HIMPUNAN
1.1 Himpunan
Dasar-dasar teori tentang teori himpunan, berikut ini sangat penting dalam
Contoh :
kurawal dan digunakan notasi huruf besar. Hal itu berarti, himpunan di atas ditulis
1. A = { 0, 1, 2, 3, 4 }.
Untuk membentuk himpunan, salah satu metode yang dapat digunakan adalah :
1
metode Rule yaitu dengan menyebut syarat keanggotaannya. Contoh
Apabila suatu obyek merupakan anggota dari suatu himpunan maka obyek itu
bukan merupakan anggota dinamakan bukan elemen, dan notasi yang digunakan
bilangan cardinal dan disimbolkan dengan n(A). Berarti pada contoh di atas n(A)
= 5.
dan biasa disimbolkan dengan A B. Berarti jika A dan B ekuivalen maka dapat
sebaliknya.
Contoh:
A={0, 1, 2, 3, 4} = {1, 0, 3, 2, 4}
Contoh:
2
E={0, 0, 1, 1, 2, 3} = {0, 1, 2, 3}.
Contoh :
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota, dalam hal
Contoh :
maka D = ⌀ atau D = { }.
lingkaran dan anggotanya berupa titik dalam lingkaran dan himpunan semestanya
Himpunan A dikatakan himpunan bagian jika dan hanya jika setiap elemen
3
dari A merupakan elemen dari B. Notasi yang biasa digunakan adalah A B atau
Contoh :
Himpunan { 0 } { 0, 1, 2, 3 } sedangkan 0 { 0, 1, 2, 3 }.
Dua himpunan dikatakan sama jika dan hanya jika keduanya mengandung
elemen yang tepat sama. Hal itu berarti bahwa A = B jika dan hanya jika setiap
anggota A juga menjadi anggota B dan sebaliknya setiap anggota B juga menjadi
contoh : {1, 2, 4 } { 1, 2, 3, 4, 5 }.
Dari suatu himpunan A dapat dibuat himpunan kuasa yaitu himpunan yang
4
digunakan adalah 2𝐴 . Contoh : himpunan H = { 1, 2 } maka 2𝐴 = { ⌀, {1}, {2},
dengan himpunan E = { 5, 6, 7, 8 }.
sebagai
𝐴𝐶 ={ x | x U dan x A }.
𝐴𝐶 ={1, 2, 4, 6, 8, 9,10}.
anggotanya terdiri atas semua anggota dari himpunan A atau B. Notasi yang
𝐴𝐶 = U.
5
Irisan dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang anggotanya
AC= ⌀ .
B}. Sebagai contoh jika A = {0, 1, 2, 3} dan B = {3, 4, 5} maka A-B = {0, 1,
tetapi bukan anggota A dan B. Dalam hal ini digunakan notasi A + B. Secara
: A + B = (A B) - (A B) atau A + B = (A - B) (B - A).
6
Hukum-hukum aljabar himpunan:
Hukum komutatif : A B = B A,
A B = B A.
Hukum assosiatif : A (B C) = (A B) C,
A (B C) = (A B) C.
Hukum idempoten: A A = A,
A A = A.
A (B C) = (A B) (A C).
(A B)c = Ac Bc.
Himpunan bilangan
7
anggota garis bilangan.
bilangan irrasional R – Q = Qc = { x R | x Q }.
8
BAB II
OPERASI BINER
Operasi biner = operasi bundaran (○). Dalam aljabar tidak hanya dibahas
tentang himpunan tetapi juga himpunan bersama dengan operasi penjumlahan (+)
Definisi 1
Jika S sebuah himpunan yang tidak kosong maka operasi linier pada
Contoh :
elemen B.
a. Tertutup
9
b. Komutatif
c. Assosiatif
○ a b c d e
a a b c d e
b b c d e a
c c d e a b
d d e a b c
e e a b c d
Jawab :
a. a ○ b = b
b○d=e
d○e=c
b. a○b=b○a
b=b
c. (a ○ b) ○ c = a ○ (b ○ c)
b○c=a○d
d=d
Karena 3, 5 dalam N dan 3*5 = 3-5 = -2 tidak berada dalam N maka N tidak
10
5. Didefinisikan operasi # dengan aturan x # y = x +2y dengan x, y dalam N =
Misal :
x # y = x +2y
4 # 3 = 4 +2 . 3
= 4+6
= 10
Tertutup
bilangan bulat positif. Lebih jauh 2y + x > 0 jika x > 0 dan y > 0. Berarti hasil
dari x+2y masih merupakan bilangan positif dan akibatnya N tertutup di bawah
operasi #.
Definisi 2
∀ (x, y) ∈ S ↔ x ○ y = y ○ x
Definisi 3
11
setiap x, y, z ∈ S berlaku (x ○ y) ○ z = x ○ (y ○ z)
∀(x, y, z) ∈ S ↔ (x ○ y) ○ z = x ○ (y ○ z)
Contoh :
T adalah himpunan bilangan real operasi biner (○) T dideinisikan untuk setiap a, b
Penyelesaian :
(a ○ b) ○ c = a ○ (b ○ c)
( 1⁄2 a + b) ○ c = a ○ ( 1⁄2 b + c)
1⁄ ( 1⁄ a + b) – c = 1⁄ a + 1⁄ b + c
2 2 2 2
1⁄ a + 1⁄ b + c = 1⁄ a + 1⁄ b + c
4 2 2 2
Definisi 4
u○x=x○u=x
Teorema 1
𝑢1 ○ 𝑢2 = 𝑢2 ○ 𝑢1 = 𝑢1
12
𝑢2 ○ 𝑢1 = 𝑢1 ○ 𝑢2 = 𝑢2
Definisi 5
Teorema 2
Misalkan ○ adalah operasi biner pada himpunan S jika memiliki invers pada
maka :
x ○ 𝑥1 = 𝑥1 ○ x = u
x ○ 𝑥2 = 𝑢2 ○ x= u
Definisi 6
setiap x, y, z ∈ S berlaku :
x ∆ (y ○ z) = (x ∆ y) ○ (x ∆ z)
13
Jika untuk setiap x, y, z ∈ S berlaku :
(y ○ z) ∆ x = (y ∆ x) ○ (z ∆ x)
Contoh :
Penyelesaian :
Ambil sembarang a, b, c ∈ T
a (𝑏 + 𝑐)2 = 𝑎𝑏 2 +𝑎𝑐 2
a (𝑏 2 + 2𝑏𝑐 + 𝑐 2 ) = 𝑎𝑏 2 +𝑎𝑐 2
a𝑏 2 + 2𝑎𝑏𝑐 + 𝑎𝑐 2 = 𝑎𝑏 2 +𝑎𝑐 2
Ambil sembarang a, b, c ∈ T
Definisi 7
14
Jika himpunan G yang tidak kosong dan operasi biner (○) yang didefinisikan
pada G membentuk suatu grup jika dan hanya jika memenuhi sifat-sifat :
Assosiatif
a, b, c ∈ G berlaku (a ○ b) ○ c = a ○ (b ○ c)
a untuk setiap a ∈ G
=a
Contoh :
Penyelesaian :
○ 1 2 3 4
1 1 2 3 4
2 2 4 1 3
3 3 1 4 2
4 4 3 2 I
Assosiatif
(a ○ b) ○ c = a ○ (b ○ c)
(1 + 2) + 3 = 1+ (2 + 3)
3+3=1+5
6= 6
15
2=2
Identitas
Invers
1 x a = 1, a=1
Jadi, karena salah satu syarat tidak memiliki/tidak berlaku maka T = {1, 2,
Suatu grup pada operasi biner (○) maka untuk setiap a, b, c ∈ G berlaku :
a ○ b = a ○ c maka b = c
b ○ a = c ○ a maka b = c
bukti:
maka : a○b=a○c
𝑎−1 ○ a ○ b = 𝑎−1 ○ a ○ c
(𝑎 −1 ○ a) ○ b = (𝑎 −1 ○ a) ○ c
U○b=U○c
b=c
Teorema 4
16
= b dan y ○ a = b, mempunyai penyelesaian tunggal.
Bukti :
= b memiliki penyelesaian
a○x=b
𝑎−1 ○ a ○ x = 𝑎−1 ○ b
(𝑎 −1 ○ a) ○ x = (𝑎 −1 ○ b)
U ○ x = 𝑎−1 ○ b
Bukti :
Teorema 5
𝑎−1 = 𝑎−1 ○(𝑎−1 )−1 = 𝑈 maka a ○ 𝑎 −1 = 𝑎−1 ○ a dengan sifat konselasi maka
a = (𝑎−1 )−1
Teorema 6
17
(G:○) suatu grup maka untuk setiap a, b ∈ G berlaku : (a ○ b)−1 = 𝑏 −1 ○
𝑎−1 .
(a ○ b)−1 ○ (a ○ b) = (a ○ b) ○ (a ○ b)−1 = 𝑈
Definisi 8
positif berlaku :
Teorema 7
𝑎𝑚+𝑛
Bukti :
𝑎𝑚 = a ○ a ○ a ○ . . . ○ a sebanyak m faktor
𝑎𝑛 = a ○ a ○ a ○ . . . ○ a sebanyak n faktor
Maka 𝑎𝑚 ○ 𝑎𝑛 = (a ○ a ○ a ○ . . . ○ a) ○ (a ○ a ○ a ○ . . . ○ a)
18
Maka : 𝑎𝑚 ○ 𝑎𝑛 = 𝑎𝑚+𝑛
Teorema 8
= 𝑎𝑛 ○ 𝑎𝑛 ○ 𝑎𝑛 ○ … ○ 𝑎𝑛 sebanyak n faktor
contoh :
a. a, b ∈ G, 𝑏 −1 = 𝑎−1 maka a = b
Jawab :
𝑎−1 = 𝑏 −1
(𝑎−1 )−1
= (𝑏 −1 )−1
𝑎=𝑏
𝑎−1 ○ a = a ○ 𝑎−1 = U
a○a=a
𝑎−1 ○ a ○ a = 𝑎−1 ○ a
19
(𝑎−1○ a) ○ a = 𝑎−1 ○ a
U○a=U
a=U
20
BAB III
SUB GRUP
Definisi 9
jika (G:○) merupakan grup, maka suatu himpunan H ⊆ 𝐺 disebutsub grup atas
grup G jika dan hanya jika memenuhi syarat H ≠ ⌀ dan H adalah grup.
Teorema 9
Diketahui (G:○) merupakan grup dan H sub grup dari G(H ⊆ 𝐺), maka berlaku:
(i) a, b ∈ H ⇒ a ○ b ∈ H (tertutup)
(ii) a ∈ H ⇒ = 𝑎−1 ∈ H
Teorema 10
Diketahui (G:○) merupakan grup dan H sub grup dari G jika dan hanya jika :
∀𝑎, 𝑏 ∈ a ○ 𝑏 −1 ∈ 𝐻
○ I S 𝑆2 Rm Rn Rk
I I S 𝑆2 Rm Rn Rk
S S 𝑆2 I Rk Rm Rn
𝑆2 𝑆2 I S Rn Rk Rm
Rm Rm Rn Rk I S 𝑆2
21
Rn Rn Rk Rm 𝑆2 I S
Rk Rk Rm Rn S 𝑆2 I
Contoh :
Jawab :
○ I Rm
I I Rm
Rm Rm I
terbukti tertutup.
b. Invers
𝐼 −1 = 𝐼
𝑅𝑚−1 = 𝑅𝑚
∴ karena memenuhi syarat tertutup dan invers maka terbukti H = {I, Rm} sub
grup.
Jawab :
○ Rm Rn
Rm I S
Rn 𝑆2 I
22
maka tidak terbukti tertutup.
b. Invers
(𝑅𝑚)−1 = 𝑅𝑚
(𝑅𝑛)−1 = 𝑅𝑛
∴ karena tidak memenuhi syarat tertutup dan invers maka tidak terbukti T =
Jawab :
○ I S 𝑆2
I I S 𝑆2
S S 𝑆2 I
𝑆2 𝑆2 I S
terbukti tertutup.
b. Invers
(∀𝑎 ∈ 𝐹 → a ○ 𝑎−1 = U)
a=I
I ○ 𝐼 −1 = 𝐼
𝐼 −1 = 𝐼
a=S
23
S ○ 𝑆 −1 = 𝐼
𝑆 −1 = 𝑆 2
a = 𝑆2
𝑆 2 ○ (𝑆 2 )−1 = 𝐼
(𝑆 2 )−1 = 𝑆
∴ karena memenuhi syarat tertutup dan invers maka terbukti H = {I, Rm} sub grup.
24
BAB IV
KOSET
4.1 Koset
Definisi
Ha = {ha : h ∈ H}
aH = {ah : h ∈ H}
Contoh :
dengan sub grupnya 5Z, untuk 3 ∈ Z. Tentukan koset kanan dan koset kiri
dari H dalam G!
Jawab :
a= 3
Koset kanan
25
Koset kiri
∴ karena berlaku sifat komutatif maka koset kanan sama dengan koset kiri dari
H dalam G.
2. Diketahui G={𝑍4 , +} dan H={0, 2}. Tentukan koset kanan dan koset kiri dari
H dalam G!
Jawab :
Koset kanan
G+H
0 + {0, 2} = {0, 2}
1 + {0, 2} = {1, 3}
2 + {0, 2} = {2, 4}
3 + {0, 2} = {3, 5}
Koset kiri
H+G
{0, 2} + 0 = {0, 2}
{0, 2} + 1= {1, 3}
{0, 2} + 2 = {2, 4}
{0, 2} + 3 = {3, 5}
∴ karena berlaku sifat komutatif maka koset kanan sama dengan koset kiri dari
H dalam G.
26
3. T adalah himpunan bilangan bulat terhadap operasi + merupakan suatu grup
dan H adalah bilangan bulat kelipatan 3 juga merupakan sub grup dari T,
Jawab :
a= 4
Koset kanan
Koset kiri
∴ karena berlaku sifat komutatif maka koset kanan sama dengan koset kiri dari
H dalam G.
27
BAB V
HOMOMORFISME
5.1 Homomorfisma
Definisi
Jika G suatu grup dengan operasi (G, +) dan (G’, ○) suatu grup. suatu
pemetaan 𝜃:G → G’ disebut homomorfisma jika dan hanya jika untuk setiap a, b
Contoh :
didefinisikan oleh:
Jawab :
G’= { 1,-1}
𝜃: G → G’ didefinisikan :
1, 𝑥 ∈ 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅(+)
𝜃 (x) : [ ]
−1, 𝑥 ∈ 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅(+)
Misal :
28
a = 4, b = 6 → 𝜃(4 + 6) = 𝜃(10)
=1
=1○1
= 𝜃(4) ○ 𝜃(6)
Misal :
=1○1
= 𝜃(2) ○ 𝜃(3)
Jawab :
29
+ 0 1 2 3
0 0 1 2 3
1 1 2 3 0
2 2 3 0 1
3 3 0 1 2
○ 1 2 3 4
1 1 2 3 4
2 2 4 1 3
3 3 1 4 2
4 4 3 2 I
𝜃:G → G’ disebut homomorfisma bila dan hanya bila ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku 𝜃(𝑎 +
𝑏) = 𝜃(𝑎) ○ 𝜃(𝑏)
Misal :
a = 2, b = 0 → 𝜃(2 + 0) = 𝜃(2)
=4
=4○1
= 𝜃(2) ○ 𝜃(0)
30
Misal :
a = 3, b = 1 → 𝜃(3 + 1) = 𝜃(0)
=1
=3○2
= 𝜃(3) ○ 𝜃(1)
Misal :
a = 3, b = 0 → 𝜃(3 + 0) = 𝜃(3)
=3
=3○1
= 𝜃(3) ○ 𝜃(0)
Misal :
a = 2, b = 3 → 𝜃(2 + 3) = 𝜃(1)
=2
=4○3
= 𝜃(2) ○ 𝜃(3)
suatu homomorfisma.
31
Jawab :
𝜃:G → G’ disebut homomorfisma bila dan hanya bila ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku 𝛼(𝑎 +
𝑏) = 𝛼(𝑎) ○ 𝛼(𝑏)
=2𝑚 ○ 2𝑛
=𝛼(𝑚) ○ 𝛼(𝑛)
homomorfisma.
32
BAB VI
ISOMORFISMA
6.1 Isomorfisma
ada g ∈ G sehingga 𝜃(g)=g’. Dengan kata lain setiap elemen g’ mempunyai kawan
elemen G. Dapat pula dikatakan bahwa homomorfisma 𝜃:G into G atau disingkat
suatu pemetaan satu-satu dari G→G' dengan kata lain jika 𝜃(x) = 𝜃(y) maka x = y
semua x, y ∈ G.
Definisi 2
monomorfisma.
Contoh :
Jawab :
33
+ 0 1 2 3 ○ 1 2 3 4
0 0 1 2 3 1 1 2 3 4
1 1 2 3 0 2 2 4 1 3
2 2 3 0 1 3 3 1 4 2
3 3 0 1 2 4 4 3 2 1
Misal :
a = 2, b = 0 → 𝜃(2 + 0) = 𝜃(2)
=4
=4○1
= 𝜃(2) ○ 𝜃(0)
Misal :
a = 3, b = 1 → 𝜃(3 + 1) = 𝜃(0)
=1
=3○2
= 𝜃(3) ○ 𝜃(1)
Misal :
a = 3, b = 0 → 𝜃(3 + 0) = 𝜃(3)
34
=3
=3○1
= 𝜃(3) ○ 𝜃(0)
Misal :
a = 2, b = 3 → 𝜃(2 + 3) = 𝜃(1)
=2
=4○3
= 𝜃(2) ○ 𝜃(3)
G → G’
0 1
1 2
2 3
3 4
35
merupakan suatu grup pula dibentuk suatu pemetaan 𝜃 : G → G’ yang
didefinisikan oleh:
Jawab :
G’= { 1,-1}
𝜃: G → G’ didefinisikan :
1, 𝑥 ∈ 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅(+)
𝜃 (x) : [ ]
−1, 𝑥 ∈ 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅(+)
Misal :
a = 4, b = 6 → 𝜃(4 + 6) = 𝜃(10)
=1
=1○1
= 𝜃(4) ○ 𝜃(6)
Misal :
=1○1
= 𝜃(2) ○ 𝜃(3)
36
Sehingga 𝜃 bukan suatu homomorfisma.
Jawab :
+ 0 1 2 ○ 1 2 3
0 0 1 2 1 1 2 3
1 1 2 0 2 2 0 2
2 2 0 1 3 3 2 0
Misal :
a = 2, b = 1 → 𝑓(2 + 1) = 𝑓(0)
=2
=2○1
= 𝑓(2) ○ 𝑓(1)
Misal :
a = 2, b = 0 → 𝑓(2 + 0) = 𝑓(2)
37
=3
=3○1
38
BAB VII
RING SEDERHANA
Definisi 1:
Suatu himpunan yang tidak kososng dijadikan dengan dua operasi yaitu
penjumlahan dan bundaran disebut suatu ring jika dan hanya jika memenuhi sifat
berikut .
∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅 berlaku (a + b) + c = a + (b + c)
∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅 berlaku a + b = b + a
∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅 berlaku (a ○ b) ○ c = a ○ (b ○ c)
39
8. sifat distributif operasi bundaran (○) terhadap operasi +
∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅 berlaku
Contoh :
Jawab :
∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐶 berlaku (a + b) + c = a + (b + c)
40
((a,b) + (c,d)) + (e,f) = (a,b) + (c,d) + (e,f)
3. elemen identitas
a+x = a → x=0
b+y = b → y=0
4. invers
p+r = 0 → r = -p
q+s = 0 → s = -q
41
∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐶 berlaku a + b = b + a
∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐶 berlaku a ○ b = c
tertutup terhadap ○
∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐶 berlaku (a ○ b) ○ c = a ○ (b ○ c)
(a(cf+de)) + (b(ce-df))
(ace – bde – adf – bcf, acf – bdf + ade + bce) = (ace – adf – bcf – bde, acf +
42
8. sifat distributif
Jawab :
+ 0 1 2
0 0 1 2 ○ 1 2
1 1 2 0 1 1 2
2 2 0 1 2 2 1
43
a. sifat tertutup terhadap +
a+b=c
1+2 = 3
(a + b) + c = a + (b + c)
(0+1) + 2 = 0 + (1+2)
1+2 = 0 + 3
3 =3
Karena ruas kiri sama dengan ruas kanan maka terbukti assosiatif.
c. elemen identitas
a + u = a . u∈ 0, a+u = u+a = a
0+0 = 0+0 = 0
1+0 = 0+1 = 1
2+0 = 0+2 = 2
d. invers
a + (-a) = u
0 + (-a) = 0
44
(-a) = 0
1 + (-a) = 0
(-a) = 2
2 + (-a) = 0
(-a) = 1
a+b=b+a
1+2 = 2 + 1
3=3
Karena ruas kiri sama dengan ruas kanan maka terbukti komutatif.
a○b=c
1+2 = 3
(a ○ b) ○ c = a ○ (b ○ c)
(0○1) ○ 2 = 0 ○ (1○2)
0 ○2=0○2
45
0=0
Karena ruas kiri sama dengan ruas kanan maka terbukti assosiatif.
h. sifat distributif
0○0=0+0
0=0
0○0=0+0
0=0
Karena hasil distributif kiri sama dengan hasil distributif kanan maka
terbukti distributif.
ring!
Jawab :
+ 0 1 2 3 4 5
0 0 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5 0
46
2 2 3 4 5 0 1
3 3 4 5 0 1 2
4 4 5 0 1 2 3
5 5 0 1 2 3 4
○ 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
2 2 4 1 2 4
3 3 1 3 0 3
4 4 2 0 4 2
5 5 4 3 2 1
a+b=c
1+2 = 3
(a + b) + c = a + (b + c)
(2+3) + 4 = 2 + (3+4)
5+4 = 1 + 1
47
3 =3
Karena ruas kiri sama dengan ruas kanan maka terbukti assosiatif.
c. elemen identitas
a + u = a . u∈ 0, a+u = u+a = a
0+0 = 0+0 = 0
1+0 = 0+1 = 1
2+0 = 0+2 = 2
3+0 = 0+3 = 3
4+0 = 0+4 = 4
5+0 = 0+5 = 5
d. invers
a + (-a) = u
0 + (-a) = 0
(-a) = 0
1 + (-a) = 0
(-a) = 5
2 + (-a) = 0
(-a) = 1
3 + (-a) = 0
(-a) = 3
4 + (-a) = 0
(-a) = 2
48
5 + (-a) = 0
(-a) = 1
a+b=b+a
1+2 = 2 + 1
3=3
Karena ruas kiri sama dengan ruas kanan maka terbukti komutatif.
a○b=c
1+2 = 3
tertutup terhadap ○
(a ○ b) ○ c = a ○ (b ○ c)
(1○3) ○ 5 = 1 ○ (3○5)
4 ○5=1○3
3=3
Karena ruas kiri sama dengan ruas kanan maka terbukti assosiatif.
h. sifat distributif
49
distributif kiri a ○ (b+c) = a ○ b + a ○ c
2○ 5 = 0 + 0
0=0
5○2=2+2
4=4
Karena hasil distributif kiri sama dengan hasil distributif kanan maka
terbukti distributif.
50