PENDAHULUA N
Kegiatan B e l a j a r 1
1. ARTI HIMPUNAN
atas dapat dinyatakan oleh B x x bilangan asli ganjil, dan x 15
dan
1.1.3 HUBUNGAN ANTARHIMPUNAN
S T 1.1.1
Definisi x x adalah empat bilangan asli pertama.
Himpunan A disebut himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya
jika setiap unsur/elemen himpunan A juga merupakan unsur/elemen
himpunan B.
Definisi 1.1.2
Himpunan A disebut sama dengan himpunan B, ditulis A B jika dan
hanya jika A B dan B A .
Dengan definisi ini, dua buah himpunan dikatakan sama jika kedua
himpunan tersebut memiliki anggota yang sama. Variabel yang terdapat
dalam himpunan boleh berbeda, dan biasa disebut variabel boneka (dummy).
Sebagai contoh, x x 0 t t 0 y y 0 s s 0, dan
seterusnya.
Sebelum membicarakan kemungkinan yang terjadi dari dua himpunan
yang diberikan, sebaiknya kita cermati dulu pengertian dari suatu himpunan
yang sering kali dibicarakan dalam semesta pembicaraan.
Definisi 1.1.3
Suatu himpunan S disebut himpunan semesta (universal set) jika dan
hanya jika himpunan S memuat setiap himpunan yang dibicarakan, atau
S A untuk setiap himpunan A.
Definisi 1.1.4
Himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut himpunan kosong
dan dilambangkan oleh .
Definisi 1.1.5
Dua himpunan A dan B disebut saling lepas (disjoint) jika dan hanya jika
tidak ada unsur himpunan A yang juga merupakan unsur himpunan B
atau sebaliknya.
Definisi 1.1.6
Himpunan A dan B disebut berpotongan (intersect/meet) jika dan hanya
jika terdapat paling sedikit satu unsur di A yang juga merupakan unsur di
B atau sebaliknya.
Definisi 1.1.7
(i) Suatu himpunan disebut himpunan hingga (finite) jika dan hanya
jika himpunan tersebut mempunyai banyak unsur yang hingga.
(ii) Suatu himpunan disebut himpunan tak hingga (infinite) jika dan
hanya jika himpunan tersebut mempunyai banyak unsur yang tak
hingga.
Definisi 1.1.8
Gabungan dua himpunan A dan B ditulis A B adalah himpunan yang
unsur-unsurnya merupakan unsur himpunan A atau unsur himpunan B.
Jadi, A B x x A atau x B .
Kata atau pada definisi di atas mengandung arti inklusif (dan/atau).
MPMT5303/MODUL 1 1.7
Definisi 1.1.9
Irisan dua himpunan A dan B ditulis A B adalah himpunan yang
unsur-unsurnya merupakan unsur himpunan A dan unsur himpunan B.
Jadi, A B x x A dan x B .
Definisi 1.1.10
Misalkan A1, A2 ,…, An masing-masing himpunan.
n
∪ A ∪ Ak A1∪ A2 ∪ A3 ∪…∪ An .
A k 1
∩ A ∩ Ak A1∩ A2 ∩ A3 ∩…∩ An .
A k 1
1.8 Analisis Real
Definisi 1.1.11
Himpunan A B disebut komplemen B terhadap A, didefinisikan
sebagai himpunan yang unsur-unsurnya adalah unsur himpunan A dan
bukan unsur himpunan B.
Jadi, A B x x A dan x B .
B A,B
A
A
A A AB
B B B
A B
A B
A2
3
Daerah yang diarsir menyatakan ∩ Ai
i1
A1 A3
Contoh 1.1.1:
(a) Buktikan A B B A .
Bukti:
Untuk membuktikan kesamaan di atas, akan
ditunjukkan
A B B A dan B A A B . Misalkan x A B
maka x
paling sedikit termuat di salah satu dari A atau B. Ini berarti x termuat di
B atau diditunjukkan
dapat A. BAA Dengan demikian, dapat
Karena itu,
disimpulkan B AA. B
B . xbahwa BAAB. B A . Dengan cara yang
Jadi,
serupa A B A .
(b) Buktikan
Bukti:
Misalkan x A B maka x anggota A dan juga anggota B. Secara
khusus x anggota A. Dengan demikian, setiap unsur dari A B juga
merupakan unsur di A. Karena itu, A B A .
(c) Misalkan A, B, dan C masing-masing himpunan.
Buktikan bahwa A (B C) A (B
C) .
1.10 Analisis Real
Bukti:
Akan diperlihatkan bahwa x A (B C) maka x A (B C) .
Misalkan x A (B C) . Berdasarkan Definisi 1.9 berarti x A dan
x (B C) . Karena x (B C) maka x B C .
Jadi, x A dan x B C . Ini mengatakan x A (B
C) . Dapat disimpulkan: A (B C) A (B C) .
(d) Buktikan bahwa A (B C) ( A B) ( A C) .
Bukti:
Akan diperlihatkan bahwa: (1) A (B C) ( A B)
( A C)
(2) ( A B) (A C) A
(B C)
Bukti (1): Misalkan x A (B C) . Berdasarkan Definisi 1.9 maka
x A dan x B C ….(*). Berdasarkan Definisi 1.8, x B C
menyatakan x B atau x C sehingga (*) dapat dinyatakan oleh
x A B atau x A C
. Jadi, x ( A B) ( A
C) .
Uraian di atas menghasilkan:
n An (B C) ( A B) ( A
C) . Bukti (2): Diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.
Dari bukti (1) dan (2) disimpulkan A (B C) ( A B)
( A C) .
n
n
(e) Tunjukan bahwa B ∪Ai ∩B Ai .
i1n i1
Bukti: n
(2) ∩B Ai B ∪ Ai
Akan ditunjukkan: (1) B ∪Ai ∩B Ai
i1
i1 i1
n
Bukti (1) (i) Misalkan x Bi1∪ Ai
i1
n
(ii) x B dan x ∪ Ai
i1
(iii) x B dan x Ai untuk setiap Ai
(iv) x B Ai
MPMT5303/MODUL 1 1.11
(v) x ∩i1B Ai
n
n
Dari (i) – (v) diperoleh: B ∪Ai ∩B Ai .
i1
i1
Bukti (2) diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.
L AT I H A N
2, 1,2
C 1,1, D 1,2,1,2. Tetapkan benar atau salah,
,
d) A E g) B C
2, berikan e) A h) B D
D i) A D
alasan:
f) BD
a) A B
b) A B
1.12 Analisis Real
∩B A B ∪A
.
sebarang, maka x B ,
tetapi x ∪A . Ini
berarti x A untuk
setiap . Karena itu,
x B A untuk setiap
.
Jadi, x ∩B A .
Untuk bagian yang kedua, coba
sendiri.
MPMT5303/MODUL 1 1.13
T E S F O R M AT I F 1
∩
A
1.14 Analisis Real
Kegiatan B e l a j a r 2
Contoh 1.2.1
Jika A a,b,c, d dan B 1,2,3 maka:
A B (a,1),(a,2),(a,3),(b,1),(b,2),(b,3),(c,1),(c,2),(c,3),(d,1),(d,2),(d,3) .
Di sini (a,1) A B , tetapi (1,a) A B .
Relasi
Definisi 1.2.2
Himpunan bagian tidak kosong dari A B disebut relasi dari A ke B.
Jika (x, y)ρ , ditulis xρy artinya “x berelasi dengan y”.
Contoh 1.2.2:
(a) Misalkan A 1,2,3 dan B 1,2,3, 4 .
Definisikan ρ (x, y) x y .
Jika suatu relasi dari A ke B maka dapat pula dituliskan oleh:
ρ (1, 2),(1,3),(1, 4),(2,3),(2, 4),(3, 4) .
4,5 .
1.16 Analisis Real
⎧ 5x ⎫
Definisikan ρ ⎨(x, y) adalah suatu bilangan
⎪
⎪⎩ 2y 1 ⎪
bulat⎬.
⎪⎭
Jika suatu relasi dari A ke B maka ρ (1, 2),(2, 2),(3,1),(3, 2),(4, 2) .
4,5 ;
sedangkan dalam contoh 1.2.2(c), domain ρ x 6 x 6 dan range
ρ y 6 y 6. 6
sb-y
y (x, y) ρ
−6 6
0 x sb-x
−6
Gambar 1.3. Unsur suatu Relasi Gambar 1.4. Grafik suatu Relasi
Fungsi
Definisi 1.2.3
Suatu relasi dari A ke B disebut fungsi jika dan hanya jika memenuhi
kondisi:
(1) Domain ρ A .
(2) Jika (x, y) ρ dan (x, z) ρ , maka y z .
Dengan ungkapan lain: Suatu fungsi dari A ke B adalah suatu relasi dari
A ke B yang memasangkan/mengaitkan setiap unsur di A dengan tepat satu
unsur di B.
Huruf-huruf f, g, h, F, G, dan H biasa dipakai untuk menyatakan suatu fungsi.
Notasi f : A B menyatakan f adalah suatu fungsi dari A ke B.
1.18 Analisis Real
Contoh 1.2.3:
(a) Diberikan himpunan-himpunan A a1, a2 , a3, a4 dan B b1,b2 ,b3 .
(b) Dengan himpunan-himpunan yang sama seperti pada Contoh (a), relasi
yang ditunjukkan oleh Gambar 1.6 di bawah bukan suatu fungsi dari A
ke B karena unsur a3 di A tidak berelasi/dipasangkan dengan suatu unsur
di B sehingga domain ρ A .
(c) Sama halnya dengan (b), relasi dari Gambar 1.7 bukan fungsi dari A ke
B, karena unsur a1 di A berelasi dengan lebih satu unsur di B,
fungsi
dari R ke R . Fungsi ini disebut fungsi polinom.
Diberikan fungsi f : A B , A R , B R .
Notasi b f (a) , menyatakan bahwa (a,b) f , b disebut nilai f di a
atau b adalah peta/bayangan a oleh f.
Definisi 1.2.4
Misalkan f : A B suatu fungsi dan E A . Peta
langsung
(direct image) dari E oleh fAadalah himpunan bagian f (E) dari
B B, dan
f
ditulis f (E) f (x) x E. f (E)
E y1 f (E) jika dan
Jadi, apabila diberikanxE
1 A , titik y B terletak di
1
Definisi 1.2.5
Misalkan f:AB suatu fungsi dan H B . Peta
invers
(invers image) H oleh f adalah himpunan bagian f 1(H ) dari A, dan
x2 y2
f
f –1(H) H
Contoh 1.2.4:
(a) Misalkan A 1, 2,3, 4 dan B 1, 2,3
Definisikan. f : A B oleh f (1) 1 , f (2) 1 , f (3) 1 , dan f (4) 3 .
Jika E 1,2 , maka f (E) 1 dan jika F 3, 4
maka
f (F) , 1,3 . Jika G 1,2 , maka f 1(G) 1, 2,3 dan jika
(iii) E f 1 f (E) .
Bukti (i):
Misalkan y f (E F) sebarang, maka berdasarkan definisi peta
langsung, terdapat x E F sehingga (x, y) f . Karena x E F ,
maka x E dan x F . Untuk x E dan (x, y) f mengakibatkan y
f (E) , dan untuk x F dan (x, y) f mengakibatkan y f (F)
sehingga y f (E) f (F) .
Dari uraian di atas disimpulkan: f (E F) f (E) f (F) .
Bukti (ii):
Harus ditunjukkan: (1) f 1(G) f 1(H ) f 1(G H )
(2) f 1(G H ) f 1(G) f 1(H ) .
Untuk (1):
Misalkan x f 1(G) f 1(H ) sebarang, maka x f 1(G)
atau
x f 1(H ) . Berdasarkan definisi peta invers, terdapat y G sehingga
(x, y) f atau terdapat y H sehingga (x, y) f . Ini berarti terdapat
y G H sehingga (x, y) f . Dengan demikian, x f 1(G H ) .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
f 1(G) f 1(H ) f 1(G H ) .
Untuk (2):
Diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.
1.22 Analisis Real
Bukti (iii):
Misalkan x E . Berdasarkan definisi fungsi, maka terdapat y B
sehingga (x, y) f . Selanjutnya, jika x E dan (x, y) f , maka
y f (E) (definisi peta langsung), kemudian jika y f (E)
dan
(x, y) f , maka x f 1 f (E) . Disimpulkan: E f 1 f (E) .
Definisi 1.2.6
Suatu fungsi f : A B disebut
injektif atau satu-satu jika dan
hanya
jika untuk setiap x1, x2 A dan x1
injektif jika f x1 f x2 mengakibatkan x 1 x2 .
x2 maka f x1 f x2 .
Contoh 1.2.5
Definisi diAatas
Misalkan ekuivalen
x R x 1 dan f : A R didefinisikan oleh
dengan pernyataan: suatu fungsi
f:AB x
f x .
x 1
Akan ditunjukkan bahwa fungsi f satu-satu.
Misalkan x1, x2 A dan f x1 f x2 .
x1 x2
Diperoleh: .
x1 1 x2 1
Karena x1 1 dan x2 1 , maka x1 x2 1 x2 x1 1 sehingga
x1 x2 . Akibatnya, berdasarkan definisi di atas maka fungsi f adalah
fungsi satu-satu.
MPMT5303/MODUL 1 1.23
Definisi 1.2.7
Fungsi f : A B disebut surjektif atau onto dari A ke B jika dan hanya
jika f (A) B .
Definisi 1.2.8
Fungsi f : A B disebut bijektif jika dan hanya jika f injektif
dan
surjektif.
Fungsi Invers
Definisi 1.2.9
Misalkan f : A B suatu fungsi injektif dengan domain A dan
range
R( f ) di B. Jika g (b, a) B A (b, a) f maka g suatu fungsi
injektif dengan domain D(g) R( f ) dan range R(g) A . Fungsi g
disebut fungsi invers dari f dan dinyatakan oleh f 1 .
x A x x 1 , merupakan suatu fungsi injektif. Dalam hal ini,
range f
1.24 Analisis Real
f
1
f atau 1
f .
Fungsi Komposisi
Definisi 1.2.10
Misalkan diberikan fungsi-fungsi f : A B dan g : B C . Fungsi
A B C
f g
x g(f(x)) g
f (x)
g○ f
Gambar 1.10
MPMT5303/MODUL 1 1.25
Contoh 1.2.6:
(a) Misalkan fungsi f : A B dan g:B ditunjukkan seperti pada
Gambar 1.11 di bawah ini. C
A B C
f g
a1 b1 c1
a2 b2
a3 c2
b3
a4
b4
b5 c3
Gambar 1.11
g ○ f 1 (D)
f 1 g 1 (D) .
1.26 Analisis Real
f 1 g 1 (D) . Disimpulkan:
Bukti x lainnya,
maka g ○ f 11 (D) f 1 g 1 (D) .
f 1 g 1 (D)
pembaca sebagai latihan.
g ○ f (D) , diserahkan kepada
Teorema 1.2.1
Jika f : A B dan g : B C masing-masing injektif, maka komposisi
g ○ f : A C juga injektif.
L AT I H A N
b)
A 1, 2, 3, 4 , B 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 , dan R (x, y) y x 2
3x
3 .
2) Apakah relasi-relasi dalam soal Nomor 1) merupakan fungsi dari A ke B?
Berikan 1, 2,3 , Bsecukupnya
A penjelasan 1, 2,3, 4,5atas
, dan
jawaban yang diberikan!
3) Tiap persamaan di bawah ini mendefinisikan suatu relasi pada. bilangan
R (x, y) 5x 2y adalah bilangan prima, x A, y B
real. Yang mana di antara relasi tersebut yang merupakan suatu fungsi
dari sumbu-x ke sumbu-y?
a) y 2 x 0
b) y x2 0
MPMT5303/MODUL 1 1.27
c) xy0
d) xy0.
menunjukkan
1 D.
ff (x)f 1 (D)
dan g(x)
1
. Tentukan formula untuk g ○ f dan
2x 1
9) Misalkanx A himpunan bilangan real negatif, B,C menyatakan himpunan
range dari g ○ f atau R g ○ f .
bilangan real positif. Didefinisikan f : A B dan g : B C oleh
x
10) Misalkan f didefinisikan oleh f (x) , x R . Tunjukkan
x2 1
bahwa f suatu pemetaan bijektif dari R ke y 1 y 1
RANGKUMA N
T E S F O R M AT I F 2
A2
untuk sebarang subhimpunan A1dan A2 dari X yang saling lepas.
Buktikan jika A B , maka f ( A) f (B) !
, dengan
5) Misalkan S himpunan dan A S . Definisikan X A : S 0,1
Kegiatan B e l a j a r 3
Bukti:
Akan dibuktikan dengan cara tidak langsung. Andaikan S
N . Berarti
himpunan N S dalah himpunan yang tidak kosong. Berdasarkan sifat
terurut sempurna dari N , maka N S mempunyai unsur terkecil.
Misalkan unsur terkecil dari N S adalah m. Menurut hipotesis 1 S
sehingga m 1, oleh karena itu m 1 . Karena m 1 , dan
MPMT5303/MODUL 1 1.31
Contoh 1.3.1:
(a) Buktikan bahwa untuk setiap n N , jumlah
dari n bilangan asli pertama
diberikan oleh
1
1 2 ⎧ … n n(n 1) . 1
Misalkan S n⎨ N 1 2 … 2 n n(n 1)⎬.
⎫
⎩ 2
Bukti:
⎭ , maka 1 1 1(11) sehingga 1 S . Jadi kondisi (1)
(i) Untuk n 1
2
dalam prinsip Induksi Matematik dipenuhi.
(ii) Misalkan k S , artinya
1
1 2 … k k(k 1) .
2
1.32 Analisis Real
1
12 22 … n2 n(n61)(2n 1) .
2 2 ⎫
⎨N 12 2 … n 1 n(n 1)(2n 1)⎬.
Misalkan S n⎧
⎩ 6
⎭ , maka 12 1(11)(2 11) sehingga 1 S .
(i) Untuk n 1
1
6
Jadi kondisi (1) dalam prinsip Induksi Matematik dipenuhi.
(ii) Misalkan k S , artinya
1
12 22 … k 2 6k(k 1)(2k 1) .
Jika tiap ruas dalam persamaan di atas ditambah dengan (k 1)2 ,
maka:
1
12 22 … k 2 (k 1)2 k(k 1)(2k 1) (k 1)2
6
6 k 1 2k 2 k 6k 6
1
1
6
k 1k 22k 3
ak 1 bk 1 ak 1 abk abk bk 1
a a k bk b a b
k
dari a k 1 bk 1 .
Definisi 1.3.1:
(a) Misalkan n N . Himpunan S mempunyai n unsur jika dan hanya
n
jika terdapat pemetaan bijektif dari N 1,2,…, n ke himpunan S.
(b) Himpunan S berhingga jika dan hanya jika salah satu kondisi berikut
dipenuhi: himpunan S himpunan kosong atau mempunyai n unsur untuk
suatu n N .
(c) Suatu himpunan S tak berhingga jika dan hanya jika himpunan S bukan
merupakan himpunan berhingga.
Teorema 1.3.2
Himpunan bilangan asli N merupakan himpunan tak berhingga.
Bukti: Sebagai bahan diskusi.
Teorema 1.3.3
Misalkan A, B masing-masing himpunan dengan m dan n unsur.
(a) Jika A B , maka A B memiliki (m n) unsur.
(b) Jika C A memiliki satu unsur, maka A \ C memiliki (m 1)
unsur.
(c) Jika D himpunan tak berhinggga, maka D \ B himpunan tak
berhingga.
Bukti:
(a) Misalkan f suatu pemetaan bijektif dari Nm ke A, dan g suatu pemetaan
bijektif dari Nn ke B.
Definisikan pemetaan h pada Nmn oleh aturan:
⎧ f (i) jika i 1, 2,…, m
hi ⎨
⎩ g(i m) jika i m 1,…, m n
Dengan mudah dapat ditunjukkan h pemetaan bijektif dari Nmn ke
AB.
(Silakan dilanjutkan sendiri bukti lengkapnya).
Bukti (b) dan (c) diserahkan kepada pembaca sebagai latihan).
1.36 Analisis Real
Teorema 1.3.4
Misalkan S dan T himpunan, dan T S .
Jika S himpunan berhingga, maka T juga himpunan berhingga.
Bukti:
Jika T , maka T himpunan berhingga (definisi 1.3.1(b)).
Sekarang, misalkan T . Gunakan induksi matematik sebagai
berikut:
(i) Jika S mempunyai satu unsur, maka himpunan bagian tak kosong T
dari S adalah S sendiri, sehingga T merupakan himpunan berhingga.
(ii) Misalkan setiap himpunan bagian tak kosong dari suatu himpunan
dengan k unsur adalah himpunan berhingga.
Selanjutnya, misalkan S suatu himpunan yang mempunyai (k 1)
unsur. Ini berarti terdapat suatu pemetaan bijektif f dari Nk 1 ke S.
Jika f (k 1) T , maka T dapat dinyatakan sebagai himpunan
Himpunan Terhitung
Definisi 1.3.2:
(a) Himpunan S terbilang (terhitung dan tak berhingga) jika dan hanya
jika terdapat pemetaan bijektif dari N ke S.
MPMT5303/MODUL 1 1.37
(b) Himpunan S terhitung jika dan hanya jika salah satu dari yang
berikut dipenuhi: himpunan S berhingga atau himpunan S terbilang.
(c) Himpunan S tak terhitung jika dan hanya jika S bukan merupakan
himpunan terhitung.
Contoh 1.3.2:
(d) Himpunan bilangan asli genap G 2n n N adalah terbilang, karena
pemetaan f : N G yang didefinisikan oleh f (n) 2n
adalah pemetaan bijektif (coba periksa).
Dengan cara yang serupa, himpunan bilangan asli
ganjil
J 2n 1 n N adalah terbilang.
(b) Himpunan semua bilangan bulat Z adalah terbilang.
Untuk menunjukkannya, dapat dibuat suatu pemetaan bijektif dari N
ke Z , dengan cara sebagai berikut: 1 dipetakan ke 0, kemudian
himpunan bilangan asli genap ke himpunan bilangan bulat positif, dan
himpunan bilangan asli ganjil ke himpunan bilangan bulat negatif.
Pemetaan ini dapat ditunjukkan secara enumerasi (satu persatu) sebagai
berikut:
1 2 3 4 5 6 7 …
0 1 1 2 2 3 3 …
Teorema 1.3.5
Himpunan N N adalah terbilang.
Teorema 1.3.6
Misalkan S dan T masing-masing himpunan dan T S .
Jika S himpunan terhitung, maka T juga himpunan terhitung.
Teorema 1.3.7
Pernyataan berikut ekuivalen:
(a) S himpunan terhitung
(b) Terdapat suatu pemetaan surjektif dari N onto S.
(c) Terdapat suatu pemetaan injektif dari S into N .
Bukti:
Akan ditunjukkan kebenaran dari implikasi-implikasi: (a)
(b) ,
(b) (c) , dan (c) (a) .
(i) Untuk implikasi (a) (b).
Jika S himpunan berhingga, maka terdapat pemetaan bijektif h dari
Nn ke S (untuk suatu n N ). Selanjutnya, definisikan pemetaan H
pada N sebagai berikut:
⎨
⎩h(i),
⎧ untuki i1,n2,…, n
h(n),untuk
H (i)
Dari pendefinisian H maka H adalah pemetaan surjektif dari N ke S.
MPMT5303/MODUL 1 1.39
H 1
(s) n N H (n) s . Jika s,t S dan H1(s) H1(t)
nst , maka s H (nst ) t . Jadi, H1 adalah pemetaan injektif dari S
ke (into) N .
(iii) Untuk implikasi (c) (a) .
Jika H1 suatu pemetaan injektif dari S ke (into) N , maka H1
merupakan pemetaan bijektif dari S ke H1 (S) N . Berdasarkan
Teorema 1.3.6, maka H1 (S) terhitung sehingga himpunan S
Teorematerhitung.
1.3.8
Himpunan bilangan rasional Q terbilang.
Bukti:
Ide untuk pembuktian teorema di atas, memanfaatkan bahwa himpunan
Q ; dengan
bilangan rasional Q dapat ditulis: Q Q 0 Q
1 2 3 4
…
1 1 1 1
1 2 3 4 …
2 2 2 2
1 2 3 4 …
3 3 3 3
1 2 3 4 …
4 4 4 4 #
# # # #
1.40 Analisis Real
Teorema 1.3.9
L AT I H A N
1 1 n
1 , n
1) Misalkan P(n) :1 2 2 … n(n 1) n
N .
3 1
1 1
Untuk n 1 , P(1) benar, karena .
1 2
11 1 k 1
Misalkan 1
P(k) 1 …
benar, P(k 1) benar.
akan ditunjukkan
P(k 1): 1 2 23 k(k 1) (k 1)(k 2) k 1 (k 1)(k
1 2)
k(k 2) 1
(k 1)(k
2)
k2 2k 1
(k 1)(k
2)
k 1
k2
4) Misalkan P(n) : n 5n habis dibagi oleh 6, n N .
3
⎞
Untuk n 1 , maka 13 51 habis dibagi
Misalkan P(k) benar maka:
3
6.
⎛k 2 k
k 5k 6 ⎜⎝ 2 1⎟⎠
P(k 1):(k 1)3 5(k 1) k3 k2 k
3
3k2 3k 1 5k 5 bukan
habis dibagi 6, karena k 5k habis dibagi 6 dan 2
asli.
pecahan untuk sebarang k bilangan k 3 5k
3k2
3k 6
MPMT5303/MODUL 1 1.43
RANGKUMA N
T E S F O R M AT I F 3
Kegiatan B e l a j a r 4
1. Pernyataan Matematik
Pembuktian matematik yang argumentatif selalu didasarkan kepada
pernyataan-pernyataan (statements) yang merupakan kalimat deklaratif atau
rangkaian simbol-simbol yang bermakna yang dapat dinilai benar
atau
1.46 Analisis Real
4. s : Jika x2
4 , maka x
2.
Setiap kalimat pada contoh di atas adalah pernyataan dan mempunyai
nilai kebenaran B (benar) atau S (salah). Pernyataan p dan r mempunyai nilai
kebenaran B, sedangkan pernyataan q dan s mempunyai nilai kebenaran S.
Dua buah pernyataan p dan q disebut ekuivalen logis apabila pernyataan
p benar jika pernyataan q benar (pernyataan p salah jika pernyataan q salah).
Notasi pernyataan p ekuivalen logis dengan pernyataan q biasa ditulis p q .
Beberapa pernyataan dapat dirangkaikan menjadi suatu pernyataan baru
dengan cara merangkaikan kata sambung “atau”, “dan”, atau dengan cara
mengingkar (membuat negasi) dari pernyataan yang diberikan. Pernyataan
yang dibentuk dengan cara demikian disebut pernyataan majemuk.
3. Konjungsi
Jika p dan q masing-masing adalah pernyataan, konjungsi dari
pernyataan p dan q dinyatakan oleh “p dan q” dan dilambangkan oleh p q .
MPMT5303/MODUL 1 1.47
4. Disjungsi
Disjungsi dari p dan q ditulis “p atau q” dan biasa dilambangkan oleh
p q . Pernyataan p q benar jika paling sedikit satu pernyataan dari p
dan q benar, dan p q salah jika keduanya p dan q salah.
Istilah “atau” mempunyai makna ganda, pertama berarti salah satu dan
mungkin keduanya (disebut atau inklusif ), dan kedua berarti hanya salah satu
yang mungkin (atau eksklusif ).
Contoh berikut diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai
negasi, konjungsi, dan disjungsi.
a. Pernyataan “ 2 3 dan 3 3 ” adalah pernyataan salah,
sedangkan
“ 2 3 atau 3 3 ” adalah pernyataan benar.
b. Pernyataan negasi, konjungsi dan disjungsi dapat dikaitkan dengan
menggunakan hukum De Morgan seperti berikut:
~ ( p q) (~ p) (~ q)
~ ( p q) (~ p) (~ q)
5. Implikasi
Implikasi p dan q adalah pernyataan bersyarat, dinyatakan oleh
pq.
dibaca sebagai berikut:
(i) jika p maka q
(ii) p hanya jika q
(iii) q jika p
(iv) p mengakibatkan q
(v) p syarat cukup untuk q
(vi) q syarat perlu untuk p
1.48 Analisis Real
8. Pernyataan Berkuantor
Sering kali dalam pernyataan matematik ditemukan istilah-istilah seperti
“untuk semua”, “untuk setiap”, “untuk suatu”, “terdapat suatu”, dan yang
lainnya. Sebagai contoh, misalnya:
(1) Untuk setiap bilangan real x , x2 0 .
(2) Terdapat suatu bilangan bulat x sehingga x2 1 .
1.50 Analisis Real
(2) x Z x2 1 .
atau 0, y A ,
atau dapat pula ditulis 0, A , .
1.52 Analisis Real
Dari uraian di atas, terdapat suatu hal yang perlu dicatat bahwa ketika
membuat ingkaran dari suatu pernyataan yang ditulis dengan menggunakan
lambang, selain perubahan lambang (misalnya lambang kuantor, dan yang
lainnya) yang harus diperhatikan adalah bahwa rangkaian lambang-lambang
itu harus bermakna sebagai kalimat yang utuh.
Secara umum ada dua metode atau cara pembuktian, yaitu metode
pembuktian langsung (bukti langsung) atau metode pembuktian tidak
langsung (bukti tidak langsung).
Bukti langsung di konstruksi dari hipotesisnya sedangkan bukti tidak
langsung didasarkan pada suatu pernyataan lain yang kebenarannya sama
dengan pernyataan yang akan dibuktikan (ekuivalen logis) misalnya
kontrapositif dari pernyataan yang akan dibuktikan atau di luar konklusi dari
pernyataan yang akan dibuktikan dan menghasilkan suatu pertentangan
(kontradiksi) dengan sesuatu yang sudah dianggap benar.
1. Bukti Langsung
Misalkan p dan q masing-masing adalah pernyataan. Hipotesis p dari
implikasi p q mengakibatkan konklusi/kesimpulan q. Jika hipotesis p
benar, untuk menghasilkan implikasi yang benar haruslah konklusi q
benar.
Konstruksi dari suatu bukti langsung dari p q melibatkan
konstruksi
dari rangkaian pernyataan r1, r2 ,…, rn sehingga p r1, r1 r2 , …, rn
q (prinsip silogisme menyatakan bahwa, jika r1 r2 dan r2 r3 masing-
masing benar, maka r1 r3 adalah benar).
Membuat konstruksi ini, biasanya tidak mudah, mungkin memerlukan
suatu pengalaman yang cukup, intuisi, dan usaha yang ulet dan sungguh-
sungguh.
MPMT5303/MODUL 1 1.53
Teorema 1.4.1
Jika x bilangan ganjil, maka x2 juga bilangan ganjil.
diperoleh
r5 : x2 2m 1 .
Jadi, diperoleh: p r1 r2 r3 r4 r5 q sehingga teorema
tersebut terbukti.
Bukti:
Misalkan x bilangan ganjil, maka x dapat ditulis x 2k 1 untuk
suatu bilangan bulat k. Karena x 2k 1 , maka
x2 4k 2 4k 1 2 2k 2 2k 1 1 2m 1 ganjil,
Teorema 1.4.2
ika z 2 bilangan genap maka, z juga bilangan genap.
Bukti:
Kontrapositif dari teorema di atas adalah: Jika z bilangan ganjil,
maka
z2 juga bilangan ganjil. Ini adalah Teorema 1.4.1 yang telah dibuktikan
pada uraian terdahulu.
Teorema 1.4.3
Misalkan a R dan a 0 . Jika untuk setiap 0 berlaku
0 a , maka a 0 .
Bukti:
Bukti dengan kontrapositif. Misalkan a 0 maka a 0 (kenapa?).
1 1
Pilih 2a , maka 0 a 2 a sehingga kondisi 0 a tidak
berlaku untuk suatu 0 . Jadi, Teorema 1.4.3 terbukti (dipelajari lebih lanjut di
Modul 2).
MPMT5303/MODUL 1 1.55
Teorema 1.4.4
1
Jika a bilangan real dan a 0 , maka 0 .
a
Bukti:
1
Misalkan pernyataan a 0 benar dan pernyataan 0
salah.
a
⎛1⎞ 1
1 aAkibatnya 0 . Berdasarkan sifat urutan
⎜ a ⎠⎟ 0 . Ini kontradiksi dengan teorema yang sudah diketahui
⎝
bilangan real, maka
bahwa 1 0 (dipelajari
a lebih lanjut di Modul 2).
Teorema 1.4.5
Terdapat tak berhingga banyaknya bilangan prima.
Bukti:
Jika menggunakan metode pembuktian dengan kontradiksi, maka
langkah awal adalah dengan memisalkan bahwa banyaknya bilangan
prima adalah berhingga, dan misalkan S p1, p2 ,…, pn adalah
himpunan semua prima. Selanjutnya, misalkan m p1 p2 … pn
menyatakan hasil kali dari semua bilangan prima dan misalkan pula
q m 1 . Karena q pi untuk setiap i, ini berarti bahwa q S ,
1.56 Analisis Real
L AT I H A N
RANGKUMA N
Tes Formatif 1
1) Harus ditunjukkan:
⎛
(i)
⎞
A ∩ ∪A ∪ A ∩ A
⎜⎝ ⎟
⎠⎛
(ii)
⎞
A ∩ ∪A ∪ A ∩ A
⎜⎝ ⎟ ⎠
dan
Perhatikan pembuktian kedua kasus tersebut.
⎛ ⎞ ⎛
⎞
(i) Ambil sebarang x A ∩ ∪A , maka x A dan x
⎝ ⎜ ⎟ ⎝
⎠
⎜∪A .⎟ ⎛ ⎠
Dari sini, x A dan⎞x A untuk suatu S ,
atau x A ∩ A ∪A ∩ A ,
⎝⎜ ⎟
S. ⎛ ⎞ ⎠⎛
⎞
Jadi A ∩ ∪A ∪A ∩ A⎠
⎝⎜ ⎠⎟ ⎝ ⎜
. ⎛ ⎞
⎟
(ii) Ambil sebarang x ∪A ∩ A ⎟ .
⎜⎝
⎠
Maka x A ∩ A untuk suatu S .
Dari sini, x A dan x A untuk suatu S .
Karena itu, x A dan x ∪A ,
Jadi ⎛
∪
atau x⎜ A A
⎛⎝
∩∩∪A
⎞ ⎛
∪
⎟. ⎜⎜ A ∩
A ⎜
⎞⎞
⎟⎟ .
A ⎝ ⎝ ⎠
⎟
2) ⎠ anggota himpunan.
⎠ yang tidak memiliki
himpunan
Jadia, a a .
Sebaliknya, ambil x a , maka x a atau x a, a . Jadi
a a, a .
b) Ambil x a,b, maka x a atau x b .
Akibatnya x b, a. Jadi a,b b, a .
Akibatnya x a,b.
5) a) ∪
A ∪A1k 1, 2,1,2,1,
4
Tes Formatif 2
1) Ambil x f 1(D E) sebarang. Maka f (x) D E , atau
f (x) D dan f (x) E . Ini mengatakan xf dan
1
(D)
x f 1(E) . Jadi, x f 1(D) f 1(E) .
Dengan demikian f 1(D E) f 1(D) f 1(E) .
Bukti sebaliknya,
Ambil x f 1(D) f 1
(E) sebarang. Maka xf 1
(D)
dan
x f 1(E) , ini sama saja dengan f (x) D dan f (x) E , atau
f (x) D E . Jadi, x f 1
(D E) .
MPMT5303/MODUL 1 1.59
Gambar
g ○ f (x) x2 .
4) Misal B A , maka f ( A) f (B) f ( A \ B) f karena
(B) , f ( A \ B) 0 (ini sebagai akibat dari R
f
0 ). x A B , maka x A dan x
5) Jika
X ABB(x). X A (x) X B (x) 1 .
Tes Formatif 3
1) 2 n3 1
P(n) : 21 22 … (n 1) 2 22… n 2.
3
1
P(1) : 0 1
benar.
3
Misal benar untuk n k ,
3
P(k): 12 2 2 … (k 1)2 k 12 2 2… k . 2
3
Harus ditunjukkan benar untuk n k 1 .
Sebelah kiri, P(k 1) :
3 3 1 (k
122 22 … (k 1)2 k2 k k2 k k k 3 .
3 3 1)
3 3
Sebelah kanan, P(k 1) :
3 3
(k 1) k 2 1 2 2 2 ⎛ 2 1⎞
3 ⎝⎜ k k ⎟⎠ 1 2 … k ⎜ k⎝ k ⎟
⎛ 3 ⎞3 3
⎠
12 22 … k 2 k 2 2k 1 12 22 … k 2 (k
1) . 2
1 1 1
1 1 1 1 benar.
1 2 4… k k 1 2 k k 2 2k 1
2 2 2 2
benar mengakibatkan
Jadi P(k) 1 P(k 1) benar
Jadi P(n) benar untuk setiap n asli.
⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ ⎛ 1 ⎞ 1
4) P(n) : ⎜1 1 ⎟…
⎝ 2 ⎟⎜1 3 ⎟⎜⎠⎝ 1 ,n2.
4 ⎠⎝⎜ n ⎠⎟ n
⎝ ⎠
1 1
P(2) : 1 benar.
2 2
⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞⎛ 1 ⎞ ⎛ 1⎞ 1
Misal P(k): ⎝ ⎜1 2 ⎟⎜1 3 ⎟⎜1 ⎠⎝4 ⎟ ⎠⎝ k k , benar.
…⎜1
⎟ ⎠ ⎝
⎠ 1 1
⎛1P(k
Maka 1 ⎞⎛1)1: ⎞⎛ 1 ⎞ ⎛ 1 ⎞⎛ ⎞ 1⎛ ⎞
⎜⎝ ⎟⎜1 1
⎟
⎜ ⎟ … 1
⎜ ⎟⎜1 ⎜ 1
2 ⎠⎝ 3⎠⎝ 4⎠ ⎝ k ⎠⎝ k 1 ⎠⎟ k k 1⎟⎠ k 1
⎝
1
benar.
Jadi P(k) benar mengakibatkan P(k 1) benar.
Jadi P(n) benar untuk semua n asli.
1 1 1 1 n 1
5) P(n) :⎝⎜⎛1 ⎠⎝ ⎞⎛
1 ⎞⎛1 ⎞ … ⎛1 2⎞ 2n , n 2 .
4 ⎟⎜ 9 ⎟⎜ 16 ⎠⎟ ⎜⎝ n ⎠
⎠⎝
⎟ 1 2 1
P(2): 1 4 2 benar.
2
1 ⎞⎛ 1 1 1 k 1
Misal P(k): ⎜
⎛
⎝1 4 ⎟⎜ 1 ⎞⎛⎟⎜ 1 ⎞⎟…⎜⎛1 2⎞ 2k benar.
9 16 ⎠ ⎝ k ⎠
⎟
⎠⎝ 1 ⎞ 1 ⎞
⎛1 1 ⎞⎛1 1 ⎞⎛1 1 ⎞ ⎛ 1 ⎞⎛
⎛ k 1⎞⎛1
⎜⎝ ⎟⎜ ⎟⎜ … 1 1
2 ⎟⎜ 2⎟ ⎜ ⎟ 2⎟
4 ⎠⎝ ⎠⎝ 9 16 ⎠⎟ ⎜⎝ k ⎠⎝ (k 1) ⎠ ⎝ 2k ⎠⎜⎝ (k 1) ⎠
⎠⎝
Maka P(k 1) :
⎜
⎛ k 1⎞⎛ (k 1)2 1⎞
⎟ ⎟
⎝ 2k ⎜⎠⎝ (k ⎠
1)2
k 2 2k k 2
2k(k 1)2(k 1)
(k 1) 1
2(k 1)
1.62 Analisis Real
benar.
Jadi P(k) benar mengakibatkan P(k 1) benar.
Jadi P(n) benar untuk semua n asli.
MPMT5303/MODUL 1 1.63
Daftar Pustaka
Bartle, R.G. and Sherbert, D.R. (2000). Introducction to Real Analysis, Third
Edition. New York: John Wiley & Sons.
Bartle, Robert G. (1976). The Element of Real Analysis, 2nd Edition. New
York: John Wiley International.
DePree, J.D and Swartz, C.W. (1988). Introduction to Real Analysis. New
York: John Wiley & Sons.
Kirk Wood, J.R. and Albrecht, W.A. JR. (1989). An Introduction to Analysis.
Boston: PWS. KENT Publishing Company.