Anda di halaman 1dari 2

MASAKAN KHAS KRUI:

GULAI BEBAT DAN PANDAP/BABUTUK...

Bebat adalah sejenis keladi . Batang bebat menyerupai talas, tetapi tidak mempunyai umbi,
dan pertumbuhannya tidak sebesar talas. Bebat umumnya tumbuh di tanah yang basah, di
rawa-rawa, di pinggir sungai, di tempat-tempat yang tanahnya gembur. Ciri khas dari
tumbuhan ini adalah daunnya yang tidak basah terkena air dan batangnya berwarna agak
putih.

Daun bebat atau keladi ini merupakan salah satu bahan sayuran yang biasa dijadikan
masakan oleh masyarakat Krui, pesisir lampung barat, baik dimasak sebagai gulai, yang
dikenal sebagai gulai bebat, bisa juga dibuat sejenis pepesan yang dikenal sebagai
Pandap/Babutuk.
Gulai bebat dibuat dari daun bebat yang masih kuncup, sedangkan pandap/babutuk terbuat
dari daun bebat yang masih muda yang sudah mekar. Daun bebat yang masih kuncup
bertekstur lembut sehingga mudah hancur atau robek, Itulah sebabnya daun bebat yang
digulai hancur lebur menyerupai bubur, tidak lagi berbentuk daun.

Untuk membuat gulai bebat diperlukan bumbu-bumbu seperti kunyit (porsinya lebih banyak
ini gunanya untuk menghilangkan rasa Gatal atau Mekhidek ketika dimakan, bisa juga
ditambah beberapa biji pinang (buah), cabe (uyah/sia lalak), garam (uyah/sia buku), dan
bumbu dapur (Babukha) lainnya , kemudian dimasak (ti pekhos masin pai) selama berjam-
jam bahkan terkadang lebih dari setengah hari lamanya, dibiarkan Mendidih dengan api yang
terus membara hingga daun bebat hancur menjadi seperti bubur, kemudian terakhir diberi
santan kelapa (Taboh Katok) untuk membuat kuahnya dan biarkan sampai matang.

Gulai bebat akan lebih enak bila dicampur dengan daun pakis (Paku) dan petai (Petakh
tuha), dan dibubuhi (tikhancah) ikan kering (iwa nyangu). Gulai bebat bisa tahan dua
hingga tiga hari asal dipanaskan dengan baik, dan cenderung semakin lama semakin enak
terasa. Sebagian orang mengatakan gulai bebat yang dipanaskan kembali (gulai bebat
tangandop) terasa lebih sedap.

Sedangkan daun bebat yang sudah mekar bila dimasak akan menjadi agak kenyal dan tidak
mudah robek, inilah yang biasa dibuat Pandap/babutuk, dengan ditambahkan parutan kelapa
dan bumbu rempah-rempah (Babukha), dan ikan yang dihaluskan sebagai pelengkap yang
ada ditengah-tengahnya.

Pandap/babutuk adalah makanan/masakan khas tradisional Krui, Lampung Barat, dan


Bengkulu, yang berakar sejak jaman nenek moyang, purbakala. Namun
kini Pandap/babutuk mulai meredup, mulai tidak popular lagi, kalah bersaing dengan
makanan-makanan modern yang banyak dijual di restoran dan mini market. Kalau dahulu
banyak penjaja Pandap/babutuk keliling setiap hari, kini sudah jarang. Makanan ini
sekarang sudah agak sulit dicari, kendati belum tergolong langka. Jangan berharap Anda akan
menemui makanan ini di restoran atau di warung-warung makan di Krui.

Pandap/babutuk adalah makanan penyerta nasi atau dianggap sebagai bagian dari lauk-
pauk. Namun oleh sebagian orang, kadang-kadang makanan ini juga disantap dengan
sendirinya, tanpa nasi. Bagi yang suka, menyantap makanan ini tanpa nasi memberi sensasi
rasa yang lebih tajam di lidah.
Cara membuatnya cukup sederhana: parutan kelapa yang sudah diberi bumbu dan potongan
ikan, dibungkus dengan beberapa lembar daun bebat (5 sampai 10 lembar), kemudian
dibungkus (Tisimpok) dengan beberapa lapis daun pisang (Bulungni Punti), dan diikat
dengan tali serat rami, kemudian direbus selama berjam-jam sampai matang.

Anda mungkin juga menyukai