DisusunOleh:
ELVIZZA RAHAYU
1814040015 / T.MTK 18 A
Dosen Pembimbing:
NITA PUTRI UTAMI, M.Pd
BAB 1 : HIMPUNAN
Dalam kehidupan nyata, banyak sekali masalah yang terkait dengan data (objek) yang
dikumpulkan berdasarkan kriteria tertentu. Kumpulan data (objek) inilah yang selanjutnya
didefinisikan sebagai himpunan. Pada bab awal ini akan dibahas tentang definisi dan
keanggotaan suatu himpunan, operasi himpunan dari beberapa jenis himpunan .
Contoh 2 :
1. A = himpunan mahasiswa STT Telkom .
2. B = himpunan mahasiswa yang tinggal di Asrama .
3. C = himpunan mahasiswa angkatan 2004 .
4. D = himpunan mahasiswa yang mengambil matematika diskrit .
5. E = himpunan mahasiswa yang membawa motor untuk pergi ke kampus .
a) Pernyataan Semua mahasiswa STT Garut angkatan 2004 yang membawa motor untuk
pergi ke kampus dapat dinyatakan dalam notasi operasi himpunan sebagai berikut :(A ∩
C) ∩ E .
b) Pernyataan Semua mahasiswa STT Telkom yang tinggal di asrama dan tidak mengambil
matematika diskritdapat dinyatakan dalam notasi operasi himpunan sebagai berikut :A ∩
B∩D.
c) Pernyataan semua mahasiswa angkatan 2004 yang tidak tinggal di asrama atau tidak
membawa motor untuk pergi ke kampusdapat dinyatakan dalam notasi operasi himpunan
sebagai berikut :C ∩ (B ∪ E) .
d. Selisih ( difference).
Selisih antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda „–„ . Misalkan A dan B adalah
himpunan , maka selisih A dan B dinotasikan oleh A – B = { x | x ∈ A dan x ∉ B } = A ∩ B .
Contoh :
Jika A = { 1, 2, 3, ..., 10 } dan B = { 2, 3, 5, 7}, maka A – B = { 1, 4, 6, 8, 9 } dan B – A = ∅
e. Beda Setangkup ( Symmetric Difference ) .
Beda setangkup antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda „ ⊕ „ . Misalkan A
dan B adalah himpunan , maka beda setangkup antara A dan B dinotasikan oleh : A ⊕ B = (
A∪B)–(A∩B)=(A–B)∪(B–A).
Contoh :
1. Jika A = { 2, 3, 5, 7} dan B = { 1, 2, 3, 4, 5 } , maka A ⊕ B = { 1, 4, 7 } .
2. Beda setangkup memenuhi sifat – sifat berikut :
a) A ⊕ B = B ⊕ A ( hukum komutatif ) .
b) (A ⊕ B ) ⊕ C = A ⊕ ( B ⊕ C ) ( hukum asosiatif ) .
Hukum – hukum yang berlaku untuk operasi himpunan adalah sebagai berikut :
1. Hukum identitas:
a) A ∪∅ = A .
b) A ∩ U = A .
2. Hukum null/dominasi:
a) A ∩ ∅ = ∅ .
b) A ∪ U = U .
3. Hukum komplemen:
a) A ∪ A = U .
b) A ∩ A = ∅ .
4. Hukum idempoten:
a) A ∪ A = A .
b) A ∩ A = A .
5. Hukum involusi: (A= A ) .
6. Hukum penyerapan (absorpsi):
a) A ∪ (A ∩ B) = A .
b) A ∩ (A ∪ B) = A .
7. Hukum komutatif:
a) A ∪ B = B ∪ A .
b) A ∩ B = B ∩ A .
8. Hukum asosiatif:
a) A ∪ (B ∪C) = (A ∪B) ∪C.
b) A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C.
9. Hukum distributif:
a) A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C) .
b) A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) .
10.Hukum De Morgan
a) BA∩ = BA∪ .
b) BA∪ = BA∩ .
11.Hukum komplemen :
a) ∅ = U . b) U = ∅ .
KESIMPULAN :
Dari contoh – contoh yang diberikan, maka dapat kita simpulkan bahwa :
Setiap ekspresi logis dapat ditransformasikan ke dalam ekspresi ekivalen dalam teori
himpunan dan begitu pula sebaliknya.
BAB 2 RELASI DAN FUNGSI
Kesimpulannya, setiap relasi belum tentu fungsi, namun setiap fungsi pasti merupakan relasi.
2.2 Daerah Asal, Kawan, dan Hasil
Dalam pembahasan relasi dan fungsi, himpunan yang terlibat digolongkan ke dalam tiga
jenis daerah. Ketiga daerah tersebut adalah daerah asal (domain), daerah kawan (kodomain), dan
daerah hasil (range). Secara umum, himpunan ketiga daerah tersebut dapat dilihat pada gambar
di bawah.
Relasi
Seperti yang telah dijelaskan secara singkat di atas, relasi dapat diartikan sebagai
hubungan. Misalkan sebuah relasi menyatakan hubungan perkalian. Hasil relasi tersebut dapat
dinyatakan dalam himpunan pasangan terurut x dan y dan dapat juga digambar pada bidang
kartesius.
Cara menyatakan hasil relasi perkalian antara himpunan A dan B dapat dilihat pada
contoh permasalahan di bawah.
* +
* +
*( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )+
2.3 Fungsi atau Pemetaan
Fungsi atau yang sering disebut juga dengan pemetaan masih termasuk dalam relasi.
Suatu relasi disebut fungsi jika semua anggota himpunan daerah asal dipasangkan tepat satu ke
daerah kawannya.
Terlihat bahwa kebalikan dari fungsi f juga merupakan fungsi atau pemetaan
PERTEMUAN 3
KAIDAH PENCACAHAN
A. Aturan penjumlahan
Jika suatu pekerjaan dapat dilakuakn dengan 𝑚 cara jika pada pekerjaan kedua dilakukan
dengan 𝑛 cara maka dapat dilakukan dengan (𝑚 𝑛) cara.
B. Aturan perkalian
Bila suatu kejadian dapat terjadi dengan 𝑛 cara berbeda .bila suatu kejadian kedua terjadi
dengan 𝑚 cara berbeda maka ada (𝑛𝑚) cara
Contoh:
Berapa terdiri banyak bilangan ganjil yang atas 3 angka yang dapat dibuat dan angka 1,2,5,6,9
jika setiap angka hanya boleh digunakan sekali.
4 3 3
Ratusan puluhan satuan(ganjil) yaitu 1,5,dan 9
Jadi banyak bilangan ganjil yang atas 3 angka yang dapat dibuat adalah sebanyak 36 cara.
C. Faktorial
Notasi faktorial dilambangkan dengan tanda “ ! “. Misalkan kita akan menghitung hasil dari
4!. Nilai dari 4! Dapat dihitung sebagai 4 x 3 x 2 x 1 = 24.
contoh
D. Permutasi
Permutasi dapat diartikan sebagai aturan pencacahan/penyusunan dengan memperhatikan
urutan objek.Misalnya :ketua,wakil ketua,sekretaris,bendahara,juara 1,juara 2,juara 3 dan lain-
lain. Secara umum, rumus permutasi yaitu sebagai berikut.
𝑃(𝑛 𝑟) 𝑛 (𝑛 𝑟)
Keterangan:
P(n, r) : permutasi r objek dari n objek yang ada
n : banyaknya objek keseluruhan
r : banyaknya objek yang diamati/diberi perlakuan
Jenis-jenis permutasi :
1. Permutasi n unsur dari semua unsur berbeda
Banyak cara untuk menyusun semua unsur yang diambil dari n unsur dengan
memperhatikan urutan yang dinyatakan dengan 𝑃(𝑛 𝑛) 𝑃 yang dirumuskan sebagai
berikut
( )
Contoh
Perusahaan pengalengan sedang membutuhkan 4 karyawan baru untuk mengisi posisi
yang kosong. Namun, calon yang tersedia sebanyak 9. Tentukan berapa banyak susunan
karyawan yang mungkin dilakukan.
penyelesaian :
𝑛
𝑃(𝑛 𝑟)
(𝑛 𝑟)
𝑃( )
( )
𝑃( )
𝑃( )
Dalam memilih susunan karyawan yang diterima terdapat 3024 cara.
4. Permutasi Siklis
secara umum, rumus permutasi siklik untuk n objek yaitu:
( ) ( )
Keterangan:
Psiklik(n) : banyaknya permutasi siklik dari n objek
n : banyaknya objek
contoh:
1) Tentukanlah banyaknya susunan tempat duduk berbeda untuk 6 orang yang duduk
melingkar dapat kita mulai dengan menentukan salah satu tempat duduk sebagai acuan. Sehingga
tersisa 5 tempat duduk yang lainnya.
Dari 5 tempat duduk tersebut, jika kita mencoba menentukan banyaknya susunan yaitu:
Kursi 1 : banyaknya kemungkinan orang yang duduk pada kursi tersebut ada 5
Kursi 2 : banyaknya kemungkinan orang yang duduk pada kursi tersebut ada 4
Kursi 3 : banyaknya kemungkinan orang yang duduk pada kursi tersebut ada 3
Kursi 4 : banyaknya kemungkinan orang yang duduk pada kursi tersebut ada 2
Kursi 5 : banyaknya kemungkinan orang yang duduk pada kursi tersebut ada 1
Dengan menerapkan konsep aturan perkalian diperolehBanyaknya susunan duduk = 5 x 4 x 3 x 2
x 1 = 120 cara.
Dengan Permutasi Siklis
𝑃 (𝑛) (𝑛 )
𝑃 ( ) ( )
𝑃 ( )
𝑃 ( )
Contoh Soal permutasi
1. Seorang ilmuwan ingin menyusun kata dari 8 huruf. Tentukan berapa banyak susunan 5 huruf
yang bisa dibuat oleh ilmuwan tersebut!
pembahasan
Dalam soal di atas, ilmuwan ingin membuat susunan 5 huruf dari 9 huruf sehingga 5
adalah bagian dari 8.Sehingga kita dapat menuliskan penyelesaian permutasinya seperti di
bawah.
𝑃(𝑛 𝑟) 𝑛 (𝑛 𝑟)
𝑃( ) ( )
𝑃( )
𝑃( )
Kita dapat membuat sebanyak 6720 susunan 5 huruf dari 8 huruf yang ada.
2. Terdapat 8 orang yang sedang bermain bersama. Dalam permainan tersebut, disediakan 4
kursi kosong dan 1 kursi telah terisi. Berapakah banyak susunan yang bisa di buat dari sisi
anak yang belum duduk?
Pembahasan:
Berdasarkan informasi soal di atas, terdapat 8 orang yang memperebutkan 4 kursi
kosong.Namun, 1 orang telah menduduki kursi sehingga terdapat 7 orang yang memperebutkan 3
kursi kosong.Dalam membuat susunan 7 orang kita dapat menggunakan permutasi anggota
himpunan dikarenakan 3 bagian dari 7
𝑃(𝑛 𝑟) 𝑛 (𝑛 𝑟)
𝑃( ) ( )
𝑃( )
𝑃( )
Untuk membuat susunan 3 kursi kosong dengan sisa 7 orang adalah 210 cara
3. Desa Mawar berencana untuk mengadakan kegiatan HUT RI dengan membuat 3 panitia inti.
Jika calon panitia ada 8 orang, maka berapakah susunan panitia inti yang dapat di buat?
Pembahasan:
𝑃(𝑛 𝑟) 𝑛 (𝑛 𝑟)
𝑃( ) ( )
𝑃( )
𝑃( )
Untuk membuat banyak susunan panitia yang terdiri dari 3 orang panitia inti adalah 336 cara.
4. Jika ada 6 orang sedang mengelilingi meja bundar, ada berapa banyak cara yang dilakukan
untuk mendapatkan urutan duduk yang berbeda?
Dalam soal tersebut, dilakukan penyusunan secara memutar dari 12 orang. Sehingga
dalam menyelesaikan soal ini, kita dapat menggunakan permutasi siklis.
Pembahasan:
𝑃 (𝑛) (𝑛 )
𝑃 ( ) ( )
𝑃 ( )
𝑃 ( )
Penyusunan yang bisa dilakukan pada 12 orang yang memutar dengan urutan yang berbeda
adalah susunan.
5. Dalam suatu pemilihan pengurus kelas akan dipilih ketua, sekretaris, dan bendahara kelas.
Jika banyaknya siswa di kelas tersebut adalah 15, berapa banyak susunan pengurus yang
mungkin?
Pembahasan:
Banyaknya kemungkinan siswa terpilih menjadi ketua adalah 15.Karena ketua sudah
dipilih, tersisa 14 siswa.jika selanjutnya memilih sekretaris, banyaknya kemungkinan siswa
terpilih menjadi sekretaris adalah 14 dan banyaknya kemungkinan siswa terpilih menjadi
bendahara adalah 13.
Banyak susunan pengurus kelas yang mungkin adalah 15 x 14 x 13 = 2.730 cara. Atau
dengan menggunakan rumus permutasi diperoleh:
P(15, 3) = 15!/(15 – 3)! = (15 x 14 x 13 x 12!)/12! = 15 x 14 x 13 = 2.730 cara.
6. Dalam suatu pertemuan, terdapat kursi yang disusun secara melingkar. Jika terdapat 7 kursi
dan 7 orang dalam pertemuan tersebut, berapa banyak susunan tempat duduk yang mungkin?
Pembahasan:
Soal tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan konsep permutasi siklis. Dengan
demikian, banyaknya susunan adalah (n – 1)! = (7 -1)! = 6! = 720 cara.
E. Combinasi
( )
( )
( ) ( )
Jadi, banyaknya cara untuk memilih bus yang berangkat ke Yogyakarta adalah 6 cara.
2. Rudi pergi ke kamar untuk mengambil 3 jenis buku. Jika di kamarnya terdapat 6 jenis buku,
hitung banyaknya kombinasi tiga jenis buku yang mungkin dibawa oleh Rudi ?
Pembahasan:
6C3 = 6!/(3!(6-3)!)
6C3 = (6×5×4×3×2×1) / ((3×2×1)(3×2×1))
6C3 = (6×5×4) / (3×2×1)
6C3 = 5×4 = 20
Jadi, kombinasi tiga jenis buku yang mungkin dibawa oleh Rudi adalah 20 kombinasi.
3. Pada suatu arisan yang dihadiri 7 ibu. Ke tujuh ibu tersebut saling berjabat tangan satu sama
lain. Hitunglah banyak jabat tangan yang terjadi?
Pembahasan:
7C2 = 7!/(2!(7-2)!)
7C2 = 7!/(2! 5!)
7C2 = (7×6×5×4×3×2×1) / ((2×1)(5×4×3×2×1))
7C2 = (7×6) / 2
7C2 = 21
Jadi, banyaknya jabat tangan yang terjadi adalah 21 jabat tangan.
4. Kepengurus RT terdiri dari 5 orang laki-laki dan 3 orang wanita akan dipilih 4 perwakilan
untuk menghadiri upacara 17 Agustus. Hitung banyak cara memilih jika perwakilan terdiri
dari 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan?
Pembahasan:
Cara memilih 2 laki-laki:
5C2 = 5!/(2!(5-2)!)
5C2 = 5!/(2! 3!)
5C2 = (5×4×3×2×1) / ((2×1)(3×2×1))
5C2 = (5×4) / 2
5C2 = 10
Cara memilih 2 perempuan
3C2 = 3!/(2!(3-2)!)
3C2 = 3!/ 2!
3C2 = (3×2×1) / (2×1)
3C2 =3
Cara memilih 2 laki-laki dan 2 perempuan = 10 × 3 = 30
Jadi, banyaknya cara memilih perwakilan RT tersebut adalah 30 cara.
5. Tia ingin membeli 6 jenis boneka di toko yang menjual 9 jenis boneka. Jika 2 jenis boneka
sudah pasti dibeli, berapa banyak kombinasi 6 boneka yang mungkin dibeli Tia?
Pembahasan:
Karena 2 jenis boneka sudah pasti dibeli, Tia tinggal memilih sisanya, yaitu 6-2 = 4 jenis
boneka dari sisa jenis boneka yang belum dipilih, yaitu 9-2 =7, maka:
7C4 = 7!/(4!(7-4)!)
7C4 = 7!/ (4!3!)
7C4 = (7×6×5×4×3×2×1) / ((4×3×2×1)(3×2×1))
7C4 = (7×6×5) / (3×2×1)
7C4 = 7×5
7C4 = 35
Jadi, kombinasi 6 boneka yang mungkin dibeli Tia ada 35.
6. Linda akan mengambil 2 teko dan 3 mangkok dari lemari dapur yang menyimpan 6 teko dan
4 mangkok. Hitung banyak cara Linda bisa mengambil teko dan mangkok?
Pembahasan:
Banyak cara memilih teko:
6C2 = 6!/(2!(6-2)!)
6C2 = 6!/ (2!4!)
6C2 = (6×5×4×3×2×1) / ((2×1)(4×3×2×1))
6C2 = (6×5) / 2
6C2 = 15
Banyak cara memilih mangkuk:
4C3 = 4!/(3!(4-3)!)
4C3 = 4!/(3! 1!)
4C3 = (4×3×2×1) / ((3×2×1)(1))
4C3 =4
Banyak cara memilih teko dan mangkuk = 15 × 4 =
Jadi, banyaknya cara Linda bisa mengambil teko dan mangkok adalah 60 cara.
7. Sebuah kelas akan memilih 4 putra dan 5 putri untuk menjadi paduan suara. Jumlah siswa di
kelas tersebut adalah 20 orang. Jika terdapat 9 orang putra di kelas tersebut, berapakah banyak
cara memilih paduan suara dari kelas tersebut!
Pembahasan:
Banyaknya siswa putra = 9
Banyaknya siswa putri = 20 – 9 = 11
Banyaknya cara memilih 4 dari 9 putra adalah 9C4
Banyaknya cara memilih 5 dari 11 putri adalah 11C5
Banyaknya cara memilih paduan suara = Banyaknya cara memilih putra × Banyaknya cara
memilih putri
= 9C4 × 11C5
= 9!/(4!×(9-4)!) × 11!/(5!×(11-5)!)
= 9!/(4!×5!) × 11!/(5!×6!)
= 126 × 462
= 58212
Banyaknya cara memilih paduan suara dari kelas tersebut adalah 58212 cara.
8. . Terdapat 8 orang dalam suatu kelompok. Jika 3 dari 8 orang tersebut akan dijadikan delegasi
dalam suatu pertemuan internasional, berapa banyak susunan delegasi yang mungkin?
Pembahasan:
Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menerapkan rumus kombinasi karena
dalam permasalahan tersebut urutan tidak diperhatikan.
C(8, 3) = 8!/(3! (8 – 3)!)
= 8!/(3! x 5!)
= (8 x 7 x 6 x 5!)/(3x 2 x 1 x 5!)
= (8 x 7 x 6)/(3 x 2 x1)
= 56 susunan delegasi.
9. Dalam suatu pesta terdapat 10 orang yang hadir dalam pesta tersebut. Jika setiap orang
saling berjabat tangan antara satu dengan yang lain, berapa banyak jabat tangan yang
dilakukan dalam pesta tersebut?
Pembahasan:
Penyelesaian soal ini bisa dilakukan dengan memasangkan dua orang yang saling
berjabat tangan, sehingga dapat ditentukan dengan kombinasi 2 dari 10 orang.
C(10, 2) = 10!/(2! (10 – 2)!)
= (10 x 9 x 8!)/(2! X 8!)
= (10 x 9)/2
= 45 jabat tangan.
Dengan menggunakan cara yang lain juga diperoleh:
Misal terdapat 2 orang dalam pesta, maka banyak jabat tangan adalah 1.
Misal terdapat 3 orang dalam pesta, maka banyak jabat tangan adalah 1 + 2 = 3
Misal terdapat 4 orang dalam pesta, maka banyak jabat tangan adalah 1 + 2 + 3 = 6
Dan seterusnya, sehingga:
Jika terdapat 10 orang dalam pesta, maka banyak jabat tangan adalah
1 + 2 + 3 + . . . + 9 = 45 jabat tangan.
F. Koefisien binomial
( )
rumus umumnya adalah: ( ) ( )
Kesimpulan
Permutasi dapat diartikan sebagai aturan pencacahan/penyusunan dengan memperhatikan
urutan objek. Sedangkan kombinasi merupakan suatu aturan pencacahan/penyusunan tanpa
memperhatikan urutan objek.
Perbedaan permutasi dan kombinasi yaitu pada permutasi memperhatikan urutan objek,
sedangkan pada kombinasi tidak.
Rumus untuk permutasi adalah P(n, r) = n!/(n – r)!
Rumus untuk permutasi siklis adalah (n – 1)!
Rumus untuk kombinasi adalah C(n, r) = n!/(r! (n – r)!
Pertemuan 4: prinsip sarang merpati
Prinsip sarang merpati ,atau dalam bahasa ingris disebut pigeon hole principle,
menyatakan bahwa jika ada 𝑛 sarang dan 𝑛 merpati ,maka paling tidak ada 1 sarang
yangditempati lebih dari 1 merpati.
Jika (𝑛 ) atauu lebih objek ditempatkan dalam 𝑛 buah wadah untuk 𝑛bilangan
asli,makapaling sedikit terdapat satu wadah yang berisi 2 atau lebih objek .
Contoh:
1. paling sedikit terdapat 2 mahasiswa yang namanya diawali dengan huruf yang sama`
Jawab:
misalkan merpati adalah mahasiswa ,maka banyak merpati ada 27,sedangkan saarang
nya adalah huruf,maka banyaknya sarang ada 26.jika seandainya 26 orang pertama terpilih
memiliki awalan nama dengan huruf berbeda,maka orang ke 27 akan mempunyai awalan
nama yang sama dengan salah satu dari 26 orang terpilih,jadi akan adaa sekurang-kurangnya
2 orang yang memiliki huruf awal nama yang sama.
2. Dalam sebuah kotak terdapat terdapat banyak bola merah ,bola putih dan bola biru,berapa
paling sedikit jumlah bola yang diambil dari kotak (tanpa melihat ke dalam kotak) untuk
memastikan terambil sepasang bola dengan warna sama
Jawab:
Misalkan sarang merpati adalah warna bola,maka jumlah sarang ada 3.jika diambil secara
acak dari kotak (tanpa melihat kedalam kotak) untuk memastikan terambil sepasang bola
yang sama.jika seandainya terpilih 3 bola dengan warna yang berbeda ,maka bola ke 4 akan
sepasang dengan salah satu warna .jadi merpati adalah jumlah bola ,maka bnyak merpati
adalah 4 .karna itulah jumlah bola paling sedikit untuk memenuhi pernyataan diatas
sedikitnya ada 4 bola.
3. Jika 5 bilangan diambil secara acak dari bilangan bulat 1 sampai 8 maka pasti akan diperoleh
dua bilangan yang berjumlah 9
Jawab:
misalkan A={1,2,3,4,5,6,7,8} dari himpunan A dapat dibentuk/dikontruksi empat pasang
bilangan yang berjumlah 9 yaitu(1,8)(2,7)(3,6)(4,5).jika dari tiap pasang masing-masing
dipilih satu bilangan secara acak maka tidak aka nada dua bilangan(dari keempat bilangan
terpilih) yang berjumlah 9.bilangan yang ke lima dambil akan berasal dari salah satu
pasangan bilangan yang ada.artinya dari lima bilangan yang diambil akan diperoleh dua
bilangan yangberasal dari pasangan yang sama.sehingga diperoleh dua bilangan yang
berjumlah 9.Disini ,yang menjadi merpati adalah 5bilangan yang diambil secara acak dan
sarangnya adalah 4 pasang bilangan yang berjumlah 9 .
4. Jika diambil lima bilangan bulat secara acak ,tunjukkan bahwa dua diantara bilangan-bilangan
tersebut akan bersisa sama jika di bagi4
Jawab:
Misalkan, merpatinya adalah bilangan bulat yang diambil secara acak dan sarangnya
adalah kemungkinan sisa suatu bilangan bulat jika dibagi dengan 4 adalah (4
kemungkinan). Jika diambil empat bilangan bulat secara acak, kemungkinan saja sisa
keempat bilangan tersebut jika dibagi 4 akan sama. Akan tetapi, sisa bilangan ke lima jika di
bagi 4 akan sama dengan salah satu sisa bilangan yang telah terambil. Oleh sebab itu, akan
selalu diperoleh dua bilangn yang bersisa sama jika dibagi 4.
5. 7 anak panah dilempar ke papan dart berbentuk lingkaran dengan diameter 10 satuan.
tunjukkan bahwa selalu ada 2 anak panah yang berjarak paling jauh 10 satuan.
Jawab:
Kita bagi lingkaran menjadi 6 sektor yang sama tiap sektor adalah sarang dan anak panah
adalah merpati, maka 7 merpati menepati 6 sarang, jadi sekurang-kurangnya sebuah sektor
papan dart di tempati 2 anak panah.
6. Dalam suatu pesta yang dihadiri oleh 30 orang ,sekurang-kurangnya 2orang memiliki
jumlah teman yang sama pada pesta tersebut.
Jawab:
Di pesta tersebut mungkin saja ada seseorang yang tidak berteman dengan semua yang
hadir di pesta atau seseorang yang berteman dengan semua yang hadir.
Jika yang tidak memiliki teman, maka tidak ada yang akan memiliki 29 teman. Jadi,
jumlah teman yang mungkin dimiliki adalah: 1,2,3,...,28 (29 kemungkinan)
Jika ada yang berteman dengan semua yang hadir, maka tidak ada yang memiliki 0
teman. Jadi, jumlah teman yang mungkin dimiliki adalah: 1,2,3,...,29 (29 kemungkinan)
Karena ada 30 orang yang hadir di pesta, sedangkan jumlah pertemanan yang mungkin
adalah 29, maka akan ada sekurang-kurangnya satu orang yang jumlah temannya sama
dengan yang lain.
7. Beraapa banyak minimal bilangan yang harus diambil sehingga terdapat 7 bilangan yang
bersisa sama jika dibagi 6
Jawab:
Suatu bilangan bulat jika dibagi 6 kemungkinannya 0,1,2,3,4 atau 5 (6 kemungkinan) jika
diambil 36 bilangan maka ad kemungkinan terdapat masing-masing 6 bilangan yang bersisa
0,1,2,3,4 atau 5 . olh sebab itu perlu diambil satu bilangan lagi agar diperoleh 7 bilangan
yang bersisa sama jika dibagi 6. Jadi perlu diambil 37 bilangan bulat untuk memproleh 7
bilangan yang bersisa sama jika dibagi 6.
8. Tunjukkan bahwa jika 50 buah seped di cat dengan menggunakan 7 warna yang berbeda,
maka sekurang-kurangnya terdapat 8 sepeda dengan warna yang sama.
Jawab:
Ada 7 sarang (warna) dan 50 merpati (sepeda), sehingga sekurang-kurangnya sepeda
[50/7]=8 sepeda dengan warna yang sama.
Prinsip Inklusi dan Eksklusi merupakan perluasan ide dalam Diagram Venn beserta
operasi irisan dan gabungan, namun dalam pembahasan kali ini konsep tersebut diperluas, dan
diperkaya dengan ilustrasi penerapan yang bervariasi dalam matematika kombinatorik. Kita
awali dengan sebuah ilustrasi:
Sebuah perkuliahan umum dihadiri oleh 20 mahasiswa yang memiliki kegemaran
membaca dan 30 mahasiswa yang memiliki kegemaran menulis. Berapa mahasiswa di dalam
perkuliahan tersebut yang memiliki kegemaran membaca atau menulis?
Dari permasalahan ini terlihat bahwa informasi yang diketahui belum memadai.
Banyaknya mahasiswa yang memiliki kegemaran membaca atau menulis hanya dapat diketahui
jika banyaknya mahasiswa yang menggemari kedua kegiatan tersebut diketahui.
Banyaknya anggota himpunan gabungan antara himpunan A dan himpunan B merupakan
jumlah banyaknya anggota dalam himpunan tersebut dikurangi banyaknya anggota di dalam
irisannya. Dengan demikian ;
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)
Dalam bagian berikutnya akan diuraikan bagaimana cara-cara menentukan banyaknya
anggota dalam gabungan antara himpunan terhingga dari sebuah himpunan. Hasil ini kemudian
akan dikembangkan menjadi sebuah prinsip yang dinamakan Prinsip Inklusi-Eksklusi.
Sebelum membicarakan gabungan dari n himpunan, dengan n sebagai bilangan bulat
positif, sebuah rumusan bagi banyaknya anggota dalam gabungan 3 himpunan A, B, dan C akan
diturunkan. Untuk menyusun rumus ini perlu diingat bahwa n(A)+n(B)+n(C) membilang tiap
anggota tepat satu kali dari ketiga himpunan tersebut satu kali, anggota yang tepat 2 kali dari
himpunan-himpunan itu adalah dua kali, dan anggota-anggota dalam 3 himpunan tersebut 3 kali.
Ini diilustrasikan dalam Gambar berikut : Diagram Venn Tiga Himpunan
Ekspresi final ini membilang tiap anggota satu kali, apakah itu 1, 2 atau 3 dalam 3
himpunan. Jadi,
n(A ∪ B ∪ C)= n(A)+n(B)+n(C)- n(A ∩ B) – n(B ∩ C) – n(A ∩ C) + n(A ∩ B ∩ C)
Contoh soal :
Contoh 1.
Dalam sebuah program studi pendidikan matematika yang terdiri atas 350 mahasiswa,
terdapat 175 mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan 225 mahasiswa
yang mengambil mata kuliah analisis kompleks, dan 50 mahasiswa yang mengambil mata kuliah
persamaan diferensial dan analisis kompleks. Ada berapa mahasiswa di dalam perkuliahan itu
jika setiap mahasiswa mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis kompleks, atau
kedua-duanya?
Penyelesaian:
Misalkan A adalah banyaknya mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan
diferensial dan B menyatakan mahasiswa yang mengambil mata kuliah analisis kompleks. Maka
A B merupakan himpunan mahasiswa yang mengambil kedua mata kuliah tersebut. Banyaknya
mahasiswa di dalam kelas itu yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis
kompleks, atau kedua-duanya adalah
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)
= 175 + 225 – 50
= 350
Ini berarti, terdapat 350 mahasiswa di dalam kelas yang mengambil mata kuliah
persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya. Karena banyaknya siswa
keseluruhan di dalam kelas tersebut adalah 350 mahasiswa, artinya tidak terdapat mahasiswa
yang tidak memilih salah satu dari kedua konsentrasi itu.
Contoh 2
Di sebuah jurusan dalam suatu perguruan tinggi terdapat 134 mahasiswa tingkat 3. Dari
sekian banyak mahasiswa tersebut, 87 di antaranya mengambil mata kuliah teori graf diskrit, 73
mengambil mata kuliah matematika ekonomi, dan 29 mengambil mata kuliah teori graf dan
matematika ekonomi. Berapa banyak mahasiswa yang tidak mengambil sebuah mata kuliah baik
dalam teori graf maupun dalam matematika ekonomi?
Penyelesaian:
Untuk menentukan banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang tidak mengambil mata kuliah
teori graf ataupun matematika ekonomi, kurangilah banyaknya mahasiswa yang mengambil mata
kuliah dari salah satu mata kuliah ini dari keseluruhan banyaknya mahasiswa tingkat 1. Misalkan
A merupakan himpunan semua mahasiwa tingkat 3 yang mengambil mata kuliah teori graf, dan
B adalah himpunan mahasiswa yang mengambil mata kuliah matematika ekonomi. Maka
n(A)=87, n(B)=73, dan n(A ∩ B) = 29. Banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang mengambil mata
kuliah teori graf atau matematika ekonomi adalah
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)
= 87 + 73 – 29
= 160-29
= 131
Ini artinya terdapat sebanyak 134–131 = 3 mahasiswa tingkat 3 yang tidak mengambil
mata kuliah teori graf ataupun matematika ekonomi.
Contoh 3
Sebanyak 115 mahasiswa mengambil mata kuliah Matematika Diskrit, 71 Kalkulus
Peubah Banyak, dan 56 Geometri. Di antaranya, 25 mahasiswa mengambil Matematika Diskrit
dan Kalkulus Peubah Banyak, 14 Matematika Diskrit dan Geometri, serta 9 orang mengambil
Kalkulus Peubah Banyak dan Geometri. Jika terdapat 196 mahasiswa yang mengambil paling
sedikit satu dari ketiga mata kuliah tersebut, berapa orang yang mengambil ketiga mata
kuliah sekaligus?
Solusi:
|MD| = 115, |KPB| = 71, |G| = 56,
|MD ∩ KPB| = 25, |MD ∩ G| = 14, |KPB ∩ G| = 9, dan |MD ∪ KPB ∪ G| = 196
Dengan mempergunakan prinsip inklusi-eksklusi:
|MD ∪ KPB ∪ G| = |MD| + |KPB| + |G| – |MD ∩ KPB| – |MD ∩ G| – |KPB ∩ G| + |MD ∩ KPB
∩ G|
196 = 115 + 71 + 56 – 25 – 14 – 9 + |MD ∩ KPB ∩ G| Jadi, |MD ∩ KPB ∩G| = 2
Contoh 4
Carilah banyaknya anggota dari |A ∪ B ∪ C ∪ D| jika setiap himpunan berukuran 50,
setiap irisan dari dua himpunan berukuran 30, setiap irisan dari tiga himpunan berukuran 10, dan
irisan dari keempat himpunan berukuran 2.
Solusi:
|A ∪ B ∪ C ∪ D| = |A| + |B| + |C| + |D| – |A ∩ B| - |A ∩ C| - |A ∩ D| - |B ∩ C| – |B ∩ D| - |C ∩ D|
+ |A ∩ B ∩ C| + |A ∩ B ∩ D| + |A ∩ C ∩ D| + |B ∩ C ∩ D| – |A ∩ B ∩ C ∩ D|
= 4 . 50 – 6 . 30 + 4 . 10 – 2 = 58
Contoh 5
Dalam sebuah program studi pendidikan matematika yang terdiri atas 350 mahasiswa,
terdapat 175 mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan 225 mahasiswa
yang mengambil mata kuliah analisis kompleks, dan 50 mahasiswa yang mengambil mata kuliah
persamaan diferensial dan analisis kompleks. Ada berapa mahasiswa di dalam perkuliahan itu
jika setiap mahasiswa mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis kompleks,
atau kedua-duanya?
Solusi :
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)
= 175 + 225 – 50
= 350
Ini berarti, terdapat 350 mahasiswa di dalam kelas yang mengambil mata kuliah
persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya. Karena banyaknya siswa
keseluruhan di dalam kelas tersebut adalah 350 mahasiswa, artinya tidak terdapat mahasiswa
yang tidak memilih salah satu dari kedua konsentrasi itu.
a. Deret Kuasa ∑
( )
b. Deret Taylor ∑ ( )
Contoh :
Tentukan deret Taylor dari 𝑓( ) 𝑒
Jawab :
( )
∑ ( )
𝑛
𝑓( ) 𝑒 𝑓( ) 𝑒
𝑓( ) 𝑒 𝑓( ) 𝑒
( )
𝑓 𝑒 𝑓( ) 𝑒
Deret taylor :
Barisan ( )
𝑄( 𝑛) ∑
𝑛
Barisan ( )
contoh :
1. Tentukan barisan dari FPB
Barisan ( )
𝑒
Barisan (1,1,1,1,…)
( ) ∑
( ) ∑
a. ( ) ( ) ∑ ( )
b. . ( ) ( ) ∑ (∑ )
Contoh :
Carilah konvolusi dari barisan 𝑛=(0,0,0,1,0,0,…) 𝑑 𝑛 𝑛=(6,7,8,9,…)
Penyelesaian :
=(0,0,0,1,0,0,…) sehingga = 1,dan = 0 untuk 𝑛
= (6,7,8,9,…) sehingga , dan seterusnya
∑
Sehingga
Karena , untuk | |
Maka, 𝑝( ) ( ) ( )
𝑛
∑ ( )( ) (𝑡𝑒𝑜𝑟𝑒𝑚 𝑖𝑛𝑜𝑚𝑖 𝑙)
𝑟
Untuk 𝑟 > 0 koefisien dalam 𝑝 ( ) adalah:
𝑛 ( )( ) ( )
( )( ) ( )
𝑟
(𝑛)(𝑛 ) (𝑛 𝑟 )
𝑟
(𝑛 𝑟 )(𝑛 𝑟 ) (𝑛 )𝑛
𝑟
(𝑛 𝑟 )
𝑟 (𝑛 )
𝑛 𝑟
( )
𝑟
Untuk 𝑟 = 0, koefisien dari dalam 𝑝( ) adalah:
𝑛 𝑛
( ) ( ) ( )
𝑟
Sehingga, untuk 𝑟 ≤ 0,
𝑛 𝑛 𝑟
( ) ( ) ( )
𝑟 𝑟
Dengan demikian
( ) ∑( )
Jadi banyaknya cara memilih r objek dari n macam objek berbeda dimana pengulangan
diperkenalkan , sama dengan koefisien dalam 𝑝( ) yaitu :
( )
Catatan:
Dari penyelesaian diatas, diperoleh bahwa untuk bilangan bulat positif 𝑛 berlaku:
( ) ∑( )
Jika 𝑛 bilangan bulat non negative dan ≠ 1, mudah ditunjukkan identitas berikut :
Contoh soal :
1. Dengan berapa cara 60 objek yang identic dapat ditempatkan dalam 4 sel (kotak) yang
berbeda sedemikian sehingga setiap sel (kotak) mendapat paling sedikit 1 objek ?
Penyelesaian:
Misalkan ( ) adalah FPB dari kasus tersebut. Sesuai syarat yang diperkenalkan yaitu
minimal 1 objek ditempatkan pada masing-masing kotak (semua kotaknya ada 4), diperoleh :
𝑃( ) ( )
𝑃( ) ( )
𝑃( ) ( )
𝑘
𝑃( ) ∑( )
𝑘
𝑘
𝑃( ) ∑( )
𝑘
Banyak cara menempatkan 60 objek yang identik dalam 4 sel (kotak) yang berbeda sama
dengan koefisien dalam P( ). Dari bentuk diatas, kita hanya perlu mencari koefisien pada
bentuk sumasi .ini artinya k yang diambil adalah 56 dan kita tahu bahwa koefisien adalah
𝑘
( ) ( ) ( )
𝑘
2. Ada berapa cara untuk memilih 10 huruf dari kata PINTAR dengan syarat paling sedikit satu
T dan paling banyak 3 N ?
Penyelesaian:
Misalkan ( ) adalah FPB kasus tersebut, sehingga:
𝑃( ) ( )( )( )
Ekspresi kurung pertama mewakili syarat minimal satu T. Ekspresi kurung kedua mewakili
syarat maksimal 3 N. Ekspresi kurung terakhir mewakili 4 huruf lainnya yang bebas syarat .
𝑃( ) ( )( )( )
( )( )
( )∑( 𝑘
)
𝑘
Proposisi 2:
Misal terdapat p macam (tipe) objek dengan 𝑛𝑖 objek tipe-I untuk tiap 1≤𝑖≤ . maka
banyaknya permutasi-k sedemikian sehingga dalam setiap permutasi terdapat paling banyak 𝑛𝑖
objek tipe I dengan koefisien 𝑘𝑘! dalam fungsi pembangkit eksponensial berikut :
𝑝( ) ( )( ) ( )
Proposisi 3 :
1) ( ) 𝑛
2)
3)
Contoh soal :
Tentukan banyaknya kata sandi yang dapat dibentuk dari kata CANTIK dimana setiap
huruf vokalnya harus muncul.
Penyelesaian :
Huruf vokal : A, I (ada 2)
Huruf konsonan : C, N, T, K (ada 4)
Misalkan ( ) adalah FPE dari kasus ini. Dengan memperhatikan syarat yang
diperkenankan, yaitu huruf vocal harus muncul (huruf A dan I masing-masing setidaknya
muncul satu kali), diperoleh :
𝑃( ) ( ) ( )
(𝑒 ) (𝑒 )
𝑒 (𝑒 𝑒 )
𝑒 𝑒 𝑒
Ubahlah kedalam notasi sigma.
( ) ( ) ( )
𝑃( ) ∑ ∑ ∑
𝑛 𝑛 𝑛
∑ ∑ ∑
𝑛 𝑛 𝑛
Banyaknya kata sandi yang dapat terbentuk sama dengan koefisien Dalam ( ) , yaitu :
( ) 𝑛
PERTEMUAN 11 – 12 :
Relasi Rekursif, jenis-jenis,penyelesaian RR dengan metode akar karakterisitk dan fungsi
pembangkit
A. Relasi Rekursif
a. –1+ 𝑛≥2
b. 𝑃 𝑛𝑃 𝑛
c. 𝑛
B. Peneyelesaian RR linear dengan Metode Akar Karakteristik
Kasus 1
Persamaan karakteristik mempunyai K akar berbeda
Solusi Umum :
Contoh soal :
1. Selesaikan RR berikut menggunakan Metode Akar Karakteristik
𝑛 2
Jawab :
Misalkan
( )
𝑡 𝑢
Solusi umum
𝑃 𝑃
Untuk mencari solusi khusus ,substitusi atau gunakan kondisi awal
𝑃 𝑃 sehingga diperoleh 𝑃 𝑃 ( )
𝑃 𝑃 sehingga diperoleh -1 𝑃 𝑃 ( )
Gunakan metode substitusi dan eliminasi untuk persamaan a dan b
( ) 𝑃 𝑃
𝑃 𝑃 substitusi pada persamaan b,sehingga
𝑃 𝑃
𝑃 (𝑃 )
𝑃 𝑃
Jika 𝑃 𝑃
𝑃 𝑃
Maka diperoleh 𝑃 𝑃
Solusi khusus 𝑃 𝑃
( )
𝑛
Kasus 2
Persamaan karakteristik mempunyai akar rangkap
Solusi Umum
Contoh soal
1. Selesaikan RR berikut menggunakan metode Akar Karakteristik
𝑛
Jawab :
Misalkan
( ):
( )
( )( )
𝑡 𝑢
Solusi Umum: 𝑃 𝑃𝑛
Untuk mencari solusi khusus, substitusikan/ gunakan kondisi awal
𝑃 𝑃 sehingga diperoleh 2 𝑃 𝑃 ( )
𝑃 𝑃 sehingga diperoleh 6 𝑃 𝑃 𝑃 𝑃 ( )
Solusi Khusus
𝑃 𝑃𝑛
( ) ∑
𝑛
Atau ( ) ∑ 𝑛 ,𝑛
Contoh soal:
∑ ∑ ∑
( ) ( ) ( ) karena
( ) ( )
( ) ( )
( )
( )( )
∑ ∑ ∑
Jadi solusinya ∑ ∑ ∑
PERTEMUAN 13 – 14 :
Konsep dasar Posset, Lattice, Aljabar Boole dan Gerbang Logika
A. Pengertian
Suatu relasi biner dinamakan sebagai suatu relasi pengurutan tak lengkap atau relasi
pengurutan parsial ( partial ordering relation ) jika ia bersifat refleksif, anti simetris, dan transitif.
1. Refleksif, yaitu a R a, untuk setiap a Є s
B. Diagram Posset
Misal S adalah suatu himpunan urut parsial. Sebut a dalam S adalah suatu yang
mendahului dari b atau b sesudah a ditulis ≤ jika ≤ tetapi tidak ada elemen dari S yang
terletak diantara a dan b. jadi, tidak ada X dalam S sedemikian sehingga <𝑋< .
Misal S adalah suatu POSET yang hingga. Maka urut pada S adalah diketahui secara
lengkapjika kita mengetahui semua pasangan a, b, S sedemikiansehingga a≤b jadi relasi ≤ pada
S.Sehingga x<y jika dan hanya jika terdapat elemen x = a0, a1, ...am = y sedemikian sehingga ai-
1≤ ai untuk I = 1, ..., m.
Menurut diagram dari suatu POSET S yang hingga kita artikan suatu graph berarah
dimanavertex adalah merupakan elemen dari S dan kan terdapat busur yang menghubungkan a
dan bjika a ≤ b dalam S (dalam menggambarkan suatu arah panah dari a ke b, kita kadang-
kadangmenempatkan b lebih tinggi daripada a dalam diagram dan garis dari a ke b mengarah ke
atas).Pada diagram S, terdapat suatu path berarah dari suatu vertex x ke vertex y dan hanya jika x
< y.Juga terdapat sebarang cycle dalam diagram S karena urut relasinya adalah anti simetris.
Contoh:
1. Misal ={1,2,3,4,6,8,9,12,18,24} dalam urut dengan relasi “x membagi y”
Penyelesaian :
Diagram diberikan
24
8 12 18
4 6 9
2 3
Diagram suatu himpunan urut linear yang hingga yaitu suatu suatu chaim hingga yang terdiri
dari sebuah path yang sederhana. Seperti contoh pada gambar berikut yang menunjukkan
diagram dari suatu chain dengan 5 elemen.
Y
│
U
│
Z
│
Y
│
X
2. LATTICE
A. Pengertian Lattice
Berdasarkan konsep batas atas terkecil ( ,,) dan batas bawah terkecil ( , ,𝑡)
didefenisikan sebagai berikut:,
Suatu poset ( ≤) disebut LATTICE apabila setiap dua elemen ∈ Poset ( ≤) mempunyai
b.a.t dan b.b.t.
Contoh soal:
1) Tentukan apakah poset yang dinyatakan dengan diagram Hasse dibawah ini merupakan
lattice!
a a b
b c c
d d
( ) e ( ) f
Jawaban:
Pada gambar (a), merupakan Lattice. Sebab setiap dua titik mempunyai b. a. t dan b. b. t
Pada gambar (b), bkan Lattice. Sebab b. a. t dari a dan b tidak ada.
C. Sub Lattice
Misalkan ≤, *, ⊕ adalah letis dan S ⊆ L. S disebut Subletis dan L jika (S, ≤, *, ⊕) adalah
letis.
Catatan: syarat perlu dan cukup agar S subletis adalah a * b dan a ⊕ b ∈ S. ∀ ,∈𝑆.
3. ALJABAR BOOLEAN
A. Aljabar Boolean
1. Defenisi
Dalam matematika, Aljabar Boolean struktur aljabar yang mencakup intisari operasi
logika 𝑛𝑑,,𝑁𝑜𝑡, dan juga teori himpunan untuk operasi union, interaksi dan komplemen.
Aljabar Boolean adalah sistem aljabar yang berisi set dengan dua operasi penjumlahan yang
dilambangkan dengan tanda tambah (+) disebut supremum dan perkalian yang dilambangkan
dengan tanda titik ( . ) disebut infimum.
Untuk mempunyai sebuah Aljabar Boolen, perlu memperhatikan :
1. Elemen himpunan B
2. Kaidah atau operasi untuk dua operator biner
3. Himpunan B bersama – sama dengan dua operator tersebut, memenuhi postulat Huntington.
1) . =
2) + =
h. Asosiatif :
1) + ( + 𝑐)=( + ) + 𝑐
2) ( .𝑐) = ( . )𝑐
Contoh :
1) + =
2) .1 =
3) . = 0
2 sifat-sifat atau hukum –hukum aljabar boolen
3. Hukum komplemen
(i) + =1 4. Hukum dominansi
(ii) . =0 (i) . 0 = 0
(ii) +1=1
Contoh:
Buktikan
(i) + =
(ii) ( + ) =
Penyelesaian :
(i) + = .1 + . (hukum identitas)
= (1 + ) (hukum distributif)
= .1 (hukum dominasi)
(ii) ( + ) = ( + 0)( + ) (hukum identitas)
= + (0 . ) (hukum distributif)
= +0 (hukum domnasi)
= (hukum identitas)
3. Fungsi Boolean
Fungsi boolean disebut juga dengan fungsi biner adalah pemetaan dari 𝑛 ke melalui
ekspresi Boolean, yaitu :
𝑓: →
adalah himpunan yang beranggotakan pasangan terurut ganda-𝑛 (ordered n-tuple)
didalam daerah asal . Setiap ekspresi Boolean merupakan fungsi Boolean.
Contoh :
Misalkan sebuah fungsi Boolean adalah ( ,,) = 𝑧 + ′ + ′𝑧
Fungsi 𝑓 memetakan nilai – nilai pasangan terurut ganda – 3( ,,) ke himpunan {1,0,1}
Penyelesaian :
(1,0 ,1) yang berarti =1, = 0, dan 𝑧 = 1. Sehingga
(1,0,1) = 1 . 0 . 1 + .0 + .1
=0+0+1=1
Contoh – contoh fungsi Boolean yang lain :
1. ( ) =
2. ( ,) = ′ + "+ ′
3. ( ,) = ′ ′
4. ( ,) = ( + )′
5. ( ,,) = 𝑧′
Setiap perubah didalam fungsi Boolean, termasuk dalam bentuk komplemennya, disebut literal.
4. Fungsi komplemen
5. Bentuk kanonik
Ada dua macam bentuk kanonik :
1. Penjumlahan dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)
𝑀𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑀 𝑡𝑒𝑟𝑚
𝑀𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑀 𝑡𝑒𝑟𝑚
𝑧
Suku lambang Suku lambang
0 0 0 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
0 0 1 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
0 1 0 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
0 1 1 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
1 0 0 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
1 0 1 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
1 1 0 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
1 1 1 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
Penyelesaian :
a. SOP
Kombinasi nilai – nilai peubah yang meghasilkan nilai fungsi sama dengan 1 adalah
001,100,dan 111, maka fungsi Booleannya dalam bentuk kanonik SOP adalah
𝑓 ( , ,𝑧) = ′ ′𝑧 + ′𝑧′ + 𝑧
𝑓( , ,𝑧) = 𝑚 + 𝑚 + 𝑚 = ∑( )
b. POS
Kombinasi nilai – nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama dengan 0 adalah
000,010,011,101,dan 110, maka fungsi Booleannya dalam bentuk kanonik POS adalah
𝑓( , ,𝑧) = ( + +𝑧)( + ′+𝑧)( + ′+𝑧′)( ′+ ′+𝑧)
𝑓( , ,𝑧) = 𝑀 𝑀 𝑀 𝑀 𝑀 = ∏( )
4. GERBANG LOGIKA
Untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi logika digunakan rangkaian logika. Fungsi
Boolean yang diekspresikan dengan 𝑁 ,,𝑂𝑇,𝑁𝑂𝑅,𝑁 𝑁 ,𝑋𝑂𝑅 dan 𝑋𝑁𝑂𝑅 menjadi lebih
mudah diimplementasikannya dengan dengan menggunakan gerbang logika digital.
Faktor-faktor utama dalam pembentukan gerbang logika adalah sebagai berikut:
dalam fabrikasi komponen fisik.
1. Gerbang dasar
a. 𝑁
Gambar gerbang 𝑁 :
Tabel kebenarannya:
𝑝 𝑞 𝑝𝑞
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
b. 𝑂𝑅
Gambar gerbang 𝑂𝑅
Notasi Aljabar Booleannya adalah sebuah tanda tambah ( + ). Perbandingannya, pada Proposisi
notasinya adalah ”v”.
Contoh:
”𝑝 atau 𝑞”, ditulis 𝑝 + 𝑞
Tabel kebenarannya:
𝑝 𝑞 𝑝 𝑞
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
c. 𝑁𝑂𝑇
Gambar gerbang 𝑁𝑂𝑇
Notasi Aljabar Boolennya adalah dengan memberikan tanda bar diatas variabel atau
dengan tanda aksen (petik tunggal penutup) setelah variabel. Perbandingannya, pada Proposisi
notasinya adalah ” ”.
Contoh:
”Not 𝑝” atau ”negasi 𝑝”, ditulis ̅𝑝 atau bisa ditulis 𝑝‟.
Tabel kebenarannya:
𝑝 𝑝̅
0 1
1 0
Contoh Soal:
Untuk setiap kalimat di bawah ini, buatlah notasi matematikanya dengan menggunakan
Aljabar Boolean dan buat juga tabel kebenarannya!
a. Hari hujan dan udara dingin.
b. Hari hujan atau udara dingin.
c. Hari hujan dan udara tidak dingin.
d. Hari tidak hujan atau udara dingin.
e. Hari tidak hujan dan udara tidak dingin.
f. Hari tidak hujan atau udara tidak dingin.
Penyelesaian:
a. Hari hujan dan udara dingin
𝑝 = ”hari hujan”
𝑞 = ”udara dingin”
𝑝.𝑞 = ”hari hujan dan udara dingin”
Notasinya: 𝑝.𝑞
Tabel kebenarannya:
𝑝 𝑞 𝑝𝑞
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
2. Gerbang turunan
Contoh dalam kalimat : Tidak benar bahwa udara dingin dan hari hujan
Tabel kebenaran :
𝑝 𝑞 𝑝𝑞 𝑝̅ 𝑞̅
0 0 0 1
0 1 0 1
1 0 0 1
1 1 1 0
c. 𝑁𝑂𝑅 (𝑁𝑜𝑡−𝑂𝑅)
Pertemuan 15 : Konsep dasar graf, derajat titik, penyajian dengan matrik, lintasan
terpendek, algoritma dijkstra, pohon dan pohon merentang
Pada gambar tersebut, A, B, C, dan D adalah daerah-daerah yang dihubungkan oleh tujuh
buah jembatan. Masalahnya, para penduduk Konigsberg tidak mampu menemukan rute yang
melalui setiap jembatan tepat satu kali, bergerak dari suatu tempat tertentu dan kembali ke
tempat itu lagi.
Definisi graf
Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E), ditulis dengan notasi 𝑛=(𝑉,𝐸)
yang dalam hal ini :
V adalah himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul (vertices) ={𝑣1,𝑣2,…,𝑣𝑛}
E adalah himpunan sisi (edges) yang menghubungkan sepasang simpul ={𝑒1,𝑒2,…𝑒𝑛}
Gambar (1)
Contoh :
Gambar (1) memperlihatkan tiga buah graf, 1,2dan 3.
1 adalah graf dengan himpunan simpul V dan himpunan sisi E adalah.
𝑉={1,2,3,4}
𝐸={(1,2),(1,3),(2,3),(2,4),(3,4)}
2adalah graf dengan himpunan simpul V dan himpunan sisi E adalah
𝑉={1,2,3,4}
𝐸={(1,2),(2,3),(1,3),(1,3),(2,4),(3,4),(3,4)}→ himpunan ganda
={𝑒1,𝑒2,𝑒3,𝑒4,𝑒5,𝑒6,𝑒7}
3 adalah graf dengan himpunan simpul V dan himpunan sisi E adalah
𝑉={1,2,3,4}
𝐸={(1,2),(2,3),(1,3),(1,3),(2,4),(3,4),(3,4),(3,3)}→ himpunan ganda
={𝑒1,𝑒2,𝑒3,𝑒4,𝑒5,𝑒6,𝑒7,𝑒8}
Pada , 2 sisi 𝑒3=(1,3) dan sisi 𝑒4=(1,3)dinamakan sisiganda (multiple edges atau paralel
edges) karena kedua sisiini menghubungi dua buah simpul yang sama, yaitu simpul 1 dan simpul
3.Pada 3 , sisi 𝑒8=(3,3) dinamakan gelang atau kalang (loop)karena ia berawal dan berakhir
pada simpul yang sama.
Terminologi Graf
Gambar (2)
a. Ketegangan (Adjacent)
Dua buah simpul dikatakan bertetangga bila keduanya terhubung langsung dengan
sebuah sisi.
Contoh : Pada gambar (2), simpul 1 bertetangga dengan simpul 2 dan 3 tetapi simpul 1 tidak
bertetangga dengan simpul 4.
b. Bersisian (Incidency)
Untuk sembarang sisi 𝑒 = (𝑢, 𝑣), sisi 𝑒 dikatakan bersisian dengan simpul 𝑢, ataubersisian
dengan simpul 𝑣.
Contoh : Pada gambar (2), sisi (2, 3) bersisian dengan simpul 2 dan simpul 3, sisi (2, 4) bersisian
dengan simpul 2 dan simpul 4,tetapi sisi (1, 2) tidak bersisian dengan simpul 4.
c. Simpul Terpencil (isolated vertex)
Simpul terpencil ialah simpul yang tidak mempunyai sisi yang bersisian dengannya.
Contoh :Pada gambar (2), simpul 5 adalah simpul terpencil.
d. Graf Kosong
Graf yang himpunan sisinya merupakan himpunan kosong (Nn). Contoh graf 𝑁5
4 5 2
e. Lintasan (Path)
Lintasan yang panjangnya n dari simpul awal v0 ke simpul tujuan vn di dalam graf G ialah
barisan berselang-seling simpul-simpuldan sisi-sisi yang berbentuk v0, e1, v1, e2, v2,... , vn
–1, en, vn sedemikian sehingga e1 = (v0, v1), e2 = (v1, v2), ... , en = (vn-1, vn) adalah sisi-sisi
dari graf G.
Contoh : Tinjau graf G1 pada gambar (2): lintasan 1, 2, 4, 3 adalah lintasan dengan barisan sisi
(1,2),(2,4), (4,3).
Panjang lintasan adalah jumlah sisi dalam lintasan tersebut. Lintasan 1, 2, 4, 3 pada G1
memiliki panjang 3.
g. Terhubung (connected)
Dua buah simpul v1 dan simpul v2 disebut terhubung jika terdapat lintasan dari v1 ke v2.
G disebut graf terhubung (connected graph) jika untuk setiap pasang simpul vidan vj dalam
himpunan V terdapat lintasan dari vi ke vj. Jika tidak, maka G disebut graf tak-terhubung
(disconnected graph).
Contoh graf tak-terhubung :
Definisi 2 :
Graf berarah G dikatakan terhubung jika graf tidak berarahnya terhubung (graf tidak berarah
dari G diperoleh dengan menghilangkan arahnya).
Dua simpul, u dan v, pada graf berarah G disebut terhubung kuat (strongly connected) jika
terdapat lintasan berarah dari u ke v dan juga lintasan berarah dari v ke u.
Jika u dan v tidak terhubung kuat tetapi terhubung pada graftidak berarahnya, maka u dan v
dikatakan terhubung lemah (weakly coonected).
Graf berarah G disebut graf terhubung kuat (strongly connected graph) apabila untuk
setiap pasang simpul sembarang u dan v di G, terhubung kuat. Kalau tidak, G disebut
graf terhubung lemah.
Komponen graf (connected component) adalah jumlah maksimum upagraf terhubung dalam graf
G.
Graf G di bawah ini mempunyai 4 buah komponen.
Pada graf berarah, komponen terhubung kuat (strongly connected component) adalah jumlah
maksimum upagraf yang terhubung kuat.
j. Cut-Set
Cut-set dari graf terhubung G adalah himpunan sisi yang bila dibuang dari G
menyebabkan G tidak terhubung. Jadi, cut-set selalu menghasilkan dua buah komponen.
Pada graf di bawah, {(1,2), (1,5), (3,5), (3,4)} adalah cut-set. Terdapat banyak cut-set pada
sebuah graf terhubung.
Himpunan {(1,2), (2,5)} juga adalah cut-set, {(1,3), (1,5), (1,2)} adalah cut-set, {(2,6)}
juga cut-set,
tetapi {(1,2), (2,5), (4,5)} bukan cut-set sebab himpunan bagiannya, {(1,2), (2,5)} adalah
cut-set.
k. Graf Berbobot
Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi sebuah harga(bobot).
2. DERAJAT TITIK
Derajat suatu simpul adalah jumlah sisi yang bersisian dengan simpul tersebut.
Notasi: d(v)
contoh :
perhatikan gambar
Definisi: Pada graf berarah, derajat simpul v dinyatakan dengan din(v) dan dout(v), yang dalam
hal ini :
din(v) = derajat-masuk (in-degree)
= jumlah busur yang masuk ke simpul v
dout(v) = derajat-keluar (out-degree)
= jumlah busur yang keluar dari simpul v
dan
d(v) = din(v) + dout(v)
contoh :
Tinjau graf G4:
din(1) = 2; dout(1) = 1
din(2) = 2; dout(2) = 3
din(3) = 2; dout(3) = 1
din(4) = 1; dout(3) = 2
⎢ ⎥
⎢ ⎥
Matriks ruas : ⎢ ⎥ atau * +
⎢ ⎥
⎢ ⎥
⎢ ⎥
[ ]
Matriks Adjancency
V1 V2 V3 V4 V5
V1 0 1 1 1 1
V2 1 0 1 0 0
V3 1 1 0 1 1
V4 1 0 1 0 1
V5 1 0 1 1 0
Matriks incidence
E1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e8
V1 1 1 0 1 1 0 0 0
V2 1 0 1 0 0 0 0 0
V3 0 0 0 1 0 1 0 1
V4 0 0 0 1 0 1 0 1
V5 0 0 0 0 0 1 0 1
4. LINTASAN TERPENDEK
Lintasan Lintasan yang panjangnya n dari simpul awal v0 ke simpul tujuan vn di dalam
graf G ialah barisan berselang-seling simpul-simpul dan sisi-sisi yang berbentuk v0, e1, v1, e2,
v2,... , vn –1, en, vn sedemikian sehingga e1 = (v0, v1), e2 = (v1, v2), ... , en = (vn-1, vn) adalah
sisi-sisi dari graf G.
Jika graf yang ditinjau adalah graf sederhana, maka kita cukup menuliskan lintasan
sebagai barisan simpulsimpul saja: v0, v1, v2, ... , vn –1, vn , karena antara dua buah simpul
berturutan di dalam lintasan tersebut hanya ada satu sisi. Sebagai contoh, pada Gambar 2(a),
lintasan 1, 2, 4, 3 adalah lintasan dengan barisan sisi (1,2), (2,4), (4,3).
Pada graf yang mengandung sisi ganda, kita harus menulis lintasan sebagai barisan
berselang-seling antara simpul dan sisi menghindari kerancuan sisi mana dari sisisisi ganda yang
dilalui. Misalnya pada Gambar 2(b), 1, e1, 2, e4, 3, e5, 3 adalah lintasan dari simpul 1 ke simpul
3 yang melalui sisi e1, e4, dan e5.
Catatlah bahwa simpul dan sisi yang dilalui di dalam lintasan boleh berulang. Sebuah
lintasan dikatakan lintasan sederhana (simple path) jika semua simpulnya berbeda (setiap sisi
yang dilalui hanya satu kali). Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut
lintasan tertutup (closed path), sedangkan lintasan yang tidak berawal dan berakhir pada simpul
yang sama disebut lintasan terbuka (open path).
Pada Gambar 2(a), lintasan 1, 2, 4, 3 adalah lintasan sederhana, juga lintasan terbuka.
lintasan 1, 2, 4, 3, 1 adalah juga lintasan sederhana, juga lintasan tertutup. lintasan 1, 2, 4, 3, 2
bukan lintasan sederhana, tetapi lintasan terbuka.Panjang lintasan adalah jumlah sisi dalam
lintasan tersebut. Lintasan 1, 2, 4, 3 pada Gambar 2(a) memiliki panjang 3.
Lintasan terpendek adalah jalur yang dilalui dari suatu node ke node lain dengan besar
atau nilai pada sisi yang jumlah akhirnya dari node awal ke node akhir paling kecil. Lintasan
terpendek adalah lintasan minimum yang diperlukan untuk mencapai suatu tempat dari tempat
lain. Lintasan minimum yang dimaksud dapat dicari dengan menggunakan graf. Graf yang
digunakan adalah graf yang berbobot, yaitu graf yang setiap sisinya diberikan suatu nilai atau
bobot. Dalam kasus ini, bobot yang dimaksud berupa jarak dan waktu kemacetan terjadi.
Ada beberapa macam persoalan lintasan terpendek, antara lain:
a. Lintasan terpendek antara dua buah simpul tertentu (a pair shortets path).
b. Lintasan terpendek antara semua pasangan simpul (all pairs shortest path).
c. Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain (single-source shoertest path).
d. Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul tertentu (intermediate
shortest path).
Persoalan Lintasan Terpendek dengan Algoritma Greedy
Persoalan yang diambil di sini yaitu singlesource shortest path atau lintasan terpendek
dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain. Persoalan: diberikan graf berbobot G(V, E).
Tentukan lintasan terpendek dari sebuah simpul asal, a, ke setiap simpul lainnya di G. Asumsi
yang kita buat adalah bahwa semua sisi berbobot positif.
Strategi greedy untuk mencari lintasan terpendek adalah sebagai berikut: Karena kita
harus meminimumkan panjang lintasan, maka sebagai ukuran optimasi dapat digunakan total
jarak pada lintasan yang baru dibentuk. Dalam hal ini, lintasan dibentuk satu per satu. Lintasan
berikutnya yang dibentuk ialah lintasan yang meminimumkan jumlah jaraknya.
Contoh soal :
Tinjau sebuah graf berarah di bawah ini. Bobot pada setiap sisi dapat menyatakan jarak,
ongkos, waktu, dan sebagainya.
Lintasan terpendek dari simpul 1 ke semua simpul lain yang diberikan pada tabel di
bawah ini dihasilkan dengan mengunakan strategi greedy di atas:
Simpul asal Simpul tujuan Lintasan terpendek Jarak
1 3 1-3 10
1 4 1-3-4 25
1 2 1-3-4-2 45
1 5 1-5 45
1 6 Tidak ada -
1) Carilah jalur tenpendek dari titik kuning ke titik biru pada graf di bawah ini !?
Jawab :
Pilihan awal yang dipilih algoritma adalah a karena a lebih pendek daripada d. Pilihan
selanjutnya hanya satu sehingga tidak ada pilihan lain selain b. Lalu ke c dan ke tujuan akhir.
Maka jaraknhya adalah 10,5 Padahal jika menggunakan jalur satu lagi sebesar 7 Begitu
seterusnya.
Jika jarak a ke b adalah 1000. algoritma ini tidak bisa mundur, sehingga memilih b.
Padahal nilainya sangat besar. Disanalah kelemahan algoritma ini.Tetapi dengan tidak pernah
mundur ke tempat awal untuk mencari jalan alternatif. Algoritma ini cepat dalam menyelesaikan
pencarian lintasan tercepat.
Contoh soal
Jaringan sederhana dengan panjang busur fuzzy ditunjukkan pada Gambar 3.1 dimana
panjang busur fuzzy di 𝑃 = 0.5/2 ,1.0/3 , 𝑄 = 0.4/1,1.0/3 , 𝑅 = 1.0/2,0.2/3,0.1/4 , 𝑈 = 1.0/2,0.6/4 ,
𝑉 = 1.0/3,0.5/4 , 𝑌 = 1.0/4,0.7/5 , 𝑊 = 0.6/4,1.0/5,0.5/6 ,dan = 1.0/3,0.4/5 , berturut – turut.
Jawab :
Langkah 1 :
Lintasan yang mungkin yaitu :
- Lintasan (1) : 1 + 2 + 4 + 5 + 6 = {0.5/11,0.6/12,1.0/13,0.6/14,0.6/15,
0.5/16,0.4/17,0.4/18}
- Lintasan (2) : 1 + 2 + 4 + 6 = 0.5/8,1.0/9,0.7/10,0.6/11,0.6/12
- Lintasan (3) : 1 + 2 + 3 + 5 + 6 = {0.5/10,1.0/11,0.5/12,0.4/13,0.4/14, 0.2/15,0.1/16}
- Lintasan (4) : 1 + 3 + 5 + 6 = 0.4/7,0.4/8,1.0/9,0.5/10,0.4/11,0.4/12
Langkah2 :
Didapat nilai panjang terpendeknya adalah 0.4/7,0.5/8,0.6/9 atau
𝑚𝑖𝑛 =0.4/7,0.5/8,0.6/9 .
Langkah 3 :
Dengan ukuran kesamaan, didapat nilai 𝑆 𝑚 , antara 𝑚𝑖𝑛 dan 𝑖. ,1 = 0.49 𝑆 ,2 = 0.77
𝑆 𝑚𝑖𝑛 , 3 = 0.62 𝑆 𝑚𝑖𝑛 , 4 = 0.85
Langkah 4 :
Dipilih lintasan 1-3-5-6 sebagai lintasan terpendek dengan panjang fuzzy 4
merupakan derajat kesamaan tertinggi (=0.85) untuk 𝑚𝑖𝑛 panjang terpendek fuzzy.
5. Algoritma Dijkstra
Algoritma Dijkstra merupakan algoritma yang dipakai dalam penentuan lintasan
terpendek dari suatu titik tertentu e setiap titik lain pada suatu graf. Lintasan terpendek untuk
suatu titik tertentu dengan titik lainnya diperoleh dari pohon pembangun yang memiliki nilai
minimum.
Algoritma ini dikembangkan oleh Edsger Wybe Dijkstra pada tahun 1959. Lintasan
terpendek untuk suatu titik tertentu dengan titik lainnya diperoleh dari pohon pembangun yang
memiliki nilai minimum.
Strategi yang digunakan pada algoritma Dijkstra yaitu dengan membentuk suatu pohon
Dijkstra yang diawali pada titik V0, dengan menambahkan sisi terkait dan terdekat dengan titik
V0. Penambahan sisi dilakukan pada setiap pengulangan (iteration) dan dilakukan dengan
menggunakan fungsi Dijkstra-next Edge.
Fungsi Dijkstra-next Edge didefinisikan sebagai berikut:
Misalkan X adalah himpunan sisi terkait yang telah ditambahkan. Dijkstra- next Edge (G,
X)memberikan nilai pada titik akhir sisi terkait yang titik ujungnya berderajat lebih dari satu
(nontree) dan memilih sisi yang titik ujungnya paling dekat dengan v0. Jika titik yang terpilih
lebih dari satu, maka pilih salah satu.
Gambar di atas memperlihatkan bahwa e1 dan e2 merupakan sisi terkait yang titik
ujungnya
berderajat lebih dari satu. Kemudian sisi yang titik ujungnya paling dekat dengan v0 adalah sisi
e2.
Algoritma Lintasan Terpendek Dijkstra :
Input : Graf berbobot G dan titik awal v0
Output : Pohon lintasan terpendek T dengan titik awal v0
1. Penghitungan Jarak
Misalkan w(e) menyatakan bobot dari sisi e pada graf berbobot dan w(q) menyatakan
bobot
dari sisi q pada pohon yang terbentuk dan v0 adalah titik awal yang dipilih untuk penentuan
pohon Dijkstra. Jika v adalah titik pangkal dengan nilai terendah dan y sebagai titik ujung pada
sisi q yang terpilih, maka d(v0,y) = d(v0,v) + w(q). Jadi, pada saat q terpilih pada pengulangan
ke−i sebagai sisi yang ditambahkan pada pohon Dijkstra, y haruslah menjadi titik dengan nilai
minimum.
Misalkan e sebagai sisi terakhir yang ditambahkan pada pohon Dijkstra yang terbentuk
dan v merupakan titik pangkal pada sisi pohon e. P-Value dari sisi e yang dinotasikan oleh
P(e),diberikan oleh
P(e) = d(v0,v) + w(e)
Jadi, Dijkstra-nextEdge(G,X) memilih dan memberikan nilai pada titik akhir sisi e
sedemikian sehingga P(e?) = min e ∈ X P(e). Dengan kata lain e? merupakan sisi yang memiliki
P-value yang minimum untuk sisi e ∈ X, dimana X adalah himpunan sisi yang terkait dengan
pohon T. P-value untuk setiap sisi e dapat berubah pada setiap pengulangan.
Teorema: Misalkan Tj adalah pohon Dijkstra setelah j iterasi dari algoritma Dijkstra pada graf
terhubung G, untuk 0 ≤ j ≤ |V (G)| − 1. Untuk setiap v ∈ Tj, lintasan-(v0,v) yang unik di Tj
adalah lintasan-(v0,v) terpendek di G.
Bukti: Solusi trivial untuk T0, karena pada saat j = 0, pohon Dijkstra yang terbentuk
hanya sebuah titik awal. Menggunakan induksi, diasumsikan untuk setiap j, 0 ≤ j ≤|V (G)| − 2,
bahwa Tj adalah benar. Misalkan sisi e dengan titik pangkal v1 ∈ Tj dan titik ujung v2 / ∈ Tj,
sebagai sisi terkait yang ditambahkan ke pohon Tj pada pengulangan ke j + 1. Karena v2
merupakan satusatunya titik baru di Tj+1, maka lintasan-(v0,v2) Q di Tj+1 adalah lintasan
terpendek dari v0 ke v2 dengan panjang lintasan Q adalah P(e).
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa lintasan Q merupakan lintasan yang unik. Artinya,
tidak ada lintasan yang lebih pendek dari Q. Misalkan R adalah lintasan (v0,v2) yang lain di G.
Notasikan panjang lintasan Q dengan l(Q) dan panjang lintasan R dengan l(R). Akan ditunjukkan
l(R) ≥ l(Q). Misalkan sisi f dengan titik pangkal v3 ∈ Tj dan titik ujung v4 / ∈ Tj, dimana f / ∈
Tj. Misalkan lintasan K adalah lintasan yang menghubungkan v4 dengan v2, artinya lintasan K
adalah bagian dari lintasan R.
Karena sisi e sisi terkait dengan Tj dan dipilih untuk ditambahkan ke Tj pada
pengulangan ke j + 1, maka P(e) ≤ P(f). Perhatikan bahwa, l(R) = d(v0,v3) + w(f) + l(K) = P(f) +
l(K) ≥ P(e) + l(K) ≥ P(e) = l(Q). Jadi, karena l(R) ≥ l(Q) maka lintasan Q merupakan lintasan
unik yaitu tidak ada lintasan yang lebih pendek dari lintasan Q.
Bobot pada graf G menyatakan jarak diantara dua titik. Lokasi terdekat untuk individu m
adalah lokasi B, karena (B,m) < d(A,m). Hal tersebut berlaku untuk individu lain yang
ditempatkan pada titik di graf G.
6. Pohon
Tree atau pohon adalah graf terhubung yang tidak mengandung sirkuit. Untuk itu
perlu diingat kembali bahwa :
Suatu Graf G disebut terhubung apabila untuk setiap dua simpul dari graf G selalu
terdapat jalur yang menghubungkan kedua simpultersebut.
Sirkuit atau cycle adalah suatu lintasan tertutup dengan derajat setiap simpuldua.
Contoh :
Sifat:
Suatu Graf G adalah Pohon jika dan hanya jika terdapat satu dan hanya satu jalur diantara
setiap pasang simpul dari Graf G.
Teorema :
Suatu Graf G dengan n buah simpul adalah Pohon jika :
(1) G terhubung dan tak mengandung sirkuit,atau
(2) G tidak mengandung sirkuit dan mempunyai n-1 buah ruas,atau
(3) G mempunyai n-1 buah ruas dan terhubung
7. Pohon Rentangan
MisalkanG = (V , E) adalah graf tak berarah terhubung yang bukan pohon, yang berarti di
G terdapat beberapa sirkuit. G adapat diubah menjadi pohon t = (V1 , E1) dengan cara
memutuskansirkuit-sirkuit yang ada. Caranya, mula-mula dipilih sebuah sirkuit, lalu hapus satu
buah sisi dari sirkui tini. G akan tetap terhubung dan jumlah sirkuitnya berkurang satu. Bila
proses ini dilakukan berulang-ulang sampai semua sirkuit di G hilang, maka G menjadi sebuah
pohon T, yang dinamakan dengan pohon merentang (spanninh tree).
Disebut pohon merentang karena semua simpul pada pohon T sama dengan semua simpul
pada graf G, dan sisi-sisi pada pohon T ⊆ sisi-sisi pada graf G. Dengan kata lain, V1 = V dan E1
⊆ E (Jika upgraf dari graf terhubung berbentuk pohon, maka upgraf merentang tersebut
dinamakan pohon merentang).
Contoh :
Misalkan kita mempunyai graph G seperti pada gambar di bawah ini. Terdapat 3 pohon
rentang dari graph G, yaitu graph A, B, dan C. Tampak jelas bahwa graph A, B, dan C
masingmasing memuat semua simpul dari graph G serta mengandung sisi-sisi dari G demikian
sehingga tidak terbentuk sikel.
c c c c
a b a b a b a b
Teorema:Graph G terhubung jika dan hanya jika G memuat pohon rentang.
Bukti:
Jika graph G memuat pohon rentang, jelas G terhubung. Kita buktikan konvers
pernyataan ini dengan induksi pada |E(G)|. Jika G terhubung dan |E(G)| = 0, maka G = K1,
sehingga jelas G memuat pohon rentang.
Asumsikan: setiap graph terhubung dengan k + 1 sisi, maka G memuat pohon
rentang.Pandang sebuah graph terhubung G dengan k + 1 sisi. Jika G tidak memuat sikel, maka
G sebuah
pohon rentang. Jika G memuat sikel, dan misalkan e adalah sebuah sisi dari sikel di G, maka
graph G1 = G – e terhubung dengan k sisi. Sehingga berdasarkan asumsi, G1 memuat pohon
rentang. Sebut T, pohon rentang di G1. Jelas, T adalah juga pohon rentang dari G.
Sebuah graph terhubung mungkin memuat lebih dari satu pohon rentang, seperti terlihat
pada gambar di bawah. Graph G memuat pohon rentang T1, T2, dan T3.
G T T T T
Contoh:
Kita akan menyambungkan 19 buah lampu pada satu stop kontak dengan menggunakan
sejumlah kabel ekstensi yang masing-masing mempunyai 4 outlet!
Diketahui:
T = 19 λ banyak simpul daun
m = 5 λ phon 4 ary
Ditanya: Berapa buah kabel ekstensi yang
dibutuhkan?
Jawab:
(m − 1)i = t − 1 (4 − 1)i = 19 − 1
3i = 18
i =6
Jadi, ada 6 buah kabel ekstensi yang dibutuhkan.
Stop Kontak
k1 k2 k19
AlgoritmaPrim:
Langkah 1: ambil sisi dari graf G yang berbobot minimum, masukkan ke dalam T.
Langkah 2: pilih sisi (u,v) yang mempunyai bobot minimum dan bersisian dengan simpul di T,
tetapi (u,v) tidak membentuk sirkuit di T. Masukkan (u,v) kedalam T.
Langkah 3: ulangi langkah 2 sebanyak n – 2 kali.
Jumlah langkah seluruhnya di dalam algoritma Prim adalah: a. 1 + (n – 2) = n – 1
b. Yaitu sebanyak jumlah sisi di dalam pohon rentang dengan n buah simpul.
AlgoritmaKruskal:
(Langkah awal, sisi-sisi dari graf sudah diurut menaik berdasarkan bobotnya, dari bobot kecil ke
bobot besar).
Langkah 1: T masih kosong
Langkah 2: pilih sisi (u,v) dengan bobot minimum yang tidak membentuk sirkuit di
T.Tambahkan (u,v) kedalam T.
Langkah 3 : ulangi langkah 2 sebanyak n – 1 kali Contoh:
Carilah semua pohon merentang yang mungkin dibuat dari graf yang tampak pada gambar di
bawah ini!
Jawab:
V1 V2 V3 V1 V2 V3 V1 V2 V3
V4 V5 V6 V4 V5 V6 V4 V5 V6
Sekian terimakasih
Assalamualaikum wr.wb