Anda di halaman 1dari 113

HIMPUNAN

A. Deskripsi
Himpunan adalah bagian dari matematika yang bahannya pernah diperoleh
dan telah dipelajari sejak dibangku sekolah dasar sampai ke sekolah lanjutan
tingkat atas. Materi akan diperluas sehingga menjadi lebih memahami konsep
himpunan.
Didalam matematika, himpunan merupakan dasar dan landasan-landasan
dari konsep-konsep lainnya seperti relasi dan fungsi. Selain itu juga melandasi
cabang ilmu lainnya seperti statistika, khusus dalam probabilitas.

B. Petunjuk Belajar
Dosen dan mahasiswa mengkaji materi di atas melalui pendekatan
kontekstual. Dosen menghantarkan mahasiswa dalam dunia nyata dengan
memperhatikan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang dipelajari,
kemudian menjelaskan tujuan perkuliahan yang akan dicapai. Langkah selanjutnya
adalah memotivasi dan mengarahkan mahasiswa untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Hal yang lebih ditekankan adalah agar mahasiswa mengetahui
kebermaknaan tentang materi yang dipelajari, dengan menunjukkan bahwa materi
ini akan sangat berguna sebagai dasar untuk memecahkan persoalan-persoalan
terkait dengan fenomena pada dunia nyata. Untuk itu perlu didukung dengan
simulasi dengan data nyata yang diperoleh mahasiswa melalui kegiatan
penyusunan proyek secara kelompok, yang dituangkan dalam makalah dan
dipresentasikan dalam seminar.
Media dan alat pengajaran adalah spidol dan papan tulis (whiteboard), serta
PC/laptop dan LCD proyektor (infokus).

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


C.1 Kompetensi Dasar

1
Memahami perananan matematika dan ekonomi, himpunan, penyajian
himpunan, membedakan operasi himpunan, dan kaidah-kaidah matematika
dalam pengoperasian himpunan.

C.2 Indikator
Setelah selesai mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Mendiskripsikan dan mengidentifikasi suatu himpunan.
b. Menyajikan himpunan
c. Menjelaskan dan membedakan operasi himpunan
d. Menjelaskan kaidah-kaidah matematika dalam pengoperasian himpunan

D. Kegiatan Belajar

HIMPUNAN
Pengertian Himpunan
Himpunan adalah suatu kumpulan atau gugusan dari sejumlah obyek.
Obyek-obyek yang mengisi atau membentuk suatu himpunan disebut anggota atau
elemen atau unsur; bisa berupa orang-orang tertentu, hewan-hewan tertentu,
tanaman-tanaman tertentu, dsb. Untuk selanjutnya akan digunakan istilah anggota
untuk benda-benda yang ada pada suatu himpunan.
Dalam penyajiannya himpunan umumnya ditulis dengan huruf besar,
seperti: A, B, C, D, E, X, Y, …..
Sedangkan benda-benda yang menjadi anggota suatu himpunan, umumnya
ditulis dengan huruf kecil, seperti: a, b, c, d, e, x, y, ……..
Penulisan matematis (notasi) :
p Є A, berarti bahwa obyek p adalah merupakan anggota dari himpunan A
Jika setiap anggota dari himpunan A juga merupakan anggota dari
himpunan lain B, dengan perkataan lain p Є A juga p Є B, maka A disebut
himpunan bagian (subset) dari B.
Notasi :
A B, berarti bahwa A merupakan himpunan bagian dari B.
2
Dua buah himpunan dikatakan sama atau sederajat apabila semua anggota
dari himpunan yang satu juga merupakan aknggota-anggota bagi himpunan yang
lain, dengan kata lain, jumlah dan jenis anggota-anggota kedua himpunan tersebut
adalah sama.
Notasi:
A = B, berarti bahwa himpunan A sama dengan himpunan B, yakni jika dan hanya
jika A B serta A B
Pernyataan ingkaran atau bantahan terhadap notasi di atas , yakni
p Є A, artinya objek p bukan merupakan anggota dari himpunan A
A B, artinya A bukan merupakan himpunan bagian dari B
A ǂ B, artinya himpunan A tidak sama dengan himpunan B
Penyajian Himpunan
Penyajian himpunan dapat dituliskan dengan dua macam cara, yakni : cara
daftar dan cara kaidah.
Cara daftar ialah dengan mencantumkan seluruh obyek yang menjadi anggota
suatu himpunan. Contoh: A = {1,2,3,4,5}, berarti himpunan A beranggotakan
bilangan-bilangan bulat positif 1,2,3,4 dan 5.
Cara kaidah ialah dengan menyebutkan karakteristik tertentu dari obyek-obyek
yang menjadi anggota himpunan tersebut. Contoh: A = {x; 0 < x < 6} atau A = {x; 1
≤ x ≤ 5}, berarti himpunan A beranggotakan obyek x, dimana x adalah bilangan-
bilangan bulat positif yang lebih besar dari 0 tetapi lebih kecil dari 6.
Operasi Himpunan
Beberapa “aturan main” dalam pengoperasian himpunan diuraikan dibawah
ini, dalam hubungan dengan gabungan, irisan dan selisih dari dua buah himpunan,
serta pelengkap sebuah himpunan.
Gabungan (union) dari himpunan A dan himpunan B, dituliskan dengan
notasi A U B, adalah himpunan yang beranggotakan obyek-obyek milik A atau
obyek-obyek milik B. A U B = {x; x Є A atau x Є B}

3
Irisan (Intersection) dari himpunan A dan himpunan B, dituliskan dengan
notasi A ∩ B, adalah himpunan yang beranggotakan baik obyek milik A maupun
obyek milik B, dengan perkataan lain, beranggotakan obyek-obyek yang dimiliki
oleh A dan B secara bersamaan. A ∩ B = {x; x Є A atau x Є B}
Dalam hal A ∩ B = 0, yakni jika A dan B tidka mempunyai satupun anggota yang
dimiliki bersama, maka A dan B dikatakan disjoin (disjoint).
Selisih dari himpunan A dan himpunan B, dituliskan dengan notasi A – B
atau A│B adalah himpunan yang beranggotakan obyek-obyek milik A yang bukan
obyek milik B. A – B ≡ A│B = {x; x Є A tetapi x Є B}.

Pelengkap (complement) dari sebuah himpunan A, dituliskan dengna notasi


Ā, adalah himpunan yang beranggotakan obyek-obyek yang tidak dimiliki oleh A;
dengan kata lain, Ā adalah sama dengan selisih antara himpunan universal U dan
himpunan A. Ā = {x; x Є U tetapi x Є A} U – A.

“Aturan main” dalam pengoperasian himpunan ini lebih mudah dipahami


dengan bantuan diagram Venn.
Berikut disajikan ilustrasi berkenaan dengan “aturan main” dalam
pengoperasian himpunan.
Anggaplah kita mempunyai himpunan-himpunan sebagai berikut :
U = {1,2,3,4,5,6,7,8,9}
P = {1,2,3,4,5}
Q = {4,5,6,7,8}
R = {6,7,8,9}
Maka :
P U R = {1,2,3,4,5,6,7,8,9} = U
Q U R = {4,5,6,7,8,9}
P ∩ Q = {4,5}
P∩R={ }=0
Q ∩ R = {6,7,8}
4
P = {6,7,8,9} = U – P
Q = {1,2,3,9} = U – Q
R = {1,2,3,4,5} = U – R
P – Q = {1,2,3}
P – R = {1,2,3,4,5}
Q – R = {4,5}
Kaidah-Kaidah Matematika dalam Pengoperasian Himpunan
Selanjutnya daftar dibawah ini menampilkan kembali berbagai lambang
yang digunakan dalam teori himpunan, beserta artinya.
Lambang – lambang dalam Teori Himpunan dan Artinya
No Lambang Arti Contoh Penggunaan
1 ∈ Anggota X ∈ A : Obyek x adalah anggota dari
himpunan A
2 ⊂ Himpunan A ⊂ B : A adalah himpunan bagian dari
bagian B
3 ∪ Gabungan A ∪ B : Gabungan antara A dan B
(union )
4 ∩ Irisan A ∩ B : Irisan antara A dan B
(intersection)
5 _ Selisih A – B : Selisih antara A dikurangi B
6 A Pelengkap A

5
SISTEM BILANGAN

A. Deskripsi
Sistem bilangan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang
biasanya memakai sistem bilangan dengan basis10. Angka yang digunakan adala
sepuluh yaitu: 1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 0.
Didalam matematika, bilanga-bilangan yang ada dapat digolongkan menjadi
bilangan khayal/imajiner dan bilangan nyata, bilangan nyata terbagi atas bilangan
irrasional dan rasional, bilangan rasional terbagi atas bilangan bulat dan bilangna
pecahan.

B. Petunjuk Belajar
Dosen dan mahasiswa mengkaji materi di atas melalui pendekatan
kontekstual. Dosen menghantarkan mahasiswa dalam dunia nyata dengan
memperhatikan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang dipelajari,
kemudian menjelaskan tujuan perkuliahan yang akan dicapai. Langkah selanjutnya
adalah memotivasi dan mengarahkan mahasiswa untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Hal yang lebih ditekankan adalah agar mahasiswa mengetahui
kebermaknaan tentang materi yang dipelajari, dengan menunjukkan bahwa materi
ini akan sangat berguna sebagai dasar untuk memecahkan persoalan-persoalan
terkait dengan fenomena pada dunia nyata. Untuk itu perlu didukung dengan
simulasi dengan data nyata yang diperoleh mahasiswa melalui kegiatan
penyusunan proyek secara kelompok, yang dituangkan dalam makalah dan
dipresentasikan dalam seminar.
Media dan alat pengajaran adalah spidol dan papan tulis (whiteboard), serta
PC/laptop dan LCD proyektor (infokus).

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


C.1 Kompetensi Dasar

6
Memahami perananan matematika dan ekonomi, sistem bilangan,
membedakan perbandingan antar bilangan, menjelaskan operasi bilangan,
menjelaskan operasi tanda dan operasi bilangan pecahan.

C.2 Indikator
Setelah selesai mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Mendiskripsikan dan menjelaskan hubungan perbandingan antar
bilangan..
b. Menjelaskan operasi bilangan
c. Menjelaskan dan membedakan operasi bilangan dan operasi tanda
d. Menjelaskan operasi bilangan pecahan

D. Kegiatan Belajar

SISTEM BILANGAN
Pembagian Jenis Bilangan
Bilangan nyata dapat positif maupun negatif. Bilangan khayal/imajiner
adalah bilangan yang berupa akar pangkat genap dari suatu bilangan negatif.
Perbedaan kedua jenis bilangan tersebut adalah bilangan nyata mengandung
salah satu “sifat” secara tegas, yaitu negatif atau positif, dan tidak keduanya.
Sedangkan bilangan khayal tidak jelas sifatnya apakah negatif atau positif.
Contoh bilangan nyata : 2; -2; 1,5; -1,5
Contoh bilangan khayal: (−4) = ±2

Hubungan Perbandingan AntarBilangan


Kita akan bekerja dengan empat macam tanda ketidaksamaan. Tanda-
tanda ketidaksamaan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Tanda < melambangkan “lebih kecil dari”
Tanda > melambangkan “lebih besar dari”
Tanda ≤ melambangkan “lebih kecil dari atau sama dengan”
Tanda ≥ melambangkan “lebih besar dari atau sama dengan”

7
Bilangan-bilangan nyata mempunyai sifat-sifat hubungan perbandingan
sebagai berikut:
1) Jika a ≤ b, maka -a ≥ -b, sedangkan jika a ≥ b maka -a ≤ -b
2) Jika a ≤ b dan x ≥ 0, maka x.a ≤ x.b, sedangkan jika a ≥ b dan x ≥ 0, maka x.a
≥ x.b
3) Jika a ≤ b dan x ≤ 0, maka x.a ≥ x.b, sedangkan jika a ≥ b dan x ≤ 0, maka x.a
≤ x.b
4) Jika a ≤ b dan a ≤ b, maka a + c ≤ b + d, sedangkan jika a ≥ b dan a ≥ b, mak a
a +c≥ b +d
Pembuktian sifat-sifat hubungan perbandingan; Andaikan a = 4, b = 6, c = 5, dan d
= 7, maka:
Sifat 1 : a < b sebab 4 < 6 dan -a > -b sebab -4 > -6
Sifat 2: jika x = 3 maka, x.a < x.b sebab 3.4 = 12 < 3.6 = 18
Sifat 3: jika x = -3 maka, x.a > x.b sebab -3.4 = -12 > -3.6 = -18
Sifat 4: a + c < b + d sebab 4 + 5 = 9 < 6 + 7 = 13.

Operasi Bilangan
Bilangan nyata memenuhi kaidah-kaidah tertentu apabila mereka
dioperasikan. Operasi bilangan nyata memenuhi kaidah-kaidah sebagai berikut:
Kaidah Komulatif dalam menjumlahkan dua bilangan a dan b, perubahan
urutan antara keduanya tidak akan mengubah hasil penjumlahan; a + b = b + a,
contoh: 2 + 4 = 4 + 2. Begitu juga dengan perkalian, perubahan urutan tidak akan
merubah hasilnya; a x b = b x a, contoh: 2 x 4 = 4 x 2

Kaidah Asosiatif dalam menjumlahkan tiga bilangan a, b dan c — atau lebih


— perubahan pengelompokan bilangan-bilangan tersebut tidak akan mengubah
hasil penjumlahan; (a + b) + c = a + (b + c), contoh: (2 + 4) + 5 = 2 + (4 + 5). Begitu
juga dengan perkalian, pengubahan cara pengelompokan tidak akan mengubah
hasil perkalian; (a x b) x c = a x (b x c), contoh: (2 x 4) x 5 = 2 x (4 x 5).

8
Kaidah Pembatalan jika jumlah a dan c sama dengan jumlah b dan c, maka
a sama dengan b; dengan perkataan lain : jika a + c = b + d, maka a = b.
Jika hasilkali a dan c sama dengan hasilkali b dan c, dimana c adalah bilangan
nyata bukan –nol, maka a sama dengan b; jika a.c = b.c (c ǂ 0), maka a = b.

Kaidah Distributif dalam perkalian bilangan a terhadap jumlah (b + c),


hasilkalinya adalah sama dengan jumlah hasilkali a.b dan hasil kali a.c. Dengan
perkataan lain, hasil kali sebuah bilangan terhadap suatu penjumlahan adalah
sama dengan jumlah hasilkalinya; a(b + c) = ab + ac, contoh: 4(6 + 5) = (4 x 6) + (4
x 5).

Operasi Tanda
Operasi Penjumlahan
1) Jumlah dari dua bilangan positif ( + a ) dan ( + b ) adalah sebuah bilangan
positif baru ( + c ) yang nilainya lebih besar. ( + a ) + ( + b ) = ( + c ), contoh : (
+ 4 ) + ( + 6 ) = ( + 10 ).
2) Jumlah dari dua bilangan negatif ( - a ) dan ( - b ) adalah sebuah bilangan
negatif baru ( - c ) yang nilainya lebih kecil. ( - a ) + ( - b ) = ( - c ), contoh : ( - 4
) + ( - 6 ) = ( - 10 ).
3) Jumlah dari bilangan positif ( + a ) dan bilangan negatif ( - b ) adalah sebuah
bilangan positif ( + c ) jika harga mutlak a lebih besar dari harga mutlak b, atau
bilangan negatif ( - d ) jika harga mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b. ( + a )
+ ( - b ) = ( + c ) jika │a│ > │b│, contoh: ( + 9 ) + ( - 6 ) = ( + 3 ); atau ( + a ) +
( - b ) = ( - d ) jika │a│ < │b│, contoh : ( + 4 ) + ( - 6 ) = ( - 2 ).
4) Jumlah dari bilangan positif ( - a ) dan bilangan positif ( + b ) adalah sebuah
bilangan positif ( + c ) jika harga mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b atau
bilangan negatif ( - d ) jika harga mutlak a lebih besar dari harga mutlak b. ( - a
) + ( + b ) = ( + c ) jika │a│ < │b│, contoh: ( - 4 ) + (+ 6 ) = ( + 2 ); atau ( - a ) +
( + b ) = (+ d ) jika │a│ > │b│, contoh : ( - 9 ) + (+ 6 ) = ( - 3 ).
Operasi Pengurangan

9
1) Selisih antara dua bilangan positif ( + a ) dan ( + b ) adalah bilangan positif ( + c
) jika harga mutlak a lebih besar dari harga mutlak b, atau bilangan negatif ( - d
) jika harga mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b. ( + a ) – ( + b ) = ( + c ) jika
│a│ > │b│, contoh : ( + 9 ) – ( + 6 ) = ( + 3 ) atau ( + a ) – ( + b ) = ( - d ) jika
│a│ < │b│, contoh : ( + 4 ) – ( + 6 ) = ( - 2 ).
2) Selisih antara dua bilangan negatif ( - a ) dan ( - b ) adalah sebuah bilangan
positif ( + c ) jika harga mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b atau bilangan
negatif ( - d ) jika harga mutlak a lebih besar dari harga mutlak b. ( - a ) – ( - b )
= ( + c ) jika │a│ < │b│, contoh : ( - 4 ) - ( - 6 ) = ( + 2 ) atau atau ( - a ) – ( - b )
= ( - d ) jika │a│ > │b│, contoh : ( - 9 ) – ( - 6 ) = ( - 3 ).
3) Selisih antara bilangan positif ( + a ) dan bilangan negatif ( - b ) adalah sebuah
bilangan positif ( + c ) hal ini identik dengan penjumlahan dua bilangan positif. (
+ a ) - ( - b ) = ( + c ), contoh: ( + 4 ) - ( - 6 ) = ( + 10 ).
4) Selisih antara bilangan negatif ( - a ) dan bilangan positif ( + b ) adalah sebuah
bilangan negatif baru ( - c ) hal ini identik dengan penjumlahan dua bilangan
negatif. ( - a ) - ( + b ) = ( - c ), contoh: ( - 4 ) - (+ 6 ) = ( - 10 ).
Operasi Perkalian dan Pembagian
1) Hasilkali antara dua bilangan positif ( + a ) dan ( + b ), serta antara dua
bilangan negatif ( - a ) dan ( - b ), adalah sebuah bilangan positif ( + c ). ( + a ) x
( + b ) = ( + c ), contoh : ( + 4 ) x ( + 6 ) = ( + 24 ) dan ( - a ) x ( - b ) = ( + c ),
contoh : ( - 4 ) x ( - 6 ) = ( + 24 ).
2) Hasilkali antara dua bilangan yang berlainan tanda ( + a ) dan ( - b ), atau ( - a )
dan ( + b ), adalah sebuah bilangan positif ( + c ). Contoh : ( + 4 ) x ( - 6 ) = ( -
24 ) dan ( - 4 ) x ( + 6 ) = ( - 24 ).
3) Hasilbagi antara dua bilangan positif ( + a ) dan ( + b ), serta antara dua
bilangan negatif ( - a ) dan ( - b ), adalah sebuah bilangan positif ( + c ). ( + a ) :
( + b ) = ( + c ), contoh : ( + 8 ) : ( + 4 ) = ( + 2 ) dan ( - a ) : ( - b ) = ( + c ),
contoh : ( - 8 ) : ( - 4 ) = ( + 2 ).

10
4) Hasilkali antara dua bilangan yang berlainan tanda ( + a ) dan ( - b ), atau ( - a )
dan ( + b ), adalah sebuah bilangan negatif ( - c ). Contoh : ( + 8 ) : ( - 4 ) = ( - 2
) dan ( - 8 ) : ( + 4 ) = ( - 2 ).

Operasi Bilangan Pecahan


Bilangan pecahan adalah bilangan rasional yang tidak bulat atau tidak utuh.
Berdasarkan cara penulisannya bisa dibedakan atas pecahan biasa dan pecahan
desimal. Contoh: pecahan biasa menunjukkan pembagi 3 : 4, sedangkan

pecahan desimalnya adalah 0,75.


Dalam suatu pecahan biasa terdapat dua macam suku, yaitu suku terbagi
(numerator) dan suku pembagi (denominator).
Operasi Pemadanan
Suku-suku dalam sebuah pecahan dapat diperbesar atau diperkecil tanpa
mengubah nilai pecahannya, sepanjang keduanya dikalikan atau dibagi dengan
bilangan yang sama. Secara umum:

= =

Contoh memperbesar pecahan :
2 2 5 10 10 10 4 40
= = ; = = , .
3 3 5 15 15 15 4 60
Contoh memperkecil pecahan :
24 24 2 12 12 12 3 4
= = ; = = , .
30 30 2 15 15 15 3 5

Operasi Penjumlahan dan Pengurangan


Dua buah pecahan atau lebih hanya dapat ditambahkan dan dikurangkan
apabila mereka memiliki suku-suku pembagi yang sama atau sejenis.
Contoh :

1) + =

11
2) − =

3) + = + =

4) − = − =

Operasi Perkalian
Perkalian antar pecahan dilakukan dengan cara mengalikan suku-suku
sejenis, suku terbagi dikalikan suku terbagi dan suku pembagi dikalikan suku
pembagi. Perkalian bilangan campuran dilakukan dengan cara mengubahnya
terlebih dahulu menjadi pecahan tak-layak sebelum dikalikan.
Contoh :
.
1) × = .

2) × = =

3) 5 ×6 = × = = 37

Operasi Pembagian
Pembagian antar pecahan dapat dilakukan dengan 3 macam cara. Cara
pertama merupakan cara yang paling populer, paling sering dipraktekan.
Cara 1: kalikan percahan terbagi (pecahan yang akan dibagi) dengan kebalikan
dari pecahan pembagi.
1

Contoh : ÷ = × = = atau; ÷ = × =
2
Cara 2 : ubah terlebih dahulu pecahan terbagi dan pecahan pembagi sehingga
keduanya mempunyai suku pembagi bersama terkecil (spbt), batalakn
spbt tersebut dan kemudian bagilah dengan suku-suku yang tersisa.

Contoh : ÷ = ÷ =5 ÷6 =

12
Cara 3 : kalikan terlebih dahulu kedua pecahan dengan spbt-nya, selesaikan atau
sederhanakan masing-masing pecahan dan kemudian baru dibagi.

Contoh : ÷ = ×8 ÷ ×8 =5÷6=

13
PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA

A. Deskripsi
Bagian ini menguraikan tiga unsur penting dalam operasi matematika;
mengenai pangkat, akar dan logaritma. Ketiganya sangat sering digunakan dalam
proses penyelesaian persoalan-persoalan matematik, sehingga pemahaman yang
baik akan cara kerja konsep-konsep ini sangat penting diketahui.

B. Petunjuk Belajar
Dosen dan mahasiswa mengkaji materi di atas melalui pendekatan
kontekstual. Dosen menghantarkan mahasiswa dalam dunia nyata dengan
memperhatikan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang dipelajari,
kemudian menjelaskan tujuan perkuliahan yang akan dicapai. Langkah selanjutnya
adalah memotivasi dan mengarahkan mahasiswa untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Hal yang lebih ditekankan adalah agar mahasiswa mengetahui
kebermaknaan tentang materi yang dipelajari, dengan menunjukkan bahwa materi
ini akan sangat berguna sebagai dasar untuk memecahkan persoalan-persoalan
terkait dengan fenomena pada dunia nyata. Untuk itu perlu didukung dengan
simulasi dengan data nyata yang diperoleh mahasiswa melalui kegiatan
penyusunan proyek secara kelompok, yang dituangkan dalam makalah dan
dipresentasikan dalam seminar.
Media dan alat pengajaran adalah spidol dan papan tulis (whiteboard), serta
PC/laptop dan LCD proyektor (infokus).

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


C.1 Kompetensi Dasar
Memahami perananan matematika dan ekonomi, memahami dan
menjelaskan kaidah-kaidah bilangan berpangkat, memahami dan
menjelaskan pengakaran bilangan, menjelaskan kaidah-kaidah logaritma dan
penyelesaian persamaan dengan logaritma.
14
C.2 Indikator
Setelah selesai mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Memahami dan menjelaskan kaidah-kaidah pemangkatan bilangan.
b. Menjelaskan kaidah pengakaran bilangan
c. Menjelaskan basis dan kaidah-kaidah logaritma
D. Kegiatan Belajar

PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA


PANGKAT
Pangkat dari sebuah bilangan adalah suatu indeks yang menunjukkan
banyaknya perkalian bilangan yang sama secara beruntun. Notasi xa berarti bahwa
x harus dikalikan dengan x itu sendiri secara bertutut-turut sebanyak a kali.
Contoh: perkalian bilangan 7 sebanyak 5 kali tidak perlu ditulis 7 x 7 x 7 x 7 x 7,
melainkan cukup diringkas menjadi 75, jadi,
7 x 7 x 7 x 7 x 7 = 75
5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5 = 57

Kaidah Pemangkatan Bilangan


1) Bilangan bukan-nol berpangkat nol adalah satu
x0 = 1 , (x ǂ 0). Contoh: 30 = 1
2) Bilangan berpangkat satu adalah bilangan itu sendiri
x1 = x , Contoh : 31 = 3
3) Nol berpangkat sebuah bilangan adalah tetap nol
0x = 0 , Contoh : 03 = 0
4) Bilangan berpangkat negatif adalah balikan pengali (multiplicative inverse) dari
bilangan itu sendiri.

x-a = , Contoh : 3-2 = = ≡ 9


5) Bilangan berpangkat pecahan adalah akar dari bilangan itu sendiri, dengan
suku pembagi dalam pecahan menjadi pangkat dari akarnya.
15
= √ , 3 = 3 = √9 = 1,55

6) Bilangan pecahan berpangkat adalah hasilbagi suku-suku berpangkatnya.


3 3 9
= , contoh: = =
5 5 25
7) Bilangan berpangkat dipangkatkan lagi adalah bilangan berpangkat hasil kali
pangkat-pangkatnya.
(xa)b = Xab , contoh: (32)4 = 32.4 = 38 = 6.561
8) Bilangan dipangkatkan pangkat berpangkat adalah bilangan berpangkat hasil
pemangkatan pangkatnya.
= , dimana c = ab , Contoh: 3 =3 = 43.046.721

Kaidah Perkalian Bilangan Berpangkat


9) Hasilkali bilangan-bilangan berpangkat yang basisnya sama adalah bilangan
berbasis berpangkat jumlah pangkat-pangkatnya.
xa . xb = xa+b , 32 . 34 = 32+4 = 729
10) Hasilkali bilangan-bilangan berpangkat yang pangkatnya sama, tetapi basisnya
berbeda, adalah perkalian basis-basisnya dalam pangkat yang bersangkutan
xa . ya = x.ya , 32 . 52 = 152 = 225
Kaidah Pembagian Bilangan Berpangkat
11) Hasil bagi bilangan-bilangan berpangkat yang basisnya sama adalah bilangan
basis berpangkat selisih pangkat-pangkatnya.

xa : xb = xa-b , 32 : 34 = x2-4 = 3-2 =

12) Hasil bagi bilangan-bilangan berpangkat yang pangkatnya sama, tetapi


basisnya berbeda adalah pembagian basis-basisnya dalam pangkat yang
bersangkutan.

xa : ya = , 32 : 52 = =

AKAR
16
Akar merupakan bentuk lain untuk menyatakan bilangan berpangkat. Akar
dari sebuah bilangan ialah basis yang memenuhi bilangan tersebut berkenaan
dengan pangkat akarnya. Konsep pemangkatan bahwa jika bilangan-bilangan
yang sama (misalnya x) dikalikan jumlah tertentu sebanyak (katakanlah) a kali,
maka dapat menuliskannya menjadi xa, Andaikata xa = m, maka x dapat juga
disebut sebagai akar pangkat a dari m, ditulis = √ Contoh : 3 = √9 sebab
32 = 9

Kaidah Pengakaran Bilangan


1) Akar dari sebuah bilangan adalah basis yang memenuhi bilangan tersebut

berkenaan dengan pangkat akarnya, contoh : √64 = 64 = 4.


2) Akar dari sebuah bilangan berpangkat adalah bilangan itu sendiri berpangkat
pecahan, dengan pangkat dari bilangan bersangkutan menjadi suku terbagi

sedangkan pangkat dari akar menjadi suku pembagi, contoh : √3 = 3 = 1,55.


3) Akar dari suatu perkalian bilangan adalah perkalian dari akar-akarnya, contoh:
√8.64 = √8. √64 = 2.4 = 8
4) Akar dari sebuah bilangan pecahan adalah pembagian dari akar suku-sukunya.


contoh: = = = 0,5

Kaidah Penjumlahan (Pengurangan) Bilangan Terakar


5) Jumlah (selisih) bilangan-bilangan terakar adalah jumlah (selisih) koefisien-
koefisiennya terakar, contoh : 5√3 + 2√3 = 7√3 = 7 (1,73) = 12,11.
Kaidah Perkalian Bilangan Terakar
6) Hasilkali bilangan-bilangan terakar adalah akar dari hasilkali bilangan-
bilangannya. Perkalian hanya dapat dilakukan apabila akar-akarnya berpangkat
sama. contoh : √8. √64 = √8.64 = √512 = 8.

17
7) Akar ganda dari sebuah bilangan adalah akar pangkat baru dari bilangan
bersangkutan; pangkat-baru akarnya ialah hasilkali pangkat dari akar-akar
.
sebelumnya. contoh: √ √15625. √15625 = 5.
Kaidah Pembagian Bilangan Terakar
8) Hasilbagi bilangan-bilangan terakar adalah akar dari hasilbagi bilangan-
bilangannya. Pembagian hanya dapat dilakukan apabila akar-akarnya


berpangkat sama, contoh: = = = 0,5.

LOGARITMA
Logaritma pada hakekatnya merupakan kebalikan dari proses pemangkatan
dan/atau pengakaran. Dapat dipakai unutk menyederhanakan operasi-operasi
perkalian, pembagian, pencarian pangkat dan penariakn akar. Logaritma dari
suatu bilangan ialah pangkat yang harus dikenakan pada (memenuhi) bilangan
pokok logaritma untuk memperoleh bilangan tersebut.

Bentuk Pangkat Bentuk Akar Bentuk Logaritma

xa = m √ =
x
=

Contoh:

1) 6
36 = 2 ; sebab 6 = 36 , atau √36 = 2
2) 5
625 = 4 ; sebab 5 = 625 , atau √625 = 5
3) Jika x
49 = 2 ; berarti = 49 , = √49 = 7
4) Jika 10
1.000 = ; berarti 10 = 1000 , 10 = 10 =3

Kaidah-kaidah Logaritma
1) x
= 1 ; sebab x1 = x
10
10 = 1
2) x
1 =0 ; sebab x0 = 1

18
10
1 =0
3) x
= ; sebab xa = xa
10
10 = 2
4) x
= x

10
100 = 2 10 100 = 210 10 = 2.2 = 4
5) x x =
10 10 100 = 10 10 = 102 = 100
6) x
=x +x
10
(100). (1000) = 10 100 + 10 1000 = 2 + 3 = 5
7) x
.m .n =1
,
10
100. 100 1000. 1000 10 = 10
10 . 100 100 . 1000 1000 =2x2
x 0,25 = 1

Penyelesaian Persamaan dengan Logaritma


Logaritma dapat digunakan untuk mencari bilangan yang belum diketahui
dalam sebuah persamaan, khususnya persamaan eksponensial Misalnya 5 x = 125
dan 3x+1 = 27; dan persamaan logaritmik misalnya log (3x + 298) = 3.
Contoh :
Hitunglah x untuk 3x+1 = 27,
Dengan melogaritmakan kedua ruas :
Log 3x+1 = log 27
(x + 1) log 3 = log 27
,
x+1= = ,
=3

x=3–1=2 bukti: 32+1 =27

19
DERET

A. Deskripsi
Deret adalah rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan
ememnuhi kaidah-kaidah tertentu. Keteraturan rangkaian bilangan yng membentuk
sebuha deret terlihat pada “pola perubahan” bilangan-bilangan tersebut dari satu
suku ke suku berikutnya.

B. Petunjuk Belajar
Dosen dan mahasiswa mengkaji materi di atas melalui pendekatan
kontekstual. Dosen menghantarkan mahasiswa dalam dunia nyata dengan
memperhatikan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang dipelajari,
kemudian menjelaskan tujuan perkuliahan yang akan dicapai. Langkah selanjutnya
adalah memotivasi dan mengarahkan mahasiswa untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Hal yang lebih ditekankan adalah agar mahasiswa mengetahui
kebermaknaan tentang materi yang dipelajari, dengan menunjukkan bahwa materi
ini akan sangat berguna sebagai dasar untuk memecahkan persoalan-persoalan
terkait dengan fenomena pada dunia nyata. Untuk itu perlu didukung dengan
simulasi dengan data nyata yang diperoleh mahasiswa melalui kegiatan
penyusunan proyek secara kelompok, yang dituangkan dalam makalah dan
dipresentasikan dalam seminar.
Media dan alat pengajaran adalah spidol dan papan tulis (whiteboard), serta
PC/laptop dan LCD proyektor (infokus).

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


C.1 Kompetensi Dasar
Memahami perananan matematika dan ekonomi, memahami dan
menjelaskan deret hitung, memahami dan menjelaskan deret ukur, serta
menjelaskan deret ukur dan deret hitung dalam penerapan ekonomi.

C.2 Indikator
20
Setelah selesai mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Memahami dan menjelaskan deret hitung.
b. Memahami dan menjelaskan deret ukur
c. Menjelaskan deret hitung dan deret ukur dalam penerapan ekonomi
D. Kegiatan Belajar

DERET
DERET HITUNG
Deret hitung adalah deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan
penjumlahan terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan
suku-suku dari deret hitung itu dinamakan pembeda.
Contoh:
1) 7,12,17,22,27,32 (pembeda = 5)
2) 93,83,73,63,53,43 (pembeda = -10)
Suku ke-n dari Deret Hitung
Besarnya nilai suku tertentu (ke-n) dari sebuah deret hitung dapat dihitung
melalui sebuah rumus. Pada contoh (1) nilai suku pertama (a) adalah 7 dan
pembedanya (b) adalah 5.
7, 12, 17, 22, 27, 32
S1 S2 S3 S4 S5 S6
S1 = 7 = a
S2 = 12 = a + b = a + (2-1)b Sn = a + (n-1)b
S3 = 17 = a + 2b = a + (3-1)b a = suku pertama atau S1
S4 = 22 = a + 3b = a + (4-1)b b = pembeda
S5 = 27 = a + 4b = a + (5-1)b n =indeks suku
S6 = 32 = a + 5b = a + (6-1)b

Berdasarkan rumus di atas, dengan mudah kita dapat menghitung nilai-nilai


suku tertentu. Contoh: tentukan nilai suku ke 10?
21
S10 = a + (n-1)b = 7 + (10-1)5 = 7 + 45 = 52
Jumlah n suku
Jumlah sebuah deret hitung sampai dengan suku tertentu tak lain adalah
jumlah nilai suku-sukunya, sejak suku pertama (S 1 atau a) sampai dengan suku
ke-n (Sn) yang bersangkutan.

= = + + ⋯+

= = + + +

= = + + + +

Berdasarkan rumus Sn = a + (n-1)b, maka masing-masing Si dapat


diuraikan sebagai berikut.
J4 = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b)
= 4a + 6b
J5 = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) + (a + 4b)
= 5a + 10b
Masing-masing Ji dapat pula ditulis ulang dalam bentuk sebagai berikut:

J4 = 4a + 6b = 4a + (4-1)b

J5 = 5a + 10b = 4a + (5-1)b

DERET UKUR
Deret ukur adalah deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan
perkalian terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan suku-
suku sebuah deret ukur dinamakan pengganda, yakni merupakan hasilbagi nilai
suatu suku terhadap nilai suku didepannya.

22
Contoh:
1) 5,10,20,40,80,160 (pengganda = 2)
2) 512, 256, 128, 64, 32, 16 (pengganda = 0,5)
Suku ke-n dari Deret Ukur
Untuk dapat membentuk rumus perhitungan suku tertentu dari sebuah deret
ukur. Perhatikan contoh (1), yang disajikan sebagai berikut:
S1 = 5 =a
S2 = 10 = a p = ap2-1 Sn = apn-1
S3 = 20 = app = ap2 = ap3-1
S4 = 40 = appp = ap3 = ap4-1 a = suku pertama
S5 = 80 = apppp = ap4 = ap5-1 p = pengganda
S6 = 160 = appppp = ap5 = ap6-1 n =indkes suku
Berdasarkan rumus di atas, nilai suku ke-10 dari deret ukur dalam contoh
(1) adalah S10 = 2560 = (5)(512) = (5)(2)9 = (5)(2)10-1

Jumlah n Suku
Rumus untuk mencari jumlah deret ukur sampai dengan suku ke-n, adalah
sebagai berikut.
( ) ( )
= atau =
Dalam hal │p│< 1, penggunaan rumus yang disebelah kiri akan lebih
mempermudah perhitungan. Jika │p│> 1, perhitungan akan menjadi lebih mudah
dengan menggunakan rumus yang di sebelah kanan.
Contoh, pada kasus (1) di atas, dimana a = 5 dan p = 2, jumlahnya sampai dengan
suku ke-10 adalah:

5(2 − 1) 5(1023)
= = = 5115
2−1 1

23
PENERAPAN DALAM EKONOMI
Model Perkembangan Usaha
Contoh kasus:
Pabrik rokok “kurang garam” menghasilkan sejuta bungkus rokok pada tahun
pertama berdirinya dan 1,6 juta bungkus pada tahun ketujuh.
a) Andaikata perkembangan produksinya konstan, berapa tambahan produksinya
per tahun
b) Berapa produksinya pada tahun kesebelas?
c) Pada tahun keberapa produksinya 2,5 juta bungkus rokok?
d) Berapa bungkus rokok yang telah dihasilkan sampai tahun ke-16?
Jawaban:
a = 1.000.000
S7 = 1.600.000
S7 = a + (7-1)b = 1.600.000
a + 6b = 1.600.000
6b = 1.600.000 – a
6b = 1.600.000 – 1.000.000
6b = 600.000
b = 600.000/6 = 100.000
a) Jadi tambahan produksinya per tahun = 100.000 bungkus rokok
b) S11 = a + (11-1)b = 1.000.000 + (10)100.000 = 2.000.000 bungkus rokok
c) Sn = a + (n-1)b
2.500.000 = 1.000.000 + (n-1)100.000
2.500.000 = 1.000.000 + 100.000n – 100.000
1.600.000 = 100.000 n
n = 16

24
d) J16 = (1.000.000 + 2.500.000)

J16 = 8 (3.500.000) = 28.000.000 bungkus

Model Bunga Majemuk


Contoh kasus:
Uang sebanyak 500.000 akan menjadi 901.000 apabila ditabung untuk jangka
waktu 5 tahun. Berapa tingkat bunganya? Berapa jumlah uang tersebut
seandainya ditabung selama 10 tahun?

Jawaban:
P = 500.000 ; F5 = 901.000 ; n = 5
F = P(1 + i)
901.000 = 500.000 (1 + i)5
.
= (1 + i)5
.
1,802 = (1 + i)5
1,125 = (1 + i)
i = 1,125 – 1 = 0,125 = 12,5 %
Seandainya n = 10
F10 = 500.000(1 +0,125)10
F10 = 500.000(3,2472) = 1.623.600
Tabungan tersebut akan menjadi Rp 1.623.600

Contoh kasus: Seorang pengusaha meminjam uang di bank sebanyak Rp 250 juta,
untuk jangka waktu 4 tahun, tingkat bunga yang berlaku adalah 12% pertahun.
Dari data tersebut berapa seluruh uang yang harus dikembalikan pengusaha
tersebut pada saat pelunasan? Apabila perhitungan pembayaran bunga dibayar 4
bulanan, berapa jumlah uang yang harus dikembalikan?
Diket : P=250.000.000 | n=4 | i=12%=0,12 |m=3
Dita : a. F4 jika dikembalikan pada saat pelunasan
25
b. F4 jika dibayar 4 bulanan
Jwb : a. F4=P(1+i)n
F4=250.000.000(1+0,12)4
F4=250.000.000(1,12)4
F4=250.000.000(1,57)
F4=393379840

b. F4= P(1+ )m.n


,
F4=250.000.000(1+ )3.4

F4=250.000.000(1+0,04)12
F4=250.000.000(1,04)12
F4=250.000.000(1,601)
F4=400.258.054,64

Contoh kasus: Tabungan seorang nasabah akan menjadi Rp56.700.000 tiga tahun
yang akan datang. Jika tingkat bunga bank yang berlaku 6% pertahun berapa
tabungan nasabah tersebut pada saat sekarang? Apabila pembayaran bunga tidak
pertahun tetapi persemester berapa tabungan nasabah tersebut pada saat
sekarang?
Diket : F=56.700.000 | i=6%=0.06 | n=3 | m=2
Dita : a. P Jika tingkat bunga bank yang berlaku 6% pertahun
b. P pembayaran bunga tidak pertahun tetapi persemester
Jwb: a. P=( )
F

P=( , )
56.700.000
. .
P= ( , )
. .
P= ,

P=47.647.058,82

26
b. P=
( ) .

P= , F
( ) .

. .
P= ( , )
. .
P= ,

P=47.647.058,82

27
FUNGSI

A. Deskripsi
Pemahaman akan konsep fungsi sangat penting dalam mempelajari disiplin
ilmu ekonomi, mengingat telaah-telaah ekonomi banyak bekerja dengan fungsi.
Baik berbentuk fungsi persamaan maupun pertidaksamaan.

B. Petunjuk Belajar
Dosen dan mahasiswa mengkaji materi di atas melalui pendekatan
kontekstual. Dosen menghantarkan mahasiswa dalam dunia nyata dengan
memperhatikan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang dipelajari,
kemudian menjelaskan tujuan perkuliahan yang akan dicapai. Langkah selanjutnya
adalah memotivasi dan mengarahkan mahasiswa untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Hal yang lebih ditekankan adalah agar mahasiswa mengetahui
kebermaknaan tentang materi yang dipelajari, dengan menunjukkan bahwa materi
ini akan sangat berguna sebagai dasar untuk memecahkan persoalan-persoalan
terkait dengan fenomena pada dunia nyata. Untuk itu perlu didukung dengan
simulasi dengan data nyata yang diperoleh mahasiswa melalui kegiatan
penyusunan proyek secara kelompok, yang dituangkan dalam makalah dan
dipresentasikan dalam seminar.
Media dan alat pengajaran adalah spidol dan papan tulis (whiteboard), serta
PC/laptop dan LCD proyektor (infokus).

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


C.1 Kompetensi Dasar
Memahami perananan matematika dan ekonomi, memahami pengertian dan
unsur fungsi, memahami dan menjelaskan jenis-jenis fungsi, menjelaskan
penggambaran fungsi linier serta menjelaskan penggambaran fungsi non
linier.

C.2 Indikator
28
Setelah selesai mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat :
d. Memahami dan menjelaskan jenis-jenis fungsi.
e. Memahami dan menjelaskan penggambaran fungsi linier
f. Menjelaskan penggambaran fungsi non linier
D. Kegiatan Belajar

FUNGSI

Pengertian dan Unsur-unsur Fungsi


Fungsi adalah suatu bentuk hubungan matematis yang menyatakan
hubungan ketergantungan (hubungan fungsional) antara satu variabel dengan
variabel lain. Sebuah fungsi dibentuk oleh beberapa unsur. Unsur-unsur
pembentuk fungsi adalah variabel, koefisien dan konstanta. Variabel dan koefisien
senantiasa terdapat dalam setiap bentuk fungsi, akan tetapi tidak demikiannya
dengan konstanta.
Variabel adalah unsur pembentuk fungsi yang mencerminkan atau mewakili
faktir tertentu. Berdasarkan kedudukan dan sifatnya variabel dibedakan atas
variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).
Koefisien adalah bilangan atau angka yang terkait pada dan terletak
didepan suatu variabel dalam sebuah fungsi.
Konstanta adalah bilangan atau angka yang (kadang-kadang) turut
membentuk sebuah fungsi tetapi berdiri sendiri sebagai bilangan dan tidak terkait
pada suatu variabel tertentu.
Notasi sebuah fungsi secara umum : y = f(x)
Contoh kongkret : y = 5 + 0,8x

Keterangan:
X = Variabel bebas (Independent variabel) adalah variabel yang nilainya tidak
tergantung pada variabel lain.

29
Y = Variabel terikat (Dependent variabel) adalah variabel yang nilainya
tergantung pada variabel lain.
0,8 = adalah koefisien variabel X
5 = adalah konstanta

Jenis-jenis Fungsi
Fungsi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok secara garis besar
fungsi dikelompokan atas beberapa fungsi aljabar dan kelompok fungsi non
aljabar, aljabar terbagi atas dua yakni rasional dan irasional dan rasional terbagi
atas dua bagian yakni fungsi pangkat pada bagian tersendiri dan bagian lainnya
adalah polinom, linier, kuadrat, kubik dan bikuadrat.
Fungsi polinom adalah fungsi yang mengandung banyak suku dalam variabel
bebasnya. Contoh: y= a0 + a1x + a2x2 + …. cnxn
Fungsi linier adalah fungsi polinom khusus yang pangkat tertinggi dari variabelnya
adalah pangkat satu.
Fungsi kuadrat adalah fungsi polinom yang pangkat tertinggi dan variabelnya
adalah pangkat dua.
Fungsi berderajat n adalah fungsi yang pangkat tertinggi dari variabelnya adalah
pangkat n.
Fungsi eksponensial adlaah fungsi yang variabel bebasnya berpangakat sebuah
bilangan nyata bukan nol.
Fungsi logaritmik adalah fungsi balik (inverse) dari fungsi eksponensial, variabel
bebasnya merupkan bilangan logaritmik.

Penggambaran Fungsi Linier


Setiap fungsi — yang berbentuk eksplisit atau yang dieksplisitkan — dapat
disajikan secara grafik pada bidang sepasang sumbu silang (sistem koordinat.
Penggambaran fungsi linier adalah yang paling mudah dilakukan, setiap
fungsi linier akan menghasilkan sebuah garis lurus jika digambarkan.

30
Dengan memberikan nilai-nilai tertentu untuk variabel bebas x, lalu
disusbtitusikan ke dalam persamaan fungsinya, akan diperoleh nilai-nilai variabel
terikat y sebagaimana dicontohkan oleh kolom-kolom x dan y.
Penggambaran Fungsi Linier
Penggambaran fungsi non linier tidak semudah fungsi linier. Meskipun
prinsipnya secara umum sama, yakni dengan terlebih dahulu mencari sejumlah
titik koordinat yang memenuhi persamaan fungsinya, namun prakteknya tidaklah
mudah.
Fungsi Linier merupakan fungsi polinom khusus yang pangkatnya tertinggi dan
variabelnya adalah pangkat satu dan sering disebut fungsi berderajat
satu.Bentuk umun persamaan linier adalah :

y = a0 + a1.x

Dimana a0 adalah konstanta dan a0 0


Penggambaran fungsi linear lebih mudah dilakukan dan sesuai dengan
namanya fungsi linear akan menghasilkan sebuah garis lurus ,misalnya :

Persamaan : y = 2 + 2x
x 0 1 2 3 4
y 2 4 6 8 10

31
Dengan memberikan nilai tertentu untuk variable bebas x, lalu
disubstitusikan ke dalam persamaan fungsinya, maka akan diperoleh nilai
variable terikat y sebagaimana dicontohkan dalam table di atas.Berdasarkan nilai
(x , y) yang diperoleh dapat ditentukan koordinat titik titiknya.
Hubungan sebab akibat antara berbagai variabel ekonomi misalnya antara
permintaan dan harga, antara investasi dan tingkat bunga dapat mudah
dinyatakan serta dijelaskan dalam bentuk fungsi. Diantara berbagai macam
hubungan fungsional. Hubungan linear marupakan bentuk yang paling dasar dan
sering dipakai dalam analisa ekonomi
Fungsi Linear dapat diterapkan di dalam ilmu ekonomi baik dalam
pembahasan ekonomi mikro maupun ekonomi makro.Dua variable atau lebih
yang saling berhubungan seringkali diterjemahkan ke dalam bentuk sebuah
persamaan linear

32
HUBUNGAN LINIER

A. Deskripsi
Hubungan sebab-akibat antara berbagai variabel ekonomi — misalnya
antara permintaan dan harga, antara investasi dan tingkat suku bunga — dapat
dengan mudah dinyatakan serta diterangkan dalam bentuk fungsi.
B. Petunjuk Belajar
Dosen dan mahasiswa mengkaji materi di atas melalui pendekatan
kontekstual. Dosen menghantarkan mahasiswa dalam dunia nyata dengan
memperhatikan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang dipelajari,
kemudian menjelaskan tujuan perkuliahan yang akan dicapai. Langkah selanjutnya
adalah memotivasi dan mengarahkan mahasiswa untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Hal yang lebih ditekankan adalah agar mahasiswa mengetahui
kebermaknaan tentang materi yang dipelajari, dengan menunjukkan bahwa materi
ini akan sangat berguna sebagai dasar untuk memecahkan persoalan-persoalan
terkait dengan fenomena pada dunia nyata. Untuk itu perlu didukung dengan
simulasi dengan data nyata yang diperoleh mahasiswa melalui kegiatan
penyusunan proyek secara kelompok, yang dituangkan dalam makalah dan
dipresentasikan dalam seminar.
Media dan alat pengajaran adalah spidol dan papan tulis (whiteboard), serta
PC/laptop dan LCD proyektor (infokus).

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


C.1 Kompetensi Dasar
Memahami perananan matematika dan ekonomi, memahami pengertian
penggal dan lereng garis lurus, memahami dan menjelaskan bentuk
persamaan linier, menjelaskan hubungan dua garis lurus serta menjelaskan
pencarian akar-akar persamaan linier..

C.2 Indikator
33
Setelah selesai mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Memahami dan menjelaskan penggal lereng dan garis lurus.
b. Memahami dan menjelaskan pembentukan persamaan linier
c. Menjelaskan hubungan dua garis lurus
d. Menjelaskan pencarian akar-akar persamaan linier
D. Kegiatan Belajar

HUBUNGAN LINIER

PENGGAL DAN LERENG GARIS LURUS


Fungsi linier atau fungsi berderajat satu adalah fungsi yang pangkat
tertinggi dari variabelnya adalah pangkat satu. Bentuk umum persamaan linier
adalah y = a + bx, dimana adalah penggal garisnya pada sumbu vertikal —y,
sedangkan b adalah koefisien arah atau lereng garis yang bersangkutan. Penggal
a mencerminkan nilai y pada kedudukan x = 0. Adapun lereng b mencerminkan
besarnya tambahan nilai y untuk setiap tambahan satu unit x.
PEMBENTUKAN PERSAMAAN LINIER
Sebuah persamaan linier dapat dibentuk melalui beberapa macam cara,
tergantung dari data yang tersedia. Keempat cara yang dimaksud adalah.
1) Cara dwi-koordinat
2) Cara koordinat-lereng
3) Cara penggal-lereng
4) Cara dwi-penggal

Cara Dwi-Koordinat
Dari dua buah titik dapat dibentuk sebuah persamaan linier yang memenuhi
kedua titik tersebut. Apabila diketahui dua buah titik A dan B dengan koordinat
masing-masing (x1, y1) dan (x2, y2) maka rumus persamaan liniernya adalah:
− −
=
− −

34
Andaikata diketahui bahwa titik A (2,3) dan titik B (6,5) maka persamaan
liniernya adalah :
− −
=
− −

−3 −2
=
5−3 6−2
−3 −2
=
2 4
4y – 12 = 2x – 4
4y = 2x + 8
y = 2 +0,5x

Cara Koordinat-Lereng
Dari sebuah titik dan suatu lereng dapat dibentuk sebuah persamaan linier
yang memenuhi titik dan lereng tersebut. Apabila diketahui sebuah titik A dengan
koordinat (x1, y1) dengan lereng garisnya adalah b, maka rumus persamaan
liniernya adalah :
− = ( − ).
Andaikan diketahui bahwa titik A (2,3) dan lereng garisnya adalah 0,5 maka
persamaan linier yang memenuhi kedua data ini adalah:
− = ( − )
− 3 = 0,5( − 2)
− 3 = 0,5 − 1
= + ,

Cara Penggal-Lereng
Sebuah persamaan linier dapat pula dibentuk apabila diketahui penggalnya
pada salah satu sumbu dan lereng garis yang memenuhi persamaan tersebut.
Dalam hal ini rumus persamaan liniernya adalah :
y = a + bx
35
Andaikan penggal dan lereng garis y = f(x) masing-masing adalah 2 dan
0,5, maka persamaan liniernya adalah :
= + ,
Cara Dwi-Penggal
Sebuah persamaan linier dapat pula dibentuk apabila diketahui penggal
garis tersebut pada masing-masing sumbu, yakni penggal pada sumbu vertikal dan
penggal pada sumbu horisontal. Maka persamaan garisnya adalah

= −

a = penggal vertikal

c = penggal horisontal

andaikan penggal sebuah garis pada sumbu vertikal dan sumbu horisontal
masing-masing 2 dan -4 maka persamaan linier yang memenuhinya adalah

= −

2
=2−
−4
= + ,

PENCARIAN AKAR-AKAR PERSAMAAN LINIER


Mencari akar-akar persamaan maksudnya adalah menghitung besarnya
variabel-variabel di dalam persamaan yang bersangkutan. Dengan perkataan lain
menghitung harga dari bilangan tak diketahui dalam persamaan tersebut.
Pencarian besarnya harga bilangan bilangan tak diketahui (bilangan anu)
dari beberapa persamaan linier, dengan kata lain penyelesaian persamaan-
persamaan linier secara serempak (simultaneously), dapat dilakukan melalui tiga
macam cara :
1) Cara substitusi
2) Cara eliminasi

36
3) Cara determinan

Cara Substitusi
Dua persamaan dengan dua bilangan anu dapat diselesaikan dengan cara
menyelesaikan terlebih dahulu sebuah persamaan untuk salah satu bilangan anu,
kemudian mensubstitusikannya ke dalam persamaan yang lain.
Contoh : carilah nilai variabel-variabel x dan y dari dua persamaan berikut: 2x + 3y
= 21 dan x + 4y = 23
Penyelesaian:
2x + 3y = 21
2 (23 – 4y) + 3y = 21
46 – 8y + 3y = 21
46 – 5y = 21
5y = 25, y = 25
Untuk mendapatkan nilai x, masukan hasil y = 25 ini ke dalam salah satu
persamaan semula.
2x + 3(5) = 21
2x + 15 = 21
2x = 6, x = 3
Jadi akar-akar persamaan tersebut adalah y = 25 dan x = 3

Cara Eliminasi
Dua persamaan dengan dua bilangan anu dapat diselesaikan dengan cara
menghilangkan untuk sementara (mengeliminasi) salah satu dari bilangan anu
yang ada, sehingga dapat dihitung nilai dari bilangan anu yang lain.
Contoh : carilah nilai variabel-variabel x dan y dari dua persamaan berikut: 2x + 3y
= 21 dan x + 4y = 23
Penyelesaian:
Misalkan bilangan anu yang hendak dieliminasi adalah x, maka kalikan
persamaan pertama dengan 1 dan persamaan kedua dengan 2, sehingga :
37
2x + 3y = 21 x1 2x + 3y = 21
x + 4y = 23 x2 2x + 8y = 46
agar x hilang (habis) berarti kedua persamaan baru harus dikurangkan.
2x + 3y = 21
2x + 8y = 46
-5y = -25, y = 5
Dengan memasukan hasil y = 5 ke dalam salah satu persamaan semula seperti
halnya dalam cara substitusi maka diperoleh x = 3.

Cara Determinan
Baik cara substitusi maupun cara eliminasi keduanya dapat digunakan
untuk menyelesaikan n persamaan dengan n bilangan anu (n ≥ 2), jadi tidak
terbatas hanya untuk menyelesaikan dua bilangan anu saja. Akan tetapi jika
jumlah persamaan dan jumlah bilangan anu lebih banyak maka proses
penyelesaiannya akan menjadi bertele-tele. Untuk mengatasi hal semacam ini
terdapat satu cara penyelesaian yang disebut cara determinan.
Determinan secara umum dilambangkan dengan notasi,

Dimana unsur-unsur a, b, d dan e mencerminkan bilanga-bilangan tertentu.


Sebuah determinan terdiri atas beberapa baris dan kolom. Banyaknya baris dan
kolom menunjukkan dimensi dari determinan tersebut, sekaligus juga merupakan
derajat determinannya.
Prinsip pengerjaan determinan ialah dengan mengalikan unsur-unsurnya
secara diagonal, dari kiri atas menurun ke kanan bawah dan dari kiri bawah
menaik ke kanan atas, kemudian hasil perkalian menurun dikurangi dengan hasil
perkalian menaik.

= ae - db

Contoh:
38
2 −4
= (2)(7) – (5)(-4) = 14 + 20 = 34
5 7
Contoh :carilah nilai variabel-variabel x dan y dari dua persamaan berikut: 2x + 3y
= 21 dan x + 4y = 23
Penyelesaian:
2 3 21 3 2 21
D= = 5, Dx = = 15, Dy = = 25
1 4 23 4 1 23

x= = 15/5 = 3, y= = 25/5 = 5

PENERAPAN DALAM EKONOMI


Fungsi Permintaan, Fungsi Penawaran dan Keseimbangan Pasar
Fungsi Permintaan (Demand Function)
Definisi: Fungsi yang menunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah
barang yang diminta oleh konsumen dengan anggapan bahwa faktor-faktor lain
tetap (ceteris paribus), yaitu selera tetap, pendapatan tetap dan harga barang-
barang lain tetap, maka ini menandakan bahwa apabila harga turun jumlah
barang yang diminta oleh konsumen naik, demikian pula sebaliknya.

1. Pada saat harga turun P1 ke P2, maka permintaan naik dari Q1 ke Q2


2. Pada saat harga naik P1 ke P3, maka per mintaan turun dari Q1 ke Q3
Hal –hal yang perlu diperhatikan
1. P = harga per unit
Q = Quantitas barang
2. Kurva permintaan bergerak dari kiri atas ke kanan bawah

39
3. P dan Q positif
4. Pada suatu tingkatan harga (P) hanya terkandung nilai kuantitas (Q) dan
sebaliknya
Skala P dan Q tidak perlu sama, karena harga tidak sama dengan kuantitas

Fungsi permintaan menghubungkan antara variabel harga dan variabel


jumlah (barang/jasa) yang diminta.
Bentuk umum fungsi permintaan : Q = a – bP, terlihat bahwa dalam
persamaan fungsi permintaan hubungan antara variabel P (price, harga) dengan
variabel Q (quantity, jumlah) mempunyai tanda yang berlawanan, mencerminkan
hukum permintaan, sehingga memiliki lereng negatif.
Definisi: Fungsi yang menunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah
barang yang ditawarkan kepada konsumen, dengan anggapan faktor-faktor lain
tetap (ceteris paribus). Maka apabila tingkat harga meningkat, jumlah barang yang
ditawarkan bertambah, demikian pula sebaliknya.

1. P1  P2 : Jumlah barang yang ditawarkan naik Q1  Q2


2. P1  P3 : Jumlah barang yang ditawarkan turun Q1  Q3
Fungsi penawaran menghubungkan antara variabel harga dengan variabel
jumlah (barang/jasa) yang ditawarkan.Bentuk umum fungsi penawaran, terlihat
bahwa variabel P (harga) dan variabel Q (jumlah) mempunyai tanda yang sama,
yaitu sama-sama positif, mencerminkan hukum penawaran, sehingga kurva
penawaran berlereng positif.
Keseimbangan pasar adalah suatu kondisi dimana bila jumlah barang yang
diminta di pasar tersebut sama dengan jumlah barang yang ditawarkan. Secara
40
matematik hal ini ditunjukan dengan kesamaan Qd = Qs , yakni pada perpotongan
kurva permintaan dengan kurva p0enawaran. Pada posisi ini tercipta harga
keseimbangan (equilibrium price) dan jumlah keseimbangan (equilibrium quantity).

Contoh kasus:
Pada saat harga sepatu Rp. 8.000,- , jumlah permintaan sepatu adalah 10.000
pasang. Terjadi penurunan harga sepatu menjadi Rp. 6.000 dan permintaan
sepatu bertambah menjadi 20.000 pasang. Tentukan kurva permintaan dan
persamaan liniernya
Jawab :
P – P1 = Q – Q1
P2 – P1 Q2 _ Q1

P – 8000 = Q – 10.000
6000 – 8000 = 20.000 – 10.000

P – 8000 = Q – 10.000
-2000 10.000

10.000(P-8000) = -2.000(Q-10.000)
10.000P – 80.000.000 = -2.000Q + 20.000.000
10.000 P = -2.000Q + 20.000.000 + 80.000.000
10.000 P = -2.000 Q + 100.000.000
10P = -2Q + 100..000
P = -0,2Q + 10.000

41
10.000

8.000

6.000

0 10.000 20.000 50.000

Contoh kasus:
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P = 15 –
Q, sedangkan penawarannya P = 3 + 0,5Q. Gambarkan kurva permintaan dan
kurva penawaran, berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan yang
tercipta di pasar?
Penyelesaian :
P = 15 – Q jika P = 0, maka Q = 15 ; jika Q = 0, maka P = 15
P = 3 + 0,5Q jika P = 0, maka Q = -6 ; jika Q = 0, maka P = 3
Qd = 15 – P
Qs = -6 + 2P
Keseimbangan pasar Qd = Qs
15 – P = -6 + 2P
21 = 3P
P = 7 (harga keseimbangan)
Qd = 15 – P
Qd = 15 – 7
Qd = 8 (jumlah keseimbangan)
Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan Pasar
42
Pengenaan pajak atau pemberian subsidi atas suatu barang yang
diproduksi/dijual akan mempengaruhi keseimbangan pasar barang tersebut,
mempengaruhi harga dan jumlah keseimbangan.
Pengaruh pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang menyebabkan
harga jual barang tersebut naik. Sebab setelah dikenakan pajak, produsen akan
berusaha mengalihkan (sebagian) beban pajak tersebut kepada konsumen, yaitu
dengan menawakan harga jual yang lebih tinggi. Akibatnya harga keseimbangan
yang tercipta di pasar menjadi lebih tinggi daripada harga keseimbangan sebelum
pajak, di lain pihak jumlah keseimbangannya menjadi lebih sedikit.
Contoh kasus :
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P = 15 – Q,
sedangkan penawarannya P = 3 + 0,5Q. Terhadap barang tersebut dikenakan
pajak sebesar 3 per unit. Berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan,
berapa pula harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sesudah pajak?
Penyelesaian :
Penawaran sebelum pajak : P = 3 + 0,5Q
Penawaran sesudah pajak : P = 3 + 0,5Q + 3
P = 6 + 0,5Q  Q = -12 + 2P
Sedangkan persamaan permintaannya tetap : Q d = 15 – P
Keseimbangan pasar : Qd = Qs
15 – P = -12 + 2P  27 = 3P, P’ = 9
Q = 15 – P = 15 – 9, Q’ = 6
Pengaruh Subsidi Terhadap Keseimbangan Pasar
Subsidi merupakan kebalikan atau lawan dari pajak, sering disebut juga
pajak negatif. Pengaruhnya terhadap keseimbangan pasar berbalikan dengan
pengaruh pajak.
Subsidi diberikan atas produksi/penjualan sesuatu barang yang
menyebabkan harga jual barang tersebut menjaid lebih rendah. Denga adanya

43
subsidi, produsen merasa ongkos produksinya menjadi lebih kecil sehingga
bersedia menjual lebih murah.
Contoh kasus :
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P = 15 – Q,
sedangkan penawarannya P = 3 + 0,5Q. Pemerintah memberikan subsidi sebesar
1,5 atas setiap unit banar yang diproduksi. Berapa harga keseimbangan dan
jumlah keseimbangan tanpa dan dengan subsidi?
Penyelesaian :
Penawaran tanpa subsidi : P = 3 + 0,5Q
Penawaran sesudah subsidi : P = 3 + 0,5Q – 1,5
P = 1,5 + 0,5Q  Q = -3 + 2P
Sedangkan persamaan permintaannya tetap : Q d = 15 – P
Keseimbangan pasar : Qd = Qs
15 – P = -3 + 2P  18 = 3P, P’ = 6
Q = 15 – P = 15 – 6, Q’ = 9
Analisis Pulang Pokok (BEP)
Penerimaan dan biaya merupakan variabel-variabel penting untuk
mengetahui kondisi bisnis suatu perusahaan. Dengan diketahuinya penerimaan
total (R) yang diperoleh dan biaya total (C) yang dikeluarkan, dapatlah dianalisis
apakah perusahaan mendapat keuntungan atau mengalami kerugian. Keuntungan
(profit positif, π > 0) akan didapat apabila R > C dan sebaliknya kerugian (profit
negatif, π < 0) akan dialami jika R < C.
Konsep yang lebih penting berkenaan dengan R dan C adalah konsep
“pulang pokok” (break even point, BEP), yaitu konsep yang digunakan untuk
menganalisis jumlah minimum produk yang harus dihasilkan atau terjual agar
perusahaan tidak mengalami kerugian. Secara grafik terlihat pada perpotongan
antara kurva R dan kurva C.

44
Contoh kasus :
Andaikan biaya total yang dikeluarkan perusahaan ditunjukkan oleh persamaan C
= 20.000 + 100Q dan penerimaan totalnya R = 200Q. P)ada tingkat produksi
berapa unit perusahaan ini berada dalam posisi pulang pokok? Apa yang terjadi
jika perusahaan berproduksi sebanyak 300 unit?
Penyelesaian :
π=R–C
Pulang pokok : π = 0, R – C = 0, R = C
200Q = 20.000 + 100Q
100Q = 20.000
Q = 200
Jika Q = 300, maka:
R = 200 (300) = 60.000
C = 20.000 + 100 (300)
= 50.000
Keuntungan : π = R – C, π = 60.000 – 50.000, π = 10.000
Fungsi Konsumsi, Fungsi Tabungan dan Angka Pengganda
Dalam ekonomi makro, pendapatan masyarakat suatu negara secara
keseluruhan (pendapatan nasional) dialokasikan ke dalam dua kategori
penggunaan, yakni dikonsumsikan dan ditabung. Jika pendapatan dilambangkan
dengan Y, sedangkan konsumsi dan tabungan masing-masing dilambangkan
dengan C dan S, maka dapat merumuskan kesamaan :
Y≡C+S

45
Fungsi konsumsi menjelaskan hubungan antara konsumsi dan pendapatan
nasional, yang secara umum dirumuskan sebagai :
C = f(Y) = C0 + cY
C0 = konsumsi otonom
c = MPC = ΔC / ΔY
konstanta C0 menunjukkan besarnya konsumsi nasional pada pendapatan
nasional sebesar nol; mencerminkan konsumsi minimum (autonomous
consumtion, konsumsi otonom) yang pasti ada atau harus tersedia, meskipun
pendapatan nasional nihil.

C/S Y=C

E = +
a
= − + (1 − )
Y
0 YE

Fungsi tabungan, menjelaskan hubungan antara tabungan dan pendapatan


nasional, yang secara umum dirumuskan sebagai :
S = g(Y) = S0 + sY
S0 = tabungan otonom
s = MPS = ΔS / ΔY
konstanta S0, yaitu tabungan otonom (autonomous saving), merupakan penggal
kurva tabungan pada sumbu vertikal S. koefisien s (Marginal Propesity to Saving,
MPS) merupakan lereng dari kurva tabungan.
Persamaan fungsi tabungan dapat diturunkan sebagai berikut.
Y=C+SS=Y–C
S = Y – C0 + cY , sebab C = C0 + cY
S = – C0 + (1 – c)Y
Dapat disimpulkan bahwa :

46
S0 = - C0
s=1–c c+s=1
MPS = 1 – MPC  MPC + MPS = 1
Contoh kasus :
Konsumsi masyarakat suatu negara ditunjukkan oleh persamaan C = 30 + 0,8Y.
Bagaimana fungsi tabungannya?, Berapa besar konsumsi jika tabungannya
sebesar 20?
Penyelesaian :
S=Y–C jika S = 20
= Y – (30 + 0,8Y) 20 = - 30 +0,2Y
= Y – 30 – 0,8Y 50 = 0,2Y  Y = 250
S = – 30 + 0,2Y maka C = Y – S, C = 230

Angka Pengganda, adalah suatu bilangan yang menjelaskan tambahan


pendapatan nasional sebagai akibat adanya perubahan pada variabel-variabel
tertentu dalam perekonomian. Secara umum angka pengganda (multiplier)
dirumuskan sebagai berikut :

= =

c ≡ MPC
s ≡ MPS
Dalam contoh kasus diatas MPS = 0,2 berarti bahwa angka penggandanya (k) = 5.
Dengan k = 5 berarti bahwa apabila variabel ekonomi tertentu — misalnya
investasi atau pengeluaran pemerintah — ditambah sejumlah tertentu, maka
pendapatan nasional akan bertambah sebesar 5 kali tambahan variabel tadi.
Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional (Y) adalah jumlah nilai seluruh keluaran (barang dan
jasa) yang dihasilkan oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan
pendapatan nasional dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan, yakni
pendekatan produksi, pendapatan dan pengeluaran. Ditinjau dari sisi pendekatan
pengeluaran, pendapatan nasional adalah jumlah pengeluaaran yang dilakukan
47
oleh seluruh sektor di dalam suatu negara. Sektor-sektoryang dimaksud adalah
sektor rumah tangga, sektor badan usaha, sektor pemerintah dan sektor
perdagangan luar negeri. Sektor pengeluaran rumah tangga dicerminkan dengna
konsumsi masyarakat (C), pengeluaran sektor badan usaha dicerminkan dengan
investasi (I), sektor pengeluaran pemerintah dicerminkan dengan pengeluaran
pemerintah (G) dan sektor perdagangan luar negeri dicerminkan dengan selisih
antara ekspor dengan impor (X – M).
Dalam perhitungan pendapatan nasional pada bagian ini dengan
menggunakan pendekatan pengeluaran untuk perekonomian 4 sektor (model
perekonomian terbuka), dengan rumus : Y ≡ C + I + G + (X – M).
Contoh kasus : Hitunglah pendapatan nasional suatu negara jika diketahui
konsumsi otonom masyarakat sebesar 500, MPS = 0,2, investasi sebesar 300 dan
pengeluaran pemerintahnya sebesar 250. Sedangkan nilai ekspor dan impor
masing-masing sebesar 225 dan 175. Hitunglah berapa besar pendapatan
nasional (Y) ?
Penyelesaian :
C0 = 500
c = MPC = 0,8
C = 500 + 0,8Y

Y ≡ C + I + G + (X – M)
Y = 500 + 0,8Y + 300 + 250 + (225 – 175)
Y – 0,8Y = 1100
0,2Y = 1100
Y = 5500
Contoh kasus : konsumsi masyarakat suatu negara ditunjukkan oleh persamaan C
= 1500 + 0,75Yd, investasi dan pengeluaran pemerintah masing-masing sebesar
2000 dan 1000. Pajak yang diterima dan pembayaran alihan yang dilakukan oleh
pemerintah masing-masing diverminkan oleh T = 500 + 0,25Y dan R = 100 +
0,05Y. jika nilai ekspornya 1250 dan impornya dicerminkan oleh M = 700 + 0,10Y.
48
hitunglah pendapatan nasional negara tersebut. Hitung pua konsumsi, tabungan,
pajak, pembayaran alihan dan nilai impornya. Berapa pendapatan nasional yang
baru seandainya pemerintah menaikan pengeluaran menjadi sama seperti nilai
ekspor?

Penyelesaian :
Yd = Y – T + R  = Y – 500 – 0,25Y + 100 + 0,05Y  Yd = 0,8Y - 400
Sehingga C = 1500 + 0,75(0,8Y – 400), C = 1200 + 0,6Y
Y = C + I + G + (X – M)
Y = 1200 + 0,6Y + 2000 + 1000 + 1250 – 700 – 0,10Y
Y = 4750 + 0,5Y  0,5Y = 4750  Y = 9500
Setelah diketahui nilai Y, maka selanjutnya nilai tersebut dimasukan dalam
persamaan yang ada dalam pertanyaan, sebagai berikut.
Yd = 7200
C = 6900
S = 300
T = 2875
R = 575
M = 1650
Untuk menghitung angka pengganda, sebagai contoh pada pengeluaran
pemerintah (G)
kG = 1/α = 1/0,05 = 2
G’ = X = 1250, berarti bahwa ΔG = G’ – G = 1250-1000 = 250
 ΔY = kG x ΔG 2 x 250 = 500
Pendapatan nasional yang baru : Y’ = Y + ΔY
Y’ = 9500 + 500 = 10.000
Analisis IS - LM
Dalam ekonomi makro, pasar dibedakan “obyek”-nya, terdiri atas pasar
barang (termasuk jasa), pasar uang (termasuk modal) dan pasar tenaga kerja.

49
Dalam bahasan ini akan dibahas tentang pasar barang dan pasar uang dikenal
dengan sebutan IS-LM. Alat analisis yang digunakan adalah kurva IS dan kurva
LM.
Kurva IS adalah kurva yang menunjukkan keseimbangan antara
pendapatan nasional dan tingkat bunga di pasar barang. Untuk model
perekonomian dua sektor, persamaan kurva IS dibrntuk dengan menyamakan
persamaan investasi (I, investment) terhadap persamaan tabungan (S, saving).

I = I0 – pi I=S = −
S = S0 + sY I0 – pi = S0 + sY
Sehingga persamaan bentuk umum, dengan penyederhanaan (I0 – S0)/s = Yb dan
p/s = b, dapat ditulis, sbb
Y = f(i) – Yb - bi
Contoh kasus :
Bentuklah persamaan dan gambarkan kurva IS untuk C = 500 + 0,8Y dan I = 2000
– 5000i
Penyelesaian :
C = 500 + 0,8Y I = S  2000 – 5000i = -500 + 0,2Y
S = -500 + 0,2Y 2500 – 5000i = 0,2Y
dan I = 2000 – 5000i Y = 12.500 – 25.000i

Kurva LM, adalah kurva yang menunjukkan keseimbangan antara


pendapatan nasional dan tingkat bunga di pasar uang. Persamaan ini dibentuk
dengan menyamakan persamaan permintaan (L, Liquidity preference) terhadap
persamaan penawaran uang (M, money supply).
Permintaan uang : L = L0 + kY - hi
Penawaran uang : M = M0
L = M  L0 + kY – hi = M0

= +

50
Dengan menyederhanakan (M0 – L0)/k = Yu dan h/k = u, bentuk umum persamaan
LM dapat ditulis sebagai berikut.
Y = g(i) = Yu + ui
Contoh kasus :
Bentuklah persamaan dan gambarkan kurva LM jika permintaan akan uang
ditunjukkan oleh L = 10.000 + 0,4Y – 20.000i dan jumlah uang yang ditawarkan
(beredar) sebesar 9.000.
Penyelesaian :
L=M
10.000 + 0,4Y – 20.000i = 9000
0,4Y = -1000 + 20.000i
Y = -2.500 + 50.000i

51
HUBUNGAN NON LINIER

A. Deskripsi
Pemahaman akn fungsi-fungsi non linier dalam mempelajari ekonomi cukup
penting, karena hubungan antar variabel ekonomi ada juga yang diterangkan
dengan cara non linier lebih realistik dan raional. Bahkan sebagian dari model
ekonomi linier yang ada sesungguhnya merupakan penyederhanaan dari
hubungan-hubungan yang non linier, merupakan linierisasi dari model non linier.
B. Petunjuk Belajar
Dosen dan mahasiswa mengkaji materi di atas melalui pendekatan
kontekstual. Dosen menghantarkan mahasiswa dalam dunia nyata dengan
memperhatikan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang dipelajari,
kemudian menjelaskan tujuan perkuliahan yang akan dicapai. Langkah selanjutnya
adalah memotivasi dan mengarahkan mahasiswa untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Hal yang lebih ditekankan adalah agar mahasiswa mengetahui
kebermaknaan tentang materi yang dipelajari, dengan menunjukkan bahwa materi
ini akan sangat berguna sebagai dasar untuk memecahkan persoalan-persoalan
terkait dengan fenomena pada dunia nyata. Untuk itu perlu didukung dengan
simulasi dengan data nyata yang diperoleh mahasiswa melalui kegiatan
penyusunan proyek secara kelompok, yang dituangkan dalam makalah dan
dipresentasikan dalam seminar.
Media dan alat pengajaran adalah spidol dan papan tulis (whiteboard), serta
PC/laptop dan LCD proyektor (infokus).

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


C.1 Kompetensi Dasar
Memahami perananan matematika dan ekonomi, memahami pengertian dan
menjeaskan fungsi kuadrat, memahami dan menjelaskan fungsi kubik,
menjelaskan penerapan fungsi kuadrat dan kubik dalam ekonomi.

52
C.2 Indikator
Setelah selesai mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Memahami dan menjelaskan fungsi kuadrat.
b. Memahami dan menjelaskan fungsi kubik
c. Menjelaskan penerapan fungsi kuadrat dan kubik dalam ekonomi

D. Kegiatan Belajar

HUBUNGAN NON LINIER

Fungsi Kuadrat
Fungsi kuadrat atau fungsi berderajat dua ialah fungsi yang pangkat
tertinggi dari variabelnya adalah pangkat dua. Bentuk umum persamaan kuadrat
adalah y = a + bx + cx2, c ≠ 0. Bentuk fungsi kuadrat dapat berupa lingkaran, elips,
hiperbola atau parabola. Dapat diidentifikasi kurva dari persamaannya, yakni.
Jika p = 0 dan a = b ≠ 0, kurvanya sebuah lingkaran
Jika p2 – 4 ab < 0, kurvanya sebuah elips
Jika p2 – 4 ab > 0, kurvanya sebuah hiperbola
Jika p2 – 4 ab = 0, kurvanya sebuah parabola

Parabola Hiperbola Elips Lingkaran

Untuk kasus yang lebih khusus yaitu B = 0 dan paling tidak salah satu dari A
dan C tidak bernilai nol, maka irisan kerucut bentuknya dapat diidentifikasi dengan
menggunakan kriteria berikut ini:

53
Jika A = C, maka irisan berbentuk lingkaran.
Jika A=/ C, tetapi A dan C bertanda sama, maka irisan berbentuk elips. Jika A = 0
atau C = 0 akan tetapi tidak sama dengan nol bersama-sama, maka irisan
berbentuk parabola.
Jika A dan C tandanya tidak sama, maka irisan berbentuk hiperbola

Titik Ekstrim Parabola


− −4
,
2 −4

Fungsi Kubik
Fungsi kubik atau fungsi berderajat tiga ialah fungsi yang pangkat tertinggi
dari variabelnya adalah pangkat tiga. Bentuk umum persamaan fungsi kubik
adalah y = a + bx + cx2 + dx3, d ≠ 0
Setiap fungsi kubik setidak-tidaknya mempunyai sebuah titik belok (inflexion
point), yaitu titik peralihan bentuk kurva dari cekung menjadi cembung atau dari
cembung menjadi cekung. Selain titik belok, sebuah fungsi kubik mungkin pula
mempunyai satu titik ekstrim (maksimum atau minimum) atau dua titik ekstrim
(maksimum atau minimum). Ada tidaknya suatu titik ekstrim dalam suatu fungsi
kubik tergantung pada besarnya nilai-nilai b, c, dan d di dalam persamaannya.

54
PENERAPAN DALAM EKONOMI
Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan Pasar
Pada bab sebelumnya telah dibahas tentang fungsi permintaan dan fungsi
penawaran yang merupakan fungsi linear. Secara grafis, fungsi permintaan dan
penawaran dapat ditunjukkan juga oleh fungsi non-linear seperti berikut:

D S

Pada gambar di atas, sumbu vertikal menunjukkan harga (P) dan sumbu
horisontal menunjukkan jumlah (Q), sedang fungsi permintaan maupun penawaran
keduanya ditunjukkan oleh garis lengkung. Mengingat bahwa keinginan seseorang
untuk membeli suatu barang akan bertambah bila harganya turun dan keinginan
seseorang untuk menjual suatu barang akan bertambah bila harganya naik, maka
dari gambar kedua kurva di atas dengan mudah dapat ditebak bahwa kurva yang
menurun adalah kurva permintaan dan kurva yang menaik merupakan kurva
penawaran. Kurva permintaan dapat ditunjukkan oleh suatu bentuk parabola
atau hiperbola, sedangkan kurva penawaran dapat ditunjukkan oleh suatu bentuk
parabola. Dalam ilmu ekonomi, umumnya seseorang tidak akan meninjau harga
dan jumlah barang yang nilainya negatif, sehingga bagian kurva yang berlaku dan
digunakan adalah bagian kurva permintaan dan penawaran yang berada di
kuadran satu
Selain bentuk fungsi linier, permintaan dan penawaran dapat pula berbentuk
fungsi non linier. Fungsi permintaan dan fungsi penawaran yang kuadratik dapat
berupa potongan lingkaran, potongan elips, potongan hiperbola maupun potongan
parabola. Cara menganalisis keseimbangan pasar untuk permintaan dan
55
penawaran yang non linier sama seperti halnya dalam kasus yang linier. Dimana
keseimbangan ditunjukkan oleh kesamaan Qd = Qs.
Contoh kasus:
Fungsi permintaan ditunjukkan oleh persamaan Qd = 19 – P2 sedangkan
fungsi penawarannya Qs = -8 + 2P2. Berapa harga keseimbangan dan jumlah
keseimbangan yang tercipta di pasar?
Penyelesaian :
Keseimbangan pasar Qd = Qs
19 – P2 = -8 + 2P2
27 = 3P2
P2 = 9
P = 3 (harga keseimbangan)
Qd = 19 – P2
Qd = 19 – 32
Qd = 10 (jumlah keseimbangan)

Fungsi Biaya
Selain pengertian biaya tetap, biaya variabel dan biaya total, dalam konsep
biaya dikenal pula pengertian biaya rata-rata (average cost) dan biaya marjinal
(marginal cost). Biaya rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
tiap unit produk atau keluaran yang merupakan hasilbagi biaya total terhadap
jumlah keluaran yang dihasilkan. Adapun biaya marjinal ialah biaya tambahan
yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit tambahan produk
Biaya total fungsi kubik, dapat ditulis sebagai berikut.
Andaikan C = aQ3 – bQ2 + cQ + d

VC FC
Maka :
AC = c/Q = aQ2 – bQ + c + d/Q
AVC = VC/Q = aQ2 – bQ + c
56
AFC = FC/Q = d/Q
Biaya total berfungsi kubik selalu menghasilkan AC dan AVC berbentuk
parabola terbuka ke atas. Sedangkan AFC tetap asimtotik terhadap sumbu C dan
sumbu Q, sebab FC selalu berupa konstanta yang kurvanya sejajar sumbu Q.
Contoh kasus :
Biaya total yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan ditunjukkan oleh persamaan
C = 2Q2 – 24Q + 102. Pada tingkat produksi berapa unit biaya total ini minimum?
Hitunglah biaya total minimum tersebut. Hitung pula besarnya biaya tetap, biaya
variabel, biaya rata-rata pada tingkat produksi tadi. Seandainya dari kedudukan ini
produksi dinaikan dengan 1 unit, berapa besarnya biaya marjinal?
Penyelesaian :
Berdasarkan rumus titik ekstrim parabola, C minimum terjadi pada kedudukan
Q = -b / 2a = 24/4 = 6 unit
Besarnya C minimum = 2Q2 – 24Q + 102
= 2(6)2 – 24(6) + 102 = 30
Selanjutnya, pada Q = - 6 ini :
FC = 102
VC = 2Q2 – 24Q = 2(6)2 – 24(6) = - 72
AC = C / Q = 30/6 = 5
AFC = FC/Q = 102/6 = 17
AVC = VC/Q = 72/6 = - 12
Jika Q = 7, C = 32

MC = = =2

Berarti untuk menaikan produksi dari 6 unit menjadi 7 unit diperlukan biaya
tambahan (biaya marjinal) sebesar 2.

Fungsi Penerimaan
Bentuk fungsi penerimaan total (total revenue, R) yang non linier pada
umumnya berupa sebuah persamaan parabola terbuka ke bawah, merupakan
57
bentuk fungis penerimaan yang lazim dihadapi oleh seorang produsen di pasar
monopoli.
Penerimaan total merupakan fungsi dari jumlah barang, juga merupakan
hasilkali jumlah barang dengan harga barang per unit. Dalam konsep penerimaan
juga dikenal pengertian rata-rata dan marjinal. Penerimaan rata-rata (average
revenue, AR) adalah penerimaan yang diperoleh per unit barang, merupakan
hasilbagi penerimaan total terhadap jumlah barang. Penerimaan marjinal (marginal
revenue, MR), ialah penerimaan tambahan yang diperoleh dari setiap tambahan
satu unit barang yang dihasilkan atau terjual .
Contoh kasus :
Fungsi permintaan yang dihadapi oleh seorang produsen monopolis ditunjukkan
oleh P = 900 – 1,5Q. bagaimana persamaan penerimaan totalnya? Berapa
besarnya penerimaan total jika terjual barang sebanyak 200 unit dan berapa harga
jual per unit? Hitunglah penerimaan marjinal dari penjualan sebanyak 200 unit
menjadi 250 unit, Tentukan tingkat penjualan yang menghasilkan penerimaan total
maksmimum, dan besarnya penerimaan total maksimum tersebut.
Penyelesaian :
P = 900 – 1,5Q  R = Q x P = 900Q – 1,5Q2
Jika Q = 200, maka:
R = 900 (200) – 1,5 (200)2 = 120.000
P = 900 – 1,5(200) = 600
Jika Q = 250, maka:
R = 900 (250) – 1,5 (250)2 = 131.250
MR = ΔR / ΔQ = (131.250 – 120.000) / (250 – 200) = 225
R = - 1,5Q2 + 900Q
Rmaks pada Q = -b/2a = -900/-3 = 300
Besarnya Rmaks = 1,5(300)2 + 900 (300) = 135.000

Keuntungan, Kerugian dan Pulang Pokok

58
Tingkat produksi yang menghasilkan keuntungan, kerugian dan keadaan
pulang pokok, secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut.
Contoh kasus : penerimaan total yang diperoleh sebuah perusahaan ditunjukkan
oleh persamaan R = -0,10Q2 + 20Q. sedangkan biaya total yang dikeluarkan C =
0,25Q3 – 3Q2 + 7Q +20. Hitunglah profit perusahaan inijika dihasilkan dan terjual
barang sebanyak 10 dan 20 unit
Penyelesaian :
π = R – C = (-0,10Q2 + 20Q) – (0,25Q3 – 3Q2 + 7Q +20)
π = - 0,25Q3 + 2,90 Q2 + 13Q – 20
Q = 10  π = - 0,25(1000) + 2,90 (100) + 13(10) – 20
= -250 + 290 + 130 – 20 = 150 (keuntungan)
Q = 20  π = - 0,25(8000) + 2,90 (400) + 13(20) – 20
= -2000 + 1160 + 260 – 20 = 600 (kerugian)

59
LIMIT DAN KESINAMBUNGAN

A. Deskripsi
Aljabar kalkulus yang berintikan teori tentang diferensiasi dan integrasi,
berhubungan dengan perubahan-perubahan sangat kecil dalam variabel-variabel
sebuah fungsi. Dikembangkan secara terpisah oleh Sir Isaac Newton dan Gottfried
Leibnitz. Semula hanya digunakan untuk memecahkan masalah-masalah fisika,
geometri dan astronomi. Dewasa ini kalkulus semakin luas dimanfaatkan oleh
berbagai bidang atau ilmu pengetahuan.
Teori tentang limit dan kesinambungan sebuah fungsi merupakan “akar”
dari aljabar kalkulus.

B. Petunjuk Belajar
Dosen dan mahasiswa mengkaji materi di atas melalui pendekatan
kontekstual. Dosen menghantarkan mahasiswa dalam dunia nyata dengan
memperhatikan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang dipelajari,
kemudian menjelaskan tujuan perkuliahan yang akan dicapai. Langkah selanjutnya
adalah memotivasi dan mengarahkan mahasiswa untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Hal yang lebih ditekankan adalah agar mahasiswa mengetahui
kebermaknaan tentang materi yang dipelajari, dengan menunjukkan bahwa materi
ini akan sangat berguna sebagai dasar untuk memecahkan persoalan-persoalan
terkait dengan fenomena pada dunia nyata. Untuk itu perlu didukung dengan
simulasi dengan data nyata yang diperoleh mahasiswa melalui kegiatan
penyusunan proyek secara kelompok, yang dituangkan dalam makalah dan
dipresentasikan dalam seminar.
Media dan alat pengajaran adalah spidol dan papan tulis (whiteboard), serta
PC/laptop dan LCD proyektor (infokus).

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


C.1 Kompetensi Dasar
60
Memahami perananan matematika dan ekonomi, memahami dan
menjeaskan pengertian limits, memahami dan menjelaskan kaidah-kaidah
limits, menjelaskan kesinambungan.

C.2 Indikator
Setelah selesai mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Memahami dan menjelaskan pengetian limits.
b. Memahami dan menjelaskan kaidah-kaidah limits
c. Menjelaskan kesinambungan

D. Kegiatan Belajar

LIMIT DAN KESINAMBUNGAN

LIMIT
Limit menggambarkan seberapa jauh sebuah fungsi akan berkembang
apabila variabel di dalam fungsi yang bersangkutan terus menerus berkembang
mendekati suatu nilai tertentu.
Pengertian Limit
Limit menggambarkan seberapa jauh sebuah fungsi akan berkembang
apabila variabel dalam fungsi yang bersangkutan terus-menerus berkembang
mendekat suatu nilai tertentu. Sebagai gambaran : dari y = f(x) akan diketahui limit
atau batas perkembangan f(x) ini apabila variabel x terus menerus berkembang
hingga mendekati suatu nilai tertentu. Jika fungsi f(x) mendekati L manakala
variabel x mendekati a (a dan L keduanya konstanta) maka L disebut limit fungsi
f(x) untuk x mendekati a. dengan notasi sebagai berikut.
( )=

Pernyataan diatas dapat dibaca, “Limit fungsi f(x) untuk nilai x yang
bergerak mendekati a adalah L”. Artinya, jika variabel bebas x bergerak secara

61
kontinu sehingga mendekati nilai tertentu a, maka fungsi f(x) pun akan bergerak
secara kontinu sehingga akan mendekati nilai tertentu L.
Pandanglah semua fungsi f(x) = 5x + 5 di sekitar x = 2 yang didefinisikan
sebagai berikut:
lim → ( ) = lim → 5 +5
f(x) didekati dari kiri atau limit kiri (x→2−)
f(1,9) = 14,5
f(1,99) = 14,95
f(1,999) = 14,995
f(1,9999) = 14,9995
f(1,99999) = 14,99995
f(1,999999) = 14,999995
f(1,9999999) = 14,9999995
f(1,99999999) = 14,99999995
f(1,999999999) = 14,999999995
f(x) didekati dari kanan atau limit kanan (x→2+)
f(2,000000001) = 15,000000005
f(2,00000001) = 15,00000005
f(2,0000001) = 15,0000005
f(2,000001) = 15,000005
f(2,00001) = 15,00005
f(2,0001) = 15,0005
f(2,001) = 15,005
f(2,01) = 15,05
f(2,1) = 15,5
Jadi secara kasar harga-harga f(x) dapat dibuat sedekat mungkin pada
angka 15 dengan memilih x yang cukup dekat dengan 2, tetapi x ≠ 2. Situasi diatas
dapat dituliskan: lim → 5 + 5 = 15.
Contoh
62
1. Hitunglah lim → (2 − 3 + 8)
Dengan menggunakan teorema (1) dan (2) penyelesaian selengkapnya:
lim → (2 − 3 + 8) = lim → 2 − lim → 3 + lim → 8
= 50−15 + 8
= 43
2. Tentukan lim →

Dengan menggunakan teorema (3) diperoleh:


lim → 20 − 4 = 36 dan lim → 8− = 6 sehingga,

lim → =

=6

Kaidah-kaidah Limit

1) Jika y = f(x) = xn dan n > 0, maka limit xn = an

Contoh: lim → =2 =8

2) Limit dari suatu konstanta adalah konstanta itu sendiri

lim =

Contoh:
lim 3 = 3

PENERAPAN DALAM EKONOMI


Fungsi dalam bisnis ekonomi banyak yang berbentuk asinambung. Berikut
ini ditunjukkan beberapa kasus fungsi asinambung dalam bisnis dan ekonomi..
Contoh kasus:

63
Andaikan pemerintah menetapkan sistem pajak pendapatan progresif
dengan ketentuan sebagai berikut :
10% atas pendapatan dibawah Rp 2 juta per tahun
15% atas pendapatan antara Rp 2 – 5 juta per tahun
25% atas pendapatan diatas Rp 5 juta per tahun
Penyelesaian :
Apabila pendapatan kita lambangkan dengan Y dan jumlah pajak yang dibayarkan
adalah T, maka fungsi pajak pendapatannya dapat dituliskan sebagai.

= 0,10 Y 0≤Y≤2

T = 0,15Y 2≤Y≤5

=0,25Y Y>2

64
DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

A. Deskripsi
Aljabar kalkulus yang berintikan teori tentang diferensiasi dan integrasi,
berhubungan dengan perubahan-perubahan sangat kecil dalam variabel-variabel
sebuah fungsi. Dikembangkan secara terpisah oleh Sir Isaac Newton dan Gottfried
Leibnitz. Semula hanya digunakan untuk memecahkan masalah-masalah fisika,
geometri dan astronomi. Dewasa ini kalkulus semakin luas dimanfaatkan oleh
berbagai bidang atau ilmu pengetahuan.
Diferensiai dan integrasi sesungguhnya merupakan dua operasi matematis
yang saling berkebalikan. Pada intinya diferensial (teori tentang diferensiasi)
berkenaan dengan penentuan tingkat perubahan suatu fungsi, sedangkan integral
(teori tentang integrasi) berkenaan dengan pembentukan persamaan suatu fungsi
apabila tingkat perubahan fungsi yang bersangkutan diketahui.

B. Petunjuk Belajar
Dosen dan mahasiswa mengkaji materi di atas melalui pendekatan
kontekstual. Dosen menghantarkan mahasiswa dalam dunia nyata dengan
memperhatikan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang dipelajari,
kemudian menjelaskan tujuan perkuliahan yang akan dicapai. Langkah selanjutnya
adalah memotivasi dan mengarahkan mahasiswa untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Hal yang lebih ditekankan adalah agar mahasiswa mengetahui
kebermaknaan tentang materi yang dipelajari, dengan menunjukkan bahwa materi
ini akan sangat berguna sebagai dasar untuk memecahkan persoalan-persoalan
terkait dengan fenomena pada dunia nyata. Untuk itu perlu didukung dengan
simulasi dengan data nyata yang diperoleh mahasiswa melalui kegiatan
penyusunan proyek secara kelompok, yang dituangkan dalam makalah dan
dipresentasikan dalam seminar.

65
Media dan alat pengajaran adalah spidol dan papan tulis (whiteboard), serta
PC/laptop dan LCD proyektor (infokus).

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


C.1 Kompetensi Dasar
Memahami perananan matematika dan ekonomi, memahami dan
menjeaskan kuosien diferensi dan derivatif, memahami dan menjelaskan
kaidah-kaidah diferensi, menjelaskan hakekat derivatif dari diferensial,
menjelaskan derivatif dari derivatif dan menjelaskan hubungan antara fungsi
dan derivatifnya.

C.2 Indikator
Setelah selesai mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Memahami dan menjelaskan kuosien diferensi dan derivatif.
b. Memahami dan menjelaskan kaidah-kaidah diferensi
c. Menjelaskan hakekat derivatif
d. Menjelaskan derivatif dari derivatif
e. Menjelaskan hubungan antara fungsi dan derivatifnya.

D. Kegiatan Belajar

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

Kuosien Deferensi dan Derivatif


Jika y = f(x) dan terdapat tambahan variabel bebas x sebesar Δx, maka bentuk
persamaannya dapat dituliskan menjadi.
y = f(x)
y + Δy = f(x + Δx)
Δy = f(x + Δx) - y
Δy = f(x + Δx) – y
66
Dimana Δx adalah tambahan x dan Δy tambahan y berkenaan dengan tambahan
x, jadi Δy timbul karena adanya Δx, apabila ruas kiri dan ruas kanan di persamaan
terakhir di atas sama-sama dibagi dengan Δx.

Contoh :

1. Diberikan fungsi sebagai berikut y = 2x. Carilah beda / difference nya serta
kuosien difference nya !
Jawab :
Beda / difference : Δy = f (x + Δx)-f (x)
= 2 (x + Δx)-2x
= 2 x + 2 Δx-2x
= 2 Δx
Kuosien Difference :
y x
2xx
y
2
x
Artinya setiap penambahan x sebanyak 1 satuan akan menyebabkan
penambahan y sebanyak 2 satuan, sebaliknya setiap pengurangan x sebanyak
1 satuan akan menyebabkan pengurangan y sebanyak 2 satuan

Kaidah-Kaidah Diferensi

67
Kaidah (Rumus) Differensial
 Differensial Konstanta
Jika Y = K dimana K adalah konstanta, maka

=0

Contoh :
=5

=0

 Differensial Fungsi Pangkat


Jika = , dimana n adalah konstanta maka :

Contoh :
= =5 =5
= → = −3 = −3
 Differensial perkalian konstanta dengan fungsi
Jika = . , dimana = ℎ( )

Maka, = .

Contoh :

=5 , = 5(3 ) = 15

 Differensial pembagian konstanta dengan fungsi


/
Jika = , dimana = ℎ( ), maka =

Contoh :
5 5(3 ) 15
= , = =
( )
 Diferensiasi penjumlahan (pengurangan) fungsi
jika y = u + v, dimana u = g(x) dan v = h(x)

68
maka dy/dx = du/dx + dv/dx

contoh : y = 4x2 + x3  u = 4x2 du/dx = 8x

 v = x3 dv/dx = 3x2

dy/dx =du/dx + dv/dx = 8x + 3x2


 Diferensiasi perkalian fungsi
Jika y = uv, dimana u = g(x) dan v = h(x)

dy dv du
maka  =u +v
dx dx dx

contoh : y = (4x 2 )(x 3 )

dy dv du
=u +v = (4x 2 )(3x 2 ) = ( x 3 )(8x) = 12x 4 = 8x 4 = 20x 4
dx dx dx

Hakekat Derivatif dan Diferensial


Derivatif atau turunan tidak dianggap sebagai suatu hasil bagi atau

pecahan dengan sebagai pembilang dan dx sebagai penyebut, melainkan

sebagai lambang yang menyertakan limit dari , sewaktu ∆ mendekati nilai nol

sebagai limit. Akan tetapi untuk dapat memahami masalah – masalah tertentu
kadang – kadang bermanfaat juga untuk menafsirkan dx dan dy secara terpisah.
Dalam hubungan ini dx menyatakan diferensial x dan dy diferensial y. pengertian
diferensial berguna sekali, misalnya dalam aplikasinya pada kalkulus integral dan
pada pendekatan perubahan dalam variabel gayut yang berkaitan dengan
perubahan – perubahan kecil dalam variabel bebas.
Jika f َ◌ (x) merupakan derivative dari fungsi f(x) untuk nilai x tertentu dan ∆
merupakan kenaikan dalam x, maka diferensial dari f(x), yang dalam hal ini ditulis
f(x), terdefinisikan oleh persamaan.

69
df (x) = f َ◌ (x) . ∆

Jika f(x) = x, maka f َ◌ (x) = 1, dan dx = ∆ . Jadi jika x merupakan variabel bebas,
maka diferensial dx dari x sama dengan ∆ .
Jika y = f(x), maka
dy = f َ◌ (x) dx = dx

Jadi diferensial suatu variabel gayut sama dengan hasil kali turunannya dengan
diferensial variabel bebas.
Secara geometrical perhatikanlah kurva y = f(x) (lihat gambar 9 dibawah ini),
dan misalkan turunannya pada titik P = f َ◌ (x). Maka dx = PQ dan dy = f َ◌ (x) =
(tan )(PQ) = . =

Oleh karena itu dy atau df (x) adalah kenaikan ordinat dari tangens yang
berpadanan dengan dx. Argumentasi geometrical ini membawa kita kepada
penfsiran derivative sebagai suatu hasil bagi atau pecahan, jika sembarang
kenaikan dari variabel bebas x pada suatu titik P (x,y) pada kurva y = f(x)
dinyatakan dengan dx, maka dalam rumusan turunannya.
= f َ◌ (x) = (tan )

dy menyatakan kenaikan yang berpadan dari koordinat tangens pada P.


Perhatikan, bahwa diferensial dy dan kenaikan ∆ dari fungsi
yang berpadan dengan nilai dx = ∆ yang sama, pada
umumnya tidaklah sama. Dalam gambar.9 disamping dy = QT
sedang ∆ = QP َ◌
Dari gambar itu dapat dilihat dengan jelas, bahwa ∆ = QP',
dan dy = QT kurang lebih sama, jika ∆ = PQ sangatlah kecil.
Pada hakekatnya jika variabel bebas kecil sekali perubahannya, maka diferensial
fungsi itu hamper sama dengan kenaikan fungsi. Jika diferensial fungsi dapat
dipakai untuk mendekati perubahannya, apabila perubahan variabel bebas keci
sekali

70
PENERAPAN DALAM EKONOMI
Elastisitas
Elastisitas dari suatu fungsi = ( ) berkenaan dengan x dapat didefinisikan
sebagai :

( )
= = lim = .
∆ → ∆
( )

Ini berarti bahwa elastisitas = ( ) merupakan limit dari rasio antara


perubahan relative dalam y terhadap perubahan relative dalam x, untuk perubahan
x yang sangat kecil atau mendekati nol. Dengan terminology lain, elastisitas y
terhadap x dapat juga dikatakan sebagai rasio antara persentase perubahan y
terhadap perubahan x.
a) Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan (istilahnya yang lengkap : elastisitas harga
permintaan, price elasticity of demand) ialah suatu koefisien yang menjelaskan
besarnya perubahan jumlah barang yang diminta akibat adanya perubahan harga.
Jadi, merupakan rasio antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta
terhadap persentase perubahan harga. Jika fungsi permintaan dinyatakan dengan
Qd = f(P), maka elastisitas permintaannya :

%∆ ( )
= = = lim = .
%∆ ∆ → ∆
( )

Dimana tak lain adalah Q'd atau f'(P)

Permintaan akan suatu barang dikatakan bersifat elastic apabila | | > 1,


elastic – uniter jika | | = 1, dan inelastic bila | | < 1. Barang yang permintaanya
elastic mengisyaratkan bahwa jika harga barang tersebut berubah sebesar
persentase tertentu, maka permintaan terhadapnya akan berubah (secara

71
berlawanan arah) dengan persentase yang lebih besar daripada persentase
perubahan harganya.
Contoh kasus:
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukan oleh persamaan Q d = 25 – 3
P2 . tentukan elastisitas permintaannya pada tingkat harga P = 5.
Qd = 25 – 3 P2 = . = −6 . .

′ = = −6 = −6 (5). = 3( )

ηd = 3 berarti bahwa apabila, dari kedudukan P = 5, harga naik (turun) sebesar 1


persen maka jumlah barang yang diminta akan berkurang (bertambah) sebanyak 3
persen.
b) Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran (istilahnya yang lengkap : elastisitas harga
penawaran, price elasticity of supply) ialah suatu koefisien yang menjelaskan
besarnya perubahan jumlah barang yang ditawarkan berkenaan adanya
perubahan harga. Jadi, merupakan rasio antara persentase perubahan harga. Jika
fungsi penawaran dinyatakan dengan Qs = f(P), maka elastisitas penawarannya :

%∆ ( )
= = = lim = .
%∆ ∆ → ∆
( )

Dimana tak lain adalah Q's atau f'(P).

Penawaran suatu barang dikatakan bersifat


elastic apabila > 1, elastic – uniter jika = 1 dan inelastic bila < 1. Barang
yang penawarannya inelastic mengisyaratkan bahwa jika harga barang tersebut
(secara searah) dengan persentase yang lebih kecil daripada persentase
perubahan harganya.
Contoh kasus :
Fungsi penawaran suatu barang dicerminkan oleh Q s = -200 + 7 P2. Berapa
elastisitas penawarannya pada tingkat harga P = 10 dan P = 15 ?
72
Qs = -200 + 7 P2 = . = 14 .

Q’s = dQs / dP = 14 P
Pada P = 10, = 140 . = 2,8

Pada P = 15, = 210 . = 2,3

= 2,8 berarti bahwa apabila dari kedudukan P = 10, harga naik (turun) sebesar 1
% maka jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah (berkurang) sebanyak
2,8%
Dan = 2,3 berarti bahwa apabila dari kedudukan P = 15, harga naik (turun)
sebesar 1% maka jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah (berkurang)
sebanyak 2,3%
c) Elastisitas Produksi
Elastisitas produksi ialah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya
perubahan jumlah keluaran (output) yang dihasilkan akibat adanya perubahan
jumlah masukan (input) yang digunakan. Jadi, merupakan rasio antara persentase
perubahan jumlah keluaran terhadap persentase perubahan jumlah masukan. Jika
P melambangkan jumlah produk yang dihasilkan sedangkan X melambangkan
jumlah factor produksi yang digunakan, dan fungsi produksi dinyatakan dengan P
= f(X), maka efisiensi produksinya :

%∆ ( )
= = = lim = .
%∆ ∆ → ∆
( )

Dimana adalah produk marjinal dari X [P' atau f' (X)].

Contoh kasus :
Fungsi produksi suatu barang ditunjukan oleh persamaan P = 6 X 2 – X3.
Hitunglah elastisitas produksinya pada tingkat penggunaan factor produksi
sebanyak 3 unit dan 7 unit.
P = 6 X2 – X3 P’ = dP / dX = 12 X – 3 X2
73
= . = (12 − 3 ).
( )

Pada X = 3, = (36 − 27) . ( )


=1

Pada X = 7, = (84 − 147) . ( )


=9

= 1 berarti bahwa, dari kedudukan X = 3, maka jika jumlah input dinaikkan


(diturunkan) sebesar 1% maka jumlah output akan bertambah (berkurang)
sebanyak 1 %
Dan = 9 berarti bahwa, dari kedudukan X = 7, maka jika jumlah input dinaikkan
(diturunkan) sebesar 1% maka jumlah output akan bertambah (berkurang)
sebanyak 9 %.

Biaya Marjinal
Untuk menghasilkan barang dan jasa, seorang akan mengeluarkan
sejumlah biaya, yang dapat diklasifikasikan ke dalam biaya tetap dan biaya
variabel. Hasil penjumlahan biaya tetap (fixed cost= FC) dan viaya variabel
(variable cost= VC) dikenal sebagai total biaya (total cost= TC).
Biaya marginal (marginal cost=MC) adalah tambahan biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit tambahan output. Marginal Cost (MC)
merupakan derivatif pertama dari TC terhadap Q.
Contoh 3
Seorang produsen akan mengeluarkan biaya sebesar Rp 100.000 walaupun
ia tidak menghasilkan satu pun unit output. Biaya variabel yang harus dikeluarkan
1 3
ditunjukkan oleh persamaan VC = Q  5Q 2  50Q .
3
Tentukan:
a. fungsi biaya total
b. fungsi biaya marginal
c. fungsi biaya tetap rata-rata
d. fungsi biaya variabel rata-rata

74
e. fungsi biaya rata-rata
f. biaya rata-rata minimum
g. biaya marginal minimum
Jawab
a. Fungsi biaya total
TC = FC + VC
1 3
= 100.000 + Q  5Q 2  50Q
3
b. Fungsi biaya marginal
dTC
MC   Q 2  10Q  50
dQ
c. Fungsi biaya tetap rata-rata (AFC)
FC 100.000
AFC  
Q Q
d. Fungsi biaya variabel rata-rata (AVC)
VC 1 2
AVC   Q  5Q  50
Q 3
e. Fungsi biaya rata-rata (AC)
TC 1 2 100.000
AC   Q  5Q  50 
Q 3 Q
f. Biaya variabel rata-rata minimum (AVCmin)
dAVC 2
  Q  5  0  Q = 7,5
dQ 3

d 2 AVC 2
  0
dQ 2 3
1 1
AVC  Q 2  5Q  50  (7,5) 2  5(7,5)  50  31,25
3 3
g. Biaya marginal minimum (MCmin)
dMC
  2Q  10  0  Q = 5
dQ
75
d 2 MC
  2 0
dQ 2

MC  Q 2  10Q  50  52  10(5)  50  25

Penerimaan Marjinal
Setiap produsen menghasilkan barang dan jasa dan dijual ke konsumen.
Penerimaan yang akan diterima produsen dipengaruhi oleh jumlah barang dan
jasa yang terjual (dikalikan dengan harga perunitnya). Jadi, penerimaan atau
revenue merupakan fungsi dari jumlah barang yang terjual. Secara matematis
ditulis:
TR = f(Q) …… (5.1)
disini:
TR : total revenue
Q : jumlah barang yang terjual
Penerimaan marginal (marginal revenue) adalah besarnya perubahan pada
penerimaan apabila produsen menjual satu unit tambahan output atau barang.
Marginal Revenue (MR) merupakan derivatif pertama dari TR terhadap Q.
Penerimaan Rata-rata (Average Revenue) adalah besarnya penerimaan
produsen untuk setiap unit barang yang terjual. Dengan demikian, Average
Revenue (AR) adalah total penerimaan dibagi dengan jumlah barang yang terjual.
Di dalam pasar persaingan sempurna, seorang produsen tidak bisa
menentukan harga. Produsen hanya sebagai pengambil harga (price taker). Jadi,
harga merupakan besaran yang sudah given (merupakan konstanta). Seorang
produsen pada pasar monopoli dapat menentukan harga jual atas barang yang
dihasilkan. Produsen berperan sebagai penentu harga (price maker).
Contoh 1
Pada pasar persaingan sempurna, seorang produsen memiliki fungsi penerimaan
TR=100Q
Tentukan:

76
a. fungsi penerimaan marginalnya
b. fungsi penerimaan rata-ratanya
c. total penerimaannya, apabila ia menjual 5 unit
Jawab
a. Fungsi penerimaan marginal (MR)
dTR
MR   100
dQ
b. Fungsi penerimaan rata-rata (AR)
TR 100Q
AR    100
Q Q
c. Jika Q = 5 maka TR = 100.5 = 500
Contoh 2
Seorang produsen memiliki fungsi penerimaan total yang ditunjukkan oleh
persamaan TR = -2Q2 + 40 Q
Tentukan:
a. fungsi penerimaan marginalnya
b. fungsi penerimaan rata-ratanya
c. total penerimaan dan penerimaan rata-rata, apabila ia menjual 5 unit
d. total penerimaan maksimum
Jawab
a. Fungsi penerimaan marginal (MR)
dTR
MR   4Q  40
dQ
b. Fungsi penerimaan rata-rata (AR)
TR  2Q 2  40Q
AR    2Q  40
Q Q
c. Jika Q = 5
 TR = - 2 Q2 + 40 Q = 150
 AR = - 2 Q + 40 = 30

77
d. Total penerimaan maksimum (TRmaks)
dTR
  MR  4Q  40  0  Q = 10
dQ

d 2TR
  4  0
dQ 2
Jadi, TRmaks = - 2 Q2 + 40 Q = -2 (10)2 + 40(10) = 200

Utilitas Marjinal
Adalah utilitas tambahan yang diperoleh konsumen berkenaan
bertambahnya satu unit barang yang dikonsumsinya. Secara matematik
fungsi utilitas marjinal merupakan turunan pertama dari fungsi utilitas total. Jika
fungsi utilitas total dinyatakan dengan U = f(Q) dimana U adalah utilitas total
dan Q melambangkan jumlah barang yang dikonsumsi, maka utilitas marjinalnya :

= =

Contoh :
U = f(Q) = 90Q – 5 Q²
MU = U’ = 90 – 10Q
U maksimum pada MU = 0
MU = 0; Q = 9
U maks = 90(9) – 5(9)²
= 810 – 405
= 405

78
Analisis Keuntungan Maksimum
Tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum dapat
disidik dengan pendekatan diferensial. Karena penerimaan total (Revenue,
R) maupun biaya (Cost, C) sama-sama merupakan fungsi dari jumlah keluaran
yang dihasilkan/terjual (Quantity, Q), maka di sini dapat dibentuk suatu fungsi
baru yaitu fungsi keuntungan (π). Ada dua syarat agar diperoleh suatu
keuntungan maksimum (maximum profit):
1. π’ = 0
2. π’’ < 0, dimana π = R – C
Contoh
Diketahui: R = – 2Q2 + 1000Q
C = Q3 – 59Q2 + 1315Q + 2000
Ditanyakan:
a. Berapa tingkat produksi yang menghasilkan keuntungan maksimum?
b. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan
maksimum?
c. Berapa besarnya penerimaan pada saat perusahaan mencapai
keuntungan maksimum?
d. Berapa harga jual per unit pada saat perusahaan mencapai
79
keuntungan maksimum?
e. Berapa besarnya keuntungan maksimum tersebut?

Penyelesaian:
a. π = R – C = (– 2Q2 + 1000Q) – (Q3 – 59Q2 + 1315Q + 2000)
π = – Q3 + 57Q2 – 315Q – 2000
π’ = – 3Q2 + 114Q – 315

Agar keuntungan
maksimum: Syarat 1. π’ =
0
π’ = – 3Q2 + 114Q – 315 = 0
Maka didapat Q1 = 3 dan Q2 = 35 (dengan rumus abc maupun dengan
pemfaktoran)
Syarat 2. π’’ < 0,
Q1 = 3, π’’ = – 6Q + 114 = – 6.3 + 114 = 96
Q2 = 35, π’’ = – 6Q + 114 = – 6.35 + 114 = – 96 √
Karena syarat ke 2 untuk Q = 35 hasilnya < 0, maka tingkat produksi yang
menghasilkan keuntungan maksimum adalah Q = 35 unit
b. Biaya yang menghasilkan keuntungan
maksimum: C = Q3 – 59Q2 + 1315Q + 2000
C = 353 – 59.(352)+ 1315.(35) + 2000
C = 18.625
c. Besarnya
pendapatan: R = –
2Q2 + 1000Q
R = – 2.(352)+ 1000.(35)
R = 32.550

d. Harga jual per unit:


R = P.Q, maka P = R/Q P = 32550/35 = 930/unit

80
e. Adapun besarnya keuntungan maksimum tersebut adalah:
π = - (35)3 + 57 (35)2 – 315 (35) – 2000 = 13.925
π=R–C
π = 32.550 – 18.625 = 13.925

81
DIFERENSIAL FUNGSI MAJEMUK

A. Deskripsi
Pada bagian ini akan dibahas diferensial fungsi majemuk, bagian ini
merupakan lanjutan dari diferensial fungsi sederhana dengan jumlah variabel yang
lebih dari satu. Sehingga perlu dilakukan penurunan secara parsial untuk
mendapatkan nilai pada masing-masing variabeldalam fungsi.
B. Petunjuk Belajar
Dosen dan mahasiswa mengkaji materi di atas melalui pendekatan
kontekstual. Dosen menghantarkan mahasiswa dalam dunia nyata dengan
memperhatikan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang dipelajari,
kemudian menjelaskan tujuan perkuliahan yang akan dicapai. Langkah selanjutnya
adalah memotivasi dan mengarahkan mahasiswa untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Hal yang lebih ditekankan adalah agar mahasiswa mengetahui
kebermaknaan tentang materi yang dipelajari, dengan menunjukkan bahwa materi
ini akan sangat berguna sebagai dasar untuk memecahkan persoalan-persoalan
terkait dengan fenomena pada dunia nyata. Untuk itu perlu didukung dengan
simulasi dengan data nyata yang diperoleh mahasiswa melalui kegiatan
penyusunan proyek secara kelompok, yang dituangkan dalam makalah dan
dipresentasikan dalam seminar.
Media dan alat pengajaran adalah spidol dan papan tulis (whiteboard), serta
PC/laptop dan LCD proyektor (infokus).

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


C.1 Kompetensi Dasar
Memahami perananan matematika dan ekonomi, memahami dan
menjelaskan diferensial parsial, memahami dan menjelaskan nilai ekstrim,
menjelaskan optimisasi bersyarat terkait pengganda Lagrange dan kondisi
Khun-Tucker, penerapan dalam ekonomi

82
C.2 Indikator
Setelah selesai mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Memahami dan menjelaskan diferensial parsial.
b. Memahami dan menjelaskan derivatif parsial
c. Menjelaskan nilai ekstrim
d. Menjelaskan optimiasi bersyarat (Lagrange dan Khun-Tucker)
e. Menjelaskan aplikasi dalam ekonomi

D. Kegiatan Belajar

DIFERENSIAL FUNGSI MAJEMUK

PENERAPAN DALAM EKONOMI


Permintaan Marjinal dan Elastisitas Permintaan Parsial
Jika dua macam barang mempunyai hubungan dalam penggunaannya maka permintaan
akan masing-masing barang akan fungsional terhadap harga kedua macam barang
tersebut.
Qda = f(Pa,Pb), dan
Qdb = f(Pa,Pb)
Derivatif parsial dari fungsi tersebut dinamakan permintaan marginal. Derivatif dari
fungsi-fungsi tersebut ada 4 macam
Qda
adalah marginal permintaan akan barang A berkenaan dengan Pa
Pa

Qda adalah marginal permintaan akan barang A berkenaan dengan Pb


Pb
Qdb adalah marginal permintaan akan barang B berkenaan dengan Pa
Pa
Qdb adalah marginal permintaan akan barang B berkenaan dengan Pb
Pb
83
Elastisitas Permintaan Parsial
Elastisitas harga permintaan : Elastisitas yang mengukur kepekaan perubahan
permintaan suatu barang berkenaan perubahan harga barang itu sendiri.

Elastisitas Silang permintaan: Elastisitas yang mengukur kepekaan perubahan


permintaan suatu barang berkenaan perubahan harga barang lain.

84
85
Utilitas Marjinal Parsial

Produk Marjinal Parsial

86
87
INTEGRAL

A. Deskripsi
Dalam kalkulus integral dikenal dua macam pengertian integral, yakni
integral tak tentu dan integral tertentu. Dimana integral tak tentu dalah kebalikan
dari diferensial, yakni suatu konsep yang berhubungan dengan proses penemuan
satu fungsi asal apabila turunan atau derivatif dari fungsinya diketahui..
B. Petunjuk Belajar
Dosen dan mahasiswa mengkaji materi di atas melalui pendekatan
kontekstual. Dosen menghantarkan mahasiswa dalam dunia nyata dengan
memperhatikan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang dipelajari,
kemudian menjelaskan tujuan perkuliahan yang akan dicapai. Langkah selanjutnya
adalah memotivasi dan mengarahkan mahasiswa untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Hal yang lebih ditekankan adalah agar mahasiswa mengetahui
kebermaknaan tentang materi yang dipelajari, dengan menunjukkan bahwa materi
ini akan sangat berguna sebagai dasar untuk memecahkan persoalan-persoalan
terkait dengan fenomena pada dunia nyata. Untuk itu perlu didukung dengan
simulasi dengan data nyata yang diperoleh mahasiswa melalui kegiatan
penyusunan proyek secara kelompok, yang dituangkan dalam makalah dan
dipresentasikan dalam seminar.
Media dan alat pengajaran adalah spidol dan papan tulis (whiteboard), serta
PC/laptop dan LCD proyektor (infokus).

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


C.1 Kompetensi Dasar
Memahami perananan matematika dan ekonomi, memahami dan
menjelaskan integral tak tentu, memahami dan menjelaskan kaidah-kaidah
integral tak tentu, menjelaskan integral tertentu dan kaidah-kaidahnya.

C.2 Indikator
88
Setelah selesai mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Memahami dan menjelaskan integral tak tentu.
b. Memahami dan menjelaskan kaidah-kaidah integral tak tentu
c. Menjelaskan integral tertentu
d. Menjelaskan kaidah-kaidah integral tertentu

D. Kegiatan Belajar

INTEGRAL

Jika F(x) adalah fungsi yang bersifat F’(x) = f(x), maka F(x) merupakan
antiturunan atau integral dari f(x). atau dengan kata lain ntegral merupakan
operasi balikan (invers) dari diffrensial.

PENERAPAN DALAM EKONOMI


pendekatan integral tak tentu dapat diterapkan untuk mencari persamaan fungsi
total dari suatu variabel ekonomi apabila persamaan fungsi marjinalnya diketahui.
Karena fungsi marjinal pada dasarnya merupakan turunan dari fungsi total, maka
dengan proses sebaliknya yakni integrasi dapat dicari fungsi asal dari fungsi
turunan tersebutatau fungsi totalnya.
Fungsi Biaya
Biaya total : C = f(Q)

Biaya Marjinal : MC = C’ = = f’(Q)

Biaya total tak lain adalah integral dari biaya marjinal


C = ʃ MC dQ = ʃ f’(Q) dQ
Contoh kasus :
Biaya marjinal suatu perusahaan ditunjukkan oleh persamaan MC = 3Q 2 – 6Q + 4.
Carilah persamaan biaya total dan biaya rata-ratanya.
Penyelesaian :
89
Biaya total : C = ʃ MC dQ
= ʃ(3Q2 – 6Q + 4)dQ
= Q3 - 3Q2 + 4Q + k
Biaya rata-rata : AC = C / Q = Q2 - 3Q + 4 + k/Q
Konstanta tidak lain adalah biaya tetap, jika diketahui biaya tetap tersebut sebesar
4, maka:
C = Q3 - 3Q2 + 4Q + 4
AC = Q2 - 3Q + 4 + 4/Q

Fungsi Penerimaan
Penerimaan total : R = f(Q)

Penerimaan marjinal : MR = R’ = = f’(Q)

Penerimaan total tidak lain adalah R = ʃ MR dQ = ʃ f’(Q) dQ

Contoh kasus :
Penerimaan marjinal suatu perusahaan ditunjukkan oleh persamaan MR = 16 –
4Q. Carilah persamaan penerimaan total dan penerimaan rata-ratanya.
Penyelesaian :
Penerimaan total : R = ʃ MR dQ
= ʃ(16 – 4Q)dQ
= 16Q - 2Q2
Penerimaan rata-rata : AR = R / Q = 16 - 2Q
Dalam persamaan penerimaan total konstanta k = 0, sebab penerimaan tidak akan
ada jika tidak ada barang yang dihasilkan atau terjual.

Fungsi Konsumsi dan Tabungan


Dalam ekonomi makro, konsumsi (C) dan tabungan (S) dinyatakan
fungsional terhadap pendapatan nasional (Y).
C = f(Y) = a + bY

90
MPC = C’ = = f’(Y) = b

Karena Y = C + S, maka
S = g(Y) = -a + (1 – b)Y
MPS = S’ = = g’(Y) = (1 – b)

Berdasarkan kaidah integrasi, konsumsi dan tabungan masing-masing


adalah integral dari marginal propensity to consume (MPC) dan marginal
propensity to save (MPS).
C = ʃMPC dY = F(Y) + k ,k≡a
S = ʃMPS dY = G(Y) + k ,k≡-a
Konstanta pada fungsi konsumsi dan fungsi tabungan masing-masing
adalah autonomous consumption dan autonomous saving.
Contoh kasus :
Carilah fungsi konsumsi dan fungsi tabungan masyarakat sebuah negara jika
diketahui autonomous consumption-nya sebesar 30 milyar dan MPC = 0,8
Penyelesaian :
C = ʃMPC dY = ʃ0,8 dY = 0,8Y + 30 milyar
S = ʃMPS dY = ʃ0,2 dY = 0,2Y + 30 milyar
Atau S = Y – C = Y – (0,8Y – 30 milyar) = 0,2Y – 30 milyar

Surplus Konsumen
Menerangkan perilaku pembeli dalam menggunakan dan membelanjakan
pendapatan yang diperolehnya, yaitu :
 Alasan para pembeli / konsumen untuk membeli lebih banyak barang pada harga
yang lebih rendah akan mengurangi pembelian pada harga yang tinggi.
 Bagaimana seseorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang
yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya.

91
Nilai guna (utility) adalah kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari
mengkonsumsi barang-barang. Jika kepuasan itu makin tinggi, maka makin tinggi pula
nilai gunanya (utility-nya)
Dalam keadaan dimana harga-harga berbagai macam barang adalah berbeda,
syarat yang harus dipenuhi untuk memberikan nilai guna yang maksimum adalah :
setiap rumah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai jenis barang
akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya.
Hipotesis :
 Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang
dikonsumsinya apabila perbandingan nilai guna marginal berbagai barang
tersebut adalah sama dengan perbandingan harga-harga barang tersebut.
 Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang
dikonsumsinya apabila nilai guna marginal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah
sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan
Surplus konsumen, yaitu kelebihan atau perbedaan antara kepuasan total atau
total utility (yang dinilai dengan uang) yang dinikmati konsumen dari
mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya (yang
dinilai dengan uang) untuk memperoleh atau mengkonsumsikan jumlah barang
tersebut.
Secara grafis sbb:

AOQB = Kepuasan Total


OQBP = Jumlah uang yang dibayarkan
92
93
94
Surplus konsumen ialah suatu keuntungan lebih surplus atau surplus yang
dinikmati oleh konsumen tertentu dikarenakan konsumen tersebut dapat membeli
produk dengan harga lebih murah daripada harga yang sanggup mereka bayar
(Dewi, 2004)

95
Fungsi permintaan P = f(Q), seperti dalam gambar di samping, menunjukkan
berbagai harga yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk berbagai kuantitas
barang. Jika keseimbangan dalam pasar berada pada (Q0,P0), maka konsumen

yang bersedia membayar lebih tinggi dari P0 beruntung. Keuntungan total untuk

konsumen ditunjukkan dengan daerah yang diarsir dan disebut dengan surplus
konsumen.

Surplus Produsen

96
Fungsi permintaan P = g(Q), seperti dalam gambar di atas, menunjukkan
harga-harga di mana berbagai kuantitas barang akan dibayarkan. Jika
keseimbangan dalam pasar berada pada (Q0,P0), maka produsen yang mau

menawarkan pada harga yang lebih rendah dari P0 akan beruntung.

Keuntungan total untuk produden disebut sebagai surplus produsen yang


ditunjukkan dengan daerah yang diarsir.
Surplus produsen adalah selisih antara hasil penjualan barang dengan jumlah
penerimaan yang direncanakan produsen dalam penjualan sejumlah barang.
Pada saat harga terjadi price equilibrium P0 maka penjual barang yang bersedia

97
menjual barang ini dibawah harga Po akan memperoleh kelebihan harga jual
untuk tiap unit barang yang terjual yakni selisih antara Po dengan harga kurang
dari Po.

98
MATRIKS

A. Deskripsi
Matrik dan vektor merupakan hasil penemuan penting dalam matematika.
Keduanya merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem persamaan linier.
Sehingga sering disebut dengan aljabar linier. Matriks dapat digunakan untuk
merumuskan berbagai masalah — termasuk masalah bisnis dan ekonomi — secara
singkat dan jelas, untuk kemudian memecahkannya dengan cara yang singkat dan
mudah.
B. Petunjuk Belajar
Dosen dan mahasiswa mengkaji materi di atas melalui pendekatan
kontekstual. Dosen menghantarkan mahasiswa dalam dunia nyata dengan
memperhatikan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang dipelajari,
kemudian menjelaskan tujuan perkuliahan yang akan dicapai. Langkah selanjutnya
adalah memotivasi dan mengarahkan mahasiswa untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Hal yang lebih ditekankan adalah agar mahasiswa mengetahui
kebermaknaan tentang materi yang dipelajari, dengan menunjukkan bahwa materi
ini akan sangat berguna sebagai dasar untuk memecahkan persoalan-persoalan
terkait dengan fenomena pada dunia nyata. Untuk itu perlu didukung dengan
simulasi dengan data nyata yang diperoleh mahasiswa melalui kegiatan
penyusunan proyek secara kelompok, yang dituangkan dalam makalah dan
dipresentasikan dalam seminar.
Media dan alat pengajaran adalah spidol dan papan tulis (whiteboard), serta
PC/laptop dan LCD proyektor (infokus).

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


C.1 Kompetensi Dasar
Memahami perananan matematika dan ekonomi, memahami dan
menjelaskan pengertian matriks dan vektor, memahami dan menjelaskan
99
kesamaan matriks dan vektor, menjelaskan bentuk-bentuk matriks dan
pengubahan matriks.

C.2 Indikator
Setelah selesai mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Memahami dan menjelaskan pengertian matriks.
b. Memahami dan menjelaskan kesamaan matriks dan vektor
c. Menjelaskan bentuk-bentuk matriks dan pengubahan matriks

D. Kegiatan Belajar

MATRIKS

Matriks dan Vektor


Suatu matriks tersusun atas baris dan kolom, jika matriks tersusun atas m
baris dan n kolom maka dikatakan matriks tersebut berukuran ( berordo ) m x n.
Penulisan matriks biasanya menggunakan huruf besar A, B, C dan seterusnya,
sedangkan penulisan matriks beserta ukurannya (matriks dengan m baris dan n
kolom ) adalah Amxn, Bmxn dan seterusnya.

Bentuk-bentuk Matriks
Matrik Bujur Sangkar
Matriks bujur sangkar adalah matriks yang jumlah barisnya sama
dengan jumlah kolomnya. Karena sifatnya yang demikian ini, dalam matriks

100
bujur sangkar dikenal istilah elemen diagonal yang berjumlah n untuk matriks
bujur sangkar yang berukuran nxn, yaitu : a11, a22, …, ann.

Matriks Diagonal
Matriks diagonal adalah matriks yang elemen bukan diagonalnya bernilai
nol. Dalam hal ini tidak disyaratkan bahwa elemen diagonal harus tak nol.

Matriks Identitas
Matriks identitas adalah matriks diagonal yang elemen diagonalnya bernilai
1.

Pengoperasian Matriks
Penjumlahan Matriks
Operasi penjumlahan dapat dilakukan pada dua buah matriks yang
memiliki ukuran yang sama. Aturan penjumlahan dengan menjumlahkan
elemen – elemen yang bersesuaian pada kedua matriks.

101
Perkalian Matriks dengan Matriks
Operasi perkalian matriks dapat dilakukan pada dua buah matriks ( A dan
B) jika jumlah kolom matriks A = jumlah baris matriks B.
Aturan perkalian
Misalkan Amn dan Bnk maka Amn Bnk = Cmk dimana elemen –
elemen dari C( cij) merupakan penjumlahan dari perkalian elemen–elemen A
baris i dengan elemen– elemen B kolom j.

Perkalian Matriks dengan Skalar


Suatu matriks dapat dikalikan suatu skalar k dengan aturan tiap –tiap
elemen pada A dikalikan dengan k.

Transpose Matriks

Transpose matriks A ( dinotasikan At ) didefinisikan sebagai matriks yang


baris- barisnya merupakan kolom dari A.

102
Sifat Operasi Matriks
- A+B = B+A
- A+ (B+C) = (A+B) + C
- AB = BA
- A (BC) = (AB) C

- ( At )t = A

- ( AB )t = BtAt

Matriks Inverse
Jika A, B matriks bujur sangkar dan berlaku AB = BA = I ( I matriks
identitas ), maka dikatakan bahwa A dapat dibalik dan B adalah matriks invers dari

A ( notasi A–1 ).

Determinan matriks
Determinan dari sebuah matriks adalah penulisan unsur-unsur sebuah
matriks bujur sangkardalam bentuk determinan. Determinan didefinisikan untuk
matriks persegi. Untuk matriks 2 × 2:

determinannya adalah

103
Perhatikan perbedaaan penulisan matriks dan determinan matriks. Unsur-
unsur matriks A berada di dalam tanda kurung [ ], sedangkan unsur-unsur
determinan A ditulis di dalam | |.

Untuk matriks n × n:

Menentukan nilai determinan A di atas dapat dilakukan dengan cara


berikut. Misalnya kita ingin mencari

Kita keluarkan satu baris dan satu kolom maka akan diperoleh
determinan dengan orde lebih rendah 1. Misalnya kita keluarkan baris dan kolom
yang mengandung unsur a23, yakni unsur pada baris ke-2 dan kolom ke-3:

104
maka tersisa

Untuk memudahkan mengingat, tanda dari kofaktor (+ atau −) untuk setiap


unsur sebagai berikut.

Contoh: Tentukan determinan A jika

Penyelesaian

105
Misalnya kita gunakan baris pertama. Unsurnya adalah −1, 7, dan 5. Minor
dari −1 adalah

Minor dari 7 adalah

Minor dari 5 adalah

Dengan mengingat tanda dari kofaktor

maka diperoleh

106
Hasil yang sama akan diperoleh jika kita ambil baris atau kolom yang
lain. Untuk mengecek, ambil kolom 2 maka diperoleh

Metode menentukan determinan seperti yang telah kita lakukan di atas


merupakan salah satu bentuk dari pengembangan Laplace dari suatu
determinan. Jika determinannya orde ke-4 atau lebih, menggunakan
pengembangan Laplace memerlukan waktu yang panjang. Metode ini dapat
disederhanakan melalui kenyataan-kenyataan berikut:
1. Jika setiap unsur dari satu baris atau kolom dari determinan dikalikan dengan
bilangan k, nilai determinan dikalikan dengan k.
2. Nilai determinan sama dengan nol jika (a) semua unsur dalam satu baris
atau kolom adalah nol, atau (b) dua baris atau dua kolom identik, atau (c)
dua baris atau dua kolom sebanding/proporsional.
3. Jika dua baris atau dua kolom dari determinan dipertukarkan, nilai
determinan berganti tanda (dari + menjadi − atau sebaliknya).
4. Nilai determinan tidak berubah jika (a) baris ditulis sebagai kolom atau
sebaliknya, atau (b) kita menambahkan pada setiap unsur salah satu baris
(atau kolom), k kali dari unsur pada baris (atau kolom) lain, dengan k suatu
bilangan.
Selanjutnya, determinan dapat ditentukan menggunakan reduksi baris
Dalam hal ini, jadikan pivot selalu bernilai 1, kemudian unsur di bawahnya menjadi
nol (seperti pada eliminasi Gauss untuk matriks). Kita mulai dari contoh yang
paling sederhana.

107
Penyelesaian
Baris pertama merupakan kelipatan dari 2 maka determinan di atas dapat ditulis
menjadi

Selanjutnya, baris ke-2 dikurangi oleh 3 kali baris ke-1. Prosesnya ditulis sebagai
berikut

Jadi,

Kita cek dengan menggunakan rumus determinan 2 × 2:

CONTOH 4 Tentukan determinan

Penyelesaian

108
Jadi,

Aturan Cramer
Tinjau sistem persamaan linear berikut

Untuk mendapatkan x, kalikan persamaan ke-1 dengan d dan persamaan ke-2


dengan b, kemudian kurangi persamaan ke-1 oleh persamaan ke-2, maka
diperoleh

Dengan cara serupa, diperoleh

Dalam notasi determinan

109
Solusi dari sistem persamaan di atas secara umum dapat ditulis

Dalam bentuk matriks, sistem persamaan linear di atas ditulis

Untuk mendapatkan Dx, kita tinggal ganti kolom pertama dengan unsur kolom
paling kanan, sedangkan untuk mendapatkan Dy, ganti kolom kedua dengan unsur
kolom paling kanan.
Contoh : Gunakan aturan Cramer untuk memecahkan sistem persamaan linear
berikut.

Penyelesaian
Dalam bentuk matriks, sistem persamaan linear di atas ditulis

110
Dengan demikian diperoleh

Contoh: Gunakan aturan Cramer untuk menentukan solusi sistem


persamaan linear berikut.

Penyelesaian

Dengan demikian diperoleh


111
PENERAPAN DALAM EKONOMI
Analisis Input Output
.Diketahui bahwa matrisk teknologi Kabupaten Kepulauan Aru adalah
sebagai berikut:
0,20 0,12 0,02
0,15 0,28 0,26 =
0,10 0,17 0,23
Nilai tambah 0,55 0,43 0,49
Contoh soal: Hitunglah keluaran total masing-masing sektor dan nilai tambahnya
jika ditargetkan permintaan akhir terhadap sektor pertanian, industri dan jasa
masing-masing 100, 300 dan 200. Susunlah matriks transaksi yang baru.

Penyelesaian :
Menurut rumus X = (I – A)-1 U
1 − 0,20 −0,12 −0,02 100
= −0,15 1 − 0,28 −0,26 300
−0,10 −0,17 1 − 0,23 200
0,80 −0,12 −0,02 100
= −0,15 0,72 −0,26 300
−0,10 −0,17 0,77 200
Determinan | I – A | = (0,80)(0,72)(0,77) + (-0,12)(-0,26)(-0,10) + (-0,02)(-
0,17)(-0,15) - (-0,10)(0,72)(-0,02) - (-0,15)(-0,12)(-0,77)
- (0,80)(-0,26)(-0,17)
= 0,38923

.( )
(I – A)-1 =
| |

112
0,80 −0,12 −0,02 0,5102 0,0958 0,0456
−0,15 0,72 −0,26 = 0,1415 0,6140 0,2110 : 0,38923
−0,10 −0,17 0,77 0,0975 0,1480 0,5580

1,3108 0,2461 0,1171


= 0,3635 1,5775 0,5421
0,2505 0,3802 1,4336

Dengan demikian,
1,3108 0,2461 0,1171 100 228,33
= 0,3635 1,5775 0,5421 300 = 618,02
0,2505 0,3802 1,4336 200 425,83
Jadi, keluaran total masing-masing sektor akan menjadi
Pertanian = 228,33
Industri = 618,02
Jasa = 425,83

Sedangkan nilai tambah sektor


Pertanian = 0,55 x 228,33 = 125,58
Industri = 0,43 x 618,02 = 256,06
Jasa = 0,49 x 425,83 = 208,66

113

Anda mungkin juga menyukai