Anda di halaman 1dari 2

MAKANAN KHAS GAYO

Masam Jing atau Masam Jeng

Makanan khas Gayo yang pertama adalah Masam Jing atau asam


pedas. Sajian ini dikenal sangat menggugah selera dan selalu membuat
siapapun merasa ketagihan.

Di kawasan pesisir Aceh, sajian sejenis ini lebih dikenal sebagai Asam
Keueung, sementara orang Minang menyebutnya sebagai asam padeh.
Namun, Masam Jing ini memiliki cita rasa yang khas Dataran Tinggi
Gayo.

Masam Jing ini terdiri dari ikan berpadu dengan racikan bumbu kental
dan melalui proses pengilahan yang sedikit berbeda. Tak heran jika Masam Jing juga menghadirkan rasa
yang sedikit berbeda. Ikan yang digunakan pun beragam, mulai dari Ikan Bawal, Ikan Mujair, Lele, Gabus,
Lemeduk, Bandeng, Gegaring hingga Depik.

Gutel

Gutel adalah salah satu makanan khas Gayo yang biasa disajikan
sebagai kudapan. Gutel terbuat dari tepung beras, gula, kelapa dan
air yang kemudian dipipihkan.

Kudapan ini sering kali dijadikan bekal makanan saat bepergian ke


hutan untuk berburu atau mencari sesuatu yang membutuhkan waktu
berhari-hari. Saat para pejuang berperang melawan penjajah pun
mereka kerap membawa Gutel ini sebagai bekal. Menurut
masyarakat Gayo, dulunya Gutel menjadi makanan khas saat musim
panen padi. Meskipun dikenal sebagai kudapan, namun Gutel juga
bisa dikonsumsi untuk menahan lapar.

Pengat

angat juga wajib masuk dalam daftar makanan khas Gayo yang
wajib untuk Anda cicipi. Pengat adalah kuliner yang
menggunakan bahan dasar ikan yang diolah menyerupai pepes.
Ikan yang digunakan oleh masyarakan Gayo biasanya ikan bawal
hitam atapun ikan bawal merah. Kadang juga mereka
menggunakan ikan depik dan ikan mas.

Pengat memang mirip dengan pepes ikan, namun tidak dimasak


menggunakan daun melainkan dimasak seperti pembuatan gulai tetapi diolah hingga tidak berkuah.
Meskipun dibuat tanpa kuah, namun ikan dipastikan matang dan bercampur dengan bumbu. Cita rasa dari
Pengat ini adalah asam karena menggunakan air jeruk dan sedikit asam sunti sehingga rasanya sangat
khas.

Brahrum atau Boh Rom-rom

Jika di Pulau Jawa kita punya Klepon, maka masyarakat Gayo memiliki Brahrum
atau Boh Rom-Rom. Makanan khas Gayo ini terbuat dari tepung ketan dan
kemudian dibentuk menjadi bulat dan ditengahnya diisi dengan potongan gula aren.
Setelah itu direbus di air mendidih, jika sudah terapung maka makanan ini telah
matang dan siap disajikan dengan lumuran parutan kelapa. Cita rasa dari Brahrum
ini perpaduan dari manis yang berasal dari gula aren, kenyal dari tepung ketan dan
gurihnya parutan kelapa. Sehingga rasanya cukup unik di lidah.
Lepat

Lepat merupakan makanan khas Gayo yang terbuat dari tepung ketan
dan diisi gula merah kalis kemudian dibungkus dengan daun pisang
dimana pada bagian tengahnya diberi taburan kelapa parut gongseng
kemudian dikukus.

Sajian ini biasa disajikan saat perayaan hari-hari besar masyarakat Gayo
dan bisa bertahan dalam waktu yang lama, bisa sampai beberapa bulan
bahkan bisa sampai setahun. Untuk membuatnya awet, biasanya lepat ini
digantung diatas langit-langit dapur tepatnya diatas tungku masak
sehingga selalu terasapi. Lepat khas Gayo ini juga dikenal sebagai kudapan khas Ramadhan yang nyaris
hanya bisa dinikmati setahun sekali.

Cecah Kekulit (Cecah Reraya)


Makanan khas Gayo yang satu ini biasa dibuat oleh masyarakat Gayo saat
bulan Ramadhan sebagai menu sahur dan dihidangkan untuk tamu saat hari
raya Idul Fitri. Untuk itulah sajian ini juga kerap disebut sebagai Cecah
Reraya.

Cecah Reraya biasa dibuat dengan menggunakan daging, kulit, jantung dan
hati dari kerbau atau lembu yang kemudian dimasak dengan bumbu rempah,
seperti daun sereh dan lengkuas kemudian ditambah dengan salah satu
bumbu khas Aceh yang memiliki cita rasa kelat yaitu air perasan kayu uweng
atau tingkem. Makanan ini bisa dengan mudah dijumpai di kawasan
Takengon, baik di rumah-rumah penduduk ataupun pasar tradisional.

Cecah Bajik
Masyarakat Gayo memang memiliki banyak sajian cecah yang
biasanya dibuat berdasarkan momen tertentu. Cecah adalah
makanan khas Gayo yang bentuknya menyerupai sambal,
namun perbedaannya cecah khas Gayo tidak di goreng
sebagaimana sambal pada umumnya.
Cecah Bajik memiliki arti buah nangka yang masih muda.
Biasanya ukurannya sebesar jempol orang dewasa. Cecah
Bajik ini memang berbahan dasar buah nagka muda yang
kemudian ditambah dengan pisang muda, terong belanda,
nanas, jambu klutuk, daun papaya, garam dan gula aren.
Cecah Bajik ini diolah dengan cara tradisional yaitu menggunakan ulekan kayu sehingga menghasilkan
rasa yang khas.

Cecah Ries
Cecah Ries merupakan makanan khas Gayo yang menggunakan bahan utama batang pisang. Batang
pisang yang digunakan adalah bagian dalamnya yang kemudian
dipadukan dengan suwiran daging ayam atau burung panggang.
Kemudian dibagian bagian paling dalam batang pisang, diberi
aneka bumbu seperti merica, ketumbar, garam, bawang merah,
bawang putih, jeruk nipis dan kelapa gongseng yang dihaluskan.

Konon, bumbu rempah yang diberikan adalah bumbu rampah


olahan masyarakat yang telah diwariskan secara turun temurun
sehingga menghasilkan rasa yang khas.

Apam Khas Gayo

Makanan khas Gayo ini mungkin dikenal oleh banyak orang


sebagai serabi, namun masyarakat Gayo menyebutnya Apam.
Apam khas Gayo terbuat dari tepung beras yang kemudian
dipanggang menggunakan wajan tanah liat. Selayaknya serabi,
apan juga dinikmati bersamaan dengan kuah santan yang telah
dimasak dan dicampur gula agar terasa lebih mani

Anda mungkin juga menyukai