Anda di halaman 1dari 6

Teori Himpunan

Teori himpunan merupakan konsep dasar dalam pembahasan matematika diskrit

1.1  Definisi himpunan


– Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda.
– Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota.
– HIMTI adalah contoh sebuah himpunan, di dalamnya berisi anggota berupa mahasiswa
Teknik Informatika. Tiap mahasiswa berbeda satu sama lain.

1.2  Penyajian
A. Himpunan Enumerasi
Mengenumerasi artinya menuliskan semua elemen himpunan yang bersangkutan di antara
dua buah tanda kurung kurawal. Biasanyasuatu himpunan diberi nama dengan
menggunakan huruf  kapital maupun dengan menggunakan simbol-simbol lainnya.

B. Contoh
– Himpunan A mempunyai tiga bilangan asli pertama: A={1,2,3}.

– Himpunan B mempunyai dua bilangan genap positif pertama: B={4,5}.

– Meskipun himpunan biasa digunakan untuk mengelompokkan objek yang mempunyai


sifat mirip, tetapi dari definisi himpunan   diketahui  bahwa sah-sah saja elemen-elemen di
dalam himpunan tidak mempunyai hubungan satu sama lain, asalkan berbeda.
– contoh: {hewan, a, Amir, 10, komputer} adalah himpunan yang terdiri dari lima elemen,
yaitu hewan, a, Amir, 10, komputer.

– R  = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }    C  = {a, {a}, {{a}} }


Contoh tersebut memperlihatkan bahwa suatu himpunan bisa terdapat anggota himpunan
lain.

– K={ }

Contoh tersebut adalah himpunan kosong, karena K hanya berisi satu elemen yaitu { }.

Himpunan kosong dapat dilambangkan dengan Ø.

– Himpunan 100 buah bilangan asli pertama bisa dituli {1, 2, …, 100}

Untuk menuliskan himpunan yang tak berhingga, kita dapat menggunakan


tanda ellipsis(∞).
– Himpunan bilangan bulat positif ditulis sebagai {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.

C. Keanggotaan
      x ∈ A : x merupakan anggota himpunan A;
      x ∉ A : x bukan merupakan anggota himpunan A.
     misal, A = {1, 2, 3, 4},  R  = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
     maka, 1 ∈ A dan b ∉ A
D. Simbol-simbol Baku
Terdapat sejumlah simbol baku yang biasa digunakan untuk mendefinisikan himpunan
yang sering digunakan,

antara lain:

P = himpunan bilangan bulat positif = {1,2,3,…}


N = himpunan bilangan alami (natural) = {1,2,…}
Z = himpunan bilangan bulat = {…,-2,-1,0,1,2,…}
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks
Kadang-kadang kita berhubungan dengan himpunan-himpunan yang semuanya
merupakan bagian dari sebuah  himpunan yang universal. Himpunan yang universal ini
disebut semesta dan disimbolkan dengan U.
Himpunan  U harus diberikan secara eksplisit atau diarahkan berdasarkan pembicaraan.
Sebagai contoh, misalnya U = {bil. Genap kurang dari 6} berarti U  = {2, 4}
E. Notasi Pembentuk Himpunan
Cara lain menyajikan himpunan adalah dengan notasi pembentuk himpunan (set builder).
Dengan cara penyajian ini, himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus
dipenuhi oleh anggotanya.
Notasi:{x|syarat yang harus dipenuhi oleh x}

Aturan dalam penulisan syarat keanggotaan:

 Bagian di kiri tanda ’|’ melambangkan elemen himpunan


 Tanda ’|’ dibaca dimana atau sedemikian sehingga
 Bagian di kanan tanda ’|’ menunjukkan syarat keanggotaan himpunan
 Setiap tanda ’,’ di dalam syarat keanggotaan dibaca sebagai dan
Contoh:
A adalah himpunan bilangan asli

Daftar anggota: A={1,2,3,. . .}

Notasi pembentuk himpunan: A={x | x  ∈ A }

F. Diagram Venn
Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Cara penyajian himpunan ini
diperkenalkan oleh matematikawan Inggris yang bernama John Venn pada tahun 1881. di
dalam diagram Venn, himpunan semesta (U) digambarkan sebagai suatu segi empat
sedangkan himpunan lainnya digambarkan sebagai lingkaran di dalam segi empat
tersebut.
Contoh: Misalkan U = {1, 2, …, 7, 8},

                    A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}.

1.3  Kardinalitas
Jumlah elemen di dalam A disebut kardinal dari himpunan A. Misalkan A merupakan
himpunan yang elemen-elemennya berhingga banyaknya. Jumlah elemen A disebut
kardinal dari himpunan A.
Notasi: n(A) atau |A|  , notasi |A| untuk menyatakan kardinalitas himpunan.
B  = {x|x merupakan HIMA di STTG}, Maka |B| = 4, dengan elemen-elemen B adalah
HIMATIF, HIMAKOM, HIMASIP, HIMATI.
A = {a, {a}, {{a}}, maka |A| = 3, dengan elemen-elemen A (yang berbeda) adalah a, {a}, dan
{{a}}.
Himpunan yang tidak berhingga banyak anggotanya mempunyai kardinalitas tidak
berhingga pula. Sebagai contoh, himpunan bilangan riil mempunyai jumlah anggota tidak
berhingga, maka |R| = ∞.

1.4  Himpunan Kosong
Himpunan yang tidak memiliki satupun elemen atau himpunan dengan kardinal = 0
disebut himpunan kosong (null set).
Notasi: Ø atau { }

Contoh: A = {x | x < x}, maka n(A) = 0

Perhatikan bahwa himpunan {{ }} dapat juga ditulis sebagai {Ø}.

1.5  Himpunan bagian (subset)


Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya jika setiap
elemen A merupakan elemen B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.
Notasi: A ⊆ B

Contoh: A ⊆ B jika elemen A ada di B


A={1,2,3}
B={1,2,3,4,5,7}
C={1,2,4,5}     
Jadi : A ⊆ B                                                                                                                                      
A bukan himpunan bagian C

1.6  Himpunan yang Sama


– Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika setiap
elemen A merupakan elemen B dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A.
– A = B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika
tidak demikian, maka A ≠ B.
– Notasi : A = B  ↔  A  ⊆ B dan B ⊆ A   
– Contoh: A={a,b,c}, B={c,a,b}      Jadi, A=B

– tiga prinsip yang perlu diingat dalam memeriksa kesamaan dua buah himpunan:

1. urutan elemen dalam himpunan tidak penting.         


     jadi {1,2,3} = {3,2,1} = {1,3,2}
2. pengulangan elemen tidak mempengaruhi kesamaan dua buah himpunan.            
      Jadi, {1,1,1,1}={1,1}={1}          {1,2,3}={1,2,1,3,2,1}
3. untuk tiga buah himpunan, A, B, C berlaku aksioma berikut:
– A = A, B = B, dan C=C
– Jika A = B,maka B
– Jika A = B, dan B = C maka A = C
1.7  Himpunan Ekivalen
– Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal dari
kedua himpunan tersebut sama.
– Notasi: A ~ B  ↔ |A|=|B|
Contoh: A={a,b,c} dan B={2,4,6} maka A ~ B sebab |A|= |B|
1.8  Himpunan Saling Lepas
– Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak memiliki
elemen yang sama.
– Notasi : A // B  
–  Contoh: jika A={2,4,6,8} dan B={3,5,7} maka A // B sebab elemen himpunan A dan
elemen himpunan B tidak ada yang sama.
1.9  Himpunan Kuasa
o Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan yang elemennya
merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan
himpunan A sendiri.
o Notasi : P(A) atau 2A
o Jika |A| = m, maka |P(A)| = 2m.
Contoh:

– Jika A = { 1, 2 }, maka P(A) = { , { 1 }, { 2 }, { 1, 2 }}
– Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P(Ø) = {Ø}, & himpunan kuasa dari
himpunan {Ø} adalah P({Ø}) = {Ø, {Ø}}.
1.10  Operasi Pada Himpunan
1. Irisan ( ∩ )
Irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah himpunan yg setiap elemennya
merupakan elemen dari himpunan A dan himpunan B.

Notasi: A ∩ B={x | x ∈ A dan x ∈ B}

Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka A ∩ B={2,3,5}

2. Gabungan  ( ∪ )
Gabungan(union) dari himpunan A dan B adalah  himpunan yang setiap anggotanya
merupakan anggota himpunan A atau himpunan B.

Notasi : A ∪ B = { x | x ∈ A atau x ∈ B }


Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka, A ∪ B={1,2,3,4,5,7,11}

3. Komplemen
Komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U adalah suatu
himpunan yang elemennya

merupakan elemen U yang bukan elemen A.


Notasi : Ā = { x | x ∈ U, tapi x ∉ A }
Misalkan U={0,… 11} dan A={1,3,5,7} maka, Ā = {0,2,4,6,8,9,10,11}

4. Selisih
Selisih dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan
elemen A dan bukan elemen B. Selisih antara A dan B dapat juga dikatakan sebagai
komplemen himpunan B relatif terhadap himpunan A.

Notasi : A – B = { x | x ∈ A dan x ∉ B } = A ∩ B’


Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka A – B = {1,4}

5. Beda Setangkup
Beda setangkup dari himpunan A dan B adalah sesuatu himpunan yang elemennya ada
pada himpunan A atau B, tetapi tidak pada keduanya.
Notasi: A⊕B  = (A∪B) – (A∩B) = (A-B) ∪ (B-A)
Misalkan A = { 2, 4, 6 } dan B = { 2, 3, 5 } maka ,  A⊕B = { 3, 4, 5, 6 }
6. Perkalian Kartesain
Perkalian kartesian (Cartesian products) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang
elemennya semua pasangan
berurutan (ordered pairs) yang mungkin terbentuk dengan komponen kedua dari
himpunan A dan B.
Notasi: A x B ={(a,b)| a ∈ A dan b ∈ B}
Misalkan C = { 1, 2, 3 },  dan D = { a, b }, maka  C × D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a),
(3, b) }
         Catatan:
1. jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka: |A x B| = |A| . |B|

2. Pasangan berurutan (a,b) berbeda dengan (b,a).

3. Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A x B ≠ B x A dengan syarat A dan B tidak
kosong.

4. Jika A = ∅ atau B = ∅ maka A x B = B x A = ∅

1.11   Sifat-sifat Operasi Himpunan


 1. Hukum identitas:  2.Hukum null:

– A  ∪  ∅ = A – A ∩ ∅ = ∅
– A  ∩ U  = A – A  ∪ U = U

 3. Hukum Komplemen:  4. hukum idempotent:

– A  ∪ Ā = U – A  ∪ A = A
– A  ∩   Ā = ∅ – A  ∩ A = A

 6. Hukum Penyerapan:


 5. Hukum Involusi:
– A ∪ (A ∩ B) = A
–  –(–A)= A – A ∩ (A ∪ B) = A

 8. Hukum Asosiatif:

 7. Hukum Komutatif: – A ∪ (B ∪ C)=(A ∪ B) ∪ C


– A ∪ B = B ∪ A – A ∩ (B ∩ C)=(A ∩ B) ∩ C
– A  ∩ B = B  ∩ A – A  ⊕ (B  ⊕ C)=(A  ⊕ B)  ⊕ C

 9. Hukum distributif :

– A ∪ (B  ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪  10. Hukum DeMorgan :


C)
– A ∩ (B ∪  C) = – A∩B = A∪ B
(A ∩ B) ∪  (A∩C) – A∪B = A∩ B

Anda mungkin juga menyukai