Anda di halaman 1dari 61

Modul 1

Sekilas tentang Teori Himpunan


Dr. Susiswo, M.Si.

PE N DA H UL U AN

H impunan merupakan konsep dalam dari matematika. Semua


pembahasan cabang matematika dimulai dari himpunan. Pada Modul 1,
Anda akan belajar sekilas tentang teori himpunan yang meliputi materi
aljabar himpunan, induksi matematika, dan himpunan tak hingga. Materi
himpunan yang Anda pelajari pada modul ini akan sangat bermanfaat untuk
kesuksesan Anda pada modul-modul berikutnya. Oleh karena itu, pada modul
ini, Anda dituntut untuk belajar secara tekun, teliti, dan kritis.
Kompetensi umum yang diharapkan setelah mempelajari modul ini
adalah Anda diharapkan dapat memahami konsep aljabar himpunan, fungsi,
induksi matematika, dan himpunan tak hingga. Adapun kompetensi khusus
yang diharapkan adalah Anda dapat
1. menjelaskan kesamaan dua himpunan;
2. menjelaskan operasi dua himpunan;
3. menjelaskan fungsi sebagai pasangan berurutan;
4. menjelaskan bayangan lansung dan bayangan invers;
5. menjelaskan jenis-jenis suatu fungsi (injektif, surjektif, dan bijektif);
6. menjelaskan invers suatu fungsi;
7. menjelaskan komposisi fungsi;
8. membuktikan pernyataan yang diberikan dalam suku-suku bilangan asli
dengan induksi matematika;
9. menjelaskan himpunan hingga;
10. menjelaskan himpunan tak hingga;
11. menjelaskan himpunan terhitung;
12. menjelaskan himpunan tak terhitung.
1.2 Pengantar Analisis Riil ⚫

Kegiatan belajar pada Modul 1 ini dibagi menjadi dua, yaitu Kegiatan
Belajar 1 dan Kegiatan Belajar 2. Pada Kegiatan Belajar 1, Anda akan belajar
materi aljabar himpunan dan fungsi. Pada Kegiatan Belajar 2, Anda akan
belajar materi induksi matematika dan himpunan tak hingga.
Untuk memantapkan pengetahuan yang Anda peroleh, silakan mencoba
menyelesaikan latihan tanpa melihat penyelesaiannya terlebih dahulu.
Dengan demikian, Anda akan dapat mengukur pemahaman yang Anda
peroleh dari mempelajari uraian materi. Jika Anda menemui kesulitan, Anda
dipersilakan untuk melihat penyelesaian atau mendiskusikannya dengan
teman atau tutor Anda. Cobalah sekali lagi menyelesaikan latihan menurut
Anda sendiri, usahakan sedapat mungkin Anda mencari alternatif
penyelesaian yang lebih sederhana.
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.3

Kegiatan Belajar 1

Aljabar Himpunan dan Fungsi

A. ALJABAR HIMPUNAN

Pembahasan tentang aljabar himpunan ini akan dimulai terlebih dahulu


dengan pengertian anggota suatu himpuanan. Misalnya, A menyatakan suatu
himpunan maka x anggota A dinyatakan sebagai x A . Sebaliknya, jika x
bukan anggota A dinyatakan sebagai x A .

Gambar 1.1
Empat Kemungkinan Keanggotaan Himpunan

Perhatikan Gambar 1.1. Pada tersebut, terdapat dua himpunan A dan B .


Jika x adalah anggota, Anda akan mendapatkan empat kemungkinan berikut.

1. x A dan x B
2. x A dan x B
3. x A dan x B
4. x A dan x B

Perhatikan kembali Gambar 1.1 dan empat kemungkinan di atas. Jika


kemungkinan (2) tidak ada, akan berlaku pernyataan bahwa jika x A maka
x B . Anda dapat juga mengatakan bahwa A termuat di B atau B memuat
A . Secara matematika, pernyataan tersebut dapat Anda nyatakan bahwa A
himpunan bagian dari B dan Anda tulis sebagai berikut.
A B atau B A
1.4 Pengantar Analisis Riil ⚫

Selanjutnya, jika ada anggota B yang tidak termuat di A , Anda katakan


bahwa A himpunan bagian sejati dari B dan Anda tulis sebagai A B .
Pernyataan A B tidak secara otomatis bahwa B A . Jika Anda
perhatikan kembali Gambar 1.1 dalam kasus kemungkinan (2), tetapi (3)
tidak ada, Anda akan memperoleh hubungan tersebut, yaitu B A . Dalam
hal himpunan A dan himpunan B mempunyai hubungan jika A B berakibat
bahwa B A , Anda mengatakan bahwa dua himpunan A dan B sama.
Berikut ini akan Anda pelajari tentang definisi kesamaan dua himpunan.

Definisi 1.1
Dua himpunan adalah sama jika mereka memuat anggota-anggota yang
sama, ditulis A B.
Berikutnya adalah salah satu cara penulisan himpunan yang akan sering
Anda jumpai pada pembahasan-pembahasan berikutnya. Penulisan ini
menggunakan sifat dari keanggotaan himpunan tersebut, yaitu

x : P( x)

yang berarti bahwa himpunan dari semua anggota x yang mempunyai sifat
P benar. Anda dapat pula membacanya sebagai “himpunan semua x
sehingga P( x) ”. Penulisan lain dalam hal penggunaan sifat himpunan ini
adalah
x S : P( x)

yang berarti bahwa himpunan bagian dari S yang mempunyai sifat P benar.
Beberapa himpunan khusus mempunyai simbol baku seperti berikut.
Simbol := berarti simbol di sebelah kiri didefinisikan di sebelah kanan.
(i) Himpunan bilangan asli N : 1, 2, 3, ... .
(ii) Himpunan bilangan bulat Z : 0, 1,-1,2,- 2, ... .
m
(iii) Himpunan bilangan rasional Q : n
: m, n Z, 0 .
(iv) Himpunan bilangan riil R , himpunan ini akan Anda kaji lebih
mendalam pada Modul 2.
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.5

Contoh 1.1
N 1, 2, 3, ... menyatakan himpunan bilangan asli dan
A x N : x2 3x 2 0 menyatakan himpunan bilangan asli yang
memenuhi persamaan yang diberikan. Anda tahu bahwa penyelesaian
persamaan kuadrat x2 3x 2 0 adalah x 1 dan x 2 . Oleh karena itu,
himpunan tersebut sama dengan himpunan B 1,2 .
Pembahasan selanjutnya adalah suatu cara yang dapat Anda gunakan
untuk mengonstruksi himpunan baru dari himpunan-himpunan yang
diberikan. Anda mulai dengan definisi tentang irisan dua himpunan berikut.

Definisi 1.2
Jika diberikan dua himpunan A dan B , irisan dari dua himpunan
tersebut adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota
himpunan A dan himpunan B . Irisan dua himpunan A dan B disimbolkan
sebagai A B .
Jika Anda menuliskan irisan kedua himpunan ini menggunakan sifat
himpunan yang telah Anda pelajari sebelumnya, Anda dapat menuliskannya
sebagai berikut.

A B x : x A dan x B

Lebih jelas tentang irisan dua himpunan A dan B , dapat Anda lihat
pada Gambar 1.2 berikut.

Gambar 1.2
Irisan Dua Himpunan A dan B
1.6 Pengantar Analisis Riil ⚫

Contoh 1.2
menyatakan himpunan bilangan riil.

A x : x2 4x 3 0 dan B x : x2 7 x 10 0
Tentukan A B .

Penyelesaian
Langkah-langkah yang Anda gunakan pada penyelesaian pertidaksamaan
pada mata kuliah Matematika Dasar dapat Anda gunakan untuk menentukan
himpunan A dan B . Oleh karena itu, Anda akan mendapatkan

A x :1 X 3
dan
B x :2 x 5
Jadi, Anda memperoleh berikut ini.
A B x :2 x 3

Definisi 1.3
Jika diberikan dua himpunan A dan B , gabungan dari dua himpunan
tersebut adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota
himpunan A atau himpunan B atau kedua himpunan A dan B . Gabungan
dua himpunan A dan B disimbolkan sebagai A B .
Seperti halnya pada irisan, pada gabungan dua himpunan ini, Anda dapat
menuliskannya menggunakan sifat himpunan yang telah Anda pelajari
sebelumnya seperti di bawah ini.

A  = x : x  A atau x  B

Lebih jelas tentang gabungan dua himpunan A dan B , dapat Anda lihat
pada Gambar 1.3 berikut.
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.7

Gambar 1.3
Gabungan Dua Himpunan A dan B

Contoh 1.3
Ulangi Contoh 1.2 untuk menentukan gabungan dua himpunan A dan
B yaitu A B

Penyelesaian
Dari Contoh 1.2, Anda telah mempunyai penyelesaian untuk himpunan
A dan B seperti berikut ini.

A = x  :1  x  3
dan
B = x  : 2  x  5

Oleh karena itu Anda peroleh gabungan dua himpunan tersebut, yaitu

A  B = x  :1  x  5

Pada pembahasan sebelumnya, Anda telah mendapatkan bahwa irisan


dan gabungan dua himpunan adalah sebuah himpunan. Dalam hal irisan dua
himpunan, Anda mungkin mendapatkan dua himpunan yang irisannya tidak
mempunyai anggota. Sebagai contoh, jika

A = x  :1  x  3 dan B = x  : 4  x  6 , irisan dua


1.8 Pengantar Analisis Riil ⚫

himpunan tersebut tidak mempunyai anggota. Kasus ini mengantar Anda


pada definisi berikut ini.

Definisi 1.4
Sebuah himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut himpunan
kosong disimbolkan sebagai .

Definisi 1.5
Dua himpunan yang irisannya himpunan kosong disebut dua himpunan
yang saling asing.
Oleh karena itu dua himpunan A dan B pada pembahasan di atas
adalah dua himpunan yang saling asing, karena A B
Teorema berikut ini merupakan teorema dari sifat aljabar pada operasi
himpunan yang telah Anda peroleh pada pembahasan di atas. Bukti dari
sebagian teorema tersebut dijadikan sebagai latihan.

Teorema 1.1
Misalnya, A, B, dan C adalah tiga himpunan sebarang. Maka
(a) A A A, A A A,
(b) A B B A, A B B A,
(c) ( A B) C A ( B C ),( A B) C (B C ),
(d) A ( B C) ( A B) ( A C), A ( B C) ( A B) ( A C).

Persamaan-persamaan di atas berturut-turut disebut idempotent,


komutatif, asosiatif, dan distributif.

Bukti
Untuk membuktikan teorema di atas, Anda gunakan Definisi 1.1
kesamaan dua himpunan. Ada dua langkah dalam membuktikan kesamaan
dua himpunan yang menggunakan definisi tersebut. Pertama, dengan
membuktikan bahwa jika x anggota himpunan ruas kiri, x anggota himpunan
ruas kanan sehingga Anda peroleh himpunan ruas kiri himpunan bagian dari
himpunan ruas kanan. Kedua, dengan membuktikan bahwa jika x anggota
himpunan ruas kanan, x anggota himpunan ruas kiri sehingga Anda
memperoleh himpunan ruas kanan bagian dari himpunan ruas kiri.
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.9

a) Pertama-tama, Anda buktikan A A A . Anda misalkan x A A maka


x A dan x A . Oleh karena itu, x A . Jadi, A A A . Sebaliknya,
Anda misalkan x A maka x A dan x A . Oleh karena itu,
x A A . Jadi, A A A . Berdasarkan Definisi 1.1, Anda
memperoleh bahwa A A A . Kedua, Anda membuktikan A A A .
Misalnya, x A A maka x A atau x A . Oleh karena itu, x A .
Jadi, A =  r  A  A . Sebaliknya, Anda misalkan x A maka x A
2

atau x A . Oleh karena itu x A A . Jadi, A A A . Berdasarkan


Definisi 1.1, Anda memperoleh bahwa A A A .
b) Pertama-tama, Anda buktikan bahwa A B C A B A C .
Anda misalkan x A
B C maka x A dan x B C . Ini berarti
x A dan x B atau x C . Oleh karena itu, Anda memperoleh (i)
x A dan x B atau (ii) x A dan x C . Selanjutnya, Anda
memperoleh x A B atau x A C sehingga x A B A C .
Jadi, A B C A B A C . Sebaliknya, x A B A C
maka x A B atau x A C . Oleh karena itu, Anda mempunyai (i)
x A dan x B atau (ii) x A dan x C . Maka itu, dapat Anda
sederhanakan menjadi x A dan x B atau x C . Selanjtunya, Anda
memperoleh x A dan x B C . Jadi, x A B C sehingga
Anda memperoleh A B A C A B C . Berdasarkan
Definisi 1.1, Anda memperoleh A B C A B A C . Kedua,
Anda buktikan bahwa A B C A B A C . Anda misalkan
x A B C maka x A atau x B C . Ini berarti x A atau
x B dan x C . Oleh karena itu, Anda memperoleh (i) x A atau
x B dan (ii) x A atau x C . Selanjutnya, Anda memperoleh
x A B dan x A C sehingga x A B A C . Jadi,
A B C A B A C . Sebaliknya, x A B A C
maka x A B dan x A C . Oleh karena itu, Anda mempunyai (i)
x A atau x B dan (ii) x A atau x C sehingga dapat Anda
sederhanakan menjadi x A atau x B dan x C . Selanjutnya, Anda
memperoleh x A atau x B C . Jadi, x A B C sehingga
1.10 Pengantar Analisis Riil ⚫

Anda memperoleh A B A C A B C . Berdasarkan


Definisi 1.1, Anda memperoleh A B C A B A C .

Perhatikan kembali sifat asosiatif pada Teorema 1.1 bagian b. Dengan


melihat sifat asosiatif tersebut, untuk menyederhanakan penulisan, Anda
tidak perlu memberi tanda kurung sehingga cukup Anda tulis seperti berikut.

A B C, A B C

Selanjutnya, untuk koleksi himpunan A1, A2 , , An irisan dan


gabungan himpunan pada koleksi tersebut didefinisikan sebagai berikut.

A A1 A2 An : x : x Aj untuk semua j
A A1 A2 An : x : x Aj untuk suatu j

Penyederhanaan penulisan irisan dan gabungan koleksi himpunan di atas


sebagai berikut.

n
A i 1 Aj Aj : j 1,2, , n
n
B i 1 Aj Aj : j 1,2, , n

Serupa dengan penulisan di atas, untuk masing-masing j J ada


himpunan Aj maka irisan sebarang himpunan tersebut dapat Anda tulis
seperti simbol berikut.
{ Aj : j J}

Himpunan di atas menyatakan bahwa himpunan yang anggotanya adalah


semua anggota himpunan Aj untuk j J . Demikian juga untuk gabungan
sebarang himpunan Aj untuk masing-masing j J dapat Anda tulis seperti
simbol berikut.

{ Aj : j J}
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.11

Himpunan di atas menyatakan bahwa himpunan yang anggotanya adalah


paling sedikit satu anggota himpunan Aj untuk j J . Pembahasan
selanjutnya adalah Anda akan mengonstruksi sebuah himpunan yang
diperoleh dari selisih dua himpunan yang diberikan.

Definisi 1.6
Jika A dan B dua himpunan, komplemen B relatif terhadap A adalah
himpunan semua anggota 𝐴 yang bukan anggota B diberi simbol A \ B
(dibaca A dikurangi B atau A B atau A B ).
Komplemen B relatif terhadap A dapat pula Anda sebut sebagai selisih
dari himpunan A dengan himpunan B . Anda dapat menulisnya dalam
bentuk sifat himpunan seperti berikut.

A \ B : {x A: x B}

Lebih jelas tentang komplemen relatif dua himpunan ini dapat Anda lihat
pada Gambar 1.4 berikut.

Gambar 1.4
Komplemen B Relatif terhadap A

Contoh 1.4
Ulangi Contoh 1.2 untuk menentukan A \ B .

Penyelesaian
Dari Contoh 1.2, Anda telah mempunyai penyelesaian untuk himpunan
A dan B seperti berikut.
1.12 Pengantar Analisis Riil ⚫

A x :1 x 3
dan
B x :2 x 5

Oleh karena itu, Anda memperoleh komplemen B relatif terhadap A .

A\ B x :1 x 2

Pembahasan selanjutnya adalah hukum De Morgan untuk tiga himpunan,


sebagian bukti dijadikan sebagai latihan.

Teorema 1.2
Jika A, B, dan C adalah sebarang tiga himpunan, maka

A\ B C A\ B A\C
A\ B C A\ B A\C .

Bukti
Misal x A \ B C maka x A , tetapi x B C . Oleh karena x A
tetapi x B dan x C sehingga Anda memperoleh x A , tetapi x B
dan x A , tetapi x C . Ini berarti x A \ B dan x A \ C . Jadi,
x A\ B x A\C . Ini berarti A\ B C A\ B A\C .
Sebaliknya, Anda misalkan x A\ B A \ C . Maka itu, x A \ B dan
x A \ C sehingga Anda peroleh x A , tetapi x B dan x A tetapi
x C . Ini berarti x A , tetapi x B dan x C . Oleh karena itu, x A
tetapi x B C. Jadi, x A\ B C . Ini berarti
A\ B A\C A \ B C . Oleh karena itu, berdasarkan definisi
kesamaan dua himpunan, Anda memperoleh berikut ini.

A\ B C A\ B A\C
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.13

Bentuk umum komplemen relatif ini adalah relatif terhadap himpunan


semesta S . Oleh karena itu, komplemen relatif A terhadap S yang diberi
simbol A \ S atau AC adalah

AC x S:x A .

Selanjutnya, Anda akan mengkaji beda simetrik dua himpunan yang


merupakan pembahasan terakhir dari kegiatan belajar ini.

Definisi 1.7
Jika A dan B dua himpunan, beda simetris dari A dan B adalah
himpunan yang anggotanya salah satu dari himpunan A atau himpunan B ,
tetapi tidak keduanya. Beda simetris dari A dan B diberi simbol A B .
Beda simetris dua himpunan ini dapat Anda tulis dalam bentuk sifat
himpunan seperti berikut.

A B : x :x Aatau x B, tetapi x A B

Lebih jelas tentang beda simetris dua himpunan ini dapat Anda lihat
pada Gambar 1.5 berikut.

Gambar 1.5
Beda Simetris Dua Himpunan A dan B

Contoh 1.5
Ulangi Contoh 1.2 untuk menentukan A B .
1.14 Pengantar Analisis Riil ⚫

Penyelesaian
Dari Contoh 1.2, Anda telah mempunyai penyelesaian untuk himpunan
A dan B seperti berikut.

A x :1 x 3
dan
B x :2 x 5

Oleh karena itu, Anda memperoleh beda simetris dua himpunan A dan
B seperti berikut.

A B x :1 x 2 atau3 x 5

Jika Anda memperhatikan kembali Gambar 1.1, Anda akan mendapatkan


bahwa anggota x akan memenuhi (1) untuk A B , (2) untuk A \ B , (3)
B \ A , serta gabungan (2) dan (3) untuk A B .

B. FUNGSI

Fungsi yang akan Anda pelajari pada modul ini akan disajikan dalam
bentuk pasangan berurutan. Pasangan berurutan ini merupakan unsur dari
perkalian Cartesius (Cartesian product). Oleh karena itu, sebelum sampai
pada pembahasan tentang fungsi, Anda perlu mempelajari terlebih dahulu
definisi perkalian Cartesius.

Definisi 1.8
Jika A dan B adalah himpunan-himpunan tak kosong, perkalian
Cartesius A B dari A dan B adalah himpunan semua pasangan berurutan
a, b dengan a A dan b B , yaitu

A B a, b : a A, b B .
Contoh 1.6
Misalnya, A 1, 2,3 dan B 2,5 . Tentukan perkalian Cartesius
A B.
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.15

Penyelesaian

A B 1,2 , 1,5 , 2,2 , 2,5 , 3,2 , 3,5

Sekarang, Anda telah siap untuk mengkaji fungsi yang dinyatakan


sebagai pasangan berurutan. Pada mata kuliah Kalkulus, Anda telah
mengenal definisi fungsi dari A ke B , yaitu suatu aturan yang mengaitkan
masing-masing anggota x dalam A tepat ke satu anggota f x dalam B .
Pada mata kuliah ini, khususnya pada Kegiatan Belajar 1 ini, fungsi akan
dinyatakan sebagai pasangan berurutan. Hal ini dapat Anda lihat pada
Definisi 1.9 berikut.

Definisi 1.9
Misalnya, A dan B adalah dua himpunan. Maka itu, sebuah fungsi dari
A ke B adalah sebuah himpunan f dari pasangan berurutan dalam A B
sehingga masing-masing a A ada tepat satu b B dengan a, b f .
Berdasarkan definisi di atas, Anda dapat memperoleh implikasi jika
a, b f dan a, b f maka b b ' .
Himpunan A disebut sebagai daerah asal atau domain dinyatakan
sebagai D f dan himpunan B disebut daerah kawan atau kodomain.
Himpunan semua unsur kedua dalam f disebut daerah hasil atau range dari
f yang dinyatakan sebagai R f . Berdasarkan definisi fungsi, Anda juga
akan memperoleh hasil D f A dan R f B.
Notasi
f :A B

Anda gunakan untuk menyatakan fungsi f dari A ke B . Anda juga


akan sering mengatakan bahwa f adalah sebuah pemetaan dari A ke B ,
atau f memetakan A ke B . Jika a, b f , maka Anda dapat menulisnya
sebagai

b f a atau a b.
1.16 Pengantar Analisis Riil ⚫

b Anda sebut sebagai nilai dari f pada a atau sebagai bayangan dari
a di bawah f . Visualisasi fungsi f dari A ke B lebih jelas dapat Anda
lihat pada Gambar 1.6 berikut ini, yaitu fungsi yang divisualisasikan sebagai
grafik.

Gambar 1.6
Fungsi sebagai Grafik

Di samping Anda dapat memvisualisasikan fungsi sebagai grafik, Anda


dapat pula memvisualisasikan fungsi sebagai transformasi seperti terlihat
pada Gambar 1.7 berikut ini.

Gambar 1.7
Fungsi f sebagai Transformasi

Contoh 1.7
Misal A 1,2,3,4 dan B 1, 2,3 . Selidiki apakah himpunan
pasangan berurutan 𝑔 dengan

g 1,2 , 2,1 , 3,2 , 4,1 , merupakan fungsi dari A ke B ?


⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.17

Penyelesaian
Untuk mempermudah melihatnya, gambarkan pasangan berurutan
tersebut seperti pada gambar berikut.

Karena masing-masing a A dipasangkan ke tepat satu b B dengan


a, b g , himpunan pasangan berurutan g 1,2 , 2,1 , 3,2 , 4,1
adalah sebuah fungsi.
Pembahasan berikutnya pada kegiatan belajar ini adalah jenis-jenis
fungsi. Meskipun demikian, Anda akan membahas materi tentang bayangan
langsung dan bayangan invers terlebih dahulu. Materi ini akan berguna
terutama pada fungsi surjektif dan bijektif.

Definisi 1.10
Misal f : A B . Jika E adalah himpunan bagian dari A , bayangan
langsung dari E di bawah f adalah himpunan bagian f E dari B yang
diberikan oleh

f E f x :x E .

Jika H adalah himpunan bagian dari B , bayangan invers dari H di


1
bawah f adalah himpunan bagian f H dari A yang diberikan oleh

1
f H x A: f x H .
1.18 Pengantar Analisis Riil ⚫

Oleh karena itu, jika Anda mempunyai sebuah himpunan E A , titik


y1 B adalah bayangan langsung dari f E jika dan hanya jika ada paling
sedikit satu titik x1 E sehingga y1 f x1 . Serupa dengan itu, jika Anda
1
mempunyai himpunan H B , titik x2 dalam bayangan invers f H jika
dan hanya jika y2 f x2 anggota dari H . Ha ini dapat Anda lihat pada
Gambar 1.8 berikut ini.

Gambar 1.8
Bayangan Langsung dan Invers

Contoh 1.8
Misal f : didefinisikan sebagai f x x2 . Maka itu, bayangan
langsung dari himmpunan E x:0 x 2 adalah himpunan
f E y:0 y 4 . Jika G y:0 y 4 , bayangan invers dari G
1
adalah f G x: 2 x 2 . Oleh karena itu, dalam kasus ini, Anda
1
melihat bahwa f G E.
Sekarang, Anda telah siap untuk mempelajari jenis-jenis fungsi yang
sangat penting dalam matematika.

Definisi 1.11
Misal f : A B adalah sebuah fungsi dari A ke B . Fungsi f
dikatakan injektif (satu-satu) jika diberikan x1 x2 maka f ( x1 ) f ( x2 ) .
Fungsi f dikatakan surjektif (pemetaan A pada B) jika f A B . Jika
f kedua-duanya injektif dan surjektif, dikatakan bahwa f bijektif (satu-satu
pada).
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.19

Berdasarkan Definisi 1.11, dapat pula Anda katakan bahwa f dikatakan


surjektif (pemetaan A pada B) jika R f B.
Berikut ini adalah cara yang akan sering Anda gunakan berkaitan dengan
pembuktian fungsi jenis injektif dan surjektif.
Untuk membuktikan sebuah fungsi f injektif, Anda dapat menunjukkan
bahwa untuk semua x1 , x2 dalam A f x1 f x2 x1 x2 .

Untuk membuktikan ini secara grafik, jika y B , dari titik tersebut


apabila ditarik garis horizontal sehingga “menyentuh” grafik f , kemudian
ditarik garis vertikal, garis tersebut menyentuh sumbu x paling banyak
sekali. Hal ini dapat Anda lihat pada Gambar 1.9 berikut.

Gambar 1.9
Grafik Fungsi Injektif

Untuk membuktikan f fungsi surjektif, Anda harus menunjukkan


bahwa untuk sebarang y B pasti ada paling sedikit satu x A sehingga
f x b . Secara grafik, jika Anda menarik garis horizontal dari sebarang
y B ke grafik f , kemudian Anda tarik garis vertikal, Anda akan
menemukan paling sedikit satu titik x A . Hal ini dapat Anda lihat pada
Gambar 1.10 berikut.
1.20 Pengantar Analisis Riil ⚫

Gambar 1.10
Fungsi Surjektif

Pada Gambar 1.10, terlihat bahwa ketika Anda menarik garis horizontal
dari sebarang y , ada x1 dan x2 sehingga f x1 y dan f x2 y . Jadi,
f adalah fungsi surjektif.

Contoh 1.9
Misal f : sehingga f x x 2 . Selidiki hal berikut.
Apakah fungsi tersebut injektif? Jelaskan alasan jawaban Anda.
Apakah fungsi tersebut surjektif? Jelaskan alasan jawaban Anda.

Penyelesaian
Ambil x1 , x2 di sehingga f ( x1 ) f x2 . Maka Anda memperoleh
berikut ini.

x12 x22
x12 x22 0
( x1 x2 ) x1 x2 0
x1 x2 atau x1 x2 x2

Jadi, f bukan fungsi injektif. Anda akan mendapatkan bahwa f fungsi


injektif jika Anda membatasi domainnya, yaitu D f 0 .
Mengapa?
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.21

Ambil y 1 maka tidak ada x sehingga f x x2 1.


Jadi, f bukan fungsi surjektif. Anda akan mendapatkan f fungsi surjektif
jika Anda membatasi kodomain dari f , yaitu 0 . Mengapa?
Oleh karena itu, jika Anda membatasi domain dan komdomain adalah
0 , Anda akan memperoleh fungsi bijektif f dari ke sehingga
f x x2 .
Jika f sebuah fungsi dari A ke B , f merupakan himpunan bagian
dari A B . Himpunan pasangan berurutan dalam B A diperoleh dengan
menukar anggota-anggota pasangan berurutan dalam f yang tidak selalu
merupakan fungsi. Meskipun demikian, jika f bijektif, hasil penukaran ini
akan merupakan sebuah fungsi yang disebut sebagai fungsi invers. Hal ini
dapat Anda lihat pada Definisi 1.12 berikut.

Definisi 1.12
Jika f : A B adalah fungsi bijektif dari A pada B maka

g b, a : a, b f

adalah fungsi dari B pada A . Fungsi ini disebut fungsi invers dan
dinyatakan sebagai f 1 .
1
Anda dapat mengekspresikan juga hubungan antara f dan f dengan
1 1
mencatat bahwa D f R f dan R f D f dan bahwa

1
b f a jika dan hanya jika a f b .

Contoh 1.10
Anda lihat kembali Contoh 1.9 yang sudah dibatasi domain dan
kodomainnya, yaitu

f: 0 0
1.22 Pengantar Analisis Riil ⚫

sehingga
f :x x2 .

Dari hasil sebelumnya, Anda sudah memperoleh bahwa fungsi tersebut


bijektif. Oleh karena itu, fungsi tersebut mempunyai invers, yaitu

1
f : 0 0

sehingga

1 1
f :x x atau f x x.

Sejauh ini, Anda telah membahas fungsi, jenis-jenis fungsi, dan fungsi
invers. Fungsi-fungsi yang telah Anda bahas tersebut hanya terdiri atas satu
fungsi. Pada pembahasan selanjutnya, Anda akan membahas fungsi yang
merupakan komposisi dari dua fungsi atau lebih. Hal ini seperti dapat Anda
lihat pada Gambar 1.11 berikut ini.

Gambar 1.11
Fungsi Komposisi dari f dan g

Definisi 1.13
Jika f : A B dan g : BC dan jika R f D g B , fungsi
komposisi g f adalah fungsi dari A ke C didefinisikan oleh

g f x g f x untuk semua x A.
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.23

Perlu Anda perhatikan bahwa secara umum urutan dalam penulisan di


atas tidak berlaku sebaliknya, yaitu g f f g . Hal ini dapat Anda lihat
pada Contoh 1.10 berikut.

Contoh 1.11
Misal f dan g dua fungsi yang terdefinisi pada bilangan riil yang
diberikan oleh

f x 2 x dan g x 3x 2 1 .

Tentukan g f f g.

Penyelesaian
Karena D f dan R f D g , domain D ( g f ) juga
sama untuk dan fungsi komposisi g f diberikan oleh berikut ini.

g f x 3(2 x)2 1 12 x2 1

Domain fungsi komposisi f g juga , tetapi

f g x 2 3x 2 1 6x2 2.

Oleh karena itu, dalam kasus ini, Anda memperoleh g f f g.


Dari Definisi 1.12, Anda sudah mendapatkan hubungan antara f dan
f( 1)
, yaitu

1
b f a jika dan hanya jika a f b .

Oleh karena itu, dengan menggunakan definisi fungsi komposisi ini,


Anda akan mendapatkan hubungan berikut ini.

1 1 1
f f a f f a f b a
1.24 Pengantar Analisis Riil ⚫

untuk setiap a D f dan

1 1
f f b f f b f a b

untuk setiap b R f .

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Misalnya, A x : x2 x 2 0 dan B {x : x2 4 0} .
Tentukan
a. A B
b. A B
c. A \ B
d. B \ A
e. A B .
2) Buktikan bahwa A B jika dan hanya jika A B A.
3) Buktikan
A. Teorema 1.1 bagian (b),
B. Teorema 1.1 bagian (c).
4) Buktikan Teorema 1.2 bagian (b).
5) Tunjukkan bahwa beda simetris dua himpunan
A B A\ B B\ A .
6) Diberikan dua himpunan A dan B . Tunjukkan bahwa A B dan A \ B
saling asing.
7) Misal A a, b, c, d dan B 1,2,3,4 . Selidiki apakah himpunan
pasangan berurutan berikut ini merupakan fungsi atau bukan
h a,2 , b,2 , c,3 , d ,1 , a,1 .
8) Misal f : sehingga f x x3 . Buktikan bahwa
A. fungsi tersebut injektif,
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.25

B. fungsi tersebut surjektif,


C. fungsi tersebut bijektif.

9) Tentukan invers dari fungsi pada soal nomor 8.


10) Misal f dan g dua fungsi yang masing-masing terdefinisi pada dan
0 sehingga f x x 1 dan g x x . Tentukan
A. g f x dan D g f ,
B. f g x dan D f g .

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Penyelesaian pertidaksamaan x2 x 2 0 adalah x 1 atau x 2.


Oleh karena itu, Anda memperoleh
A x :x 1atau x 2 , 1 2, .
Penyelesaian pertidaksamaan x 2 4 0 adalah 2 x 2 . Oleh
karena itu, Anda memperoleh B x: 2 x 2 2,2 .
Jadi, diperoleh berikut ini.
a. A B , 1 2, 2,2 2, 1 2
b. A B , 1 2, 2,2
c. A\ B , 2 2,
d. B\ A 1, 2
e. A B , 2 1,2 2,

2) Misal x A B maka x A . Jadi, A B A . Misal x A . Karena


A B maka x B . Oleh karena itu, x A dan x B , jadi x A B .
Oleh karena itu, A A B . Jadi, A A B .

3) Untuk pembuktian ini dan pembuktian selanjutnya, Anda buktikan


dengan cara penulisan yang lebih sederhana, yaitu dengan menggunakan
ekuivalensi seperti berikut ini.
a. Pertama-tama Anda buktikan A B B A .
x A B x A dan x B
x B dan x A
1.26 Pengantar Analisis Riil ⚫

x B A
Jadi, A B B A . Kedua, Anda buktikan A B B A .
x A B x A atau x B
x B atau x A
x B A
b. Pertama-tama Anda buktikan A B C A B C .
x A B C x A B dan x C
x A dan x B dan x C
x A dan x B dan x C
x A dan x B C
x A B C
Jadi, A B C A B C .
Kedua, Anda buktikan A B C A B C .
x A B C x A B atau x C
x A atau x B atau x C
x A atau x B atau x C
x A atau x B C
x A B C

4) Seperti pembuktian pada soal sebelumnya, pembuktian pada soal ini


gunakan ekuivalensi.
x A\ B C x A , tetapi x B C
x A , tetapi x B atau x C
x A , tetapi x B atau x A , tetapi x A
x A \ B atau x A \ C
x ( A \ B) ( A \ C )
Jadi, A \ B C ( A \ B) ( A \ C) .

5) Akan Anda buktikan seperti berikut ini.


x A B x anggota salah satu dari himpunan A atau himpunan B ,
tetapi tidak keduanya A dan B .
x A , tetapi x A atau x A , tetapi x B atau x B , tetapi
x A atau x B , tetapi x B
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.27

x A , tetapi x B atau x B , tetapi x A


x A \ B atau x B \ A
x A\ B B \ A
Jadi, A B A\ B B\ A .

6) Untuk pembuktian soal ini, Anda akan membuktikannya dengan bukti


tidak langsung. Anda andaikan bahwa A B dan A \ B tidak saling
asing. Maka itu, ada x A B dan x A \ B . Oleh karena itu, x A
dan x B dan x A , tetapi x B . Ini berarti x A dan x B , tetapi
x B . Pernyataan x B , tetapi x B adalah hal yang tidak mungkin.
Oleh karena itu, pengandaian di atas adalah salah. Jadi, yang benar
adalah A B dan A \ B saling asing.

7) Untuk mempermudah melihatnnya, Anda gambarkan pasangan berurutan


tersebut seperti pada gambar berikut.

Dapat Anda lihat bahwa ada a A yang dipasangkan kedua anggota B ,


yatiu a,1 dan a,2 . Jadi, h bukan merupakan fungsi.

8) Misal f : sehingga f x x3 .
a) Misal x1 x2 maka x13 x23 . Oleh karena itu, f x1 f ( x2 ) .
Jadi, f fungsi injektif.
3
b) Ambil x sebarang anggota kodomain f maka ada x anggota
3 3 3
domain f sehingga f x x x . Jadi, f surjektif.
c) Karena f injektif dan surjektif maka f bijektif?
1.28 Pengantar Analisis Riil ⚫

1 1 3
9) Invers fungsi f adalah f sehingga f x x karena

1 1 1 3 3
(f f) x f f x f x3 x
dan
1 1 3 3 3
f f x f f x f x x x .

10) Misal f dan g dua fungsi yang masing-masing terdefinisi pada dan
0 sehingga f x x 1 dan g x x . Maka itu,
a) g f x g f x g x 1 x 1,
karena itu D g f x: x 1 ;
b) f g x f g x f x x 1,

karena itu D f g 0 .

R A NG KU M AN

1) Misal A menyatakan suatu himpunan maka x anggota A


dinyatakan sebagai x A . Sebaliknya, jika x bukan anggota A
dinyatakan sebagai x A .
2) Himpunan A termuat di himpunan B , itu berarti jika x A maka
x B . Secara matematis, pernyataan tersebut dapat Anda
nyatakan sebagai A B atau B A .
3) Jika ada anggota B yang tidak termuat di A , Anda katakan bahwa
A himpunan bagian sejati dari B dan Anda tulis sebagai A B .
4) Dua himpunan adalah sama jika mereka memuat anggota-anggota
yang sama dan ditulis A B .
5) Jika diberikan dua himpunan A dan B , irisan dari dua himpunan
tersebut adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan
anggota himpunan A dan himpunan B . Irisan dua himpunan A
dan B disimbolkan sebagai A B .
6) Jika diberikan dua himpunan A dan B , gabungan dari dua
himpunan tersebut adalah himpunan yang anggota-anggotanya
merupakan anggota himpunan A atau himpunan B atau kedua
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.29

himpunan A dan B . Gabungan dua himpunan A dan B


disimbolkan sebagai A B .
7) Dua himpunan yang irisannya himpunan kosong disebut dua
himpunan yang saling asing.
8) Misal A , B , dan C adalah tiga himpunan sebarang. Maka
a) A A = A, A A = A,
b) A B = B A, A B = B A,
c) (A B) C = A (B C ), ( A B) C = A (B C),
A (B C) = ( A B) (A C), A (B C)
d)
= ( A B ) ( A C ).
9) Jika A dan B dua himpunan, komplemen B relatif terhadap A
adalah himpunan semua anggota A yang bukan anggota B diberi
simbol A \ B (dibaca A dikurangi B ) atau A B atau A ~ B .
10) Jika A, B, dan C adalah sebarang tiga himpunan maka
a) A \ ( B C ) = ( A \ B ) ( A \ C )
b) A \ ( B C ) = ( A \ B) ( A \ C ).
11) Jika A dan B dua himpunan, beda simetris dari A dan B adalah
himpunan yang anggotanya salah satu dari himpunan A atau
himpunan B , tetapi tidak keduanya. Beda simetris dari A dan B
diberi simbol A B .
12) Jika A dan B adalah himpunan-himpunan tak kosong, perkalian
Cartesius A B dari A dan B adalah himpunan semua pasangan
berurutan a, b dengan a A dan b B , yaitu
A B a, b : a A, b B .
13) Misal A dan B adalah dua himpunan. Maka itu, sebuah fungsi
dari A ke B adalah sebuah himpunan f dari pasangan berurutan
dalam A B sehingga masing-masing a A ada tepat satu b B
dengan a, b f .
14) Misal f : A B . Jika E adalah himpunan bagian dari A ,
bayangan langsung dari E di bawah f adalah himpunan bagian
f E dari B yang diberikan oleh f E f x :x E .
15) Misal f : A B adalah sebuah fungsi dari A ke B .
1.30 Pengantar Analisis Riil ⚫

a) Fungsi f dikatakan injektif (satu-satu) jika diberikan


x1  x2 maka f ( x1 )  f ( x2 ) .
b) Fungsi f dikatakan surjektif (pemetaan A pada B ) jika
f A B.
c) Jika f kedua-duanya injektif dan surjektif, dikatakan bahwa
f bijektif (satu-satu pada).
16) Jika f : A B adalah fungsi bijektif dari A pada B maka
g b, a : a, b f
adalah fungsi dari B pada A . Fungsi ini disebut fungsi invers dan
dinyatakan sebagai f 1 .
17) Jika f :A B dan g : B C dan jika R f
D g B,
fungsi komposisi g f adalah fungsi dari A ke C yang
didefinisikan oleh g f x g ( f x untuk semua x A.

TES F ORM AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Misal A x : x2 x 2 0 dan B x : x2 1 0 . Maka


itu, irisan dua himpunan A B adalah ….
A. , 1,0,1,2
B. 1,2,3,
C. 1,1,2
D. 1,0,1

2) Berdasarkan soal nomor 1, A B adalah ….


A. 0,1, 1,2, 2,
B. 0, 1, 2,
C. 1,0,1, 2
D. 1,2,3,
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.31

3) Berdasarkan soal nomor 1, A \ B adalah ….


A. 1, 1,2, 2,
B. 0,1,2,
C. 0
D.

4) Berdasarkan soal nomor 1, A B adalah ….


A. 2, 1,1,2,
B. 2, 1,0,1,2,
C. , 4, 3, 2,2,3,4,
D. , 4, 3, 2,3,4,5,

5) Himpunan A dapat dinyatakan dalam bentuk ….


A. A B A\ B
B. A B A\ B
C. A B A\ B
D. A B A\ B

6) Di antara dua himpunan yang terbentuk di bawah ini, yang saling asing
adalah …
A. A B dan A B
B. A B dan A B
C. A B dan A \ B
D. A B dan A \ B

7) Misal A 1,2,3,4 dan B a, b, c, d , e . Di antara himpunan


pasangan berurutan berikut, yang merupakan fungsi dari A ke B
adalah….
A. 1, a , 1, b , 2, c , 3, a , 4, a
B. 1, a , 1, b , 2, c , 3, a
C. 1, b , 2, c , 3, a , 4, a
D. 1, c , 2, a , 3, a
1.32 Pengantar Analisis Riil ⚫

8) Misal A 1,2,3,4 dan B a, b, c, d , e . Di antara fungsi yang


dinyatakan sebagai himpunan pasangan berurutan berikut yang
merupakan fungsi injektif dari A ke B adalah ….
A. 1, b , 2, c , 3, a , 4, a
B. 1, a , 2, c , 3, a , 4, b
C. 1, a , 2, a , 3, a , 4, a
D. 1, b , 2, c , 3, e , 4, a

9) Misal f adalah fungsi yang terdefinisi pada sehingga


f x 2x 1. Maka itu, invers dari f adalah fungsi g sehingga ….
1
A. g x x 1
2
B. g x 2x 1
1
C. g x x 1
2
D. g x x 1

10) Misal f dan g dua fungsi yang masing-masing terdefinisi pada


sehingga f x 2x 1 dan g x x3 1 . Maka itu, f g x
adalah ….
A. x3 2
B. 2 x3 1
C. 2 x3 1
D. 2( x 1)3 1
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.33

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = ×100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.34 Pengantar Analisis Riil ⚫

Kegiatan Belajar 2

Induksi Matematika
dan Himpunan Tak Hingga

A. INDUKSI MATEMATIKA

Induksi matematika merupakan metode yang sangat kuat dalam


pembuktian yang sering digunakan untuk membuktikan kesahihan
pernyataan-pernyataan yang diberikan dalam suku-suku bilangan asli. Untuk
keperluan ini, Anda ingat kembali simbol bilangan asli yang pernah Anda
kenal pada Kegiatan Belajar 1 modul ini, yaitu

1,2,3, .

Pembahasan akan Anda mulai dengan sifat dasar bilangan asli berikut.

1. Sifat Urutan Baik Bilangan Asli


Setiap himpunan bagian tak kosong dari bilangan asli mempunyai
anggota paling kecil. Sifat tersebut dapat Anda buat lebih perinci seperti
berikut. Jika S adalah himpunan bagian dari dan jika S maka ada
m  S sehingga m k untuk semua k S .
Berdasarkan sifat urutan di atas, Anda akan menurunkan prinsip induksi
matematika yang dinyatakan dalam suku-suku himpunan bagian bilangan asli
berikut.

a. Prinsip Induksi Matematika


Misal S merupakan himpunan bagian bilangan asli yang mempunyai
sifat berikut:
a. bilangan 1 S ;
b. untuk setiap k , jika k S maka k 1 S .

Maka itu, S .
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.35

Bukti
Anda akan membuktikannya dengan bukti tidak langsung, yaitu dengan
mengandaikan S . Oleh karena itu, \ S sehingga oleh sifat urutan
baik bilangan asli, Anda mempunyai bilangan terkecil, misal m . Berdasarkan
hipotesis (1) 1 S maka m 1 . Ini berakibat bahwa m – 1 merupakan
bilangan asli S. Karena m – 1 < m dan karena m adalah bilangan terkecil
dalam , tetapi bukan dalam S , yaitu m , tetapi m S maka dapat
Anda simpulkan bahwa m 1 S . Selanjutnya, Anda gunakan hipotesis (2)
untuk anggota k m 1 S maka k 1 m 1 1 m S . Hal ini
bertentangan dengan m S . Oleh karena itu, pengandaian S salah.
Jadi, S .

Contoh 1.12
Buktikan bahwa untuk masing-masing n , jumlah n bilangan asli
pertama diberikan oleh
1
1 2 n n n 1 .
2

Bukti
Untuk membuktikan rumus ini, Anda misalkan S adalah himpunan
semua n . Di sini, rumus ini benar. Anda harus menyelidiki kondisi (1)
dan (2) dalam 1.2 memenuhi.

Jika n 1 , Anda mempunyai berikut ini.

1
1 .1. 1 1
2

Oleh karena itu, 1 S .


Anda asumsikan bahwa k S dan ingin menyimpulkan bahwa asumsi
ini berakibat k 1 S . Jika k S maka

1
1 2 k k k 1 .
2
1.36 Pengantar Analisis Riil ⚫

Jika Anda tambahkan k 1 pada kedua ruas pada asumsi di atas, Anda
akan mendapatkan berikut ini.
1
1 2 k k 1 k k 1 k 1
2
1 1
k k 1 .2. k 1
2 2
1 1
k 1k k 1 .2
2 2
1
k 1 k 2
2

Karena rumus pernyataan ini untuk n k 1 , Anda simpulkan bahwa


k 1 S . Oleh karena itu, kondisi (2) dalam 1.2 terpenuhi. Kosekuensinya
adalah dengan prinsip induksi matematika. Anda menyimpulkan bahwa
rumus tersebut benar untuk semua n .
Prinsip induksi matematika digunakan untuk himpunan yang
keaggotaannya bersifat “terus”, yaitu dalam kerangka kerja pernyataan-
pernyataan tentang bilangan asli. Jika P n adalah suatu pernyataan untuk
n maka P n mungkin benar untuk suatu nilai n dan salah untuk nilai
yang lainnya. Sebagai contoh, jika P1 n adalah suatu pernyaaan " n2 n"
maka P1 1 adalah benar, sedangkan P1 n adalah salah untuk n 1, n .
2
Di pihak lain, jika P2 n adalah pernyataan " n 1" maka P2 1 adalah
pernyataan yang salah dan P2 n adalah pernyataan benar untuk n 1, n .
Dalam konteks ini, prinsip induksi matematika dapat dirumuskan seperti
berikut.

b. Prinsip Induksi Matematika (Versi Pertama)


Untuk masing-masing n , misalkan P n , adalah pernyataan tentang
n. Anggap bahwa
a. P 1 adalah pernyataan benar;
b. untuk setiap k , jika P k adalah pernyataan benar maka P k 1
adalah pernyataan benar.
Maka P n adalah pernyataan benar untuk semua n .
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.37

Hubungan versi ini dengan versi sebelumnya, yaitu prinsip induksi


matematika yang diberikan dalam 1.2, adalah dibuat dengan memisalkan
S n : P n adalah benar . Oleh karena itu, (1) dan (2) pada 1.2
berkorespondensi berturut-turut dengan (1’) dan (2’). Hubungan S
dalam 1.2 bekorespondensi dengan kesimpulan bahwa P n adalah benar
untuk semua n .
Dalam (2’), asumsi “jika P k adalah pernyataan benar” disebut
hipotesis induksi. Dalam pembuktian (2’), Anda tidak perlu memperhatikan
kebenaran dan kesalahan dari P k , tetapi hanya dengan kesahihan
implikasinya “jika P k maka P k 1 ”.

Contoh 1.13
Anda perhatikan pernyataan P n :" n n 5" maka (2’) secara logika
benar. Untuk itu, Anda dapat menambahkan 1 pada kedua ruas dari P k
untuk memperoleh P k 1 . Meskipun demikian, karena pernyataan
perhatikan bahwa P 1 : "1 6" adalah pernyataan salah, Anda tidak dapat
menggunakan induksi matematika untuk menyimpulkan bahwa n n 5
untuk semua n .
Dapat terjadi bahwa P n adalah pernyataan salah untuk bilangan asli
n0 tertentu, tetapi benar untuk semua n n0 . Oleh karena itu, prinsip
induksi matematika dapat Anda modifikasi berkaitan dengan kejadian ini,
seperti berikut.

c. Prinsip Induksi Matematika (Versi Kedua)


Misal n0 dan P n adalah pernyataan untuk masing-masing bilangan
asli n n0 . Anggap bahwa
a. pernyataan P(n0 ) adalah benar;
b. untuk semua k n0 , kebenaran P k berakibat pada kebenaran
P k 1 . Maka itu, P n benar untuk semua n n0 .

Bilangan asli n0 dalam (1) disebut basis karena dia merupakan basis
dimulainya kebenaran untuk P(n0 ) yang berakibat pada kebenaran dalam
1.38 Pengantar Analisis Riil ⚫

(2), yaitu P k P k 1 , yang disebut sebagai jembatan karena


menghubungkan kasus k ke kasus k 1.

Contoh 1.14
Buktikan bahwa ketaksamaan
2n 2n 1
benar untuk semua bilangan asli n 3 .

Bukti
Mula-mula Anda periksa untuk n 1 , 21 2 , dan 2.1 1 3 serta
2
untuk n 2, 2 4 dan 2.2 1 5 .
Ketaksamaan 2n 2n 1 salah untuk n 1 dan n 2 . Selanjutnya,
Anda periksa untuk n 3 , 23 8 2.3 1 7 .
Jadi ketaksamaan benar untuk n 3 . Selanjutnya, Anda periksa kondisi
(2) dalam 1.3, yaitu untuk semua k n0 , kebenaran P k berakibat pada
kebenaran P k 1 . Anda anggap bahwa 2k 2k 1 .
Maka dengan mengalikan kedua ruas dengan 2, Anda memperoleh
berikut ini.

2k 1
2 2k 1 4k 2 2k 2k 2 2k 3
2 k 1 1

Oleh karena itu, dengan basis n0 3 , Anda dapat menerapkan induksi


matematika untuk menyimpulkan bahwa ketaksamaan 2n 2n 1 benar
untuk semua bilangan asli n 3 .
Pembahasan tentang induksi matematika ini akan Anda akhiri dengan
prinsip induksi matematika versi lain, kadang-kadang sangat bermanfaat
dalam pembuktian induksi. Prinsip ini disebut sebagai “prinsip induksi kuat”.
Meskipun demikian, kenyataannya prinsip ini ekuivalen dengan prinsip
induksi matematika 1.2 tidak dibuktikan dalam pembahasan ini.

e. Prinsip Induksi Kuat


Misal S adalah himpunan bagian dari sehingga
a. 1 S ;
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.39

b. Untuk setiap k , jika 1,2, , k S maka k 1 S .


Maka S .

2. Himpunan Hingga dan Tak Hingga


Ketika Anda menghitung anggota suatu himpunan, Anda akan
mengatakan “satu, dua, tiga, …,” berhenti saat anggota himpunan habis. Dari
perspektif matematika, pekerjaan yang telah Anda lakukan tersebut sama
artinya dengan Anda membuat pemetaan bijektif antara himpunan Anda
dengan himpunan bagian bilangan asli. Dalam hal demikian, Anda
mengatakan bahwa anggota himpunan tersebut hingga. Sebaliknya, ketika
anggota yang Anda hitung tidak berhenti, seperti himpunan bilangan asli
sendiri, Anda mengatakan himpunan tersebut sebagai tak hingga. Gagasan ini
merupakan ilustrasi dari Definisi 1.14 berikut.

Definisi 1.14
a. Himpunan kosong dikatakan mempunyai 0 anggota.
b. Jika n , sebuah himpunan S dikatakan mempunyai n anggota jika
ada pemetaan bijektif dari himpunan n 1,2, , n ke S .
c. Sebuah himpunan S dikatakan hingga jika dia salah satu himpunan
kosong atau mempunyai n anggota untuk suatu n . Selain itu,
dikatakan himpunan tak hingga.

Karena invers dari pemetaan bijektif merupakan pemetaan bijektif, Anda


dapat pula mengatakan bahwa sebuah himpunan S mempunyai n anggota
jika dan hanya terdapat pemetaan bijektif dari himpunan S pada himpunan
n 1,2, , n . Juga, karena komposisi dari pemetaan bijektif adalah
pemetaan bijektif, Anda dapat pula mengatakan bahwa sebuah himpunan S1
mempunyai n anggota jika dan hanya jika terdapat pemetaan bijektif dari
himpunan S1 ke S2 yang mempunyai n anggota.
Berikut ini adalah teorema-teorema tentang himpunan hingga dan tak
hingga yang tidak dibuktikan dalam pembahasan ini.

Teorema 1.3
Jika S adalah himpunan hingga, banyak anggota dalam S adalah
bilangan tunggal dalam .
1.40 Pengantar Analisis Riil ⚫

Teorema 1.4
Himpunan bilangan asli adalah himpunan tak hingga.
Teorema berikut ini merupakan sifat dasar dari himpunan-himpunan
hingga dan tak hingga.

Teorema 1.5
a. Jika A adalah himpunan dengan m anggota dan B adalah himpunan
dengan n anggota dan jika A B maka A B mempunyai m n
anggota.
b. Jika A adalah himpunan dengan m anggota dan C A adalah
himpunan dengan 1 anggota maka A \ C adalah himpunan dengan m 1
anggota.
c. Jika C adalah himpunan tak hingga dan B adalah himpunan hingga
maka C \ B adalah himpunan tak hingga.

Bukti
Misal f pemetaan bijektif dari m pada A dan 𝑔 pemetaan bijektif
dari n pada B . Anda definisikan h pada m n oleh h i f i untuk
i 1, 2, , m dan h i g i m untuk i m 1, m 2, ,m n . Maka
itu, h adalah pemetaan bijektif dari m n pada A B . Jadi, A B
mempunyai m n anggota.
Bukti (b) dan (c) ditinggalkan sebagai latihan.
Teorema 1.6 berikut ini tentang hubungan himpunan hingga dan tak
hingga antara suatu himpunan dengan himpunan bagiannya.

Contoh 1.15
Misal A a1, a2 , a3 , a4 dan B b1, b2 , b3 , b4 , b5 . Maka itu,
perhatikan berikut ini.
a. Anda memperoleh

A B a1, a2 , a3 , a4 b1, b2 , b3 , b4 , b5
a1, a2 , a3 , a4 , b1, b2 , b3 , b4 , b5 .

Anda lihat bahwa A B . Oleh karena itu, A B mempunyai


4 5 9 anggota.
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.41

b. Jika C a2 maka A \ C a1, a3 , a4 sehingga A \ C mempunyai


4 1 3 anggota.

Contoh 1.16
Misal adalah himpunan bilangan asli dan C 1, 2, , n . Maka itu,
\C n 1, n 2, n 3, . Oleh karena itu, \ C adalah himpunan tak
hingga.

Teorema 1.6
Anggap bahwa T dan S adalah himpunan-himpunan sehingga T S.
a. Jika S himpunan hingga, T himpunan hingga.
b. Jika T himpunan tak hingga, S himpunan tak hingga.

Bukti
a. Jika T , berdasarkan Definisi 1.14 bagian (c), T adalah himpunan
hingga. Oleh karena itu, Anda dapat menganggap bahwa T . Anda
buktikan dengan induksi matematika pada banyak anggota dalam S .
Jika S mempunyai 1 anggota, T juga mempunyai satu anggota (karena
T ). Oleh karena itu, T adalah himpunan hingga. Anggap setiap
himpunan bagian tidak kosong dari suatu himpunan dengan k anggota
adalah hingga. Dengan induksi matematika, Anda akan membuktikan
bahwa setiap himpunan bagian tidak kosong dari suatu himpunan dengan
k 1 anggota adalah hingga. Misalnya, S suatu himpunan yang
mempunyai k 1 anggota. Maka itu, ada pemetaan bijektif f dari
k 1 pada S . Misalnya, T S . Jika f k 1 T , Anda dapat
memandang T sebagai himpunan bagian dari S1 S\ f k 1 yang
mempunyai k anggota, yaitu berdasarkan Teorema 1.5 bagian (b). Oleh
karena itu, berdasarkan hipotesis setiap himpunan bagian tidak kosong
dari suatu himpunan dengan k anggota adalah hingga, Anda dapat
menyimpulkan bahwa T adalah himpunan hingga. Di pihak lain, jika
f k 1 T maka T1 T \ f k 1 adalah himpunan bagian dari
S1 . Karena S1 mempunyai k anggota, oleh hipotesis serupa T1 adalah
himpunan hingga. Oleh karena itu, berdasarkan Teorema 1.5 bagian (a),
T T1 f k 1 juga himpunan hingga.
1.42 Pengantar Analisis Riil ⚫

b. Bagian merupakan kontrapisosisi dari bagian (a), bukti selesai.

Pembahasan selanjutnya adalah himpunan terhitung. Himpunan ini dapat


berupa himpunan hingga maupun himpunan tak hingga. Untuk lebih jelasnya,
Anda ikuti Definisi 1.15 berikut ini.

Definisi 1.15
a. Sebuah himpunan S dikatakan denumerable (contably infinite) jika ada
pemetaan bijektif dari pada S .
b. Sebuah himpunan S dikatakan terhitung jika salah satu hingga atau
denumerable, selain itu dikatakan tak terhitung.

Contoh 1.17
Tunjukkan bahwa himpunan E 2n : n adalah himpunan
denumerable.

Penyelesaian
Buat pemetaan f: E yang didefinisikan sebagai f n 2n
untuk n . Maka itu, pemetaan ini merupakan pemetaan bijektif. Jadi, E
adalah himpunan denumerable.
Teorema berikut ini berguna untuk menunjukkan bahwa himpunan
bilangan rasional adalah denumerable. Bukti teorema akan Anda bahas
secara informal.

Teorema 1.7
Himpunan adalah denumerable.

Bukti
Bukti informal Anda ingat bahwa terdiri atas semua pasangan
berurutan m, n , yaitu m, n . Anda dapat menyebutkan satu per satu
pasangan sebagai berikut.

(1,1), (1, 2), (2,1), (1,3), (2, 2), (3,1), (1, 4), ...

Lebih jelas, dapat Anda sebutkan seperti pada Gambar 1.12 berikut.
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.43

Gambar 1.12
Himpunan

Penyebutan dengan gambar di atas dikatakan sebagai prosedur diagonal


karena Anda bergerak sepanjang diagonal-diagonal yang masing-masing
memuat sejumlah hingga suku-suku.
Pemetaan bijektif yang ditunjukkan oleh diagram dapat diturunkan
seperti berikut ini. Pertama, Anda catat bahwa diagonal pertama mempunyai
hanya satu titik. Kedua, diagonal kedua mempunyai dua titik dan seterusnya
diagonal ke k mempunyai k titik. Karena menggunakan jumlah suku-suku
dalam rumus pada Contoh 1.12, Anda peroleh total jumlah titik-titik diagonal
sampai ke k adalah

1
φ k 1 2 k k k 1 .
2

Titik (m,n) dilalui diagonal ke k ketika k m n 1 dan dia adalah


titik ke-m dalam diagonal, seperti Anda bergerak menurun dari kiri ke kanan.
Sebagai contoh, titik (3,2) dilalui diagonal ke-4 karena 3 2 1 4 dan dia
adalah titik ke-3 dalam diagonal tersebut. Oleh karena itu, dalam perhitungan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.12, Anda dapat menghitung titik
(m,n) oleh perhitungan pertama titik-titik dalam diagonal k 1 m n 2
pertama dan menambah m. Oleh karena itu, fungsi penghitung
h: diberikan oleh berikut ini.

h m, n φm n 2 m
1.44 Pengantar Analisis Riil ⚫

1
m n 2 m n 1 m
2
1
Sebagai contoh, titik (3,2) dihitung sebagai h 3, 2 .3.4 3 9 ,
2
seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.12. Serupa dengan hal itu, titik (17,25)
dihitung sebagai jumlah h 17,25 φ 40 17 837 .
Konstruksi secara eksplisit pemetaan bijektif di antara himpunan-
himpunan sering menjadi masalah yang rumit. Dua teorema berikutnya dapat
Anda gunakan untuk membuktikan dalam perhitungan himpunan-himpunan
karena untuk mengerjakannya Anda tidak melibatkan pemetaan tertentu.
Teorema 1.8 tidak dibuktikan dalam pembahasan ini. Bagian (b) dari teorema
ini merupakan kontaposisi dari bagian (a).

Teorema 1.8
Anggap bahwa S dan T adalah dua himpunan sehingga T S .
Jika S adalah himpunan terhitung, T adalah himpunan terhitung.
Jika T adalah himpunan tak terhitung, S adalah himpunan tak
terhitung.

Teorema 1.9
Pernyataan-pernyataan berikut adalah ekuivalen.
S adalah himpunan terhitung.
Ada fungsi surjektif dari pada S.
Ada fungsi injektif dari S ke dalam .

Bukti
a. b jika S berhingga, ada pemetaan bijektif h dari suatu himpunan
n pada S dan Anda definisikan H pada oleh berikut ini.

h k , untuk k 1, 2, , n
H k∶
h n , untuk k n

Oleh karena itu, H adalah pemetaan surjektif dari pada S. Jika S


denumerable, ada pemetaan bijektif H dari pada S yang juga
merupakan pemetaan surjektif dari pada S.
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.45

b. c jika H adalah pemetaan surjektif dari pada S, Anda


definisikan H1 : S dengan memisalkan H1 s anggota terkecil
1
dalam himpunan H s n :H n s . Untuk melihat bahwa
H1 adalah pemetaan injektif dari S ke , Anda catat bahwa jika
s, t S dan nst H1 s H1 t maka s H nst t.
c. a jika H1 adalah pemetaan injektif dari S ke , dia adalah
pemetaan bijektif dari S pada H1 S . Oleh Teorema 1.8 bagian
(a), H1 S adalah himpunan terhitung. Jadi, S adalah himpunan
terhitung.

Contoh 1.18
Buktikan bahwa himpunan bilangan rasional adalah denumerable.

Bukti
Ide dari pembuktian ini adalah mengamati himpunan bilangan rasional
positif dengan menyebutkan seperti berikut ini.

1 1 2 1 2 3 1
, , , , , , , ,
1 2 1 3 3 1 4

yang merupakan “pemetaan diagonal”, seperti terlihat pada Gambar 1.12


berikut.

Gambar 1.13
Himpunan
1.46 Pengantar Analisis Riil ⚫

Berdasarkan Teorema 1.7, adalah himpunan denumerable maka


dia merupakan himpunan terhitung (Definisi 1.15 bagian (b)). Oleh Teorema
1.9 bagian (b), ada pemetaan surjektif f dari pada . Contohnya
sebagai berikut.

g:

m
g m, n .
n

Maka itu, g adalah pementaan surjektif pada . Oleh karea itu,


komposisi g f adalah pemetaan surjektif dari pada . Oleh Teorema
1.9, dapat Anda simpulkan bahwa adalah himpunan terhitung. Serupa
dengan itu untuk himpunan bilangan rasional negatif . Oleh karena itu,
0 adalah himpunan terhitung. Karena memuat ,
haruslah himpunan denumerable.
Teorema selanjutnya adalah teorema tentang gabungan himpunan
terhitung. Seperti halnya pada Teorema 1.9, Anda tidak perlu takut tentang
kemungkinan tumpang-tindih dari himpunan-himpunan ini. Juga, Anda tidak
perlu mengonstruksi pemetaan bijektif.

Teorema 1.10
Jika Am adalah himpunan terhitung untuk masing-masing m ,
sebarang gabungan A m 1 Am adalah himpunan terhitung.

Bukti
Untuk masing-masing m , misalkan m , pemetaan surjektif dari
pada Am . Anda definisikan

β: A

β : m, n m n .
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.47

Anda duga bahwa β adalah pemetaan surjektif. Jika a A , ada anggota


terkecil m sehingga a Am dan ada anggota terkecil n sehingga
a m n . Oleh karena itu, a β m, n . Karena adalah himpunan
terhitung, berdasarkan Teorema 1.9, ada pemetaan bijektif f : , yaitu
β f adalah pemetaan surjektif dari pada A . Selanjutnya, dengan
menerapkan Teorema 1.9 lagi, Anda dapat menyimpulkan bahwa A adalah
himpunan terhitung.
Anda tutup pembahasan pada kegiatan belajar ini dengan teorema
Cantor.

Teorema 1.11 (Teorema Cantor)


Jika A sebarang himpunan, tidak ada pemetaan surjektif dari A pada
himpunan ρ A dari semua himpunan bagian A .

Bukti
Anda buktikan dengan bukti tidak langsung. Andaikan bahwa
: A ρ A adalah pemetaan surjektif. Karena a adalah himpunan
bagian dari A , salah satu a anggota untuk a atau bukan angota a .
Anda misalkan

D a A: a a .

Karena D adalah himpunan bagian dari A , jika adalah surjektif


maka D a0 untuk suatu a0 A . Anda harus mempunyai salah satu
a0 D atau a0 D maka karena D a0 , Anda harus mempunyai
a0 a0 , bertentangan dengan pendefinisian dari D . Serupa dengan itu,
jika a0 D maka a0 a0 sehingga a0 D yang juga bertentangan.
Jadi, tidak ada pemetaan surjektif dari A pada himpunan ρ A dari semua
himpunan bagian A .
1.48 Pengantar Analisis Riil ⚫

Contoh 1.19
Misal A a . Maka itu, ρ A , a . Oleh karena itu, tidak ada
pemetaan surjektif dari himpuanan A pada himpunan ρ A .
Akibat dari teorema Cantor ini adalah koleksi ρ itu himpunan tak
terhitung karena tidak ada pemetaan surjektif dari pada ρ
(berdasarkan Definisi 1.15).

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Untuk masing-masing n , tunjukkan bahwa jumlah kuadrat dari n


bilangan asli pertama adalah
1
12 22 n2 n n 1 2n 1 .
6
2) Diberikan dua bilangan riil a dan b . Buktikan bahwa a b adalah
faktor dari a n b n untuk semua n .

3) Buktikan bahwa ketaksamaan 2n n 1 ! berlaku untuk semua n .


4) Jika r ,r 1 , buktikan bahwa persamaan

1 rn 1
1 r r2 rn
1 r

berlaku untuk semua n . Rumus tersebut merupakan rumus jumlah


dari deret geometri.
5) Buktikan bahwa rumus jumlah dari deret geometri pada soal nomor 4
dapat dibuktikan tanpa menggunakan induksi matematika.
6) Buktikan Teorema 1.5 bagian (b).
7) Buktikan Teorema 1.5 bagian (c).
8) Jika A adalah himpunan dengan m anggota dan C A adalah
himpunan dengan 2 anggota, buktikan bahwa A \ C adalah himpunan
dengan m 2 anggota.
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.49

9) Buktikan bahwa himpunan semua bilangan bulat adalah


denumerable.
10) Tunjukkan bahwa gabungan dua himpunan yang saling asing yang
masing-masing denumerable adalah denumerable.

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk menunjukkan rumus ini, Anda catat bahwa dia benar untuk n 1
1
karena 12 .1. 1 1 2.1 1 . Anda anggap dia benar untuk n k
6
1
maka 12 22 k2 k k 1 2k 1 .
6
2
Jika Anda menjumlahkan kedua ruas dengan k 1 , Anda
memperoleh berikut ini.
2 1 2
12 22 k2 k 1 k k 1 2k 1 k 1
6
1 1 2
k 1 2k 2 k .6. k 1
6 6
1
k 1 2k 2 k 6k 6
6
1
k 1 2k 2 7k 6
6
1
k 1 k 2 2k 3
6
1
k 1 k 1 1 2 k 1 1
6
1
Jadi, rumus 12 22 n2 n n 1 2n 1
6
benar untuk semua n .
2) Pertama, Anda perhatikan bahwa pernyataan benar untuk n 1 , yaitu
1 1
a b faktor dari a b . Kedua, Anda anggap pernyataan benar

untuk n k , yaitu a b faktor dari a k bk . Selanjutnya, Anda


buktikan bahwa pernyataan benar untuk n k 1 seperti berikut.
1.50 Pengantar Analisis Riil ⚫

ak 1
bk 1
ak 1
abk abk bk 1

a ak bk bk a b

Berdasarkan hipotesis induksi a b adalah faktor dari ak bk .

Oleh karena itu, a b adalah faktor a a k bk . Jelas bahwa a b

adalah faktor bk a b . Jadi, a b adalah faktor dari a k 1


bk 1
.
3) Pertama, Anda perhatikan bahwa ketaksamaan berlaku untuk n 1,
1
yaitu 2 1 1 ! . Kedua anggap ketaksamaan berlaku untuk n k
maka 2k k 1 !.
Selanjutnya, Anda buktikan bahwa ketaksamaan berlaku untuk
n k 1 seperti berikut ini. Perhatikan kenyataan 2 k 2 untuk
setiap bilangan asli k . Maka itu,

2k 1
2.2k 2 k 1! k 2 k 1! k 1 !.

n
Jadi, ketaksamaan 2 n 1 ! berlaku untuk semua bilangan asli
n .
1 r1 1 1 r 1 r
4) Persamaan berlaku untuk n 1 , yaitu 1 r.
1 r 1 r
Anda anggap persamaan berlaku n k , yaitu
k 1
1 r
1 r r2 rk .
1 r

Selanjutnya, Anda buktikan bahwa persamaan berlaku n k 1 . Anda


k 1
tambahkan kedua ruas dengan r . Maka itu, Anda memperoleh
berikut ini.
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.51

1 rk 1
1 r r2 rk rk 1
rk 1
1 r
1 rk 1 rk 1
1 r
1 r 1 r
k 1 1
1 rk 1
rk 1 r
1 r
k 1 1
1 r
1 r

Jika r ,r 1 , terbukti bahwa persamaan


1 rn 1
1 r r2 rn berlaku untuk semua n .
1 r
5) Anda misalkan sn 1 r r2 rn .
Anda kalikan masing-masing ruas dengan r maka Anda akan
memperoleh

rsn r r2 rn rn 1 .

Jika Anda kurangkan persamaan pertama dengan persamaan kedua,


Anda akan memperoleh

1 r sn 1 rn 1.

Jika Anda bagi kedua ruas dengan 1 r , Anda memperoleh


1 rn 1
sn .
1 r
1 rn 1
Jadi, rumus jumlah deret geometri 1 r r2 rn
1 r
berlaku untuk semua n .
6) Misal f pemetaan bijektif dari m pada A dan misal C c .
Karena C A maka ada j m sehingga f j c . Anda definisikan
h pada m 1 oleh hi f i untuk i 1,2, , j 1 dan
1.52 Pengantar Analisis Riil ⚫

hi f i 1 untuk i j, j 1, , m 1 . Maka itu, h adalah


pemetaan bijektif dari m 1 pada A \ C . Jadi, A \ C mempunyai m 1
anggota.
7) Anda buktikan dengan bukti tidak langsung seperti berikut ini. Andaikan
C \ B adalah himpunan hingga, misal mempunyai anggota m . Karena B
himpunan hingga, Anda dapat memisalkannya mempunyai n anggota.
Karena C \ B B dan karena C C \ B B , berdasarkan bagian
(a), C mempunyai m n anggota. Jadi, C adalah himpunan hingga.
Hal ini bertentangan dengan hipotesis C sebagai himpunan tak hingga.
Jadi, pengandaian salah dan yang benar adalah C \ B adalah himpunan
tak hingga.
8) Anda misalkan C c1, c2 . Maka itu, C C1 C2 , yaitu C1 c1
dan C2 c2 . Oleh karena itu, menerapkan Teorema 1.5 bagian (b),
himpunan A1 A \ C1 mempunyai m 1 anggota. Dengan cara serupa,
himpunan A \ C A \ C2 mempunyai m 1 1 m 2 anggota.
9) Untuk mengonstruksi sebuah pemetaan bijektif dari pada , Anda
dapat memetakan 1 ke 0. Anda petakan semua bilangan asli genap ke
bilangan bulat positif dan Anda petakan bilangan asli ganjil lebih dari
satu ke bilangan bulat negatif. Pemetaan yang Anda buat dapat didaftar
seperti berikut ini.
0,1, 1,2, 2,3, 3,
10) Anda misalkan A a1, a2 , a3 , dan B b1, b2 , b3 , . Maka itu,
Anda dapat mendaftar anggota-anggota dari A B seperti berikut.

a1 , b1 , a2 , b2 , a3 , b3 ,

Jadi, gabungan dua himpunan yang saling asing yang masing-masing


denumerable adalah denumerable.
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.53

R A NG KU M AN

1) Sifat urutan baik bilangan asli: setiap himpunan bagian tak kosong
dari bilangan asli mempunyai anggota paling kecil.
2) Prinsip induksi matematika: misal S merupakan himpunan bagian
bilangan asli yang mempunyai sifat berikut:
a) bilangan 1 S ,
b) untuk setiap k , jika k S maka k + 1  S ,
c) maka S .
3) Prinsip induksi matematika (versi pertama): untuk masing-masing
n , misalkan P n adalah pernyataan tentang n . Anggap
bahwa
a) P 1 adalah pernyataan benar,
b) untuk setiap k , jika P k adalah pernyataan benar
maka P k 1 adalah pernyataan benar,
Maka itu, P n adalah pernyataan benar untuk semua n .
4) Prinsip induksi matematika (versi kedua): misal n 0 dan misal
P n adalah pernyataan untuk masing-masing bilangan asli
n n 0 . Anggap bahwa
a) pernyataan P(n 0 ) adalah benar,
b) untuk semua k n 0 , kebenaran P k berakibat pada
kebenaran P k 1 .
Maka itu, P n benar untuk semua n n0 .
5) Prinsip induksi kuat: misal S adalah himpunan bagian dari
sehingga
a) 1 S ,
b) untuk setiap k , jika 1, 2, , k S maka k 1 S .
Maka S .
6) Himpunan kosong dikatakan mempunyai 0 anggota.
7) Jika n , sebuah himpunan S dikatakan mempunyai n anggota
jika ada pemetaan bijektif dari himpunan n 1,2, , n ke S .
1.54 Pengantar Analisis Riil ⚫

8) Sebuah himpunan S dikatakan hingga jika dia salah satu


himpunan kosong atau mempunyai n anggota untuk suatu
n , selain itu dikatakan himpunan tak hingga.
9) Jika S adalah himpunan hingga, banyak anggota dalam S adalah
bilangan tunggal dalam .
10) Himpunan bilangan asli adalah himpunan tak hingga.
11) Jika A adalah himpunan dengan m anggota dan B adalah
himpunan dengan n anggota dan jika A B maka A B
mempunyai m n anggota.
12) Jika A adalah himpunan dengan m anggota dan C A adalah
himpunan dengan 1 anggota maka A \ C adalah himpunan dengan
m 1 anggota.
13) Jika C adalah himpunan tak hingga dan B adalah himpunan
hingga maka C \ B adalah himpunan tak hingga.
14) Anggap bahwa T dan S adalah himpunan-himpunan sehingga
T S.
a) Jika S himpunan hingga, T himpunan hingga.
b) Jika T himpunan tak hingga, S himpunan tak hingga.
15) Sebuah himpunan S dikatakan denumerable (contably infinite)
jika ada pemetaan bijektif dari pada S .
16) Sebuah himpunan S dikatakan terhitung jika salah satu hingga
atau denumerable, selain itu dikatakan tak terhitung.
17) Himpunan adalah denumerable.
18) Anggap bahwa S dan T adalah dua himpunan sehingga T S .
a) Jika S adalah himpunan terhitung, T adalah himpunan
terhitung.
b) Jika T adalah himpunan tak terhitung, S adalah himpunan
tak terhitung.
19) Pernyataan-pernyataan berikut adalah ekuivalen:
a) S adalah himpunan terhitung,
b) ada fungsi surjektif dari pada S ,
c) ada fungsi injektif dari S ke dalam .
20) Jika Am adalah himpunan terhitung untuk masing-masing m ,
sebarang gabungan A m 1 Am adalah himpunan terhitung.
21) Teorema Cantor: jika A sebarang himpunan, tidak ada pemetaan
surjektif dari A pada himpunan ρ A dari semua himpunan
bagian A .
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.55

TES F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Pada pinsip induksi matematika, misal S merupakan himpunan bagian


bilangan asli yang mempunyai sifat berikut:
a) bilangan 1 S ,
b) untuk setiap k , jika k S maka k 1 S . Dapat Anda
simpulkan bahwa ….
A. S 1, 2, , k 1 untuk suatu k
B. S 1, k , k 1 untuk suatu n
C. S 1, 2, , n untuk suatu n
D. 𝑆 = {1,2,3, … }

1 1 1
2) Rumus dari penjumlahan untuk semua n
1.2 2.3 n n 1
adalah ….
1
A. .n
2
n
B.
n 1
n 1
C.
n 3
1
D.
n n 1

3) Rumus dari penjumlahan 1 + 2 + ... + n untuk semua 𝑛 ∈ ℕ adalah ….


3 3 3

A. n3
1
B. n n 1
2
2
1
C. n n 1
2
D. n2 2n 2
1.56 Pengantar Analisis Riil ⚫

4) Ketaksamaan 2n n! berlaku untuk ….


A. semua n
B. semua n 4, n
C. hanya beberapa nilai belangan riil
D. bukan permasalahan prinsip induksi matematika

5) Ketaksamaan 2n 3 2n 2 untuk semua n 5, n dapat Anda


buktikan dengan ….
A. bukan permasalahan prinsip induksi matematika
B. prinsip induksi matematika versi pertama
C. prinsip induksi matematika versi kedua
D. prinsip induksi matematika

6) Di antara pernyataan berikut ini yang benar untuk bilangan asli


adalah….
A. himpunan bilangan asli adalah himpunan tak terhitung
B. himpunan bilangan asli adalah himpunan tak hingga
C. himpunan bilangan asli adalah himpunan tak tentu
D. himpunan bilangan asli adalah himpunan hingga

7) Jika A adalah himpunan dengan m anggota dan C A adalah


himpunan dengan n anggota, yaitu n m , maka himpunan A \ C
mempunyai anggota sebanyak ….
A. 0
B. m 1
C. m 2
D. m n

8) Sebuah himpunan S dikatakan denumerable (contably infinite) jika ….


A. ada pemetaan injektif dan surjektif dari pada S
B. ada pemetaan surjektif dari pada S
C. S adalah himpunan tidak terhitung
D. S adalah himpunan tak hingga
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.57

9) Misal A adalah himpunan hingga dan B adalah himpunan terhitung. Di


antara jawaban berikut ini yang paling tepat untuk himpunan A B
adalah ….
A. denumerable
B. tak terhitung
C. terhitung
D. hingga

10) Misal A adalah suatu himpunan sehingga ada pemetaan injektif dari A
ke himpunan bilangan asli . Pernyataan berikut ini yang paling tepat
untuk himpunan A adalah ….
A. ada fungsi bijektif dari pada S
B. A adalah himpunan tak hingga
C. A adalah himpunan terhitung
D. A adalah himpunan hingga

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = ×100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.58 Pengantar Analisis Riil ⚫

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) C
Untuk menentukan himpunan A , mula-mula Anda faktorkan seperti
berikut.
x2 x 2 0 x 1 x 2 0
Oleh karena itu, Anda peroleh A 1,0,1,2
Demikian juga untuk menentukan himpunan B , x 2 1 0
x 1 x 1 0.
Oleh karena itu, Anda peroleh B , 3, 2, 1,1,2,3, .
Jadi, A B 1,1, 2
2) A
Berdasarkan jawab nomor 1, Anda peroleh A B 0,1, 1, 2, 2, .
3) C
Berdasarkan jawab nomor 1, Anda peroleh A \ B 0 .
4) D
Berdasarkan jawab nomor 1, Anda peroleh
A B , 4, 3, 2,3,4,5, .
5) B
Anda buktikan seperti berikut.
x A x A atau x B , tetapi x B
i x A dan x B atau (ii) x A , tetapi x B
x A B atau x A \ B
x A B A\ B
6) B
Anda buktikan bahwa A B A B , seperti berikut.

A B A B A BC B AC A B

A BC A B B AC A B
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.59

A BC B B AC A

7) C
Masing-masing anggota A mempunyai pasangan tepat satu unsur di B .
8) D
Sudah jelas.
9) A
1
g f x g f x g 2x 1 2x 1 1 x
2
1 1
dan f g x f g x f (x 1 2 x 1 1 x
2 2
10) C
f g x f g x f x3 1 2 x3 1 1 2 x3 1

Tes Formatif 2
1) D
Berdasarkan prinsip induksi matematika, dapat Anda simpulkan bahwa
S . Hal ini sama artinya jika Anda menyatakan bahwa
S 1, 2,3, .
2) B
Untuk memeriksanya, Anda masukkan untuk beberapa nilai n , misalkan
n 1, 2,3, 4 . Untuk membuktikannya, Anda gunakan prinsip induksi
matematika.
3) C
Untuk memeriksanya, Anda masukkan beberapa nilai n , misalkan
n 1, 2,3, 4 . Untuk membuktikannya, Anda dapat menggunakan prinsip
induksi matematika.
4) B
Untuk memeriksanya, Anda dapat memasukkan beberapa nilai n ,
misalkan n 1, 2,3, 4,5, 6 . Untuk membuktikannya, gunakan prinsip
induksi matematika versi dua.
5) C
Lihatlah prinsip induksi matematika versi kedua.
1.60 Pengantar Analisis Riil ⚫

6) A
Lihat akibat dari teorema Cantor.
7) D
Terapkanlah hasil dari latihan pada Kegiatan Belajar 2 soal nomor 8
secara berulang.
8) A
Lihat Definisi 1.15, yaitu sebuah himpunan S dikatakan denumerable
(contably infinite) jika ada pemetaan bijektif dari pada S . Bijektif
pada definisi ini berarti surjektif dan injektif.
9) C
Karena A adalah himpunan hingga maka A adalah himpunan terhitung.
Oleh karena itu, A B adalah gabungan dua himpunan terhitung. Jadi,
A B adalah himpunan terhitung.
10) C
Lihatlah Teorema 1.9.
⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.61

Daftar Pustaka

Bartle, Robert G., dan Donald R. Sherbert. 2011. Introduction to Real


Analysis. Edisi keempat. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Larson, Lee. 2013. “Notes on Real Analysis.” Online.

Lebl, Jirí. 2011. Introduction to Real Analysis. San Francisco, California:


Creative Commons.

Mabizela, Sizwe. 2009. Real Analysis Notes. Rhodes University: Department


of Mathematics (Pure & Applied).

Trench, William F. 2003. Introduction to Real Analysis. New Jersey: Pearson


Education.

Ziemer, William P. tt. Modern Real Analysis. Indiana: Department of


Mathematics, Indiana University Bloomington.

Anda mungkin juga menyukai