Anda di halaman 1dari 2

Baje’ dalam Tradisi Pa’bongian

Tradisi Pa’bongian atau Ma’bongi adalah sebuah acara peringatan kematian atau mengenang sekaligus
mendoakan keluarga yang telah pergi lebih dulu menghadap sang khaliq. Dalam acara Pa’bongian ini,
akan disajikan baje sebagai penganan untuk dicicipi sekaligus untuk dibawa pulang ke rumah masing-
masing oleh setiap tamu yang datang. Kurang lengkap rasanya, jika makanan khas ini tidak hadir dalam
acara Pa’bongian tersebut.

Jumlah baje’ yang dibuat dalam Pa’bongian diupayakan agar sesuai dengan perkiraan jumlah tamu
yang akan datang, sekaligus yang akan dibawa pulang ke rumah masing-masing. Sebelum acara
Pa’bongian dilaksanakan, biasanya para kerabat dan tetangga sektiar akan berkumpul di kediaman
keluarga yang berduka untuk membuat makanan khas ini bersama-sama.

Inilah yang kemudian membedakan baje’ dalam masyarakat pattae’, dengan baje pada umumnya di
masyarakat Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Oleh karena selain dijadikan makanan khas, juga
menjadi kebiasaan dalam tradisi masyarakat pattae’, khususnya tradisi ma’bongi atau pa’bongian.

Saat ini, baje’ bukan lagi hanya dibuat sebagai penganan khas dalam acara Pa’bongian. Bahkan dalam
acara-acara adat lainnya, seperti Ma’pateka Doa’ (aqiqah) dan Mappabotting (acara
pernikahan), makanan khas ini juga kerap hadir melengkapi sajian makanan di meja hidangan.

Membuat Baje’

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat baje, antara lain: Beras ketan, gula merah, dan kelapa
parut. Bahan-bahan itulah yang menjadi bahan dasar dalam membuat Baje. Adapun bahan tambahan
lainnya yang sering dipadukan dengan bahan dasar tersebut, seperti durian, dan kacang tanah. Baje
yang menggunakan bahan tambahan durian kemudian disebut baje durian, sedangkan baje yang
dipadukan dengan kacang tanah disebut dengan baje’ kambu.

Proses membuat makanan khas ini sebenarnya sederhana. Namun, biasanya baje’ dimasak dengan
menggunakan tungku yang besar dan harus diaduk terus menerus. Bila sesaat saja baje berhenti diaduk,
maka biasanya baje akan menjadi gosong atau rasanya akan berubah. Oleh karena itu, biasanya
diperlukan banyak orang untuk membuat makanan khas ini. Bukan hanya perempuan, tetapi juga laki-
laki yang akan bergantian menjaga bara dan mengaduk baje’ terus menerus sampai matang.

Jenis-Jenis Baje’

Baje’ yang umumnya disajikan dalam acara pa’bongian biasanya adalah baje yang tidak dipadukan
dengan bahan tambahan lainnya. Berikut ini beberapa jenis baje yang dikenal dalam masyarakat Pattae:
Baje’ Baka – Agak berbeda dengan baje (baje biasa), jenis ini tidak menggunakan beras ketan dan
kelapa. Baje baka hanya terdiri atas gula merah yang di didihkan kemudian dicampur dengan buah
sukun.

Baje’ Tang Jaji – (Baje setengah matang). Baje ini sebenarnya matang dan sangat layak untuk
dikonsumsi, namun karena proses pengadukannya tidak sampai mengental seperti baje pada umumnya
makanya disebut baje tang jaji. Baje ini biasanya dibuat untuk acara-acara tolak bala, orang-orang
terdahulu berharap bala/petaka tidak menimpa seseorang atau suatu kampung dengan membuat baje
tang jaji.

Baje Tori’ – pada acara pernikahan khususnya ketika mempelai pria diantar ke rumah mempelai
wanita untuk akad. Biasanya iringan pengantin membawa beragam jenis seserahan seperti peralatan
rias, buah atau tanaman tertentu, dan berbagai jenis kue. Salah satu yang khas itu baje tori.

Baje’ Durian – Baje jenis ini hanya dapat dibuat pada musim durian, bahan dasarnya sama dengan
baje lainnya, hanya saja pada Baje’ Durian ini, memiliki bahan tambahan yaitu buah durian, sehingga
aroma yang terdapat dalam baje memiliki aromah durian. setiap tahunnya masyarakat Pattae memiliki
musim buah-buahan, seperti lasse (langsat), lilamun (rambutan), dan durian.

Baje’ Canggoreng (Baje Kacang) – Baje jenis ini memiliki bahan dasar yang sederhana yang berbeda
dengan baje lainnya. Baje Canggoreng ini hanya mencampurkan gula merah yang telah di cairkan, dan
ditambahkan kacang tanah didalamnya.

Baje’ Kambu – Baje jenis ini memilki ciri khas tersendiri dalam pembuatannya. Baje’ Kambu
menggunakan bahan dasar Air Nipa yang telah ditadah selama beberapa hari. Menggunakan tepung
terigu dan kacang yang telah di tumbuk kasar. Setelah air nipa tersebut diambil dari pohonnya, air nipa
itu harus langsung dimasak agar menghasilkan padatan gula yang disebut gula merah. Sebelum air nipa
tersebut padat, terlebih dahulu dimasukkan tepung terigu dan kacang tanah yang telah ditumbuk kasar.
Ini dilakukan agar bahan-bahan tersebut merata dengan padatan air nipa, sehingga dapat menghasilkan
Baje Kambu.

Anda mungkin juga menyukai