Anda di halaman 1dari 10

MK: MATEMATIKA EKONOMI

HIMPUNAN DAN FUNGSI

OLEH :
KELOMPOK VI
NAMA : GOKLAN DUFIN PANDIANGAN (41631110)
LULU MARIA D. LUMBANTOBING (4163111034)
MERI NATALIA NAIBAHO (4163111045)
KELAS : REGULER DIK-C 2016

MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
HIMPUNAN
Teori himpunan (set theory) diberbagai cabang Matematika Modern baik itu aljabar,
aritmatika ataupun geometri analitik memegang peran yang sangat penting. Teori himpunan,
pertama kali dikembangkan oleh George Boole (1815-1864) dan George F.L.P Cantor (1845-
1918)

Himpunan dapat diartikan sebagai kumpulan dari obyek-obyek, yang dirumuskan secara
tegas dan dapat dibeda-bedakan. Obyek atau anggota –anggota himpunan tersebut dinamakan
unsur atau elemen.
1. Penulisan Himpunan

Penyajian suatu himpunan dapat dituliskan dengan dua cara yaitu Metode Pendaftaran
(Roster Method) dan Metode Pencirian (Rule Method) atau (Characterisation Method).
a. Metode Pendaftaran

Dengan menggunakan metode ini semua anggota dari himpunan dituliskan dan
diletakkan diantara dua kurung kurawal.
Contoh : A = { a,b,c,d,e,f,g}
B = {1,3,5,7,9}
C ={biru, merah, kuning,hijau}
D ={jeruk,manggis, semangka, melon,durian,apel}
b. Metode Pencirian

Dengan metode ini di anatara dua tanda kurung besar dituliskan salah satu huruf kecil
Latin yang disebut variabel boneka diikuti oleh garis tegah | atau : dan kemudian diikuti
oleh sifat-sifat yang menyebut variabel bonek itu. Pencirian yang terdiri dari semua unsur
atau elemen x sedemikian rupa sehingga x menyatakan syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh obyek x agar dapat merupakan unsur atau elemen himpunan tersebut. Metode
pencirian suatu himpunan dinyatakan sebagai {x| sifat x} atau {x:sifat x}
Contoh : A = { x | x bilangan bulat, 2<x<88}
B = {x : x bilangan asli, x<45}
C = { x : x peserta ujian semester }

2. Himpunan dan Anggota


a. Keanggotaan Himpunan
Pada umumnya himpunan dinyatakan dengan huruf-huruf cetak besar A, B, C,
....,X,Y atau Z. Obyek-obyek di dalam suatu kumpulan dinamakan sebagai anggota, unsur
atau elemen dari himpunan dan ini dinyatakan dengan huruf-huruf kecil a,b,c,...x,y,dan z.
Notasi standar untuk suatu himpunan adalah kurung kurawal {}
Contoh : A = { a,b,c,}
B = { a,b,c,d,e,f,g}
C ={mangga, jeruk, duria angka}
D = { x | x bilangan bulat, 2<x<19 }

Kita perhatikan himpunan A yang mempunyai unsur boneka {a,b,c} dapat dinyatakan
sebagai a ∈ A artinya unsur (obyek) a merupakan anggota dari himpunan A. Pernyataan
ingkarannya adalah d ∉ A artinya obyek d bukan merupakan anggota dari himpunan A.
Sedangkan untuk menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan A dinyatakan dengan
n(A).
Contoh: A = { a,b,c,} → n(A) = 3
B = { a,b,c,d,e,f,g} → n(B)= 7
b. Himpunan Kosong

Himpunan kosong (null set) adalah himpunan yang tidak mempunyai satu
anggotapun, dan biasanya dilambangkan dengan notasi {} atau ∅. Secara teoritis,
himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari setiap apapun. Dengan pengertian
himpunan kosong dapat dianggap sebagai wadah yang kosong
Contoh : A = {x|x bilangsn rasional, x2=5}
B = {x|x ϵ R, x2 + 100 = 0}
C = {x|x bilangan asli , x<0}
c. Himpunan Bagian

Jika setiap anggota dari himpunan A juga merupakan anggota dari himpunan lain
yaitu B, dengan kata lain a ∈ A juga a ∈ B maka himpunan A disebut himpunan bagian
(subset) dari himpunan B. Notasi dari himpunan bagian tersebut dapat tuliskan A ⊂ B.
Pernyataan ingkarannya adalah A ⊄ B artinya himpunan A bukan merupakan himpunan
bagian dari himpunan B.

Himpunan A dikatakan himpunan bagian sejati (proper subset) B jika setiap anggota
A merupakan anggota B dan ada satu anggota dari B yang bukan merupakan anggota A
yaitu A ⊂ B dan terdapat x ∈ B dan x ∉ A.

Dua buah himpunan dikatakan sama atau sederajat apabila semua anggota dari
himpunan yang satu merupakan anggota-anggota bagi himpunan yang lain. Jumlah
maupun jenis anggota-anggota kedua himpunan tersebut sama. A = B artinya himpunan A
sama dengan himpunan B, jika dan hanya jika A ⊂ B atau B ⊂ A.

Untuk himpunan-himpunan sebarang A, B, dan C maka berlaku:

1. Jika A ⊂ B dan B ⊂ C maka A ⊂ C


2. A = A, B = B dan C = C
3. Jika A = C maka C = A
4. Jika A = B dan B = C maka A = C
Catatan :

1. Jika A suatu himpunan maka A ⊂ A, artinya setiap himpunan merupakanhimpunan


bagian dari dirinya sendiri.
2. A ⊂ B tidak mencegah kemungkinan A = B
Contoh : A = {4,5,6,7,8,9}
B = { x : x bilangan asli, 1 < x < 45}
C = {1,2,3}
Dapat dituliskan :

A ⊂ B → A himpunan bagian dari himpunan B

C ⊂ B → C himpunan bagian dari himpunan B

A ⊄ C → A bukan himpunan bagian dari himpunan C

Banyaknya himpunan bagian dari suatu himpunan adalag 2n , dimana n adalah jumlah
elemen dari himpunan yang diketahui.
Contoh : A = {a,b,c}
B = {x : x bilangan asli, 10 < x < 13}
C = {x : x bilangan bulat, -2 < x < 3}
Banyaknya himpunan bagian dari A adalah 23 = 8 yaitu :
{a},{b},{c},{a,b},{a,c},{b,c},{a,b,c} dan {}
Banyaknya himpunan bagian dari B adalah 22 = 4 yaitu :
{11},{12},{11,12} dan {}
Banyaknya himpunan bagian dari C adalah 24 = 16 yaitu :

{-1},{0},{1},{2},{-1,0},{-1,1},{-1,2},{0,1},{0,2},{1,2},{-1,0,1},{-1,0,2},{-1,1,2},
{0,1,2},{-1,0,1,2} dan {}
3. Himpunan Semesta dan Operasi Himpunan

Hubungan antara himpunan-himpunan bagian seringkali dijelaskan dengan menggunakan


diagram. Dengan daerah persegi panjang sebagai semesta Kosmos S, himpunan bagian A
dinyatakan oleh daerah tertutup didalam persegi panjang dan Ac dinyatakan daerah tertutup
yang berada diluar A dan didalam persegi panjang tersebut dinamakan diagram Venn.
a. Operasi Gabungan

Operasi gabungan (union) dari himpunan A dan himpunan B dituliskan dengan notasi
A ∪ B (baca A gabungan B) artinya himpunan yang beranggotakan unsur-unsur
himpunan A atau himpunan B atau kedua-duanya. Penciriannya adalah :
A ∪ B = {x| x ∈ A “atau” x ∈ B}

Gabungan dari dua buah himpunan A dan himpunan B ditunjukkan dengan diagram
Venn .
Contoh :
A ={1,2,3,4}
B = {2,3,5,7}
C = {5,6,7,8,9,10}

Maka operasi gabungan : A ∪ B = {1,2,3,4,5,7}

A ∪ C = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}

A ∪ B ∪ C = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}

A B A C

A∪B A∪C

A B C
A∪B∪C
b. Operasi Irisan
Operasi irisan (intersection) atau persekutuan dari himpunan A dan himpunan B
dituliskan dengan notasi A ∩ B (baca : A iris B) artinya himpunan yang beranggotakan
baik elemen dari himpunan A maupun elemen himpunan B. Dengan kata lain irisan dari
dua himpunan A dan himpunan B adalah himpunan obyek yang merupakan sub himpunan
yang sekaligus baik dari himpunan A maupun himpunan B.
A ∩ B = {x| x ∈ A “dan” x ∈ B}
Contoh : A = {4,5,6}
B = {1,2,3}
C = {3,4,5,7,8}
Maka operasi irisan :
A∩B=∅
A ∩ C = {4,5}
B ∩ C = {3}
(A ∩ C) ∪ (B ∩ C) = {3,4,5}
Diagram venn
A∩B A∩C B∩C

A B A C B C
E

A B
C

(A ∩ C) ∪ (B ∩ C)
c. Operasi Selisih
Operasi selisih (diference) dari himpunan A dan himpunan B dapat dituliskan dengan
notasi A-B (baca:komplemen dari himpunan B terhadapa himpunan A) artinya himpunan
yang beranggotakan elemen dari himpunan A ynag bukan elemen B. Selisih dari
himpunan A dan himpunan B adalah himpuan dari obyek yang merupakan elemen dari
himpunan A tetapi yang tidak merupakan elemen dari himpunan B.
A-B = {x|x ∈ A tetapi x ∉ B}
Contoh : A ={1,2,3,4}
B = {2,3,5,7}
C={5,6,7,8,9}
S = himpunann semesta
Maka operasi selisih :
A-B ={1,4}
A-C={1,2,3,4}
B-A={5,7}
S-A={x|x∈ S tetapi x ∉ S}
Diagram Venn :

A C
A B
A-B A-C

A
A B
S

B-A S-A
d. Operasi Komplemen
Operasi komplemen (complement) dari himpunan B dapat dituliskan dengan notasi Bc
atau B’ artinya himpunan yang beranggotakan elemen yang tidak dimiliki oleh himpunan
B. Jadi komplemen dari himpunan B merupakan sub himpunan yang lain dari B, tetapi
merupakan pelengkap dalam himpunan semesta S.
Bc = {x|x ∈ S tetapi x ∉ B}
Bc = S-B dengan S adalah himpunan semesta
Contoh : S = {x:x adalah huruf abjad}
A ={ a,e,i,o,u}
B = {x: adalah huruf mati dalam abjad}
Maka operasi komplemen : S-A = {x|x adalah huruf mati}
S-B = {x|x adalah huruf hidup}
Diagram Venn:

S
S
A
B
Bc
c
A

S-A = AC S-B = BC
4. Dalil –dalil Operasi Himpunan
a. Hukum komutatif :
Gabungan : A ∪ B = B ∪ A
Irisan : A ∩ B = B ∩ A
Untuk memperoleh gabungan dari tiga himpunan A,B, dan C, terlebih dahulu mencari
dari dua himpunan manapun, kemudian hasil gabungan digabungkan dengan himpunan
yang ketiga: cara yang sama dapat diterapkan untuk operasi irisan.

A A
B C B C

A∪B∪C A∩B ∩C
b. Hukum Asosiatif
Gabungan : A ∪ (B ∪ C) = (A ∪ B) ∪ C
Irisan : A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C
c. Hukum Distributif
Gabungan : A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C)
Irisan : A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C)
Contoh :
Buktikan hukum distributif jika diketahui A={4,5} , B={3,6,7}, dan C={2,3}
Untuk membuktikan bagian pertama hukum ini, kita tunjukkan pernyataan sebelah
kiri dan sebelah kanan secara tepisah.
Kiri : A ∪ (B ∩ C) = {4,5} ∪ {3} ={3,4,5}
Kanan : (A ∪ B) ∩ (A ∪ C) = {3,4,5,6,7} ∩ {2,3,4,5}= {3,4,5}
Karena kedua sisi memberikan hasil yang sama, maka hukum tersebut terbukti. Cara yang
sama juga digunakan untuk bagian kedua hukum distributif, dimana di dapat;
Kiri : A ∩ (B ∪ C) = {4,5} ∩ {2,3,6,7} = ∅
Kanan : (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) = ∅ ∪ ∅= ∅
Jadi hukum tersebut terbukti.
5. Operasi Hasil Kali Cartesius
Pada umumnya apabila kita mempunyai dua buah himpunan A dan B himpunan yang
tidak kosong, maka himpunan dari seluruh pasangan yang berurut (x,y) yang diperoleh dari A
dan B dimana x ∈ A dan y ∈ B dinyatakan dengan A x B yaitu :
A x B = {(x,y) | x ∈ A, y ∈ B }
(x,y) pasangan berurutan artinya (x,y) dibedakan dengan (y,x)
Contoh : A={a,b,c}
B ={1,2}
Hasil kali kartesiusnya adalah :
A x B = { (a,1), (b,1),(c,1),(a,2),(b,2),(c,2)}
B x A = {(1,a),(1,b),(1,c),(2,a),(2,b),(2,c)}
AxB≠BxA
Perkalian himpunan A x B menghasilkan enam pasangan yang membentuk suatu
himpunan dimana setiap pasang berurutan merupakan satu unsur atau elemen. Himpunan ini
disebut Hasil Kali Cartesius (Cartesian Product) dari A dan B.
Jika himpunan hasil kali cartesius diperluas lagi, misalnya untuk himpunan A yang
mempunyai n elemen dan himpunan B yang mempunyai m elemen, maka kita dapat
membentuk m x n pasang berurutan.
Contoh :
A={1,2,3,4,5,6}
B={1,2,3,4,5,6}
Apabila A dan B adalah himpunan Cartesian dan pasangan berurutan dinyatakan (x,y)
dimana x ∈ A, y ∈ B dan x + y < 7 , maka hasil kali Cartesian dapat dituliskan :
A x B = {(1,1),(1,2),(1,3),(1,4)(1,5),(2,1),(2,2),(2,3),(2,4),(3,1),(3,2),(3,3),(4,1),(4,2),(5,1)}
Pasangan pasangan yang tersusun tersbut membentuk suatu sub himpunan dari A x B.
Jika misalnya sub himpunan tersebut dinyatakan dengan R, maka sub himpunan R
ditunjukkan dengan:
A x B = {(x,y) | x+y <7, (x,y) ∈ R}
Contoh : apabila suatu pasangan-pasangan yang tersusun membentuk suatu sub himpunan
dari A x B yang ditunjukkan dalam sub himpunan R yaitu : A x B = {(x,y) | x=y , (x,y) ∈ R}
maka hasil kali Cartesian dapat dituliskan yaitu
A x B ={(1,1,),(2,2),(3,3),(4,4),(5,5),(6,6)}
Dari contoh diatas dapat ditunjukkan bahwa relasi R adalah suatu himpunan pasangan
beruurtan (tersusun). Himpunan dari x yang dipasangkan dengan y dalam (x,y) yang
merupakan anggota dari R maka himpunan dari x disebut wilayah (domain) dari relasi R yang
dinyatakan sebagai :
{x:untuk beberapa y ,(x,y) ∈ R}
Demikian juga untuk sub himpunan y dalam pasangan berurutan yang merupakan anggota
dari R disebut juga jangkau (range) dari relasi R yang dinyatakan sebagai :
{y: untuk beberapa x, (x,y) ∈ R}

DAFTAR PUSTAKA
Chiang,Alpa C dan Kevin Wainwright.(2006).Dasar-Dasar Matematika Ekonomi.Jakarta:
Erlangga
Wibisono, Yusuf.(1999).Manual Matematika Ekonomi.Jakarta:Gajah Mada University
PRESS

Anda mungkin juga menyukai