Anda di halaman 1dari 85

TUGAS AKHIR

RANGKUMAN MATERI MATEMATIKA DISKRIT

DisusunOleh:
ELVIZZA RAHAYU
1814040015 / T.MTK 18 A

Dosen Pembimbing:
NITA PUTRI UTAMI, M.Pd

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
T.A 1441 H / 2020 M
Pertemuan 2
Himpunan ,relasi ,dan fungsi

BAB 1 : HIMPUNAN

Dalam kehidupan nyata, banyak sekali masalah yang terkait dengan data (objek) yang
dikumpulkan berdasarkan kriteria tertentu. Kumpulan data (objek) inilah yang selanjutnya
didefinisikan sebagai himpunan. Pada bab awal ini akan dibahas tentang definisi dan
keanggotaan suatu himpunan, operasi himpunan dari beberapa jenis himpunan .

1.1.Definisi dan Keanggotaan Suatu Himpunan .


Himpunan (set) merupakan sekumpulan objek-objek yang berbeda yang dapat
didefinisikan dengan jelas. Objek di dalam himpunan dinamakan unsur atau anggota
himpunan. Keanggotaan suatu himpunan dinyatakan oleh notasi ‟∈‟.
Contoh 1 :
A = {x, y, z} . x ∈A : x merupakan anggota himpunan A. w ∉A : w bukan merupakan
anggota himpunan A. Ada beberapa cara dalam menyatakan himpunan, yaitu : Mencacahkan
anggotanya (enumerasi) Dengan cara ini, himpunan tersebut dinyatakan dengan
menyebutkan semua anggota himpunannya di dalam suatu kurung kurawal .
Contoh 2 :
Himpunan empat bilangan ganjil pertama: A = {1, 3, 5, 7} . Himpunan lima bilangan
prima pertama: B = {2, 3, 5, 7, 11} . Himpunan bilangan asli yang kurang dari 50 : C = {1, 2,
..., 50} . Himpunan bilangan bulat ditulis sebagai {…, -2, -1, 0, 1, 2, …} . Menggunakan
simbol standar (baku) Suatu himpunan dapat dinyatakan dalam suatu simbol standar (baku)
yang telah diketahui secara umum oleh masyarakat (ilmiah) .
Contoh 3 :
N = himpunan bilangan alami (natural) = { 1, 2, ... }
Z = himpunan bilangan bulat = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }
Q = himpunan bilangan rasional .
R = himpunan bilangan riil .
C = himpunan bilangan kompleks .
U = Himpunan yang universal (semesta pembicaraan) .
Contoh 4 :
Misalkan U = {1, 2, 3, 4, 5} dan A = {1, 3, 5} merupakan himpunan bagian dari U
Menuliskan kriteria (syarat) keanggotaan himpunan Suatu himpunan dapat dinyatakan
dengan cara menuliskan kriteria (syarat) keanggotaan himpunan tersebut. Himpunan ini
dinotasinya sebagai berikut : { x ⎥ syarat yang harus dipenuhi oleh x } .
Contoh 5 :
A adalah himpunan bilangan asli yang kecil dari 10 A = { x | x ≤ 10 dan x ∈N } atau A =
{ x ∈N | x ≤ 10 } yang ekivalen dengan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10} . M = { x | x adalah
mahasiswa yang mengambil kuliah matematika diskrit} Atau M = { x adalah mahasiswa | ia
mengambil kuliah matematika diskrit} . Menggunakan Diagram Venn : Suatu himpunan
dapat dinyatakan dengan cara menuliskan anggotanya dalam suatu gambar (diagram) yang
dinamakan diagram venn .
Contoh 6 :
Misalkan U = {1, 2, ..., 7, 8}, A = {1, 2, 3, 5} dan B= {2, 5, 6, 8}. Terkait dengan
masalah keanggotaan, suatu himpunan dapat dinyatakan sebagai anggota himpunanl ain .
Contoh 7 :
a. Misalkan,
M = { mahasiswa STT Garut }
M1 = { mahasiswa anggota himatif }
M2 = { mahasiswa anggota HMTI }
M3 = { mahasiswa anggota HMIF }
Dengan demikian, M = { M1 , M2 , M3 }
b. Bila P1= {x, y}, P2= { {x, y } } atau P2={P1}, Sementara itu, P3= {{{x, y}}}, maka
x∈P1dan y∉P2, sehingga P1∈P2 , sedangkan P1∉P3, tetapi P2∈P3 . Jumlah unsur dalam
suatu himpunan dinamakan kardinalitas dari himpunan tersebut
.Misalkan, untuk menyatakan kardinalitas himpunan A ditulis dengan notasi : n ( A )
atau ⎢ A ⎢.
Contoh 8 :
(i) B = { x | x merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari 10 },
atau B = {2, 3, 5, 7 } maka ⏐ B ⏐ = 4 .
(ii) A= {a, {a}, {{a}} }, maka ⏐ A ⏐ = 3 .
Jika suatu himpunan tidak mempunyai anggota , dengan kata lain dengan kardinalitas
himpunan tersebut sama dengan nol maka himpunan tersebut dinamakan himpunan kosong
( null set ) . Notasi dari suatu himpunan kosong adalah : ∅ atau {} .
Contoh 9 :
(i) P = { Mahasiswa Teknik Industri STT Garut yang pernah ke Mars } , maka n ( P ) = 0
Jadi P = ∅ .
(ii) A = { x | akar persamaan kuadrat x2 + 1 = 0 dan x ∈ R }, maka n ( A ) = 0 Jadi A =
{} .
(iii) B = {{ }} dapat juga ditulis sebagai B = { ∅ } .
Jadi B bukan himpunan kosong karena ia memuat satu unsur yaitu himpunan kosong .
Himpunan A di katakana himpunan bagian ( subset ) dari himpunan B jika dan hanya jika
setiap unsur A merupakan unsur dari B . Dalam hal ini , Bisa di katakan superset dari A .
Notasi himpunan bagian : A ⊆ B atau A ⊂ B .
Contoh 10 :
N ⊆ Z ⊆ R ⊆ C (ii) {2, 3, 5} ⊆ {2, 3, 5} Untuk setiap himpunan A berlaku hal – hal
sebagai berikut :
(a) A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri ( yaitu , A⊆ A ) .
(b) Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari A ( ∅⊆ A ) .
(c) Jika A ⊆ B dan B ⊆ C, maka A ⊆ C . ∅ ⊆ A dan A ⊆ A ,
maka ∅ dan A disebut himpunan bagian tak sebenarnya ( improper subset ) dari himpunan A
. Pernyataan A ⊆ B berbeda dengan A ⊂ B : A ⊂ B : A adalah himpunan bagian dari B tetapi
A ≠ B . Yang demikian , A merupakan himpunan bagian sebenarnya ( proper subset ) dari B .
Contoh 11 :
Misalkan A = { 1, 2, 3 } . { 1 } dan { 2, 3 } merupakan proper subset dari A . Himpunan
kuasa ( power set ) dari himpunan A merupakan suatu himpunan yang unsur – unsurnya
merupakan semua himpunan bagian dari A , termasuk himpunan kosong dan himpunan A
sendiri . Himpunan kuasa dinotasikan oleh P ( A ) . Jumlah anggota ( cardinal ) dari suatu
himpunan kuasa bergantung pada cardinal himpunan asal . Misalkan , kardinalitas himpunan
A adalah m , maka ⏐ P ( A ) ⏐ = 2m .
Contoh 12 :
Jika A = { x, y }, maka P ( A) = { ∅ , { x }, { y }, { x , y }} .
Contoh 13 :
Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P ( ∅ ) = { ∅ } , sementara itu himpunan
kuasa dari himpunan { ∅ } adalah P ( { ∅ } ) = { ∅ , { ∅ } } . Pernyataan A ⊆ B digunakan
untuk menyatakan bahwa A adalah himpunan bagian ( subset ) dari B yang memungkinkan A
=B.
Dua buah himpunan dikatakan sama jika memenuhi kondisi berikut :
A. = B jika dan hanya jika setiap unsur A merupakan unsur B dan sebaliknya setiap unsur
B merupakan unsur A .
B. Untuk menyatakan A = B , yang perlu dibuktikan adalah A adalah himpunan bagian dari
B dan B merupakan himpunan bagian dari A .
C. Jika tidak demikian , maka A ≠ B . atau A = B Ù A ⊆ B dan B ⊆ A .
Contoh 14 :
(i) Jika A = { 0, 1 } dan B = { x | x ( x – 1) = 0 }, maka A = B .
(ii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } maka A = B . (iii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {3, 8},
maka A ≠ B . Untuk tiga buah himpunan , A , B , dan C berlaku aksioma berikut :
(a) A = A, B = B, dan C = C .
(b) Jika A = B, maka B = A .
(c) Jika A = B dan B = C, maka A = C .
Dua buah himpunan dikatakan ekivalensi jika masing – masing mempunyai kardinalitas
yang sama . Misalkan , himpunan A adalah ekivalen dengan himpunan B berarti cardinal
dari himpunan A dan himpunan B adalah sama , notasi yang digunakan adalah : A ~ B .
Contoh 15 :
Misalkan A = { 2, 3, 5, 7 } dan B = { a, b, c, d } , maka A ~ B sebab ⏐ A ⏐ = ⏐ B ⏐ = 4
Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas ( disjoint ) jika keduanya tidak memiliki unsur
yang sama . Notasi yang digunakan adalah A // B . Jika dinyatakan dalam bentuk diagram
Venn .
Contoh 16 :
Jika A = { x | x ∈ N, x < 10 } dan B = { 11, 12, 13, 14, 15 }, maka A // B .
1.2. Operasi Himpunan .
Ada beberapa operasi himpunan yang perlu diketahui, yaitu : irisan , gabungan,
komplemen, selisih dan beda setangkup.
a. Irisan( intersection ).
Irisan antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda „∩ „. Misalkan A dan B adalah
himpunan yang tidak saling lepas, maka A ∩ B = { x | x ∈A dan x ∈B } .
contoh :
1. Misalkan A = {2, 3, 5, 7, 11} dan B = {3, 6, 9, 12}, maka A ∩ B = {3} .
2. Misalkan A adalah himpunan mahasiswi TI STT Garut dan B merupakan himpunan
wanita lanjut usia (50 tahun ke atas) maka A ∩ B = ∅ . Hal ini berarti A dan B adalah saling
lepas atau A // B.
b. Gabungan (union).
Gabungan antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda „∪„ . Misalkan A dan B
adalah himpunan , maka A ∪ B = { x | x ∈ A atau x ∈ B } .
contoh :
1. Jika A = { 2, 3, 5, 7} dan B = { 1, 2, 3, 4, 5 }, maka A ∪B = { 1, 2, 3, 4, 5, 7} .
2. A ∪∅ = A .
c. Komplemen (complement).
Komplemen dari suatu himpunan merupakan unsur – unsur yang ada pada himpunan
universal (semesta pembicaraan ) kecuali anggota himpunan tersebut. Misalkan A merupakan
himpunan yang berada pada semesta pembicaraan U, maka komplemen dari himpunan A
dinotasikan oleh :A = { x | x ∈ U dan x ∉A } .
Contoh 1 :
1. Misalkan U = { 1, 2, 3, ..., 9 }, jika A = {1, 3, 7, 9}, maka A = {2, 4, 5, 6, 8} .
2. jika A = { x ∈ U | x habis dibagi dua }, maka A= { 1, 3, 5, 7, 9 } .

Contoh 2 :
1. A = himpunan mahasiswa STT Telkom .
2. B = himpunan mahasiswa yang tinggal di Asrama .
3. C = himpunan mahasiswa angkatan 2004 .
4. D = himpunan mahasiswa yang mengambil matematika diskrit .
5. E = himpunan mahasiswa yang membawa motor untuk pergi ke kampus .
a) Pernyataan Semua mahasiswa STT Garut angkatan 2004 yang membawa motor untuk
pergi ke kampus dapat dinyatakan dalam notasi operasi himpunan sebagai berikut :(A ∩
C) ∩ E .
b) Pernyataan Semua mahasiswa STT Telkom yang tinggal di asrama dan tidak mengambil
matematika diskritdapat dinyatakan dalam notasi operasi himpunan sebagai berikut :A ∩
B∩D.
c) Pernyataan semua mahasiswa angkatan 2004 yang tidak tinggal di asrama atau tidak
membawa motor untuk pergi ke kampusdapat dinyatakan dalam notasi operasi himpunan
sebagai berikut :C ∩ (B ∪ E) .
d. Selisih ( difference).
Selisih antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda „–„ . Misalkan A dan B adalah
himpunan , maka selisih A dan B dinotasikan oleh A – B = { x | x ∈ A dan x ∉ B } = A ∩ B .
Contoh :
Jika A = { 1, 2, 3, ..., 10 } dan B = { 2, 3, 5, 7}, maka A – B = { 1, 4, 6, 8, 9 } dan B – A = ∅
e. Beda Setangkup ( Symmetric Difference ) .
Beda setangkup antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda „ ⊕ „ . Misalkan A
dan B adalah himpunan , maka beda setangkup antara A dan B dinotasikan oleh : A ⊕ B = (
A∪B)–(A∩B)=(A–B)∪(B–A).
Contoh :
1. Jika A = { 2, 3, 5, 7} dan B = { 1, 2, 3, 4, 5 } , maka A ⊕ B = { 1, 4, 7 } .
2. Beda setangkup memenuhi sifat – sifat berikut :
a) A ⊕ B = B ⊕ A ( hukum komutatif ) .
b) (A ⊕ B ) ⊕ C = A ⊕ ( B ⊕ C ) ( hukum asosiatif ) .

f. Perkalian Kartesian ( cartesian product )


Perkalian kartesian antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda „ׄ . Misalkan A
dan B adalah himpunan , maka perkalian kartesian antara A dan B Dinotasikan oleh : A × B
= { ( a, b ) ⏐ a ∈ A dan b ∈ B } .
Contoh :
1. Misalkan C = {1, 2, 3} , dan D = { a, b } , maka C × D = { (1, a), (1, b), (2, a) , (2, b), (3,
a), (3, b) } .
2. Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, makaA × B = himpunan semua titik di
bidang datar . Misalkan ada dua himpunan dengan kardinalitas berhingga, maka
kardinalitas himpunan hasil dari suatu perkalian kartesian antara dua himpunan tersebut
adalah perkalian antara kardinalitas masing – masing himpunan.
Dengan demikian, jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka : ⏐ A × B
⏐ = ⏐ A ⏐ . ⏐ B ⏐ . Pasangan terurut (a, b) berbeda dengan (b, a), dengan kata lain (a, b)
≠ (b, a) . Dengan argumen ini berarti perkalian kartesian tidak komutatif , yaituA × B ≠
B × A . dimana A atau B bukan himpunan kosong . Jika A = ∅ atau B = ∅, maka A × B
=B×A=∅.6

Hukum – hukum yang berlaku untuk operasi himpunan adalah sebagai berikut :
1. Hukum identitas:
a) A ∪∅ = A .
b) A ∩ U = A .
2. Hukum null/dominasi:
a) A ∩ ∅ = ∅ .
b) A ∪ U = U .
3. Hukum komplemen:
a) A ∪ A = U .
b) A ∩ A = ∅ .
4. Hukum idempoten:
a) A ∪ A = A .
b) A ∩ A = A .
5. Hukum involusi: (A= A ) .
6. Hukum penyerapan (absorpsi):
a) A ∪ (A ∩ B) = A .
b) A ∩ (A ∪ B) = A .
7. Hukum komutatif:
a) A ∪ B = B ∪ A .
b) A ∩ B = B ∩ A .
8. Hukum asosiatif:
a) A ∪ (B ∪C) = (A ∪B) ∪C.
b) A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C.
9. Hukum distributif:
a) A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C) .
b) A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) .
10.Hukum De Morgan
a) BA∩ = BA∪ .
b) BA∪ = BA∩ .
11.Hukum komplemen :
a) ∅ = U . b) U = ∅ .

RINGKASAN DAN KESIMPULAN HIMPUNAN MATEMATIKA DISKRIT


RINGKASAN PENYAJIAN HIMPUAN
( Keanggotaan Himpunan ) :
a. Untuk menyatakan keanggotaan dapatmenggunakan simbol ∈ .
b. Untuk menyatakan bukan keanggotaandapat menggunakan simbol ∉ .
c. Contoh :
d. A = { 1, 2, 3, 4, 5, 6 } . ∈A . ∉A .
e. Anggota himpunan dapat berupahimpunan lain. A = {3, 4, 5} . B = { 1, 2, { 3, 4, 5}, 6} .
A ∈B .
f. x = {x | x adalah himp bilangan positif lebihkecil dari 5} .
g. sehingga dapat ditulis:x = {x | x ∈ P, x < 5} .
h. x adalah bil rasional dapat ditulisx = {a/b | a, b ∈ Z, b ≠ 0} .

KESIMPULAN :
Dari contoh – contoh yang diberikan, maka dapat kita simpulkan bahwa :
Setiap ekspresi logis dapat ditransformasikan ke dalam ekspresi ekivalen dalam teori
himpunan dan begitu pula sebaliknya.
BAB 2 RELASI DAN FUNGSI

2.1.Definisi relasi dan fungsi


Secara sederhana, relasi dapat diartikan sebagai hubungan. Hubungan yang dimaksud di
sini adalah hubungan antara daerah asal (domain) dan daerah kawan (kodomain). Kedua jenis
daerah akan dijelaskan kemudian. Sedangkan fungsi adalah relasi yang memasangkan setiap
anggota himpunan daerah asal tepat satu ke himpunan daerah kawannya. Perbedaan antara relasi
dan fungsi terletak pada cara memasangkan anggota himpunan ke daerah asalnya.
Pada relasi, tidak ada aturan khusus untuk memasangkan setiap anggota himpunan daerah
asal ke daerah kawan. Aturan hanya terikat atas pernyataan relasi tersebut. Setiap anggota
himpunan daerah asal boleh mempunyai pasangan lebih dari satu atau boleh juga tidak memiliki
pasangan. Sedangkan pada fungsi, setiap anggota himpunan daerah asal dipasangkan dengan
aturan khusus. Aturan tersebut mengharuskan setiap anggota himpunan daerah asal mempunyai
pasangan dan hanya tepat satu dipasangkan dengan daerah kawannya.

Kesimpulannya, setiap relasi belum tentu fungsi, namun setiap fungsi pasti merupakan relasi.
2.2 Daerah Asal, Kawan, dan Hasil
Dalam pembahasan relasi dan fungsi, himpunan yang terlibat digolongkan ke dalam tiga
jenis daerah. Ketiga daerah tersebut adalah daerah asal (domain), daerah kawan (kodomain), dan
daerah hasil (range). Secara umum, himpunan ketiga daerah tersebut dapat dilihat pada gambar
di bawah.
Relasi

Seperti yang telah dijelaskan secara singkat di atas, relasi dapat diartikan sebagai
hubungan. Misalkan sebuah relasi menyatakan hubungan perkalian. Hasil relasi tersebut dapat
dinyatakan dalam himpunan pasangan terurut x dan y dan dapat juga digambar pada bidang
kartesius.

Cara menyatakan hasil relasi perkalian antara himpunan A dan B dapat dilihat pada
contoh permasalahan di bawah.

* +

* +

*( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )+
2.3 Fungsi atau Pemetaan

Fungsi atau yang sering disebut juga dengan pemetaan masih termasuk dalam relasi.
Suatu relasi disebut fungsi jika semua anggota himpunan daerah asal dipasangkan tepat satu ke
daerah kawannya.

Simbol fungsi yang memetakan himpunan A ke B adalah


𝑓
Contoh pemasalahan pada fungsi:
Diketahui himpunan A dan B diberikan seperti di bawah.
* +
* +
DIDEFENISIKAN FUNGSI 𝑓 dengan 𝑓( )
Tentukan pemetaan dari ∈ oleh 𝑓 𝑓 𝑓 dan 𝑅𝑓
Pembahasan :
Peta dari ∈ oleh fungsi f yaitu 𝑓( ):
𝑓( )
𝑓( )
𝑓( )
𝑓( )
𝑓( )
𝑓 = Daerah Asal
𝑓 * +
𝑓 daerah kawan
𝑓 * +
𝑅𝑓 Daerah Hasil
𝑅𝑓 * +
2.4 Sifat-sifat Fungsi
Fungsi dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu fungsi Injektif, Surjektif, dan Bijektif.
Pengelompokkan tersebut didasarkan pada sifatnya. Perbedaan ketiga jenis tersebut dapat
disimak pada penjelasan di bawah.

Fungsi Injektif/Fungsi Into (Fungsi Satu-satu)


Fungsi pertama yang akan dibahas adalah fungsi injektif atau sering disebut dengan
fungsi into atau fungsi satu-satu. Fungsi dikatakan fungsi injektif jika dan hanya jika
anggota kodomain hanya dipasangkan satu kali dengan anggota domain.
Pada fungsi injektif, anggota himpunan daerah kodomain boleh tidak memiliki pasangan,
namun semua anggota kodomain yang terpsangkan hanya ada satu, tidak boleh ada yang lebih
dari satu.Perhatikan gambar di bawah untuk melihat lebih detail mengenai perbedaannya.

Fungsi Surjektif (Fungsi Onto)


Fungsi Surjekti atau onto memiliki ciri yaitu anggota kodomainnya boleh memiliki
pasangan lebih dari satu, namun tidak boleh ada anggota kodomain yang tidak dipasangkan.
Fungsi surjektif biasanya dipenuhi apabila jumlah anggota kodomain sama atau lebih banyak
dari anggota domain.Perhatikan gambar di bawah untuk menambah pemahan tentang sifat fungsi
surjektif.
Fungsi Bijektif (Korespondensi Satu-satu)
Fungsi Bijektif merupakan gabungan dari fungsi injektif dan surjektif. Pada fungsi
bijektif, semua anggota domain dan kodomain terpasangkan tepat satu. Kebalikan fungsi dari
fungsi injektif dan surjektif belum pasti fungsi/pemetaan, namun kebalikan fungsi dari fungsi
bijektif juga merupakan fungsi/pemetaan. Perhatikan gambar di bawah.

Terlihat bahwa kebalikan dari fungsi f juga merupakan fungsi atau pemetaan
PERTEMUAN 3
KAIDAH PENCACAHAN

A. Aturan penjumlahan
Jika suatu pekerjaan dapat dilakuakn dengan 𝑚 cara jika pada pekerjaan kedua dilakukan
dengan 𝑛 cara maka dapat dilakukan dengan (𝑚 𝑛) cara.

B. Aturan perkalian
Bila suatu kejadian dapat terjadi dengan 𝑛 cara berbeda .bila suatu kejadian kedua terjadi
dengan 𝑚 cara berbeda maka ada (𝑛𝑚) cara
Contoh:
Berapa terdiri banyak bilangan ganjil yang atas 3 angka yang dapat dibuat dan angka 1,2,5,6,9
jika setiap angka hanya boleh digunakan sekali.
4 3 3
Ratusan puluhan satuan(ganjil) yaitu 1,5,dan 9

Jadi banyak bilangan ganjil yang atas 3 angka yang dapat dibuat adalah sebanyak 36 cara.

C. Faktorial
Notasi faktorial dilambangkan dengan tanda “ ! “. Misalkan kita akan menghitung hasil dari
4!. Nilai dari 4! Dapat dihitung sebagai 4 x 3 x 2 x 1 = 24.
contoh

D. Permutasi
Permutasi dapat diartikan sebagai aturan pencacahan/penyusunan dengan memperhatikan
urutan objek.Misalnya :ketua,wakil ketua,sekretaris,bendahara,juara 1,juara 2,juara 3 dan lain-
lain. Secara umum, rumus permutasi yaitu sebagai berikut.
𝑃(𝑛 𝑟) 𝑛 (𝑛 𝑟)
Keterangan:
P(n, r) : permutasi r objek dari n objek yang ada
n : banyaknya objek keseluruhan
r : banyaknya objek yang diamati/diberi perlakuan
Jenis-jenis permutasi :
1. Permutasi n unsur dari semua unsur berbeda
Banyak cara untuk menyusun semua unsur yang diambil dari n unsur dengan
memperhatikan urutan yang dinyatakan dengan 𝑃(𝑛 𝑛) 𝑃 yang dirumuskan sebagai
berikut
( )

2. Permutasi n unsur dari r unsur beda


Banyak cara untuk menyusun semua unsur yang diambil dari r unsur dengan
memperhatikan urutan yang dinyatakan dengan 𝑃(𝑛 𝑟) 𝑃 yang dirumuskan sebagai
berikut
( ) ( )

3. Permutasi dengan beberapa unsur sama


Jika dari n unsur yang tersedia terdapat 𝑛 unsur sama , 𝑛 unsur sama dan seterusnya

maka banyak nya permutasi adalah: ( ) ( )

Contoh
Perusahaan pengalengan sedang membutuhkan 4 karyawan baru untuk mengisi posisi
yang kosong. Namun, calon yang tersedia sebanyak 9. Tentukan berapa banyak susunan
karyawan yang mungkin dilakukan.
penyelesaian :

𝑛
𝑃(𝑛 𝑟)
(𝑛 𝑟)

𝑃( )
( )
𝑃( )

𝑃( )
Dalam memilih susunan karyawan yang diterima terdapat 3024 cara.
4. Permutasi Siklis
secara umum, rumus permutasi siklik untuk n objek yaitu:
( ) ( )
Keterangan:
Psiklik(n) : banyaknya permutasi siklik dari n objek
n : banyaknya objek
contoh:
1) Tentukanlah banyaknya susunan tempat duduk berbeda untuk 6 orang yang duduk
melingkar dapat kita mulai dengan menentukan salah satu tempat duduk sebagai acuan. Sehingga
tersisa 5 tempat duduk yang lainnya.

Dari 5 tempat duduk tersebut, jika kita mencoba menentukan banyaknya susunan yaitu:
Kursi 1 : banyaknya kemungkinan orang yang duduk pada kursi tersebut ada 5
Kursi 2 : banyaknya kemungkinan orang yang duduk pada kursi tersebut ada 4
Kursi 3 : banyaknya kemungkinan orang yang duduk pada kursi tersebut ada 3
Kursi 4 : banyaknya kemungkinan orang yang duduk pada kursi tersebut ada 2
Kursi 5 : banyaknya kemungkinan orang yang duduk pada kursi tersebut ada 1
Dengan menerapkan konsep aturan perkalian diperolehBanyaknya susunan duduk = 5 x 4 x 3 x 2
x 1 = 120 cara.
Dengan Permutasi Siklis
𝑃 (𝑛) (𝑛 )
𝑃 ( ) ( )
𝑃 ( )
𝑃 ( )
Contoh Soal permutasi

1. Seorang ilmuwan ingin menyusun kata dari 8 huruf. Tentukan berapa banyak susunan 5 huruf
yang bisa dibuat oleh ilmuwan tersebut!
pembahasan
Dalam soal di atas, ilmuwan ingin membuat susunan 5 huruf dari 9 huruf sehingga 5
adalah bagian dari 8.Sehingga kita dapat menuliskan penyelesaian permutasinya seperti di
bawah.
𝑃(𝑛 𝑟) 𝑛 (𝑛 𝑟)
𝑃( ) ( )

𝑃( )

𝑃( )
Kita dapat membuat sebanyak 6720 susunan 5 huruf dari 8 huruf yang ada.

2. Terdapat 8 orang yang sedang bermain bersama. Dalam permainan tersebut, disediakan 4
kursi kosong dan 1 kursi telah terisi. Berapakah banyak susunan yang bisa di buat dari sisi
anak yang belum duduk?
Pembahasan:
Berdasarkan informasi soal di atas, terdapat 8 orang yang memperebutkan 4 kursi
kosong.Namun, 1 orang telah menduduki kursi sehingga terdapat 7 orang yang memperebutkan 3
kursi kosong.Dalam membuat susunan 7 orang kita dapat menggunakan permutasi anggota
himpunan dikarenakan 3 bagian dari 7

𝑃(𝑛 𝑟) 𝑛 (𝑛 𝑟)
𝑃( ) ( )

𝑃( )

𝑃( )
Untuk membuat susunan 3 kursi kosong dengan sisa 7 orang adalah 210 cara

3. Desa Mawar berencana untuk mengadakan kegiatan HUT RI dengan membuat 3 panitia inti.
Jika calon panitia ada 8 orang, maka berapakah susunan panitia inti yang dapat di buat?
Pembahasan:
𝑃(𝑛 𝑟) 𝑛 (𝑛 𝑟)
𝑃( ) ( )

𝑃( )

𝑃( )
Untuk membuat banyak susunan panitia yang terdiri dari 3 orang panitia inti adalah 336 cara.

4. Jika ada 6 orang sedang mengelilingi meja bundar, ada berapa banyak cara yang dilakukan
untuk mendapatkan urutan duduk yang berbeda?
Dalam soal tersebut, dilakukan penyusunan secara memutar dari 12 orang. Sehingga
dalam menyelesaikan soal ini, kita dapat menggunakan permutasi siklis.
Pembahasan:
𝑃 (𝑛) (𝑛 )
𝑃 ( ) ( )
𝑃 ( )
𝑃 ( )
Penyusunan yang bisa dilakukan pada 12 orang yang memutar dengan urutan yang berbeda
adalah susunan.

5. Dalam suatu pemilihan pengurus kelas akan dipilih ketua, sekretaris, dan bendahara kelas.
Jika banyaknya siswa di kelas tersebut adalah 15, berapa banyak susunan pengurus yang
mungkin?

Pembahasan:
Banyaknya kemungkinan siswa terpilih menjadi ketua adalah 15.Karena ketua sudah
dipilih, tersisa 14 siswa.jika selanjutnya memilih sekretaris, banyaknya kemungkinan siswa
terpilih menjadi sekretaris adalah 14 dan banyaknya kemungkinan siswa terpilih menjadi
bendahara adalah 13.
Banyak susunan pengurus kelas yang mungkin adalah 15 x 14 x 13 = 2.730 cara. Atau
dengan menggunakan rumus permutasi diperoleh:
P(15, 3) = 15!/(15 – 3)! = (15 x 14 x 13 x 12!)/12! = 15 x 14 x 13 = 2.730 cara.
6. Dalam suatu pertemuan, terdapat kursi yang disusun secara melingkar. Jika terdapat 7 kursi
dan 7 orang dalam pertemuan tersebut, berapa banyak susunan tempat duduk yang mungkin?
Pembahasan:
Soal tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan konsep permutasi siklis. Dengan
demikian, banyaknya susunan adalah (n – 1)! = (7 -1)! = 6! = 720 cara.

E. Combinasi

kombinasi merupakan suatu aturan pencacahan/penyusunan tanpa memperhatikan urutan


objek.Misalnya : utusan kelas ,Anggota sepak bola,adapun rumus umumnya adalah

( )

Contoh Soal Kombinasi


1. Dari 4 bus di terminal akan dipilih 2 bus untuk berangkat ke Yogyakarta. Berapakah cara
memilih bus tersebut?
Pembahasan:
𝑛 𝑟 (𝑛 𝑟)
( )

( )
( ) ( )

Jadi, banyaknya cara untuk memilih bus yang berangkat ke Yogyakarta adalah 6 cara.

2. Rudi pergi ke kamar untuk mengambil 3 jenis buku. Jika di kamarnya terdapat 6 jenis buku,
hitung banyaknya kombinasi tiga jenis buku yang mungkin dibawa oleh Rudi ?
Pembahasan:
6C3 = 6!/(3!(6-3)!)
6C3 = (6×5×4×3×2×1) / ((3×2×1)(3×2×1))
6C3 = (6×5×4) / (3×2×1)
6C3 = 5×4 = 20
Jadi, kombinasi tiga jenis buku yang mungkin dibawa oleh Rudi adalah 20 kombinasi.
3. Pada suatu arisan yang dihadiri 7 ibu. Ke tujuh ibu tersebut saling berjabat tangan satu sama
lain. Hitunglah banyak jabat tangan yang terjadi?
Pembahasan:
7C2 = 7!/(2!(7-2)!)
7C2 = 7!/(2! 5!)
7C2 = (7×6×5×4×3×2×1) / ((2×1)(5×4×3×2×1))
7C2 = (7×6) / 2
7C2 = 21
Jadi, banyaknya jabat tangan yang terjadi adalah 21 jabat tangan.

4. Kepengurus RT terdiri dari 5 orang laki-laki dan 3 orang wanita akan dipilih 4 perwakilan
untuk menghadiri upacara 17 Agustus. Hitung banyak cara memilih jika perwakilan terdiri
dari 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan?
Pembahasan:
Cara memilih 2 laki-laki:
5C2 = 5!/(2!(5-2)!)
5C2 = 5!/(2! 3!)
5C2 = (5×4×3×2×1) / ((2×1)(3×2×1))
5C2 = (5×4) / 2
5C2 = 10
Cara memilih 2 perempuan
3C2 = 3!/(2!(3-2)!)
3C2 = 3!/ 2!
3C2 = (3×2×1) / (2×1)
3C2 =3
Cara memilih 2 laki-laki dan 2 perempuan = 10 × 3 = 30
Jadi, banyaknya cara memilih perwakilan RT tersebut adalah 30 cara.

5. Tia ingin membeli 6 jenis boneka di toko yang menjual 9 jenis boneka. Jika 2 jenis boneka
sudah pasti dibeli, berapa banyak kombinasi 6 boneka yang mungkin dibeli Tia?
Pembahasan:
Karena 2 jenis boneka sudah pasti dibeli, Tia tinggal memilih sisanya, yaitu 6-2 = 4 jenis
boneka dari sisa jenis boneka yang belum dipilih, yaitu 9-2 =7, maka:
7C4 = 7!/(4!(7-4)!)
7C4 = 7!/ (4!3!)
7C4 = (7×6×5×4×3×2×1) / ((4×3×2×1)(3×2×1))
7C4 = (7×6×5) / (3×2×1)
7C4 = 7×5
7C4 = 35
Jadi, kombinasi 6 boneka yang mungkin dibeli Tia ada 35.

6. Linda akan mengambil 2 teko dan 3 mangkok dari lemari dapur yang menyimpan 6 teko dan
4 mangkok. Hitung banyak cara Linda bisa mengambil teko dan mangkok?
Pembahasan:
Banyak cara memilih teko:
6C2 = 6!/(2!(6-2)!)
6C2 = 6!/ (2!4!)
6C2 = (6×5×4×3×2×1) / ((2×1)(4×3×2×1))
6C2 = (6×5) / 2
6C2 = 15
Banyak cara memilih mangkuk:
4C3 = 4!/(3!(4-3)!)
4C3 = 4!/(3! 1!)
4C3 = (4×3×2×1) / ((3×2×1)(1))
4C3 =4
Banyak cara memilih teko dan mangkuk = 15 × 4 =
Jadi, banyaknya cara Linda bisa mengambil teko dan mangkok adalah 60 cara.

7. Sebuah kelas akan memilih 4 putra dan 5 putri untuk menjadi paduan suara. Jumlah siswa di
kelas tersebut adalah 20 orang. Jika terdapat 9 orang putra di kelas tersebut, berapakah banyak
cara memilih paduan suara dari kelas tersebut!
Pembahasan:
Banyaknya siswa putra = 9
Banyaknya siswa putri = 20 – 9 = 11
Banyaknya cara memilih 4 dari 9 putra adalah 9C4
Banyaknya cara memilih 5 dari 11 putri adalah 11C5
Banyaknya cara memilih paduan suara = Banyaknya cara memilih putra × Banyaknya cara
memilih putri
= 9C4 × 11C5
= 9!/(4!×(9-4)!) × 11!/(5!×(11-5)!)
= 9!/(4!×5!) × 11!/(5!×6!)
= 126 × 462
= 58212
Banyaknya cara memilih paduan suara dari kelas tersebut adalah 58212 cara.

8. . Terdapat 8 orang dalam suatu kelompok. Jika 3 dari 8 orang tersebut akan dijadikan delegasi
dalam suatu pertemuan internasional, berapa banyak susunan delegasi yang mungkin?
Pembahasan:
Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menerapkan rumus kombinasi karena
dalam permasalahan tersebut urutan tidak diperhatikan.
C(8, 3) = 8!/(3! (8 – 3)!)
= 8!/(3! x 5!)
= (8 x 7 x 6 x 5!)/(3x 2 x 1 x 5!)
= (8 x 7 x 6)/(3 x 2 x1)
= 56 susunan delegasi.

9. Dalam suatu pesta terdapat 10 orang yang hadir dalam pesta tersebut. Jika setiap orang
saling berjabat tangan antara satu dengan yang lain, berapa banyak jabat tangan yang
dilakukan dalam pesta tersebut?
Pembahasan:
Penyelesaian soal ini bisa dilakukan dengan memasangkan dua orang yang saling
berjabat tangan, sehingga dapat ditentukan dengan kombinasi 2 dari 10 orang.
C(10, 2) = 10!/(2! (10 – 2)!)
= (10 x 9 x 8!)/(2! X 8!)
= (10 x 9)/2
= 45 jabat tangan.
Dengan menggunakan cara yang lain juga diperoleh:
Misal terdapat 2 orang dalam pesta, maka banyak jabat tangan adalah 1.
Misal terdapat 3 orang dalam pesta, maka banyak jabat tangan adalah 1 + 2 = 3
Misal terdapat 4 orang dalam pesta, maka banyak jabat tangan adalah 1 + 2 + 3 = 6
Dan seterusnya, sehingga:
Jika terdapat 10 orang dalam pesta, maka banyak jabat tangan adalah
1 + 2 + 3 + . . . + 9 = 45 jabat tangan.

F. Koefisien binomial
( )
rumus umumnya adalah: ( ) ( )

Kesimpulan
 Permutasi dapat diartikan sebagai aturan pencacahan/penyusunan dengan memperhatikan
urutan objek. Sedangkan kombinasi merupakan suatu aturan pencacahan/penyusunan tanpa
memperhatikan urutan objek.
 Perbedaan permutasi dan kombinasi yaitu pada permutasi memperhatikan urutan objek,
sedangkan pada kombinasi tidak.
 Rumus untuk permutasi adalah P(n, r) = n!/(n – r)!
 Rumus untuk permutasi siklis adalah (n – 1)!
 Rumus untuk kombinasi adalah C(n, r) = n!/(r! (n – r)!
Pertemuan 4: prinsip sarang merpati

Prinsip sarang merpati ,atau dalam bahasa ingris disebut pigeon hole principle,
menyatakan bahwa jika ada 𝑛 sarang dan 𝑛 merpati ,maka paling tidak ada 1 sarang
yangditempati lebih dari 1 merpati.
Jika (𝑛 ) atauu lebih objek ditempatkan dalam 𝑛 buah wadah untuk 𝑛bilangan
asli,makapaling sedikit terdapat satu wadah yang berisi 2 atau lebih objek .
Contoh:

1. paling sedikit terdapat 2 mahasiswa yang namanya diawali dengan huruf yang sama`
Jawab:
misalkan merpati adalah mahasiswa ,maka banyak merpati ada 27,sedangkan saarang
nya adalah huruf,maka banyaknya sarang ada 26.jika seandainya 26 orang pertama terpilih
memiliki awalan nama dengan huruf berbeda,maka orang ke 27 akan mempunyai awalan
nama yang sama dengan salah satu dari 26 orang terpilih,jadi akan adaa sekurang-kurangnya
2 orang yang memiliki huruf awal nama yang sama.

2. Dalam sebuah kotak terdapat terdapat banyak bola merah ,bola putih dan bola biru,berapa
paling sedikit jumlah bola yang diambil dari kotak (tanpa melihat ke dalam kotak) untuk
memastikan terambil sepasang bola dengan warna sama
Jawab:
Misalkan sarang merpati adalah warna bola,maka jumlah sarang ada 3.jika diambil secara
acak dari kotak (tanpa melihat kedalam kotak) untuk memastikan terambil sepasang bola
yang sama.jika seandainya terpilih 3 bola dengan warna yang berbeda ,maka bola ke 4 akan
sepasang dengan salah satu warna .jadi merpati adalah jumlah bola ,maka bnyak merpati
adalah 4 .karna itulah jumlah bola paling sedikit untuk memenuhi pernyataan diatas
sedikitnya ada 4 bola.

3. Jika 5 bilangan diambil secara acak dari bilangan bulat 1 sampai 8 maka pasti akan diperoleh
dua bilangan yang berjumlah 9
Jawab:
misalkan A={1,2,3,4,5,6,7,8} dari himpunan A dapat dibentuk/dikontruksi empat pasang
bilangan yang berjumlah 9 yaitu(1,8)(2,7)(3,6)(4,5).jika dari tiap pasang masing-masing
dipilih satu bilangan secara acak maka tidak aka nada dua bilangan(dari keempat bilangan
terpilih) yang berjumlah 9.bilangan yang ke lima dambil akan berasal dari salah satu
pasangan bilangan yang ada.artinya dari lima bilangan yang diambil akan diperoleh dua
bilangan yangberasal dari pasangan yang sama.sehingga diperoleh dua bilangan yang
berjumlah 9.Disini ,yang menjadi merpati adalah 5bilangan yang diambil secara acak dan
sarangnya adalah 4 pasang bilangan yang berjumlah 9 .

4. Jika diambil lima bilangan bulat secara acak ,tunjukkan bahwa dua diantara bilangan-bilangan
tersebut akan bersisa sama jika di bagi4
Jawab:
Misalkan, merpatinya adalah bilangan bulat yang diambil secara acak dan sarangnya
adalah kemungkinan sisa suatu bilangan bulat jika dibagi dengan 4 adalah (4
kemungkinan). Jika diambil empat bilangan bulat secara acak, kemungkinan saja sisa
keempat bilangan tersebut jika dibagi 4 akan sama. Akan tetapi, sisa bilangan ke lima jika di
bagi 4 akan sama dengan salah satu sisa bilangan yang telah terambil. Oleh sebab itu, akan
selalu diperoleh dua bilangn yang bersisa sama jika dibagi 4.

5. 7 anak panah dilempar ke papan dart berbentuk lingkaran dengan diameter 10 satuan.
tunjukkan bahwa selalu ada 2 anak panah yang berjarak paling jauh 10 satuan.
Jawab:
Kita bagi lingkaran menjadi 6 sektor yang sama tiap sektor adalah sarang dan anak panah
adalah merpati, maka 7 merpati menepati 6 sarang, jadi sekurang-kurangnya sebuah sektor
papan dart di tempati 2 anak panah.

6. Dalam suatu pesta yang dihadiri oleh 30 orang ,sekurang-kurangnya 2orang memiliki
jumlah teman yang sama pada pesta tersebut.
Jawab:
Di pesta tersebut mungkin saja ada seseorang yang tidak berteman dengan semua yang
hadir di pesta atau seseorang yang berteman dengan semua yang hadir.
Jika yang tidak memiliki teman, maka tidak ada yang akan memiliki 29 teman. Jadi,
jumlah teman yang mungkin dimiliki adalah: 1,2,3,...,28 (29 kemungkinan)
Jika ada yang berteman dengan semua yang hadir, maka tidak ada yang memiliki 0
teman. Jadi, jumlah teman yang mungkin dimiliki adalah: 1,2,3,...,29 (29 kemungkinan)
Karena ada 30 orang yang hadir di pesta, sedangkan jumlah pertemanan yang mungkin
adalah 29, maka akan ada sekurang-kurangnya satu orang yang jumlah temannya sama
dengan yang lain.

7. Beraapa banyak minimal bilangan yang harus diambil sehingga terdapat 7 bilangan yang
bersisa sama jika dibagi 6
Jawab:
Suatu bilangan bulat jika dibagi 6 kemungkinannya 0,1,2,3,4 atau 5 (6 kemungkinan) jika
diambil 36 bilangan maka ad kemungkinan terdapat masing-masing 6 bilangan yang bersisa
0,1,2,3,4 atau 5 . olh sebab itu perlu diambil satu bilangan lagi agar diperoleh 7 bilangan
yang bersisa sama jika dibagi 6. Jadi perlu diambil 37 bilangan bulat untuk memproleh 7
bilangan yang bersisa sama jika dibagi 6.

8. Tunjukkan bahwa jika 50 buah seped di cat dengan menggunakan 7 warna yang berbeda,
maka sekurang-kurangnya terdapat 8 sepeda dengan warna yang sama.
Jawab:
Ada 7 sarang (warna) dan 50 merpati (sepeda), sehingga sekurang-kurangnya sepeda
[50/7]=8 sepeda dengan warna yang sama.

9. Tunjukkan banyak minimal bilangan yang harus diambil dari{1,2,3,4,5…19,20} untuk


menjamin bahwa jumlah dua bilangan yang terambil lebih dari21
Jawab:
Dari bilangan yang tersedia terdapat 10 pasangan bilangan ( ) ( )
( ) ( ). Kemungkinan terburuk dari pengambilan dua bilangan tersebut agar
berjumlah 21 adalah 10 bilangan ( )( )( ) ( ). Selanjutnya, agar dapat
menjamin jumlah dua bilangan yang terambil 12 yaitu , sehingga ada 2
bilangan yang terambil berjumlah lebih dari 21 yaitu atau yang jumlahnya
lebih dari 21.

Pertemuan 6 - 7 : Prinsip Inklusi dan Eklusif

Prinsip Inklusi dan Eksklusi merupakan perluasan ide dalam Diagram Venn beserta
operasi irisan dan gabungan, namun dalam pembahasan kali ini konsep tersebut diperluas, dan
diperkaya dengan ilustrasi penerapan yang bervariasi dalam matematika kombinatorik. Kita
awali dengan sebuah ilustrasi:
Sebuah perkuliahan umum dihadiri oleh 20 mahasiswa yang memiliki kegemaran
membaca dan 30 mahasiswa yang memiliki kegemaran menulis. Berapa mahasiswa di dalam
perkuliahan tersebut yang memiliki kegemaran membaca atau menulis?
Dari permasalahan ini terlihat bahwa informasi yang diketahui belum memadai.
Banyaknya mahasiswa yang memiliki kegemaran membaca atau menulis hanya dapat diketahui
jika banyaknya mahasiswa yang menggemari kedua kegiatan tersebut diketahui.
Banyaknya anggota himpunan gabungan antara himpunan A dan himpunan B merupakan
jumlah banyaknya anggota dalam himpunan tersebut dikurangi banyaknya anggota di dalam
irisannya. Dengan demikian ;
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)
Dalam bagian berikutnya akan diuraikan bagaimana cara-cara menentukan banyaknya
anggota dalam gabungan antara himpunan terhingga dari sebuah himpunan. Hasil ini kemudian
akan dikembangkan menjadi sebuah prinsip yang dinamakan Prinsip Inklusi-Eksklusi.
Sebelum membicarakan gabungan dari n himpunan, dengan n sebagai bilangan bulat
positif, sebuah rumusan bagi banyaknya anggota dalam gabungan 3 himpunan A, B, dan C akan
diturunkan. Untuk menyusun rumus ini perlu diingat bahwa n(A)+n(B)+n(C) membilang tiap
anggota tepat satu kali dari ketiga himpunan tersebut satu kali, anggota yang tepat 2 kali dari
himpunan-himpunan itu adalah dua kali, dan anggota-anggota dalam 3 himpunan tersebut 3 kali.
Ini diilustrasikan dalam Gambar berikut : Diagram Venn Tiga Himpunan
Ekspresi final ini membilang tiap anggota satu kali, apakah itu 1, 2 atau 3 dalam 3
himpunan. Jadi,
n(A ∪ B ∪ C)= n(A)+n(B)+n(C)- n(A ∩ B) – n(B ∩ C) – n(A ∩ C) + n(A ∩ B ∩ C)

Teorema 1 [Prinsip Inklusi-Eksklusi]

Misalkan A1,A2,…,An adalah himpunan berhingga. Maka :


|A1∪A2∪…∪An|=Σ1≤i≤n|Ai| − Σ1≤i<j≤n|Ai∩Aj| + Σ1≤i<j<k≤n|Ai∩Aj∩Ak| − … +
(−1)n|A1∩A2∩…∩An|
Ada sebuah bentuk alternatif inklusi-eksklusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
pemasalahan tentang penentuan banyaknya anggota dalam sebuah himpunan yang tidak memiliki
sifat P1,P2,…,Pn. Bentuk alternatif ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalkan Ai adalah
himpunan bagian yang memuat anggota yang memiliki sifat Pi. Banyaknya anggota dengan
semua sifat Pi1,Pi2,…,Pik akan dinotasikan dengan N(Pi1Pi2…Pik). Banyaknya suku - suku
himpunan dengan sifat ini dapat ditulis :
|Ai1∩Ai2∩…∩Aik|=N(Pi1Pi2…Pik)
Jika banyaknya anggota yang tidak memiliki sifat P1,P2,…,Pn dinotasikan dengan
N(P′1P′2…P′n) dan banyaknya anggota dalam himpunan dinotasikan dengan N, maka :
N(P′1P′2…P′n)=N−|A1∪A2∪…∪An|
Berdasarkan prinsip inklusi - eksklusi, diperoleh
N(P′1P′2…P′n) = N − Σ1 ≤ I ≤ n N (Pi) + Σ1 ≤ I < j ≤ nN(PiPj) − Σ1 ≤ I < j < k ≤ nN(PiPjPk) +
… + (−1) nN(P1P2…Pn)

Contoh soal :
Contoh 1.
Dalam sebuah program studi pendidikan matematika yang terdiri atas 350 mahasiswa,
terdapat 175 mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan 225 mahasiswa
yang mengambil mata kuliah analisis kompleks, dan 50 mahasiswa yang mengambil mata kuliah
persamaan diferensial dan analisis kompleks. Ada berapa mahasiswa di dalam perkuliahan itu
jika setiap mahasiswa mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis kompleks, atau
kedua-duanya?
Penyelesaian:
Misalkan A adalah banyaknya mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan
diferensial dan B menyatakan mahasiswa yang mengambil mata kuliah analisis kompleks. Maka
A B merupakan himpunan mahasiswa yang mengambil kedua mata kuliah tersebut. Banyaknya
mahasiswa di dalam kelas itu yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis
kompleks, atau kedua-duanya adalah
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)
= 175 + 225 – 50
= 350
Ini berarti, terdapat 350 mahasiswa di dalam kelas yang mengambil mata kuliah
persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya. Karena banyaknya siswa
keseluruhan di dalam kelas tersebut adalah 350 mahasiswa, artinya tidak terdapat mahasiswa
yang tidak memilih salah satu dari kedua konsentrasi itu.
Contoh 2
Di sebuah jurusan dalam suatu perguruan tinggi terdapat 134 mahasiswa tingkat 3. Dari
sekian banyak mahasiswa tersebut, 87 di antaranya mengambil mata kuliah teori graf diskrit, 73
mengambil mata kuliah matematika ekonomi, dan 29 mengambil mata kuliah teori graf dan
matematika ekonomi. Berapa banyak mahasiswa yang tidak mengambil sebuah mata kuliah baik
dalam teori graf maupun dalam matematika ekonomi?
Penyelesaian:
Untuk menentukan banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang tidak mengambil mata kuliah
teori graf ataupun matematika ekonomi, kurangilah banyaknya mahasiswa yang mengambil mata
kuliah dari salah satu mata kuliah ini dari keseluruhan banyaknya mahasiswa tingkat 1. Misalkan
A merupakan himpunan semua mahasiwa tingkat 3 yang mengambil mata kuliah teori graf, dan
B adalah himpunan mahasiswa yang mengambil mata kuliah matematika ekonomi. Maka
n(A)=87, n(B)=73, dan n(A ∩ B) = 29. Banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang mengambil mata
kuliah teori graf atau matematika ekonomi adalah
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)
= 87 + 73 – 29
= 160-29
= 131
Ini artinya terdapat sebanyak 134–131 = 3 mahasiswa tingkat 3 yang tidak mengambil
mata kuliah teori graf ataupun matematika ekonomi.
Contoh 3
Sebanyak 115 mahasiswa mengambil mata kuliah Matematika Diskrit, 71 Kalkulus
Peubah Banyak, dan 56 Geometri. Di antaranya, 25 mahasiswa mengambil Matematika Diskrit
dan Kalkulus Peubah Banyak, 14 Matematika Diskrit dan Geometri, serta 9 orang mengambil
Kalkulus Peubah Banyak dan Geometri. Jika terdapat 196 mahasiswa yang mengambil paling
sedikit satu dari ketiga mata kuliah tersebut, berapa orang yang mengambil ketiga mata
kuliah sekaligus?
Solusi:
|MD| = 115, |KPB| = 71, |G| = 56,
|MD ∩ KPB| = 25, |MD ∩ G| = 14, |KPB ∩ G| = 9, dan |MD ∪ KPB ∪ G| = 196
Dengan mempergunakan prinsip inklusi-eksklusi:
|MD ∪ KPB ∪ G| = |MD| + |KPB| + |G| – |MD ∩ KPB| – |MD ∩ G| – |KPB ∩ G| + |MD ∩ KPB
∩ G|
196 = 115 + 71 + 56 – 25 – 14 – 9 + |MD ∩ KPB ∩ G| Jadi, |MD ∩ KPB ∩G| = 2
Contoh 4
Carilah banyaknya anggota dari |A ∪ B ∪ C ∪ D| jika setiap himpunan berukuran 50,
setiap irisan dari dua himpunan berukuran 30, setiap irisan dari tiga himpunan berukuran 10, dan
irisan dari keempat himpunan berukuran 2.
Solusi:
|A ∪ B ∪ C ∪ D| = |A| + |B| + |C| + |D| – |A ∩ B| - |A ∩ C| - |A ∩ D| - |B ∩ C| – |B ∩ D| - |C ∩ D|
+ |A ∩ B ∩ C| + |A ∩ B ∩ D| + |A ∩ C ∩ D| + |B ∩ C ∩ D| – |A ∩ B ∩ C ∩ D|
= 4 . 50 – 6 . 30 + 4 . 10 – 2 = 58
Contoh 5
Dalam sebuah program studi pendidikan matematika yang terdiri atas 350 mahasiswa,
terdapat 175 mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan 225 mahasiswa
yang mengambil mata kuliah analisis kompleks, dan 50 mahasiswa yang mengambil mata kuliah
persamaan diferensial dan analisis kompleks. Ada berapa mahasiswa di dalam perkuliahan itu
jika setiap mahasiswa mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis kompleks,
atau kedua-duanya?
Solusi :
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)
= 175 + 225 – 50
= 350
Ini berarti, terdapat 350 mahasiswa di dalam kelas yang mengambil mata kuliah
persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya. Karena banyaknya siswa
keseluruhan di dalam kelas tersebut adalah 350 mahasiswa, artinya tidak terdapat mahasiswa
yang tidak memilih salah satu dari kedua konsentrasi itu.

Pertemuan 8 – 9 : Fungsi pembangkit, Barisan dari suatu Fungsi pembangkit, Fungsi


pembangkit untuk kombinasi, Fungsi pembangkit untuk permutasi

Fungsi pembangkit di dalam matematika diskrit sering kali digunakan untuk


menyelesaikan berbagai masalah menghitung. Fungsi pembangkit juga dapat digunakan untuk
menyelesaikan relasi rekursif. Pembuktian identitas dalam kombinatorial juga dapat
menggunakan fungsi pembangkit.
Apa itu Fungsi Pembangkit ?
Fungsi pembangkit adalah fungsi yang berbentuk deret kuasa yang digunakan untuk
merepresentasikan barisan secara efektif dengan menjadikan suku-suku barisan menjadi
koefisien dari variabel x di dalam bentuk formal deret kuasa.

A. Deret Kuasa dan Deret Taylor

a. Deret Kuasa ∑
( )
b. Deret Taylor ∑ ( )
Contoh :
Tentukan deret Taylor dari 𝑓( ) 𝑒
Jawab :

( )
∑ ( )
𝑛

𝑓( ) 𝑒 𝑓( ) 𝑒
𝑓( ) 𝑒 𝑓( ) 𝑒
( )
𝑓 𝑒 𝑓( ) 𝑒

Deret taylor :

B. Barisan dan Fungsi Pembangkit


a. Fungsi Pembangkit Biasa (FPB)
𝑝( 𝑛) ∑

Barisan ( )

7. Fungsi Pembangkit Eksponensial (FPE)

𝑄( 𝑛) ∑
𝑛

Barisan ( )
contoh :
1. Tentukan barisan dari FPB

Barisan ( )

2. Tentukan barisan dari FPE

𝑒
Barisan (1,1,1,1,…)

C. Operasi dan Konvolusi Dua Fungsi Pembangkit


Misalkan:

( ) ∑

( ) ∑

a. ( ) ( ) ∑ ( )
b. . ( ) ( ) ∑ (∑ )
Contoh :
Carilah konvolusi dari barisan 𝑛=(0,0,0,1,0,0,…) 𝑑 𝑛 𝑛=(6,7,8,9,…)
Penyelesaian :
=(0,0,0,1,0,0,…) sehingga = 1,dan = 0 untuk 𝑛
= (6,7,8,9,…) sehingga , dan seterusnya

Sehingga

Konvolusinya adalah (0,0,0,6,7,8,9,…)

D. Fungsi Pembangkit untuk kombinasi


Misalkan terdapat tiga macam obyek berbeda a, b, c katakan .kita diperkenankan memilih
: 0, 1, atau 2 obyek a; dan 0 atau 1 obyek b; dan 0 atau 1 obyek c. pertanyaan yang muncul ialah :
ada berapa cara memilih k obyek ? Untuk menjawab pertanyaan ini, akan diterapkan fungsi
pembangkit. Misalkan 𝑡 menyatakan banyaknya cara memilih k obyek. Kita coba
menyelesaikan masalah ini dengan fungsi pembangkit biasa𝑝( ) ∑𝑡 . Dengan 𝑝( )
( )( )( )
Bilangan 𝑡 diberikan oleh koefisien dalam 𝑝( ).
a. Menentukan banyak cara memilih r objek dari n objek berbeda, dimana pengulangan tidak
diperkenankan.
Karena pengulangan tidak diperkenankan , maka setiap objek dapat dipilih 0 atau 1 kali
saja. Sehingga fungsi pembangkit dari permasalahan tersebut adalah :
( ) =(1+ )(1+ )(1+ )…(1+ ) →𝑛.𝑓 𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑛
=(1+ ) =∑ ( ) 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑒𝑚 𝑖𝑛𝑜𝑚𝑖 𝑙
𝑟
Banyak cara memilih (tanpa pengulangan) r objek dari n objek berbeda adalah koefisien
𝑛
dalam 𝑝( ) yaitu ( ) dengan 𝑟 𝑛.
𝑟
b. Menentukan banyak cara memilih r objek dari n objek berbeda, dimana pengulangan
diperkenankan.
Misal 𝑡 menyatakan banyak cara memilih r objek .karena ada n macam objek berbeda dan tiap
objek dapat dipilih berulang, maka fungsi pembangkit untuk 𝑡 adalah :
𝑝( ) ( )( ) ( ) →𝑛.𝑓 𝑘𝑡𝑜𝑟
=( )

Karena , untuk | |

Maka, 𝑝( ) ( ) ( )
𝑛
∑ ( )( ) (𝑡𝑒𝑜𝑟𝑒𝑚 𝑖𝑛𝑜𝑚𝑖 𝑙)
𝑟
Untuk 𝑟 > 0 koefisien dalam 𝑝 ( ) adalah:
𝑛 ( )( ) ( )
( )( ) ( )
𝑟
(𝑛)(𝑛 ) (𝑛 𝑟 )
𝑟
(𝑛 𝑟 )(𝑛 𝑟 ) (𝑛 )𝑛
𝑟
(𝑛 𝑟 )
𝑟 (𝑛 )
𝑛 𝑟
( )
𝑟
Untuk 𝑟 = 0, koefisien dari dalam 𝑝( ) adalah:
𝑛 𝑛
( ) ( ) ( )
𝑟

Sehingga, untuk 𝑟 ≤ 0,

𝑛 𝑛 𝑟
( ) ( ) ( )
𝑟 𝑟

Dengan demikian

( ) ∑( )

Jadi banyaknya cara memilih r objek dari n macam objek berbeda dimana pengulangan
diperkenalkan , sama dengan koefisien dalam 𝑝( ) yaitu :

( )

Catatan:
Dari penyelesaian diatas, diperoleh bahwa untuk bilangan bulat positif 𝑛 berlaku:

( ) ∑( )

Jika 𝑛 bilangan bulat non negative dan ≠ 1, mudah ditunjukkan identitas berikut :

Contoh soal :
1. Dengan berapa cara 60 objek yang identic dapat ditempatkan dalam 4 sel (kotak) yang
berbeda sedemikian sehingga setiap sel (kotak) mendapat paling sedikit 1 objek ?
Penyelesaian:
Misalkan ( ) adalah FPB dari kasus tersebut. Sesuai syarat yang diperkenalkan yaitu
minimal 1 objek ditempatkan pada masing-masing kotak (semua kotaknya ada 4), diperoleh :
𝑃( ) ( )
𝑃( ) ( )
𝑃( ) ( )

𝑘
𝑃( ) ∑( )
𝑘

𝑘
𝑃( ) ∑( )
𝑘

Banyak cara menempatkan 60 objek yang identik dalam 4 sel (kotak) yang berbeda sama
dengan koefisien dalam P( ). Dari bentuk diatas, kita hanya perlu mencari koefisien pada
bentuk sumasi .ini artinya k yang diambil adalah 56 dan kita tahu bahwa koefisien adalah
𝑘
( ) ( ) ( )
𝑘

2. Ada berapa cara untuk memilih 10 huruf dari kata PINTAR dengan syarat paling sedikit satu
T dan paling banyak 3 N ?
Penyelesaian:
Misalkan ( ) adalah FPB kasus tersebut, sehingga:
𝑃( ) ( )( )( )
Ekspresi kurung pertama mewakili syarat minimal satu T. Ekspresi kurung kedua mewakili
syarat maksimal 3 N. Ekspresi kurung terakhir mewakili 4 huruf lainnya yang bebas syarat .
𝑃( ) ( )( )( )
( )( )

( )∑( 𝑘
)
𝑘

Banyak cara penyusunan huruf-huruf tersebut sama dengan koefisien 10dalam ( ).


Berturut-turut (dengan meninjau bentuk pangkat di luar notasi sigma) ambil 𝑘 = 9,8,7,6 diperoleh
bahwa banyak cara memilih 10 huruf dari kata PINTAR dengan syarat yang telah disebutkan
sebelumnya adalah
𝑘
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
𝑘
*( ) ( ) ( ) ( )+ cara

E. Fungsi Pembangkit untuk Permutasi


Fungsi pembangkit biasa memberikan pendekatan yang mudah dan sistematis
pendistribusian obyek – obyek yang identik ke dalam sel-sel yang berbeda. Pada bagian ini kita
akan menerapkan teteknik serupa untuk memecahkan masalah-masalah umum yang melibatkan
permutasi ataupun pendistribusian obyek-obyek yang berbeda ke dalam sel-sel yang berbeda.
Untuk maksud ini,proposisi berikut penting.
Proposisi 1:
Misalkan terdapat 𝑘 objek tipe satu, 𝑘 objek tipe dua,…, 𝑘 objek tipe 𝑛. Jika semua
objek tersebut dipermutasi , maka banyak permutasi yang mungkin ialah :
(∑ )

Proposisi 2:
Misal terdapat p macam (tipe) objek dengan 𝑛𝑖 objek tipe-I untuk tiap 1≤𝑖≤ . maka
banyaknya permutasi-k sedemikian sehingga dalam setiap permutasi terdapat paling banyak 𝑛𝑖
objek tipe I dengan koefisien 𝑘𝑘! dalam fungsi pembangkit eksponensial berikut :

𝑝( ) ( )( ) ( )

Proposisi 3 :

1) ( ) 𝑛

2)

3)

Contoh soal :
Tentukan banyaknya kata sandi yang dapat dibentuk dari kata CANTIK dimana setiap
huruf vokalnya harus muncul.
Penyelesaian :
Huruf vokal : A, I (ada 2)
Huruf konsonan : C, N, T, K (ada 4)
Misalkan ( ) adalah FPE dari kasus ini. Dengan memperhatikan syarat yang
diperkenankan, yaitu huruf vocal harus muncul (huruf A dan I masing-masing setidaknya
muncul satu kali), diperoleh :

𝑃( ) ( ) ( )

(𝑒 ) (𝑒 )
𝑒 (𝑒 𝑒 )
𝑒 𝑒 𝑒
Ubahlah kedalam notasi sigma.
( ) ( ) ( )
𝑃( ) ∑ ∑ ∑
𝑛 𝑛 𝑛

∑ ∑ ∑
𝑛 𝑛 𝑛

Banyaknya kata sandi yang dapat terbentuk sama dengan koefisien Dalam ( ) , yaitu :

( ) 𝑛
PERTEMUAN 11 – 12 :
Relasi Rekursif, jenis-jenis,penyelesaian RR dengan metode akar karakterisitk dan fungsi
pembangkit

A. Relasi Rekursif

Relasi rekursif terbagi menjadi 2 yaitu :


1. Kondisi awal
Contoh:
a. = 1, =1
b. 𝑝 = 1
c. = 10, = 18, = 70
2. Bagian rekursif

a. –1+ 𝑛≥2
b. 𝑃 𝑛𝑃 𝑛
c. 𝑛
B. Peneyelesaian RR linear dengan Metode Akar Karakteristik

Kasus 1
Persamaan karakteristik mempunyai K akar berbeda
Solusi Umum :

Contoh soal :
1. Selesaikan RR berikut menggunakan Metode Akar Karakteristik
𝑛 2
Jawab :
Misalkan

( )
𝑡 𝑢
Solusi umum
𝑃 𝑃
Untuk mencari solusi khusus ,substitusi atau gunakan kondisi awal

𝑃 𝑃 sehingga diperoleh 𝑃 𝑃 ( )
𝑃 𝑃 sehingga diperoleh -1 𝑃 𝑃 ( )
Gunakan metode substitusi dan eliminasi untuk persamaan a dan b
( ) 𝑃 𝑃
𝑃 𝑃 substitusi pada persamaan b,sehingga
𝑃 𝑃
𝑃 (𝑃 )
𝑃 𝑃
Jika 𝑃 𝑃
𝑃 𝑃
Maka diperoleh 𝑃 𝑃
Solusi khusus 𝑃 𝑃
( )
𝑛

Kasus 2
Persamaan karakteristik mempunyai akar rangkap
Solusi Umum

Contoh soal
1. Selesaikan RR berikut menggunakan metode Akar Karakteristik
𝑛
Jawab :
Misalkan

( ):
( )
( )( )
𝑡 𝑢
Solusi Umum: 𝑃 𝑃𝑛
Untuk mencari solusi khusus, substitusikan/ gunakan kondisi awal
𝑃 𝑃 sehingga diperoleh 2 𝑃 𝑃 ( )
𝑃 𝑃 sehingga diperoleh 6 𝑃 𝑃 𝑃 𝑃 ( )

Substitusikan dan eliminasi persamaan a dan b maka diperoleh 𝑃 = ,𝑃 =

Solusi Khusus
𝑃 𝑃𝑛

C. Menyelesaikan RR dengan Fungsi Pembangkit

Bentuk umum fungsi pembangkit

( ) ∑

𝑛
Atau ( ) ∑ 𝑛 ,𝑛
Contoh soal:

∑ ∑ ∑

( ) ( ) ( ) karena

( ) ( )

( ) ( )

( )
( )( )
∑ ∑ ∑

Jadi solusinya ∑ ∑ ∑

PERTEMUAN 13 – 14 :
Konsep dasar Posset, Lattice, Aljabar Boole dan Gerbang Logika

1. KONSEP DASAR POSET

A. Pengertian
Suatu relasi biner dinamakan sebagai suatu relasi pengurutan tak lengkap atau relasi
pengurutan parsial ( partial ordering relation ) jika ia bersifat refleksif, anti simetris, dan transitif.
1. Refleksif, yaitu a R a, untuk setiap a Є s

2. Anti simetris, yaitu a R b dan b R a maka a = b

3. Transitif, yaitu jika a R b dan b R c maka a R c.


Himpunan S berikut dengan urut parsial pada S dikatakan himpunan urut parsial atau
POSET (Partially Ordered Set)
Contoh:
Misal N himpunan bilangan bilangan positif. Sebut “a membagi b” ditulis a|b, jika
terdapat sebuah bilangan bulat c sedemikian sehingga 𝑐 = .
Contoh: 2|4, 3|12, 7|21, dsb.
Relasi dapat dibagi tersebut adalah suatu urutan parsial pada N.

B. Diagram Posset
Misal S adalah suatu himpunan urut parsial. Sebut a dalam S adalah suatu yang
mendahului dari b atau b sesudah a ditulis ≤ jika ≤ tetapi tidak ada elemen dari S yang
terletak diantara a dan b. jadi, tidak ada X dalam S sedemikian sehingga <𝑋< .
Misal S adalah suatu POSET yang hingga. Maka urut pada S adalah diketahui secara
lengkapjika kita mengetahui semua pasangan a, b, S sedemikiansehingga a≤b jadi relasi ≤ pada
S.Sehingga x<y jika dan hanya jika terdapat elemen x = a0, a1, ...am = y sedemikian sehingga ai-
1≤ ai untuk I = 1, ..., m.
Menurut diagram dari suatu POSET S yang hingga kita artikan suatu graph berarah
dimanavertex adalah merupakan elemen dari S dan kan terdapat busur yang menghubungkan a
dan bjika a ≤ b dalam S (dalam menggambarkan suatu arah panah dari a ke b, kita kadang-
kadangmenempatkan b lebih tinggi daripada a dalam diagram dan garis dari a ke b mengarah ke
atas).Pada diagram S, terdapat suatu path berarah dari suatu vertex x ke vertex y dan hanya jika x
< y.Juga terdapat sebarang cycle dalam diagram S karena urut relasinya adalah anti simetris.
Contoh:
1. Misal ={1,2,3,4,6,8,9,12,18,24} dalam urut dengan relasi “x membagi y”

Penyelesaian :
Diagram diberikan

24
8 12 18

4 6 9

2 3

 Diagram suatu himpunan urut linear yang hingga yaitu suatu suatu chaim hingga yang terdiri
dari sebuah path yang sederhana. Seperti contoh pada gambar berikut yang menunjukkan
diagram dari suatu chain dengan 5 elemen.
Y

U

Z

Y

X

C. Supremum dan Infimum


Misal A adalah sub himpunan dari Poset S, sebuah elemen M pada S dikatakan batas atas
dari A jika M didahului setiap elemen dari A jadi jika setiap x Є A, diperoleh
≤𝑀
Jika suatu batas atas dari A mendahului setiap batas atas yang lain dari A maka dikatakan
SUPREMIUM dari A dinotasikan dengan :
Sup (A) atau sup (al, …, an)
Misal , 𝑃𝑜𝑠𝑒𝑡 ( ,≤)
1) 𝑐 ∈ ,c = batas atas dari & bila dan hanya bila ≤𝑐& ≤ 𝑐.𝑐 ∈ ,𝑐 = batas atas terkecil/b.
a. t dari a & b bila dan hanya bila:
 C bata atas dari a & b,
 Jika d batas atas dari a & b yang lain, maka 𝑐≤𝑑.
2) 𝑐 ∈ ,= batas bawah dari a & b bila dan hanya bila 𝑐≤ dan 𝑐≤ ,𝑐∈ ,𝑐=batas bawah terbesar
dari a & b bila dan hanya bila:
 C batas bawah dari a & b,
 Jika d batas bawah dari a & b yang lain, maka 𝑑≤𝑐

2. LATTICE

A. Pengertian Lattice
Berdasarkan konsep batas atas terkecil ( ,,) dan batas bawah terkecil ( , ,𝑡)
didefenisikan sebagai berikut:,
Suatu poset ( ≤) disebut LATTICE apabila setiap dua elemen ∈ Poset ( ≤) mempunyai
b.a.t dan b.b.t.
Contoh soal:
1) Tentukan apakah poset yang dinyatakan dengan diagram Hasse dibawah ini merupakan
lattice!

a a b

b c c

d d

( ) e ( ) f

Jawaban:
Pada gambar (a), merupakan Lattice. Sebab setiap dua titik mempunyai b. a. t dan b. b. t
Pada gambar (b), bkan Lattice. Sebab b. a. t dari a dan b tidak ada.

B. Hasil Kali Lattice


Defenisi : misalkan ( , , ⊕ ) dan ( , , , ⊕ ) adalah lattice dari dan
yang dilambangkan ( , ≤, *, ⊕) dan hasil kali cartes dengan hasil kali dan
operasi-operasi yang didefenisikan sebagai berikut:
( )≤( ) ↔( ,≤ ⋀( ≤ )
( )*( ) =( * , * )
( )⊕( ) = ( ⊕ a2 , ( ⊕ )

Dapat diperhatikan bahwa ( , ≤, *, ⊕) adalah letis.Khusus jika = L, letis


dilambangkan .

C. Sub Lattice
Misalkan ≤, *, ⊕ adalah letis dan S ⊆ L. S disebut Subletis dan L jika (S, ≤, *, ⊕) adalah
letis.
Catatan: syarat perlu dan cukup agar S subletis adalah a * b dan a ⊕ b ∈ S. ∀ ,∈𝑆.
3. ALJABAR BOOLEAN
A. Aljabar Boolean

1. Defenisi
Dalam matematika, Aljabar Boolean struktur aljabar yang mencakup intisari operasi
logika 𝑛𝑑,,𝑁𝑜𝑡, dan juga teori himpunan untuk operasi union, interaksi dan komplemen.
Aljabar Boolean adalah sistem aljabar yang berisi set dengan dua operasi penjumlahan yang
dilambangkan dengan tanda tambah (+) disebut supremum dan perkalian yang dilambangkan
dengan tanda titik ( . ) disebut infimum.
Untuk mempunyai sebuah Aljabar Boolen, perlu memperhatikan :
1. Elemen himpunan B
2. Kaidah atau operasi untuk dua operator biner
3. Himpunan B bersama – sama dengan dua operator tersebut, memenuhi postulat Huntington.

𝑛𝑑 𝑂𝑟 𝑁𝑜𝑡 𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑇𝑟𝑢𝑒


Kebalikan 1 0

Sehingga untuk setiap ,, ∈ 𝑆 berlaku Postulat – postulat Huntington sebagai berikut :


a. Closure :
1) + ∈
2) ∈
b. Identitas :
1) Ada elemen unik 0 ∈ , sehingga berlaku :
+0=0+ =
1) Ada elemen unik 1 ∈ , sehingga berlaku :
.1 = 1 . =
c. Komutatif :
1) + = +
2) . = .
d. Distributif :
1) ( + 𝑐) = ( . ) + ( . 𝑐)
2) + ( . 𝑐) = ( + ) . ( + 𝑐)
3) ( . ) + 𝑐 = ( + 𝑐) .( + 𝑐)
e. Komplemen : untuk setiap ∈ ada elemen unik ′ ∈ ′ sehingga berlaku + ′=1
dan . ′=0
f. Terdapat paling sedikit dua buah elemen, dan ∈ sedemikian sehingga ≠ .
g. Idempoten :

1) . =
2) + =
h. Asosiatif :
1) + ( + 𝑐)=( + ) + 𝑐
2) ( .𝑐) = ( . )𝑐
Contoh :
1) + =
2) .1 =
3) . = 0
2 sifat-sifat atau hukum –hukum aljabar boolen

1. Hukum Identitas 2. Hukum Idempoten


(i) +0= (i) + =
(ii) . 1 = (ii) . =

3. Hukum komplemen
(i) + =1 4. Hukum dominansi
(ii) . =0 (i) . 0 = 0
(ii) +1=1

5. Hukum komutatif 6. Hukum penyerapan


(i) ( ) = (i) + . =
(ii) . ( + ) =

7. Hukum komutatif 8. Hukum asosiatif


(i) + = + (i) + ( + 𝑐) = ( + ) + 𝑐
(ii) . = . (ii) ( . 𝑐) = ( . )𝑐

9. Hukum distributif 10. Hukum de morgan


(i) + ( . 𝑐) = ( + )(( + 𝑐) (i) ( ) =
(ii) ( + 𝑐) = . + .𝑐 (ii) ( ) =

11. Hukum 0/1


(i) =1
(ii) =0

Contoh:
Buktikan
(i) + =
(ii) ( + ) =

Penyelesaian :
(i) + = .1 + . (hukum identitas)
= (1 + ) (hukum distributif)
= .1 (hukum dominasi)
(ii) ( + ) = ( + 0)( + ) (hukum identitas)
= + (0 . ) (hukum distributif)
= +0 (hukum domnasi)
= (hukum identitas)
3. Fungsi Boolean
Fungsi boolean disebut juga dengan fungsi biner adalah pemetaan dari 𝑛 ke melalui
ekspresi Boolean, yaitu :
𝑓: →
adalah himpunan yang beranggotakan pasangan terurut ganda-𝑛 (ordered n-tuple)
didalam daerah asal . Setiap ekspresi Boolean merupakan fungsi Boolean.
Contoh :
Misalkan sebuah fungsi Boolean adalah ( ,,) = 𝑧 + ′ + ′𝑧
Fungsi 𝑓 memetakan nilai – nilai pasangan terurut ganda – 3( ,,) ke himpunan {1,0,1}
Penyelesaian :
(1,0 ,1) yang berarti =1, = 0, dan 𝑧 = 1. Sehingga
(1,0,1) = 1 . 0 . 1 + .0 + .1
=0+0+1=1
Contoh – contoh fungsi Boolean yang lain :
1. ( ) =
2. ( ,) = ′ + "+ ′
3. ( ,) = ′ ′
4. ( ,) = ( + )′
5. ( ,,) = 𝑧′

Setiap perubah didalam fungsi Boolean, termasuk dalam bentuk komplemennya, disebut literal.

4. Fungsi komplemen

a. Cara pertama : menggunakan hukum De Morgan


Hukum De Morgan untuk dua buah peubah 1 dan 2
Contoh :
Misalkan ( ,,) = ( 𝑧)
Penyelesaian :
𝑓′( , ,𝑧) = ( ( )
= ( )
= ( ) ( )
= ( 𝑧)( 𝑧 )
b. Cara kedua : menggunakan prinsip dualitas.
Tentukan dual dari ekspresi Boolean yang merepresikan 𝑓, lalu komplemenkan setiap
literal didalam dual tersebut.
Contoh :
Misalkan ( ,,) = ( 𝑧)
Penyelesai :
Dual dari ( ,,)= +( 𝑧 )( 𝑧)
Komplemenkan tiap literahnya : 𝑓( , ,𝑧)= (y 𝑧)( 𝑧 )
𝑓
Jadi, 𝑓′( , ,𝑧) = (y 𝑧)( 𝑧 )

5. Bentuk kanonik
Ada dua macam bentuk kanonik :
1. Penjumlahan dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)

2. Perkalian dari hasil jumlah (product-of-sum atau POS)


Contoh :
1. ( ,,) = 𝑧 𝑧+ 𝑧 → SOP
Setiap suku (term) disebut minterm
2. 𝑔( 𝑧) ( 𝑧)( 𝑧)( 𝑧 )
( 𝑧 )( 𝑧) POS
Setiap suku (term) disebut maxterm
Tabel dua literal

𝑀𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑀 𝑡𝑒𝑟𝑚

suku Lambing suku lambang


0 𝑚 𝑀
0 0 𝑚 𝑀
1 1 𝑚 𝑀
1 1 𝑚 𝑀
Tabel tiga literal

𝑀𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑀 𝑡𝑒𝑟𝑚
𝑧
Suku lambang Suku lambang
0 0 0 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
0 0 1 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
0 1 0 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
0 1 1 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
1 0 0 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
1 0 1 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
1 1 0 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀
1 1 1 𝑧 𝑚 𝑧 𝑀

Conto:kanonik SOP dan POS


Nyatakan table kebenaran dibawah ini dengan bentuk kanonik SOP dan POS
Tabel
𝑧 𝑓( 𝑧)
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1

Penyelesaian :
a. SOP
Kombinasi nilai – nilai peubah yang meghasilkan nilai fungsi sama dengan 1 adalah
001,100,dan 111, maka fungsi Booleannya dalam bentuk kanonik SOP adalah
𝑓 ( , ,𝑧) = ′ ′𝑧 + ′𝑧′ + 𝑧
𝑓( , ,𝑧) = 𝑚 + 𝑚 + 𝑚 = ∑( )

b. POS
Kombinasi nilai – nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama dengan 0 adalah
000,010,011,101,dan 110, maka fungsi Booleannya dalam bentuk kanonik POS adalah
𝑓( , ,𝑧) = ( + +𝑧)( + ′+𝑧)( + ′+𝑧′)( ′+ ′+𝑧)
𝑓( , ,𝑧) = 𝑀 𝑀 𝑀 𝑀 𝑀 = ∏( )

6. Menyederhanakan fungsi Boolean


Ada tiga metode yang dapat digunakan untuk menyederhanakan fungsi boolean, yaitu :
a. Secara aljabar
b. Metode karnough
c. Metode quine me cluskey (metode tabuksi)

7. Komplemen fungsi boolean


Menggunakan hukum De morgan untuk dua buah peubah 𝑢1 dan 𝑢2 menggunakan
prinsip dualitas.

4. GERBANG LOGIKA
Untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi logika digunakan rangkaian logika. Fungsi
Boolean yang diekspresikan dengan 𝑁 ,,𝑂𝑇,𝑁𝑂𝑅,𝑁 𝑁 ,𝑋𝑂𝑅 dan 𝑋𝑁𝑂𝑅 menjadi lebih
mudah diimplementasikannya dengan dengan menggunakan gerbang logika digital.
Faktor-faktor utama dalam pembentukan gerbang logika adalah sebagai berikut:
dalam fabrikasi komponen fisik.

3. Kemungkinan perluasan 1. Kemudahan pembentukan gerbang dengan komponen fisik.


2. Pertimbangan ekonomis gerbang dengan lebih dari dua input (masukkan).
4. Sifat-sifat dasar dari operator biner seperti komunitatif dan asosiatif.
5. Kemampuan gerbang untuk mengimplementasikan fungsi Boolean atau konjungsi dengan
gerbang-gerbang lain.
Untuk membuat rangkaian logika, dibutuhkan gerbang logika. Pada dasarnya gerbang
logika hampir sama dengan fungsi boolean. Dimana fungsi boolean dapat dibedakan menjadi 2
yaitu fungsi dasar dan fungsi turunan, begitu pula dengan gerbang logika. Gerbang logika juga
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Gerbang Dasar.
2. Gerbang Turunan.

1. Gerbang dasar
a. 𝑁
Gambar gerbang 𝑁 :

Notasi Aljabar Booleannya adalah sebuah titik ( · ). Sebagai perbandingan, pada


Proposisi notasinya adalah ” ”.
Contoh:
”𝑝 dan 𝑞” ditulis 𝑝.𝑞 atau bisa juga ditulis 𝑝𝑞 (tanpa titik)
Perhatikan bahwa untuk memudahkan penulisan (bandingkan dengan konversi desimal
ke biner), nilai Salah didahulukan.

Tabel kebenarannya:
𝑝 𝑞 𝑝𝑞
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
b. 𝑂𝑅
Gambar gerbang 𝑂𝑅

Notasi Aljabar Booleannya adalah sebuah tanda tambah ( + ). Perbandingannya, pada Proposisi
notasinya adalah ”v”.
Contoh:
”𝑝 atau 𝑞”, ditulis 𝑝 + 𝑞
Tabel kebenarannya:
𝑝 𝑞 𝑝 𝑞
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1

c. 𝑁𝑂𝑇
Gambar gerbang 𝑁𝑂𝑇

Notasi Aljabar Boolennya adalah dengan memberikan tanda bar diatas variabel atau
dengan tanda aksen (petik tunggal penutup) setelah variabel. Perbandingannya, pada Proposisi
notasinya adalah ” ”.
Contoh:
”Not 𝑝” atau ”negasi 𝑝”, ditulis ̅𝑝 atau bisa ditulis 𝑝‟.
Tabel kebenarannya:
𝑝 𝑝̅
0 1
1 0

Contoh Soal:
Untuk setiap kalimat di bawah ini, buatlah notasi matematikanya dengan menggunakan
Aljabar Boolean dan buat juga tabel kebenarannya!
a. Hari hujan dan udara dingin.
b. Hari hujan atau udara dingin.
c. Hari hujan dan udara tidak dingin.
d. Hari tidak hujan atau udara dingin.
e. Hari tidak hujan dan udara tidak dingin.
f. Hari tidak hujan atau udara tidak dingin.

Penyelesaian:
a. Hari hujan dan udara dingin
𝑝 = ”hari hujan”
𝑞 = ”udara dingin”
𝑝.𝑞 = ”hari hujan dan udara dingin”
Notasinya: 𝑝.𝑞
Tabel kebenarannya:
𝑝 𝑞 𝑝𝑞
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1

b. Hari hujan atau udara dingin


𝑝 = ”hari hujan”
𝑞 = ”udara dingin”
𝑝 + 𝑞 = ”hari hujan atau udara dingin”
Notasinya: 𝑝 + 𝑞
Tabel kebenarannya:
𝑝 𝑞 𝑝 𝑞
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1

c. Hari hujan dan udara tidak dingin


𝑝 = ”hari hujan”
𝑞 = ”udara tidak dingin”
𝑝 𝑞̅ = ”hari hujan dan udara tidak dingin”
Notasinya: 𝑝 𝑞̅
Tabel Kebenarannya :
𝑝 𝑞 𝑞̅ 𝑝 𝑞̅
0 0 1 0
0 1 0 0
1 0 1 1
1 1 0 0

d. Hari tidak hujan atau udara dingin


𝑝 = ”hari tidak hujan”
𝑞 = ”udara dingin”
𝑝 + 𝑞 = ”hari tidak hujan atau udara dingin”
Notasinya: 𝑝 + 𝑞
Tabel kebenarannya:
𝑝 𝑞 𝑝̅ 𝑝+𝑞
0 0 1 1
0 1 1 1
1 0 0 0
1 1 0 1
e. Tidak benar bahwa hari hujan dan udara dingin.
𝑝 = hari tidak hujan
𝑞 = udara tidak dingin
𝑝̅ 𝑞̅ = tidak benar bahwa hari hujan dan udara dingin
Notasinya: 𝑝̅ 𝑞̅
Tabel kebenarannya :
𝑝 𝑞 𝑝̅ 𝑞̅ 𝑝̅ 𝑞̅
0 0 1 1 1
0 1 1 0 0
1 0 0 1 0
1 1 0 0 0

f. Tidak benar bahwa hari hujan atau udara dingin


𝑝̅ = ”hari tidak hujan”
𝑞̅ = ”udara tidak dingin”
𝑝̅ 𝑞̅ = ”tidak benar bahwa hari hujan atau udara dingin”
Notasinya: 𝑝̅ 𝑞̅
Tabel kebenarannya:
𝑝 𝑞 𝑝̅ 𝑞̅ 𝑝̅ 𝑞̅
0 0 1 1 1
0 1 1 0 1
1 0 0 1 1
1 1 0 0 0

2. Gerbang turunan

a. 𝑋𝑂𝑅, Gambar gerbang 𝑋𝑂𝑅


Tabel kebenaran :
𝑝 𝑞 𝑝⊕𝑞
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0

Operasi 𝑋𝑂𝑅 adalah identik dengan 𝑝𝑞+𝑝𝑞


b. 𝑁 𝑁 (𝑁𝑜𝑡− 𝑁 )
Gambar Gerbang 𝑁 𝑁

Contoh dalam kalimat : Tidak benar bahwa udara dingin dan hari hujan
Tabel kebenaran :
𝑝 𝑞 𝑝𝑞 𝑝̅ 𝑞̅
0 0 0 1
0 1 0 1
1 0 0 1
1 1 1 0

c. 𝑁𝑂𝑅 (𝑁𝑜𝑡−𝑂𝑅)
Pertemuan 15 : Konsep dasar graf, derajat titik, penyajian dengan matrik, lintasan
terpendek, algoritma dijkstra, pohon dan pohon merentang

A. KONSEP DASAR GRAF


Sejarah Graf
Graf digunakan untuk mempresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-
objek tersebut.
Teori graf lahir pada tahun 1736 melalui makalah tulisan Leonard Euler seorang ahli
matematika dari Swiss. Euler adalah orang pertama yang berhasil memecahkan masalah
jembatan Konigsberg (kota Konigsberg, sebelah timur Prussia, Jerman sekarang) di sungai
Pregal yang sangat terkenal di Eropa .
Teori graf itu diawali oleh masalah transportasi yang terkenal yaitu Jembatan
Konigsberg. Ilustrasi jembatan tersebut dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
A

Pada gambar tersebut, A, B, C, dan D adalah daerah-daerah yang dihubungkan oleh tujuh
buah jembatan. Masalahnya, para penduduk Konigsberg tidak mampu menemukan rute yang
melalui setiap jembatan tepat satu kali, bergerak dari suatu tempat tertentu dan kembali ke
tempat itu lagi.
Definisi graf
Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E), ditulis dengan notasi 𝑛=(𝑉,𝐸)
yang dalam hal ini :
V adalah himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul (vertices) ={𝑣1,𝑣2,…,𝑣𝑛}
E adalah himpunan sisi (edges) yang menghubungkan sepasang simpul ={𝑒1,𝑒2,…𝑒𝑛}

Gambar (1)
Contoh :
 Gambar (1) memperlihatkan tiga buah graf, 1,2dan 3.
1 adalah graf dengan himpunan simpul V dan himpunan sisi E adalah.
𝑉={1,2,3,4}
𝐸={(1,2),(1,3),(2,3),(2,4),(3,4)}
 2adalah graf dengan himpunan simpul V dan himpunan sisi E adalah
𝑉={1,2,3,4}
𝐸={(1,2),(2,3),(1,3),(1,3),(2,4),(3,4),(3,4)}→ himpunan ganda
={𝑒1,𝑒2,𝑒3,𝑒4,𝑒5,𝑒6,𝑒7}
 3 adalah graf dengan himpunan simpul V dan himpunan sisi E adalah
𝑉={1,2,3,4}
𝐸={(1,2),(2,3),(1,3),(1,3),(2,4),(3,4),(3,4),(3,3)}→ himpunan ganda
={𝑒1,𝑒2,𝑒3,𝑒4,𝑒5,𝑒6,𝑒7,𝑒8}

Pada , 2 sisi 𝑒3=(1,3) dan sisi 𝑒4=(1,3)dinamakan sisiganda (multiple edges atau paralel
edges) karena kedua sisiini menghubungi dua buah simpul yang sama, yaitu simpul 1 dan simpul
3.Pada 3 , sisi 𝑒8=(3,3) dinamakan gelang atau kalang (loop)karena ia berawal dan berakhir
pada simpul yang sama.

Terminologi Graf

Gambar (2)
a. Ketegangan (Adjacent)

Dua buah simpul dikatakan bertetangga bila keduanya terhubung langsung dengan
sebuah sisi.
Contoh : Pada gambar (2), simpul 1 bertetangga dengan simpul 2 dan 3 tetapi simpul 1 tidak
bertetangga dengan simpul 4.
b. Bersisian (Incidency)

Untuk sembarang sisi 𝑒 = (𝑢, 𝑣), sisi 𝑒 dikatakan bersisian dengan simpul 𝑢, ataubersisian
dengan simpul 𝑣.
Contoh : Pada gambar (2), sisi (2, 3) bersisian dengan simpul 2 dan simpul 3, sisi (2, 4) bersisian
dengan simpul 2 dan simpul 4,tetapi sisi (1, 2) tidak bersisian dengan simpul 4.
c. Simpul Terpencil (isolated vertex)

Simpul terpencil ialah simpul yang tidak mempunyai sisi yang bersisian dengannya.
Contoh :Pada gambar (2), simpul 5 adalah simpul terpencil.
d. Graf Kosong
Graf yang himpunan sisinya merupakan himpunan kosong (Nn). Contoh graf 𝑁5

4 5 2

e. Lintasan (Path)

Lintasan yang panjangnya n dari simpul awal v0 ke simpul tujuan vn di dalam graf G ialah
barisan berselang-seling simpul-simpuldan sisi-sisi yang berbentuk v0, e1, v1, e2, v2,... , vn
–1, en, vn sedemikian sehingga e1 = (v0, v1), e2 = (v1, v2), ... , en = (vn-1, vn) adalah sisi-sisi
dari graf G.
Contoh : Tinjau graf G1 pada gambar (2): lintasan 1, 2, 4, 3 adalah lintasan dengan barisan sisi
(1,2),(2,4), (4,3).
Panjang lintasan adalah jumlah sisi dalam lintasan tersebut. Lintasan 1, 2, 4, 3 pada G1
memiliki panjang 3.

f. Siklus (cycle) atau sirkuit (circuit)


Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut sirkuit atau siklus.
Contoh : Tinjau graf G1 pada gambar (2) : 1, 2, 3, 1 adalah sebuah sirkuit.
Panjang sirkuit adalah jumlah sisi dalam sirkuit tersebut. Sirkuit 1, 2, 3, 1 pada G1 memiliki
panjang 3.

g. Terhubung (connected)
Dua buah simpul v1 dan simpul v2 disebut terhubung jika terdapat lintasan dari v1 ke v2.
G disebut graf terhubung (connected graph) jika untuk setiap pasang simpul vidan vj dalam
himpunan V terdapat lintasan dari vi ke vj. Jika tidak, maka G disebut graf tak-terhubung
(disconnected graph).
Contoh graf tak-terhubung :

Definisi 2 :
 Graf berarah G dikatakan terhubung jika graf tidak berarahnya terhubung (graf tidak berarah
dari G diperoleh dengan menghilangkan arahnya).
 Dua simpul, u dan v, pada graf berarah G disebut terhubung kuat (strongly connected) jika
terdapat lintasan berarah dari u ke v dan juga lintasan berarah dari v ke u.
 Jika u dan v tidak terhubung kuat tetapi terhubung pada graftidak berarahnya, maka u dan v
dikatakan terhubung lemah (weakly coonected).
 Graf berarah G disebut graf terhubung kuat (strongly connected graph) apabila untuk
setiap pasang simpul sembarang u dan v di G, terhubung kuat. Kalau tidak, G disebut
graf terhubung lemah.

h. Upagraf (subgraph) dan Komplemen Upagraf


Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graf. 1 = (𝑉1, 𝐸1)adalahupagraf (subgraph) dari G
jika 𝑉1 ⊆ 𝑉dan 𝐸1 ⊆ 𝐸.
Komplemen dari upagraf G1 terhadap graf G adalah graf 2 = (𝑉2, 𝐸2) sedemikian sehingga 𝐸2
= (𝐸 − 𝐸1) dan 𝑉2 adalah himpunan simpul yang anggota-anggota E2 bersisian dengannya.

Komponen graf (connected component) adalah jumlah maksimum upagraf terhubung dalam graf
G.
Graf G di bawah ini mempunyai 4 buah komponen.

Pada graf berarah, komponen terhubung kuat (strongly connected component) adalah jumlah
maksimum upagraf yang terhubung kuat.

Graf di bawah ini mempunyai 2 buah komponen terhubung kuat:


i. Upagraf Rentang (spanning subgraph)
Upagraf 1 = (𝑉1, 𝐸1) dari G = (V, E) dikatakan upagraf rentang
jika𝑉1 = 𝑉 (yaitu G1 mengandung semua simpul dari G).

j. Cut-Set
Cut-set dari graf terhubung G adalah himpunan sisi yang bila dibuang dari G
menyebabkan G tidak terhubung. Jadi, cut-set selalu menghasilkan dua buah komponen.
Pada graf di bawah, {(1,2), (1,5), (3,5), (3,4)} adalah cut-set. Terdapat banyak cut-set pada
sebuah graf terhubung.
Himpunan {(1,2), (2,5)} juga adalah cut-set, {(1,3), (1,5), (1,2)} adalah cut-set, {(2,6)}
juga cut-set,
tetapi {(1,2), (2,5), (4,5)} bukan cut-set sebab himpunan bagiannya, {(1,2), (2,5)} adalah
cut-set.

k. Graf Berbobot

Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi sebuah harga(bobot).
2. DERAJAT TITIK
Derajat suatu simpul adalah jumlah sisi yang bersisian dengan simpul tersebut.
Notasi: d(v)
contoh :
perhatikan gambar

Tinjau graf G1: d(1) = d(4) = 2


d(2) = d(3) = 3
Tinjau graf G3: d(5) = 0 →simpul terpencil
d(4) = 1 →simpul anting-anting (pendant vertex)
Tinjau graf G2: d(1) = 3 →bersisian dengan sisi ganda
d(2) = 4 →bersisian dengan sisi gelang (loop)

Definisi: Pada graf berarah, derajat simpul v dinyatakan dengan din(v) dan dout(v), yang dalam
hal ini :
din(v) = derajat-masuk (in-degree)
= jumlah busur yang masuk ke simpul v
dout(v) = derajat-keluar (out-degree)
= jumlah busur yang keluar dari simpul v
dan
d(v) = din(v) + dout(v)
contoh :
Tinjau graf G4:
din(1) = 2; dout(1) = 1
din(2) = 2; dout(2) = 3
din(3) = 2; dout(3) = 1
din(4) = 1; dout(3) = 2

Lemma Jabat Tangan


Lemma Jabat Tangan ialah Jumlah derajat semua simpul pada suatu graf adalah genap,
yaitu dua kali jumlah sisi pada graf tersebut.
Dengan kata lain, jika G = (V, E), maka Σ(𝑣)=2|𝐸|𝑣𝑡𝑣
Yang mana 2|𝐸 selalu bernilai genap
Ket :
(𝑣) = derajat titik / derajat suatu simpul
𝑉 = vertect / node / simpul
= graf G
𝐸 = Edge / Penghubung/ sisi
Contoh :
Perhatikan gambar berikut

Tinjau graf G1 :d(1) + d(2) + d(3) + d(4) = 2 + 3 + 3 + 2 = 10


= 2 × jumlah sisi = 2 ×5
Tinjau graf G2 :d (1) + d(2) + d(3) = 3 + 3 + 4 = 10
= 2 × jumlah sisi = 2 ×5
Tinjau graf G3 :d(1) + d(2) + d(3) + d(4) + d(5)
=2+2+3+1+0=8
= 2 × jumlah sisi = 2 ×4
Akibat dari lemma (corollary):
Teorema: Untuk sembarang graf G, banyaknya simpul berderajat ganjil selau genap.
Contoh :
Diketahui graf dengan lima buah simpul. Dapatkah kita menggambar graf tersebut jika
derajat masing-masing simpul adalah:
(a) 2, 3, 1, 1, 2
(b) 2, 3, 3, 4, 4
Penyelesaian:
(a) tidak dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya ganjil (2 + 3 + 1 + 1 + 2 = 9).
(b) dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya genap (2 + 3 + 3 + 4 + 4 = 16).

3. PENYAJIAN DENGAN MATRIKS


Misalkan disajikan graf G dalam matriks ruas B ukuran (M × 2), maka setiap barisan matriks
menyatakan ruas. Misalnya baris (4 7) menyatakan ada ruas menghubungkan simpul 4 dan 7.
Adapun jenis matriks penyajian graf yaitu :
 Matriks Adjacency
Matriks adjacency dari graf G, yaitu matriks yang menghubungkan vertex dan vertex,
tanpa ruas sejajar adalah matriks A berukuran (𝑁 × 𝑁) yang bersifat :
𝑖𝑗 = {1, 𝑖𝑙 𝑑 𝑟𝑢 𝑠 (𝑉𝑖, 𝑉𝑗) 0, 𝑖𝑙 𝑑 𝑙 𝑚 𝑕 𝑙 𝑙 𝑖𝑛.
Matriks adjacency merupakan matriks simetri. Untuk graf dengan ruas sejajar, matriks adjacency
di definisikan sebagai berikut :
𝑖𝑗 = {𝑃, 𝑖𝑙 𝑑 𝑝 𝑢 𝑕 𝑟𝑢 𝑠 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑕𝑢 𝑢𝑛𝑔𝑘 𝑛 (𝑉𝑖, 𝑉𝑗)(𝑝 > 0) 0, 𝑖𝑙 𝑑 𝑙 𝑚 𝑕 𝑙 𝑙 𝑖𝑛
 Matriks incidence
Matriks incidence dari graf G, yaitu matriks yang menghubungkan vertex dengan Edge,
tanpa self-loop didefinisikan sebagai matriks M berukuran (𝑁 × 𝑀) sebagai berikut : 𝑚𝑖𝑗 {1,
𝑖𝑙 𝑑 𝑟𝑢 𝑠 𝑒𝑗 𝑒𝑟𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙 𝑉𝑖 0, 𝑑 𝑙 𝑚 𝑕 𝑙 𝑙 𝑖𝑛
Contohsoal :

⎢ ⎥
⎢ ⎥
Matriks ruas : ⎢ ⎥ atau * +
⎢ ⎥
⎢ ⎥
⎢ ⎥
[ ]

Atau secara pasangan : {(1,2),(1,3),(1,4),(1,5),(2,3),(3,4),(3,5),(4,5)}

Matriks Adjancency
V1 V2 V3 V4 V5
V1 0 1 1 1 1
V2 1 0 1 0 0
V3 1 1 0 1 1
V4 1 0 1 0 1
V5 1 0 1 1 0

Matriks incidence

E1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e8
V1 1 1 0 1 1 0 0 0
V2 1 0 1 0 0 0 0 0
V3 0 0 0 1 0 1 0 1
V4 0 0 0 1 0 1 0 1
V5 0 0 0 0 0 1 0 1

4. LINTASAN TERPENDEK
Lintasan Lintasan yang panjangnya n dari simpul awal v0 ke simpul tujuan vn di dalam
graf G ialah barisan berselang-seling simpul-simpul dan sisi-sisi yang berbentuk v0, e1, v1, e2,
v2,... , vn –1, en, vn sedemikian sehingga e1 = (v0, v1), e2 = (v1, v2), ... , en = (vn-1, vn) adalah
sisi-sisi dari graf G.
Jika graf yang ditinjau adalah graf sederhana, maka kita cukup menuliskan lintasan
sebagai barisan simpulsimpul saja: v0, v1, v2, ... , vn –1, vn , karena antara dua buah simpul
berturutan di dalam lintasan tersebut hanya ada satu sisi. Sebagai contoh, pada Gambar 2(a),
lintasan 1, 2, 4, 3 adalah lintasan dengan barisan sisi (1,2), (2,4), (4,3).
Pada graf yang mengandung sisi ganda, kita harus menulis lintasan sebagai barisan
berselang-seling antara simpul dan sisi menghindari kerancuan sisi mana dari sisisisi ganda yang
dilalui. Misalnya pada Gambar 2(b), 1, e1, 2, e4, 3, e5, 3 adalah lintasan dari simpul 1 ke simpul
3 yang melalui sisi e1, e4, dan e5.

Gambar :( ) graf sederhana; ( ) graf ganda; ( )graf semu

Catatlah bahwa simpul dan sisi yang dilalui di dalam lintasan boleh berulang. Sebuah
lintasan dikatakan lintasan sederhana (simple path) jika semua simpulnya berbeda (setiap sisi
yang dilalui hanya satu kali). Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut
lintasan tertutup (closed path), sedangkan lintasan yang tidak berawal dan berakhir pada simpul
yang sama disebut lintasan terbuka (open path).
Pada Gambar 2(a), lintasan 1, 2, 4, 3 adalah lintasan sederhana, juga lintasan terbuka.
lintasan 1, 2, 4, 3, 1 adalah juga lintasan sederhana, juga lintasan tertutup. lintasan 1, 2, 4, 3, 2
bukan lintasan sederhana, tetapi lintasan terbuka.Panjang lintasan adalah jumlah sisi dalam
lintasan tersebut. Lintasan 1, 2, 4, 3 pada Gambar 2(a) memiliki panjang 3.
Lintasan terpendek adalah jalur yang dilalui dari suatu node ke node lain dengan besar
atau nilai pada sisi yang jumlah akhirnya dari node awal ke node akhir paling kecil. Lintasan
terpendek adalah lintasan minimum yang diperlukan untuk mencapai suatu tempat dari tempat
lain. Lintasan minimum yang dimaksud dapat dicari dengan menggunakan graf. Graf yang
digunakan adalah graf yang berbobot, yaitu graf yang setiap sisinya diberikan suatu nilai atau
bobot. Dalam kasus ini, bobot yang dimaksud berupa jarak dan waktu kemacetan terjadi.
Ada beberapa macam persoalan lintasan terpendek, antara lain:
a. Lintasan terpendek antara dua buah simpul tertentu (a pair shortets path).
b. Lintasan terpendek antara semua pasangan simpul (all pairs shortest path).
c. Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain (single-source shoertest path).
d. Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul tertentu (intermediate
shortest path).
Persoalan Lintasan Terpendek dengan Algoritma Greedy
Persoalan yang diambil di sini yaitu singlesource shortest path atau lintasan terpendek
dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain. Persoalan: diberikan graf berbobot G(V, E).
Tentukan lintasan terpendek dari sebuah simpul asal, a, ke setiap simpul lainnya di G. Asumsi
yang kita buat adalah bahwa semua sisi berbobot positif.
Strategi greedy untuk mencari lintasan terpendek adalah sebagai berikut: Karena kita
harus meminimumkan panjang lintasan, maka sebagai ukuran optimasi dapat digunakan total
jarak pada lintasan yang baru dibentuk. Dalam hal ini, lintasan dibentuk satu per satu. Lintasan
berikutnya yang dibentuk ialah lintasan yang meminimumkan jumlah jaraknya.

Algoritma greedy untuk mencari lintasan terpendek dirumuskan sebagai berikut:


a. Periksa semua sisi yang langsung bersisian (incident) dengan simpul a. Pilih sisi yang
bobotnya terkecil. Sisi ini menjadi lintasan terpendek pertama. Sebut lintasan itu L1.
b. Tentukan lintasan terpendek kedua dengan cara berikut:
(i) hitung: d1 = Panjang (L1) + bobot sisi dari simpul akhir L1 ke simpul i yang lain (simpul I
yang lain adalah simpul i yang belum termasuk di dalam L1)
(ii) pilih d1 yang terkecil bandingkan d1 dengan bobot sisi (a, i). Jika bobot (a, i) lebih kecil
daripada d1, maka lintasan terpendek kedua adalah L2 = (a, i), jika tidak, maka L2 = L1 u
(sisidari simpul akhir L1 ke simpul i).
c. Dengan cara yang sama, ulangi langkah 2 untuk menentukan lintasan terpendek berikutnya.

Contoh soal :
Tinjau sebuah graf berarah di bawah ini. Bobot pada setiap sisi dapat menyatakan jarak,
ongkos, waktu, dan sebagainya.
Lintasan terpendek dari simpul 1 ke semua simpul lain yang diberikan pada tabel di
bawah ini dihasilkan dengan mengunakan strategi greedy di atas:
Simpul asal Simpul tujuan Lintasan terpendek Jarak
1 3 1-3 10
1 4 1-3-4 25
1 2 1-3-4-2 45
1 5 1-5 45
1 6 Tidak ada -

1) Carilah jalur tenpendek dari titik kuning ke titik biru pada graf di bawah ini !?
Jawab :
Pilihan awal yang dipilih algoritma adalah a karena a lebih pendek daripada d. Pilihan
selanjutnya hanya satu sehingga tidak ada pilihan lain selain b. Lalu ke c dan ke tujuan akhir.
Maka jaraknhya adalah 10,5 Padahal jika menggunakan jalur satu lagi sebesar 7 Begitu
seterusnya.
Jika jarak a ke b adalah 1000. algoritma ini tidak bisa mundur, sehingga memilih b.
Padahal nilainya sangat besar. Disanalah kelemahan algoritma ini.Tetapi dengan tidak pernah
mundur ke tempat awal untuk mencari jalan alternatif. Algoritma ini cepat dalam menyelesaikan
pencarian lintasan tercepat.

Menentukan Lintasan Terpendek Dengan Algoritma Chuang – Kung


Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :
Langkah 1:
Menentukan lintasan yang mungkin dari titik sumber ke titik tujuan 𝑑 dan menghitung panjang
lintasan 𝑖 yang sesuai. Untuk 𝑖 = 1,2,…,𝑚 pada 𝑚 lintasan yang mungkin.
Langkah 2:
Menentukan panjang terpendek fuzzy 𝑚𝑖𝑛 dengan menggunakan metode panjang terpendek
fuzzy.
Langkah 3:
Menghitung Ukuran kesamaan fuzzy yang didefinisikan pada persamaan 8 untuk menghasilkan
derajat kesamaan 𝑆 𝑚𝑖 ,𝑖 antara 𝑚𝑖𝑛 dan 𝑖 untuk 𝑖 = 1,2,…,𝑚.
Langkah 4:
Memilih lintasan terpendek dengan derajat kesamaan , yang tertinggi.

Contoh soal

Jaringan sederhana dengan panjang busur fuzzy ditunjukkan pada Gambar 3.1 dimana
panjang busur fuzzy di 𝑃 = 0.5/2 ,1.0/3 , 𝑄 = 0.4/1,1.0/3 , 𝑅 = 1.0/2,0.2/3,0.1/4 , 𝑈 = 1.0/2,0.6/4 ,
𝑉 = 1.0/3,0.5/4 , 𝑌 = 1.0/4,0.7/5 , 𝑊 = 0.6/4,1.0/5,0.5/6 ,dan = 1.0/3,0.4/5 , berturut – turut.
Jawab :
Langkah 1 :
Lintasan yang mungkin yaitu :
- Lintasan (1) : 1 + 2 + 4 + 5 + 6 = {0.5/11,0.6/12,1.0/13,0.6/14,0.6/15,
0.5/16,0.4/17,0.4/18}
- Lintasan (2) : 1 + 2 + 4 + 6 = 0.5/8,1.0/9,0.7/10,0.6/11,0.6/12
- Lintasan (3) : 1 + 2 + 3 + 5 + 6 = {0.5/10,1.0/11,0.5/12,0.4/13,0.4/14, 0.2/15,0.1/16}
- Lintasan (4) : 1 + 3 + 5 + 6 = 0.4/7,0.4/8,1.0/9,0.5/10,0.4/11,0.4/12
Langkah2 :
Didapat nilai panjang terpendeknya adalah 0.4/7,0.5/8,0.6/9 atau
𝑚𝑖𝑛 =0.4/7,0.5/8,0.6/9 .
Langkah 3 :
Dengan ukuran kesamaan, didapat nilai 𝑆 𝑚 , antara 𝑚𝑖𝑛 dan 𝑖. ,1 = 0.49 𝑆 ,2 = 0.77
𝑆 𝑚𝑖𝑛 , 3 = 0.62 𝑆 𝑚𝑖𝑛 , 4 = 0.85
Langkah 4 :
Dipilih lintasan 1-3-5-6 sebagai lintasan terpendek dengan panjang fuzzy 4
merupakan derajat kesamaan tertinggi (=0.85) untuk 𝑚𝑖𝑛 panjang terpendek fuzzy.

5. Algoritma Dijkstra
Algoritma Dijkstra merupakan algoritma yang dipakai dalam penentuan lintasan
terpendek dari suatu titik tertentu e setiap titik lain pada suatu graf. Lintasan terpendek untuk
suatu titik tertentu dengan titik lainnya diperoleh dari pohon pembangun yang memiliki nilai
minimum.
Algoritma ini dikembangkan oleh Edsger Wybe Dijkstra pada tahun 1959. Lintasan
terpendek untuk suatu titik tertentu dengan titik lainnya diperoleh dari pohon pembangun yang
memiliki nilai minimum.
Strategi yang digunakan pada algoritma Dijkstra yaitu dengan membentuk suatu pohon
Dijkstra yang diawali pada titik V0, dengan menambahkan sisi terkait dan terdekat dengan titik
V0. Penambahan sisi dilakukan pada setiap pengulangan (iteration) dan dilakukan dengan
menggunakan fungsi Dijkstra-next Edge.
Fungsi Dijkstra-next Edge didefinisikan sebagai berikut:
Misalkan X adalah himpunan sisi terkait yang telah ditambahkan. Dijkstra- next Edge (G,
X)memberikan nilai pada titik akhir sisi terkait yang titik ujungnya berderajat lebih dari satu
(nontree) dan memilih sisi yang titik ujungnya paling dekat dengan v0. Jika titik yang terpilih
lebih dari satu, maka pilih salah satu.

Gambar di atas memperlihatkan bahwa e1 dan e2 merupakan sisi terkait yang titik
ujungnya
berderajat lebih dari satu. Kemudian sisi yang titik ujungnya paling dekat dengan v0 adalah sisi
e2.
Algoritma Lintasan Terpendek Dijkstra :
Input : Graf berbobot G dan titik awal v0
Output : Pohon lintasan terpendek T dengan titik awal v0

Inisialisasikan titik v0 sebagai pohon T.


Inisialisasikan X sebagai himpunan sisi yang bertetangga dengan v0.
Selama X6 = ∅
o Misalkan e = Dijkstra-next Edge (G,X)
o Misalkan v1 sebagai titik ujung dari sisi e yang berderajat lebih dari satu.
o Tambahkan sisi e dan titik v1 pada pohon T
o Perbaharui pohon T
Diperoleh pohon T yang merupakan pohon pembangun dari G
Misalkan d(v0,v) menyatakan jarak dari titik awal v0 ke v untuk setiap titik v pada
pohon.Gambar berikut memperlihatkan penambahan sisi pada setiap pengulangan untuk
membentuk pohon Dijkstra.
Angka pertama di dalam kurung menyatakan pengulangan dan angka kedua menyatakan
d(v0,v) untuk setiap v ∈V(G). Pada pengulangan ke-1, sisi terkait yang titik ujungnya berderajat
lebih dari satu adalah (v0,v1) dan (v0,v5). Titik v1 memiliki nilai yang lebih rendah dari titik v5
sehingga sisi yang ditambahkan adalah sisi (v0,v1).
Pada pengulangan ke-2, sisi terkait yang titik ujungnya berderajat lebih dari satu adalah
(v0,v5),(v1,v2),(v1,v3),(v1,v4),(v1,v6),(v1,v5). Sisi yang titik ujungnya paling dekat dengan v0
adalah sisi (v1,v5) sehingga sisi tersebut ditambahkan ke pohon Dijkstra. Hal tersebut dilakukan
untuk pengulangan selanjutnya sampai pohon Dijkstra yang terbentuk merupakan pohon
pembangun dari graf G. Pada gambar di atas, sisi-sisi tebal adalah sisi-sisi dari lintasan terpendek
dari titik v0 ke titik lain di graf G yang diperoleh dengan algoritma Dijkstra.

1. Penghitungan Jarak
Misalkan w(e) menyatakan bobot dari sisi e pada graf berbobot dan w(q) menyatakan
bobot
dari sisi q pada pohon yang terbentuk dan v0 adalah titik awal yang dipilih untuk penentuan
pohon Dijkstra. Jika v adalah titik pangkal dengan nilai terendah dan y sebagai titik ujung pada
sisi q yang terpilih, maka d(v0,y) = d(v0,v) + w(q). Jadi, pada saat q terpilih pada pengulangan
ke−i sebagai sisi yang ditambahkan pada pohon Dijkstra, y haruslah menjadi titik dengan nilai
minimum.
Misalkan e sebagai sisi terakhir yang ditambahkan pada pohon Dijkstra yang terbentuk
dan v merupakan titik pangkal pada sisi pohon e. P-Value dari sisi e yang dinotasikan oleh
P(e),diberikan oleh
P(e) = d(v0,v) + w(e)
Jadi, Dijkstra-nextEdge(G,X) memilih dan memberikan nilai pada titik akhir sisi e
sedemikian sehingga P(e?) = min e ∈ X P(e). Dengan kata lain e? merupakan sisi yang memiliki
P-value yang minimum untuk sisi e ∈ X, dimana X adalah himpunan sisi yang terkait dengan
pohon T. P-value untuk setiap sisi e dapat berubah pada setiap pengulangan.

3. Uji Kebenaran Algoritma Dijkstra

Teorema: Misalkan Tj adalah pohon Dijkstra setelah j iterasi dari algoritma Dijkstra pada graf
terhubung G, untuk 0 ≤ j ≤ |V (G)| − 1. Untuk setiap v ∈ Tj, lintasan-(v0,v) yang unik di Tj
adalah lintasan-(v0,v) terpendek di G.

Bukti: Solusi trivial untuk T0, karena pada saat j = 0, pohon Dijkstra yang terbentuk
hanya sebuah titik awal. Menggunakan induksi, diasumsikan untuk setiap j, 0 ≤ j ≤|V (G)| − 2,
bahwa Tj adalah benar. Misalkan sisi e dengan titik pangkal v1 ∈ Tj dan titik ujung v2 / ∈ Tj,
sebagai sisi terkait yang ditambahkan ke pohon Tj pada pengulangan ke j + 1. Karena v2
merupakan satusatunya titik baru di Tj+1, maka lintasan-(v0,v2) Q di Tj+1 adalah lintasan
terpendek dari v0 ke v2 dengan panjang lintasan Q adalah P(e).
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa lintasan Q merupakan lintasan yang unik. Artinya,
tidak ada lintasan yang lebih pendek dari Q. Misalkan R adalah lintasan (v0,v2) yang lain di G.
Notasikan panjang lintasan Q dengan l(Q) dan panjang lintasan R dengan l(R). Akan ditunjukkan
l(R) ≥ l(Q). Misalkan sisi f dengan titik pangkal v3 ∈ Tj dan titik ujung v4 / ∈ Tj, dimana f / ∈
Tj. Misalkan lintasan K adalah lintasan yang menghubungkan v4 dengan v2, artinya lintasan K
adalah bagian dari lintasan R.

Karena sisi e sisi terkait dengan Tj dan dipilih untuk ditambahkan ke Tj pada
pengulangan ke j + 1, maka P(e) ≤ P(f). Perhatikan bahwa, l(R) = d(v0,v3) + w(f) + l(K) = P(f) +
l(K) ≥ P(e) + l(K) ≥ P(e) = l(Q). Jadi, karena l(R) ≥ l(Q) maka lintasan Q merupakan lintasan
unik yaitu tidak ada lintasan yang lebih pendek dari lintasan Q.

3. Aplikasi Algoritma Dijkstra


Algoritma Dijkstra dapat digunakan dalam menentukan lintasan terpendek dari satu titik
tertentuk setiap titik lain pada graf yang dibentuk. Banyak hal yang dapat diaplikasikan
menggunakan algoritma Dijkstra, salah satunya adalah pemilihan lokasi terdekat diantara
beberapa lokasi. Hal ini dilakukan dengan mengatur lokasi-lokasi tersebut sebagai titik awal
dalam proses pembentukan pohon Dijkstra. Misalkan dua lokasi, yaitu lokasi A dan lokasi B
ditempatkan sebagai titik yang akan dituju oleh setiap individu. Selanjutnya individu m ataupun
individu lain yang ditempatkan pada titik di graf dapat memilih lintasan terpendek dari dua
pohon Dijkstra yang terbentuk. Kedua pohon Dijkstra tersebut dibangun dari titik awal A dan
titik awal B.

Bobot pada graf G menyatakan jarak diantara dua titik. Lokasi terdekat untuk individu m
adalah lokasi B, karena (B,m) < d(A,m). Hal tersebut berlaku untuk individu lain yang
ditempatkan pada titik di graf G.
6. Pohon
Tree atau pohon adalah graf terhubung yang tidak mengandung sirkuit. Untuk itu
perlu diingat kembali bahwa :
 Suatu Graf G disebut terhubung apabila untuk setiap dua simpul dari graf G selalu
terdapat jalur yang menghubungkan kedua simpultersebut.
 Sirkuit atau cycle adalah suatu lintasan tertutup dengan derajat setiap simpuldua.
Contoh :
Sifat:
Suatu Graf G adalah Pohon jika dan hanya jika terdapat satu dan hanya satu jalur diantara
setiap pasang simpul dari Graf G.
Teorema :
Suatu Graf G dengan n buah simpul adalah Pohon jika :
(1) G terhubung dan tak mengandung sirkuit,atau
(2) G tidak mengandung sirkuit dan mempunyai n-1 buah ruas,atau
(3) G mempunyai n-1 buah ruas dan terhubung

7. Pohon Rentangan
MisalkanG = (V , E) adalah graf tak berarah terhubung yang bukan pohon, yang berarti di
G terdapat beberapa sirkuit. G adapat diubah menjadi pohon t = (V1 , E1) dengan cara
memutuskansirkuit-sirkuit yang ada. Caranya, mula-mula dipilih sebuah sirkuit, lalu hapus satu
buah sisi dari sirkui tini. G akan tetap terhubung dan jumlah sirkuitnya berkurang satu. Bila
proses ini dilakukan berulang-ulang sampai semua sirkuit di G hilang, maka G menjadi sebuah
pohon T, yang dinamakan dengan pohon merentang (spanninh tree).
Disebut pohon merentang karena semua simpul pada pohon T sama dengan semua simpul
pada graf G, dan sisi-sisi pada pohon T ⊆ sisi-sisi pada graf G. Dengan kata lain, V1 = V dan E1
⊆ E (Jika upgraf dari graf terhubung berbentuk pohon, maka upgraf merentang tersebut
dinamakan pohon merentang).
Contoh :
Misalkan kita mempunyai graph G seperti pada gambar di bawah ini. Terdapat 3 pohon
rentang dari graph G, yaitu graph A, B, dan C. Tampak jelas bahwa graph A, B, dan C
masingmasing memuat semua simpul dari graph G serta mengandung sisi-sisi dari G demikian
sehingga tidak terbentuk sikel.
c c c c

a b a b a b a b
Teorema:Graph G terhubung jika dan hanya jika G memuat pohon rentang.
Bukti:
Jika graph G memuat pohon rentang, jelas G terhubung. Kita buktikan konvers
pernyataan ini dengan induksi pada |E(G)|. Jika G terhubung dan |E(G)| = 0, maka G = K1,
sehingga jelas G memuat pohon rentang.
Asumsikan: setiap graph terhubung dengan k + 1 sisi, maka G memuat pohon
rentang.Pandang sebuah graph terhubung G dengan k + 1 sisi. Jika G tidak memuat sikel, maka
G sebuah
pohon rentang. Jika G memuat sikel, dan misalkan e adalah sebuah sisi dari sikel di G, maka
graph G1 = G – e terhubung dengan k sisi. Sehingga berdasarkan asumsi, G1 memuat pohon
rentang. Sebut T, pohon rentang di G1. Jelas, T adalah juga pohon rentang dari G.
Sebuah graph terhubung mungkin memuat lebih dari satu pohon rentang, seperti terlihat
pada gambar di bawah. Graph G memuat pohon rentang T1, T2, dan T3.

G T T T T
Contoh:
Kita akan menyambungkan 19 buah lampu pada satu stop kontak dengan menggunakan
sejumlah kabel ekstensi yang masing-masing mempunyai 4 outlet!
Diketahui:
T = 19 λ banyak simpul daun
m = 5 λ phon 4 ary
Ditanya: Berapa buah kabel ekstensi yang
dibutuhkan?

Jawab:
(m − 1)i = t − 1 (4 − 1)i = 19 − 1
3i = 18
i =6
Jadi, ada 6 buah kabel ekstensi yang dibutuhkan.

Stop Kontak

k1 k2 k19

Jadi pohon merentang:


 Pohon merentang dari graf terhubung adalah sub graf merentang yang berupa pohon.
 Pohon merentang diperoleh dengan memutus sirkuit di dalam graf.
 Setiap graf terhubung mempunyai paling sedikit satu buah pohon merentang.
 Graf tak-terhubung dengan k komponen mempunyai k buah hutan merentang yang
disebut hutan merentang (spanning forest).
Pohon Rentang Minimum:
Jika G adalah graf berbobot, maka bobot pohon merentang T dari G didefinisikan sebgai
jumlah bobot semua sisi di T. Pohon merentang yang berbeda pula. Di antara semua pohon
merentang di G, pohon merentang yang berbobot minimum dinamakan pohon merentang
minimum atau minimum spanning tree. Pohon merentang minimum (minimum spanning tree)
merupakan pohon merentang yang paling penting. Pohon merentang minimum mempunyai
terapan yang luas dalam praktek.
Dalam kehidupan nyata, salah satu contoh aplikasi spanning tree adalah
menentukanrangkaian jalan dengan jarak total seminimum mungkin yang menghubungkan
semua kota sehingga setiap kota tetap terhubung satu sama lain. Membangun jalur rel kereta api
biayanyamahal, karena itu pembangunan jalur rel kereta api biayanya mahal, karena itu
pembangunan jalur ini tidak perlu menghubungkan langsung dua buah kota, tetapi cukup
membangun jalur kereta seperti pohon merentang. Karena di dalam sebuah graf mungkin saja
terdapat lebih dari satu pohon merentang, harus dicari pohon merentang yang mempunyai jumlah
jarak terpendek,atau dicari pohon merentang minimum.
Dalam menentukan suatu minimum spanning tree dari suatu graf terhubung, kita dapat
menentukannya dengan mengunakan dua cara yaitu algoritma Prim dan algoritma
Kruskal.Misalkan T adalah pohon merentang yang sisi-sisinya diambil dari graf G. Algoritma
Prim membentuk pohon merentang minimum langkah per langkah. Pada setiap langkah kita
mengambil sisi 𝑒 dari graf G yang mempunyai bobot minimum dan bersisian dengan
simpulsimpul di dalam T tetapi 𝑒 tidak membentuk sirkuit di dalam T.

AlgoritmaPrim:

Langkah 1: ambil sisi dari graf G yang berbobot minimum, masukkan ke dalam T.
Langkah 2: pilih sisi (u,v) yang mempunyai bobot minimum dan bersisian dengan simpul di T,
tetapi (u,v) tidak membentuk sirkuit di T. Masukkan (u,v) kedalam T.
Langkah 3: ulangi langkah 2 sebanyak n – 2 kali.
Jumlah langkah seluruhnya di dalam algoritma Prim adalah: a. 1 + (n – 2) = n – 1
b. Yaitu sebanyak jumlah sisi di dalam pohon rentang dengan n buah simpul.

AlgoritmaKruskal:
(Langkah awal, sisi-sisi dari graf sudah diurut menaik berdasarkan bobotnya, dari bobot kecil ke
bobot besar).
Langkah 1: T masih kosong
Langkah 2: pilih sisi (u,v) dengan bobot minimum yang tidak membentuk sirkuit di
T.Tambahkan (u,v) kedalam T.
Langkah 3 : ulangi langkah 2 sebanyak n – 1 kali Contoh:
Carilah semua pohon merentang yang mungkin dibuat dari graf yang tampak pada gambar di
bawah ini!

Jawab:
V1 V2 V3 V1 V2 V3 V1 V2 V3

V4 V5 V6 V4 V5 V6 V4 V5 V6

Sekian terimakasih
Assalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai