LOGIKA MATEMATIKA
BAB I
PENDAHULUAN TEORI HIMPUNAN
Pengertian
Himpunan adalah kumpulan objek yang didefinisikan secara jelas dalam sembarang urutan
atau keberurutan objek-objek anggotanya tidak diperhatikan. Objek-objek itu disebut
elemen-elemen atau anggota-anggota himpunan
Anggota Himpunan
Himpunan memiliki objek yang disebut anggota atau elemen himpunan. Jika himpunan A
memiliki x sebagai anggotanya maka dapat dituliskan sebagai x ∈ A , dibaca ”x adalah
anggota himpunan A” atau “x adalah elemen dari himpunan A”. Jika objek y bukan elemen
atau anggota dari himpunan A maka dapat ditulis y ∉ A .
1.2 NOTASI
Notasi Himpunan
Himpunan dinyatakan dengan huruf besar : A, B, C, D, E, … . Sedangkan elemen-elemen
dalam suatu himpunan dinyatakan dengan huruf kecil : a, b, c, d, e, …
Contoh :
1. Himpunan A terdiri atas bilangan 2, 4, 6, 8, maka dapat dituliskan sebagai :
A = {2, 4, 6, 8}; elemen-elemen didaftarkan dengan dipisahkan tanda koma (‘,’) dan
dalam tanda kurung kurawal {}.
2. Himpunan B adalah himpunan bilangan genap positif, maka dapat dituliskan dengan :
B = {x | x genap > 0}
4. Diagram Venn
Dengan menggambarkan keberadaan himpunan terhadap himpunan lain. Himpunan
Semesta (S) digambarkan sebagai suatu segi empat sedangkan himpunan lain
digambarkan sebagai lingkaran.
Contoh :
S = {1,2, … , 7, 8}
A = {1,2,3,5}
B = {2,5,6,8}
S A B
1 2 6
3 5 8
3
LOGIKA MATEMATIKA
S A B
1 2 3
Himpunan Area
A 1,2
B 2,3
A∩ B 2
A∪ B 1, 2, 3
Definisi-Definisi
a. Himpunan semesta/universal
Simbol : S atau U
Catatan :
∅ ⊆ A dan A ⊆ A
Union (Gabungan)
Union himpunan A dan himpunan B adalah himpunan dari semua elemen yang termasuk
dalam A atau B atau keduanya. Union teresebut dapat dinyatakan sebagai :
A ∪ B : dibaca A Union B
Contoh :
A = { a, b, c, d } dan B = {e, f, g }, maka A ∪ B = { a, b, c, d, e, f, g }
Berlaku hukum : A ∪ B = B ∪ A
Subhimpunan :
A dan B keduanya selalu berupa subhimpunan dari A ∪ B, yaitu :
A ⊂ (A ∪ B) dan B ⊂ (A ∪ B)
Irisan (Perpotongan)
Irisan himpunan A dengan himpunan B adalah himpunan dari elemen-elemen yang dimiliki
bersama oleh A dan B, yatu elemen-elemen yang termasuk di A dan juga termasuk di B.
Irisan dinyatakan dengan :
A ∩ B dibaca A “irisan” B
Contoh
A = { a, b, c, d } dan B = { b, d, f, g } maka A ∩ B = { b, d }
(A ∩ B) ⊂ A dan (A ∩ B) ⊂ B
Jika himpunan A dan himpunan B tidak mempunyai elemen-elemen yang dimiliki bersama,
berarti A dan B terpisah, maka irisan dari keduanya adalah himpunan kosong :
A∩B=∅
6
LOGIKA MATEMATIKA
Selisih
Selisih himpunan A dan himpunan B adalah himpunan dari elemen-elemen yang termasuk
A tetapi tidak termasuk B, dan dinyatakan dengan :
A – B dibaca “selisih A dan B’ atau ‘A kurang B’
Komplemen
Komplemen dari himpunan A adalah himpunan dari elemen-elemen yang tidak termasuk A,
yaitu selisih dari himpunan semesta S dan A. Komplemen dapat didefinisikan secara
ringkas sebagai berikut :
A’ = { x | x ∈ S dan x ∉ A } atau A’ = { x | x ∉ A }
Aljabar himpunan mempunyai sifat yang analogi dengan aljabar aritmetika. Operasi pada
aljabar aritmetika adalah penambahan (+) dan perkalian (•).
2. Assosiatif
A2 : ( a + b ) + c = a + ( b + c )
M2 : (a • b) • c = a • ( b • c )
3. Identitas
A3 : Ada sebuah bilangan unik yaitu nol (0) sedemikian sehingga untuk semua
bilangan berlaku bahwa a + 0 = 0 + a = a
M3 : Ada sebuah bilangan unik yaitu 1 sedemikian sehingga untuk semua bilangan
berlaku bahwa a • 1 = 1 • a = a
4. Invers
A4 : Untuk setiap bilangan a terdapat bilangan unik (-a) sedemikian sehingga berlaku a
+ (-a) = (-a) + a = 0
M4 : Untuk setiap bilangan a ≠ 0, terdapat bilangan unik ( a 1 ) sedemikian sehingga
berlaku a • a 1 = a 1 • a = 1
5. Komutatif
A5 : a + b = b + a
M6 : a • b = b • a
6. Distributif
A6 : a • ( b + c ) = ( a b ) + ( a c )
M6 : (a + b) • c = ( a c ) + ( b c )
Sifat-sifat tersebut berlaku pula pada aljabar himpunan dimana terdapat perubahan :
• Operator penjumlahan (+) diganti dengan operator perbedaan simetris ( ∆ )
• Operator perkalian (•) diganti dengan operator irisan (∩)
• Sifat M4 bilangan unik nol (0) diganti himpunan ∅, bilangan unik 1 diganti
himpunan semesta S
• A4 Bilangan unik (-a) diganti dengan A’, sedemikian sehingga berlaku :
A ∆ A’ = S
A∩A=∅
Pada dasarnya Aljabar Boolean memberikan perantaraan antara Aljabar himpunan dan
Logika sebagai berikut :
Jika diinterpretasikan sebagai aljabar boolean maka kedua elemen pada aljabar himpunan
berkorespodensi dengan elemen pada aljabar Boolean yaitu 0 dan 1
8
LOGIKA MATEMATIKA
• Operasi-operasi dasar dalam Logika (Kalkulus Proposisi) melibatkan elemen False dan
True
False True False True
False False True False False True
True True True True False True
α∨β α∧β