Anda di halaman 1dari 12

MATEMATIKA DISKRIT

“Teori Himpunan”

Dosen Pengampu:

Dwi Risky Arifanti, M.Pd.

Disusun oleh:

Nama : Rahmadani Rahman

NIM : 18 0204 0004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

2019

1 | Rahmadani Rahman
TEORI HIMPUNAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering membicarakan objek diskrit,


misalnya buku, komputer, mahasiswa, nilai ujian, dan lain-lain. Dalam
membicarakan objek diskrit, kita sering berhadapan dengan situasi yang
berhubungan dengan sekumpulan objek di dalam suatu kelompok atau kelas, dan
kita mengacu objek yang termasuk di dalam suatu kelompok. Misalnya, “semua
mahasiswa Tadris Matematika IAIN Palopo Angkatan 2018” adalah sebuah
kelompok yang terdiri atas sejumlah mahasiswa IAIN Palopo Angkatan 2018 dari
program studi Tadris Matematika.
A. Himpunan
Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek berbeda yang dapat
didefinisikan dengan jelas. Objek yang terdapat di dalam himpunan disebut
elemen, unsur, atau anggota. Himpunan digunakan untuk mengelompokkan
objek secara bersama-sama. Contohnya “himpunan bilangan prima kurang dari
sepuluh”.
1. Penyajian Himpunan
Terdapat 4 cara dalam menyajikan suatu himpunan, yaitu dengan cara
mengenumerasi elemen-elemennya, menggunakan simbol-simbol baku,
menggunakan syarat keanggotaan dan menggunakan diagram venn.
a. Enumerasi
Enumerasi atau tabulasi (pendaftaran) merupakan salah satu cara
menyatakan himpunan dengan menuliskan semua elemen himpunan yang
bersangkutan di antara dua buah tanda kurung kurawal. Biasanya suatu
himpunan diberi nama dengan menggunakan huruf kapital maupun
dengan menggunakan simbol-simbol lainnya.
Contoh:
Himpunan A yang berisi empat anggota yaitu 1, 2, 3 dan 4 dapat
ditulis sebagai A = {1, 2, 3, 4}.

2 | Rahmadani Rahman
b. Simbol-simbol Baku
Beberapa himpunan yang khusus dituliskan dengan simbol-simbol
yang sudah baku. Simbol-simbol tersebut antara lain:
P = himpunan bilangan bulat positif
N = himpunan bilangan asli
Z = himpunan bilangan bulat
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan real
C = himpunan bilangan kompleks
c. Notasi Pembentuk Himpunan
Cara lain menyajikan himpunan adalah dengan notasi pembentuk
himpunan (set builder). Dengan cara penyajian ini, himpunan dinyatakan
dengan menulis syarat yang harus dipenuhi oleh anggotanya.
Notasi : { x|syarat yang harus dipenuhi oleh x }
Contoh:
A adalah himpunan bilangan bulat positif yang lebih kecil dari 5,
dinyatakan sebagai A = {x∨x ϵ P , x <5 }
d. Diagram Venn
Diagram venn menyajikan himpunan secara grafis. Di dalam diagram
venn, himpunan semesta (U atau S) digambarkan sebagai suatu segi
empat sedangkan himpunan lainnya digambarkan sebagai lingkaran di
dalam segi empat tersebut. Anggota-anggota suatu himpunan berada di
dalam lingkaran, sedangkan anggota himpunan lain di dalam lingkaran
yang lain pula. Anggota U yang tidak termasuk di dalam himpunan
manapun digambarkan di luar lingkaran.
Contoh:
Misalkan U = {1,2,3,4,5,6,7,8}, A = {1, 2, 3, 5}, dan B = {2, 5, 6, 8}

3 | Rahmadani Rahman
2. Kardinalitas
Jumlah elemen berbeda di dalam A disebut kardinal dari himpunan A.
Kardinal biasanya dinyatakan dengan notasi n(A) atau | A |.
Contoh:
B = { x | x merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari 20 }, atau
B = { 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19 }
Maka | B | = 8
3. Macam-macam Himpunan
a. Himpunan kosong
Himpunan kosong (empty set) merupakan himpunan yang tidak
memiliki satupun elemen atau himpunan dengan kardinal = 0. Himpunan
kosong dinotasikan dengan { } atau ∅.
Contoh:
A = himpunan bilangan asli yang kurang dari 0
A = { x ∈ N| x< 0} = ∅
b. Himpunan semesta
Himpunan semesta atau universal set adalah himpunan dari semua
objek yang berbeda. Himpunan semesta dinotasikan dengan U atau S.
Contoh:
Jika membicarakan tentang mahasiswa kedokteran gigi
U = Mahasiswa Fakultas Kedokteran
c. Singleton set
Singleton set adalah himpunan yang hanya memiliki satu anggota.
Contoh:
A = himpunan devices yang berfungsi sebagai input devices sekaligus
output devices
A = { touch screen}
d. Himpunan kuasa (power set)
Himpunan kuasa dari himpunan A adalah suatu himpunan yang
elemennya merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk

4 | Rahmadani Rahman
himpunan kosong dan himpunan A sendiri. Himpunan kuasa dinotasikan
dengan P(A) atau 2 A .
Contoh:
A = { 1, 2 }
P(A) = { ∅, (1), (2), (1,2) }
4. Relasi Antar Himpunan
a. Himpunan berhingga dan tak berhingga
Himpunan berhingga adalah himpunan yang banyak anggotanya
(yang berbeda) berhingga. Sedangkan himpunan tak berhingga adalah
himpunan yang banyak anggotanya (yang berbeda) tak berhingga.
Contoh:
A = himpunan nama hari dalam seminggu (himpunan berhingga)
A = { senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu }
B = himpunan bilangan asli (himpunan tak berhingga)
B = { 1, 2, 3, 4, 5, ... }
b. Himpunan yang sama
Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya
jika keduanya mempunyai elemen yang sama. Dengan kata lain, A
sama dengan B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah
himpunan bagian dari A. Himpunan yang sama dapat dinotasikan
dengan: A=B ↔ B= A.
Contoh:
Jika A = {3, 5, 8, 5} dan B = {5, 3, 8}
Maka, A = B
c. Himpunan bagian (subset)
Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B
jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen B, tetapi tidak
berlaku sebaliknya. Himpunan bagian dapat ditulis A ⊆ B.
Contoh:
A = {1, 2, 3, 4, 5}
B = ¿ = {1, 2, 3, 4, 5, 6}

5 | Rahmadani Rahman
d. Himpunan saling lepas
Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas jika keduanya tidak
memiliki elemen yang sama. Notasi himpunan saling lepas: A // B.

Contoh:
A = { x∨x ∈ P , x <8 }
B = {10, 20, 30, 40, 50}
Maka, A // B
e. Himpunan yang ekuivalen
Himpunan A dikatakan ekuivalen dengan himpunan B jika dan
hanya jika kardinal dari kedua himpunan tersebut sama. Notasi:
A B ↔| A|=¿ B∨¿.
Contoh:
A = {1, 3, 5, 7}
B = {a, b, c, d}
Maka, A ~ B sebab | A|=¿ B∨¿ = 4

B. Operasi Himpunan
1. Irisan (intersection)
Irisan dari himpunan A dan B adalah sebuah himpunan yang setiap
elemennya merupakan elemen dari himpunan A dan himpunan B,
dinotasikan dengan: A ∩ B= { x∨x ∈ A dan x ∈ B } .

6 | Rahmadani Rahman
Contoh:
A = {2, 4, 6, 8, 10} dan B = {4, 10, 14, 18}
Maka, A ∩ B= { 4 , 10 }
2. Gabungan (union)
Gabungan dari himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya
merupakan semua anggota himpunan A atau himpunan B atau keduanya,
dinotasikan dengan: A ∪ B= { x|x ∈ A atau x ∈ B }.

Contoh:
Jika A = {2, 5, 8} dan B = {7, 5, 11}
Maka, A ∪ B= {2 , 5 ,7 , 8 , 11 }
3. Komplemen (complement)
Komplemen dari sebuah himpunan A adalah himpunan yang
anggotanya bukan anggota A. Dengan kata lain komplemen A adalah
himpunan yang anggotanya merupakan hasil dari U – A. Komplemen
dinotasikan dengan: Ac = { x|x ∈U dan x ∉ A } .

c
Contoh:
Misalkan U ={ 1, 2 , 3 , 4 , 5 ,6 ,7 , 8 , 9 }
A={ 1, 3 , 7 , 9 }
Maka, Ac = { 2, 4 ,5 ,6 , 8 }
4. Selisih (difference)

7 | Rahmadani Rahman
Selisih dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang
elemennya merupakan elemen dari A tetapi bukan elemen dari B. Selisih
antara A dan B dapat juga dikatakan sebagai komplemen himpunan B
relatif terhadap himpunan A. Notasi: A−B={ x|x ∈ A dan x ∉ B } .

Contoh:
Jika A={ 1, 2 , 3 , 4 , 5 , 6 ,7 ,8 , 9 , 10 }dan B= {2 , 4 ,6 ,8 , 10 }
Maka, A−B={ 1 ,3 , 5 , 7 , 9 }
5. Beda setangkup (symmetric difference)
Beda setangkup dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang
elemennya ada pada himpunan A atau B, tetapi tidak pada keduanya.
Notasi: A B=( A ∪ B )−( A ∩ B )=( A−B ) ∪ ( B−A ).

Contoh:
Jika A={ 2 , 4 , 6 } dan B= {2 , 3 ,5 }
Maka, A B= {3 , 4 ,5 , 6 }
6. Perkalian kartesian (cartesian products)
Perkalian kartesian dari himpunan A dan B adalah himpunan yang
elemennya semua pasangan berurutan yang dibentuk dari komponen
pertama dari himpunan A dan komponen kedua dari himpunan B.
Dinotasikan dengan: A × B= { ( a , b )|a ∈ A dan b∈ B }.
Contoh:

8 | Rahmadani Rahman
Jika himpunan A={ 1, 2 } dan B= {1 , 2 ,3 }
Maka, A × B= { ( 1, 1 ) , (1,2 ) , ( 1 ,3 ) , ( 2 ,1 ) , ( 2 ,2 ) , ( 2, 3 ) }

C. Hukum-hukum Aljabar Himpunan


1. Hukum identitas:
 A ∪ ∅= A
 A ∩U =A
2. Hukum null/ dominasi:
 A ∩∅=∅
 A ∪ U=U
3. Hukum komplemen:
 A ∪ A c =U
 A ∩ Ac =∅
4. Hukum idempoten:
 A ∪ A= A
 A ∩ A=A
5. Hukum involusi:
c
 ( A c ) =A
6. Hukum penyerapan (absorpsi):
 A ∪ ( A ∩B )= A
 A ∩ ( A ∪ B )= A
7. Hukum komutatif:
 A ∪ B=B ∪ A
 A ∩ B=B ∩ A
8. Hukum asosiatif:
 A ∪ ( B ∪ C )=( A ∪ B ) ∪C
 A ∩ ( B∩ C )= ( A ∩ B ) ∩C
9. Hukum distributif:
 A ∪ ( B ∩C )=( A ∪ B ) ∩ ( A ∪ C )

9 | Rahmadani Rahman
 A ∩ ( B∪C )=( A ∩ B ) ∪ ( A ∩ C )
10. Hukum De Morgan:
 ( A ∩ B ) c = Ac ∪ B c
 ( A ∪ B )c =A c ∩ B c
11. Hukum 0/1 (atau hukum komplemen 2):
 ∅ c =U
 U c =∅

D. Prinsip Inklusi-Ekslusi
Prinsip inklusi-ekslusi merupakan perluasan ide dalam diagram venn
beserta operasi irisan dan gabungan. Misalkan A dan B sembarang himpunan.
Penjumlahan | A|+|B| menghitung banyaknya elemen A yang tidak terdapat
dalam B dan banyaknya elemen B yang tidak terdapat dalam A tepat satu
kali, dan banyaknya elemen yang terdapat dalam A ∩ B sebanyak dua kali.
Oleh karena itu, pengurangan banyaknya elemen yang terdapat dalam A ∩ B
dari | A|+|B| membuat banyaknya anggota A ∩ B dihitung tepat satu kali.
Dengan demikian,
| A ∪ B|=| A|+|B|−| A ∩ B|
Generalisasi dari hal tersebut bagi gabungan dari sejumlah himpunan
dinamakan prinsip inklusif-ekslusi.
Contoh:
Berapakah banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3
atau 5?
Jawab:
Misalkan: A = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3
B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 5
A ∩ B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5
(himpunan bilangan bulat yang habis dibagi oleh KPK
dari 3 dan 5, yaitu 15)
Ditanyakan: | A ∪ B|=…?

10 | Rahmadani Rahman
Penye:
| A|=⌊ 100/3 ⌋ =33 , …
|B|=⌊ 100 /5 ⌋=20
| A ∩ B|=⌊ 100 /15 ⌋=6, ...

| A ∪ B|=| A|+|B|−| A ∩ B|
| A ∪ B|=33+ 20−6=47
Jadi, ada 47 buah bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5.

E. Himpunan Ganda
Pada umumnya, himpunan adalah kumpulan elemen yang berbeda. Namun
dalam kondisi tertentu elemen himpunan tidak seluruhnya berbeda, misalnya
himpunan nama-nama mahasiswa di dalam sebuah kelas. Nama mahasiswa di
dalam sebuah kelas mungkin saja ada yang sama, karena itu ada perulangan
elemen yang sama di dalam himpunan tersebut.
Himpunan yang elemennya boleh berulang disebut himpunan ganda
(multiset). Contohnya: { 1 ,1 , 1 ,2 , 3 ,3 }, { a , a , a , b , b , c }, {}.
Adapun jumlah kemunculan elemen pada sebuah himpunan ganda disebut
dengan multiplisitas. Sebagai contoh:
Jika M = {0 , 1 , 01, 1 , 0 , 001, 0001 , 00001, 0 , 0 , 1 }, maka multiplisitas elemen 0
adalah 4. Cara lain untuk menyatakan himpunan gandan adalah dengan
menggunakan multiplisitasnya, misalnya { 3 ∙ a ,2 ∙ b , 1∙ c }, yang sama dengan
{ a , a , a , b , b , c }.
Operasi pada himpunan ganda sedikit berbeda dengan operasi pada
himpunan biasa. Untuk himpunan ganda, operasi himpunannya adalah
sebagai berikut:
1. P ∪Q adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas elemennya sama
dengan multiplisitas maksimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
Contoh:
Jika P= { a , a , a , c , d , d } dan Q= { a , a , b , c , c }

11 | Rahmadani Rahman
Maka P ∪Q={ a , a , a , b , c , c , d , d }
2. P ∩Q adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas elemnnya sama
dengan multiplisitas minimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
Contoh:
Jika P= { a , a , a , c , d , d } dan Q= { a , a , b , c , c }
Maka P ∩Q= {a ,a , c } .
3. P−Q adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas elemennya sama
dengan multiplisitas elemen tersebut pada P dikurangi multiplisitasnya
pada Q jika selisihnya positif dan 0 jika selisihnya nol atau negatif.
Contoh:
Jika P= { a , a , a ,b ,b ,c , d , d , e } dan Q= { a , a , b ,b ,b ,c , c ,d , d , f }
Maka P−Q={ a , e }.
4. P+Q, yang didefinisikan sebagai jumlah (sum) dua buah himpunan ganda,
adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas elemennya sama dengan
penjumlahan dari multiplisitas elemen tersebut pada P dan Q.
Contoh:
Jika P= { a , a , b , c , c } dan Q= { a , b , b , d }
Maka P+Q= { a , a , a ,b ,b ,b ,c , c ,d } .

12 | Rahmadani Rahman

Anda mungkin juga menyukai