup, pandangan hidup (way of life)
yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Pada umumnya
etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan turun-
temurun, diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara lain
dalam bentuk pepatah dan peribahasa, folklore), dan manuskrip (Affandy, 2017:
198).
• Nilai Silaturahmi Makna silaturrahim tentu tidak terbatas bersalaman, kunjungan
keluarga dan pertemuan warga atau teman sekerja, dan lain-lain. Tapi mempunyai
makna yang jauh lebih lagi, yaitu bagaimana upaya kita untuk memelihara diri dan
keluarga kita agar tetap istiqamah dalam keimanan, keislaman dan ketaqwaan.
• Nilai Musyawarah Musyawarah mufakat merupakan budaya yang sudah
diwariskan secara turun temurun di mana terjadi kegiatan berembuk dan berunding
untuk memecahkan masalah yang manghasilkan kesepakatan bersama.
Musyawarah mufakat pada hakikatnya merupakan kegiatan berunding dan
berembuk untuk mencari jalan keluar bersama tanpa merugikan salah satu pihak
dan keputusan tersebut berasal dari kesepakatan bersama (Pratiwi & Sunarso, 2018:
200)
• Nilai Religious bersinonim dengan kepercayaan, kepercayaan kepada Tuhan,
kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati yang melampaui kemampuan
manusia (Bera, 2016: 198). Nilai religiusmemberi kesadaran batin untukmembuat
kebaikan.
• Nilai Sosial tadisi Manre Saperra menyimpan banyak nilai yang bisa dijadkan
sebagai panutan dalam kehidupana sehari-hari. Pesan yang sangat kuat dalam
tradisi ini menjadi dasar dalam berbagi sesama masyarakat yang hadir dalam
pelaksanaan tradisi ini. Dapat dilihat pada data berikut ini:Dalam pelaksanaan
Manre Saperra setiap kuwal membawa makanan tersediri, kemudian ditukarkan
kepada orang lain pada saat akan melaksanakan Manre Saperra.
• Nilai RekonsiliasiFlisfeder (dalam Sitanggang & Luthan 2018: 170) menjelaskan
bahwa rekonsiliasi adalah memulihkan hubungan, membangun kepercayaan, dan
bekerja sama dalam perbedaan. Pendapat ini juga sama seperti yang terdapat di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang mana rekonsiliasi diartikan sebagai
perbuatan memulihkan hubunganpersahabatan ke keadaan semula; perbuatan
menyelesaikan perbedaan
SEJARAH ISLAMISASI DI KERAJAAN
LUWU
• Kata “Luwu” menurut anggapan masyarakatnya berasal dari kata Bugis
“ulo” yang berarti diulur (dalam bahasa Indonesia: diulur), maksdunya
adalah pajung atau raja beserta permaisurinya asal mulanya diulurkan atau
diturunkan dari Botting Langi (negeri kayangan). Bagi Orang Wotu, kata
“Luwu” berasal dari kata “Lu”, Luwu juga berarti suatu daerah yang
sangat subur Tanahhnya dan mempunyai banyak kekayaan, baik yang
berada diatas permukaan buminya maupun kekayaan alam yang ada
didalam perut buminya. Luwu juga berarti “malu”, artinya keruh atau
gelap. Seluruh daerah kerajaan luwu sejak dari pantai sampai puncak
gunung, kelihatan “gelap”, oleh karena tertutup dengan hutan rimba yang
lebat yang berisi kekayaan alam yang tidak terkira-kira banyaknya.
SEJARAH MANRE SAPERRA

• istilah manre saperra yang artinya budaya duduk bersama antar


warga untuk memecahkan sebuah masalah ataupun sharing sesama
warga tentang suatu hal yang bisa membangun ataupun menambah
pengetahuan baru. Manre saperra yang secara harfiah berarti “makan
bersama” namun secara konseptual merupakan ruang bagi publik
(rakyat) untuk menyuarakan kepentingan- kepentingannya dalam
rangka mempererat silaturahmi. Jika, melihat esensi manre saperra
maka konsepsi manre saperra inilah yang kemudian disinyalir dan
dianggap sebagai ruang publikotentik yang dapat memediasi apabila
ada komplik antara warga di daratan Luwu. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa manre saperra merupakan ruang publik tradisional
masyarakat Luwu dalam melakukan rekonsialisasi
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai