Anda di halaman 1dari 52

MATEMATIKA EKONOMI 1

Oleh :
Muhammad Imron H

UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
Universitas Gunadarma

BAB I
HIMPUNAN

A. Pengertian Himpunan
Himpunan adalah kumpulan dari objek tertentu (dinamakan unsur, anggota, elemen) yang
dirumuskan secara jelas dan tegas, sehingga dapat dibeda-bedakan antara satu dengan yang
lainnya.
Notasi himpunan biasanya dilambangkan dengan huruf kapital (misal A,B,C,...) dan elemen-
elemennya dilambangkan dengan huruf kecil, misalnya huruf a,b,c.
Himpunan dituliskan dengan tanda kurung kurawal {}.
Contoh :
Suatu himpunan tiga warna lampu lalu lintas.
K = {merah, kuning, hijau}

B. Cara Penulisan Himpunan


Ada dua cara dalam penulisan himpunan
1. Cara pendaftaran/pendataan (roster method) yaitu menuliskan atau mencantumkan
semua unsur yang menjadi anggota suatu himpunan
Contoh : A = {1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15}
B = {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17}
C = {2, 5, 8, 11, 14, 17}
2. Cara Pencirian (Rule Method) yaitu menuliskan atau menyebutkan karakteristik tertentu
(syarat) dari obyek yang menjadi anggota himpunan tersebut.
Contoh : $ ^[_[”[ Ganjil }
B = {x | x <18, x  Prima}
C = {x | x = 3n – 1, n  asli <7 }
Latihan :
1) Tuliskan himpunan berikut dengan cara pendaftaran :
a. A = {x|x <7, x bilangan asli}
b. G = {x| 0 < x < 16, x bilangan ganjil}
c. W = {x| x2 – 1 = 0 }
d. Z = {nama binatang bertaring}
e. K = {x| 2 < x d 4, x bilangan riil}
2) Tuliskan himpunan berikut dengan cara pencirian :
a. D = {1, 3, 5, 7, 9}
b. G = {1, 4, 9, 16}
c. F = {2, 3, 5, 7,11}
d. H = {2, 4, 9, 12, 35}

Matematika Ekonomi 1 1
Universitas Gunadarma

C. Beberapa Istilah dalam Himpunan


1. Anggota () dan Bukan anggota ()
Setiap obyek dalam suatu himpunan adalah merupakan anggota dari himpunan tersebut
Contoh : xA dibaca “x anggota himpunan A”
“x unsur himpunan A”
“x elemen himpunan A”
x  B dibaca “x bukan elemen himpunan B”
2. Bilangan Cardinal (Banyaknya Anggota Himpunan)
Menyatakan banyaknya anggota himpunan yang termasuk kedalam himpunan tersebut.
Bilangan cardinal dari himpuna A dinotasikan dengan n(A).
Contoh : A = {1, 3, 5, 7, 9, 11, 13} maka n(A) = 7
B = {2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9} maka n(B) = 8
3. Himpunan Kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota.
Notasi untuk himpunan kosong biasanya dilambangkan dengan tanda kurung saja { }
atau ‡.
Contoh : Himpunan siswa Sekolah Dasar yang berusia dibawah 3 tahun.

4. Himpunan Berhingga dan Tak berhingga


Himpunan berhingga adalah himpunan yang banyaknya anggota himpunan berhingga.
Jika tidak demikian dikatakan himpunan tersebut tak berhingga.
Contoh : A={q, w, e, r, d} B={1, 2, 3, 4} o himpunan berhingga
C={2, 4, 6, 8, ...} D={..., 5, 7, 9, ...} o himpunan takberhingga

5. Himpunan Sederajat
Dua himpunan A dan B dikatakan sederajat jika n(A) = n(B).

6. Himpunan Sama
Dua himpunan dikatakan sama jika kedua himpunan mempunyai anggota yang sama.
Walaupun urutannya berbeda. (elemen-elemennya sama dan banyaknya anggota sama)

7. Himpunan Semesta / HIMPUNAN UNIVERSAL / HIMPUNAN BESAR


Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua elemen yang dibicarakan.
Notasi dari himpunan semesta adalah S atau U.

Matematika Ekonomi 1 2
Universitas Gunadarma

8. Disjoin (Himpunan yang saling lepas) adalah pasangan dua himpunan yang tidak
mempunyai anggota sekutu.
Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (A//B), jika elemen A tidak termuat di B
dan elemen B tidak termuat di A.

A B

A // B

9. Sub Set / Sub Himpunan / Himpunan Bagian


A adalah sub himpunan B (ditulis A Ž B) jika setiap elemen A merupakan elemen B
Contoh : A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}, B = {1, 2, 3, 5, 7}, dan C = {1, 3, 5}
Dikatakan B Ž A, C Ž B, dan C Ž A

Beberapa sifat himpunan bagian :


a. Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan
b. Setiap himpunan merupakan himpunan bagian dari dirinya sendiri
c. Jika A Ž B, dan B Ž A maka A = B.
d. Himpunan A dikatakan himpunan bagian sejati dari B (A  B) jika A adalah
himpunan bagian dari B dan ada unsur B yang tidak termuat dalam A.
e. Himpunan semua himpunan bagian dari A disebut Himpunan Kuasa dari A
Contoh himpunan kuasa :
Jika A = {2,3} maka himpunan kuasa dari A yaitu : {‡, {2}, {3}, {2,3}}
Jika B = {a, b, c} maka himpunan kuasa dari B yaitu :
{‡, {a}, {b}, {c}, {a,b}, {a,c}, {b,c}, {a,b,c}}

Latihan :
1) Tentukan himpunan kuasa dari C = {1, 3, 5, 7}
2) Tentukan himpunan kuasa dari D = {a, b, c, d, e}

Banyaknya anggota Himpunan kuasa dari suatu himpunan yang memiliki n anggota
adalah sebanyak 2n.

Matematika Ekonomi 1 3
Universitas Gunadarma

D. Operasi Antar Himpunan


1. Union adalah gabungan dari dua himpunan atau lebih yang hasilnya merupakan seluruh
anggota kedua himpunan tersebut.
Notasi dari union ini adalah ‰ (huruf u lepas)
Misalnya :
A = {1,2,3} dan B ={3,4,5}
Maka, A ‰ B adalah {1,2,3,4,5}, atau A ‰ B = {x; x  A atau x  B}
Diagram vennnya
y adalah
h ssebagai berikut :
alah
A ‰ B adalah terlihat pada bagian yang diarsir

2. Irisan adalah bagian yang serentak menjadi anggota kedua himpunan tersebut atau
dengan kata lain Irisan adalah himpunan semua elemen dari kedua himpunan yang
mempunyai unsur yang sama.
Notasi dari Irisan ini adalah ˆ (huruf en lepas).
Misalnya :
A = {1,2,3} dan B = {3,4,5}
Maka, A ˆ B = {x; x A dan x B}
Diagram vennnya adalah sebagai berikut :
A ˆ B adalah terlihat pada bagian yang diarsir

3. Set Pengurangan/set difference adalah selisih himpunan yang satu dengan


himpunan yang lainnya.
Notasi dari set difference ini adalah – (tanda minus)
Misalnya A = {3,4,5,6,7} dan B = {6,7,8,9,0}

Maka, A – B = {3,4,5}, yang diarsir kiri Dan B – A = {8,9,0}, yang diarsisr kanan
Dimana, A – B = {x; x  A dan x  B} Dimana, B – A = {x; x  A dan x  B}

A B A B

A–B B–A

Matematika Ekonomi 1 4
Universitas Gunadarma

4. Komplemen adalah penyisihan himpunan yang objeknya tidak merupakan unsur


himpunan tersebut, tetapi masih anggota himpunan universalnya.
Notasi komplemen dari himpunan A adalah : A’ atau Ac atau

Misalnya :
S = {a,b,c,d,e,f,g} A = {a,b,c,d} B = {d,e,f,g}
Maka, A’ = {e,f,g} dan B’ = {a,b,c}

5. Perkalian Himpunan (Cartesian Product)


Hasil kali himpunan A dan B (ditulis A x B) adalah suatu haimpunan yang elemennya
terdiri dari pasangan berurutan (a, b) dengan aA dan b  B.
A x B = {(a,b) | aA dan b  B }
Contoh :
a. A = {1, 2, 3} dan B = {4, 5}
Maka A x B = {(1, 4), (1, 5), (2, 4), (2, 5), (3, 4), (3, 5)}
b. A = {x | 1 < x d 3, x  R}
B = {y | 2 d y < 5, y  R}
Maka A x B = {(x, y) | 1 < x d 3 dan 2 d y < 5 }

1 3

Latihan :

1. Diketahui himpunan A, B, C. Manakah dari pernyataan berikut ini benar ?


a. Jika A  B dan A ˆ C = ‡, maka B ˆ C = ‡
b. Jika A  B dan B ˆ C = ‡, maka A ˆ C = ‡
c. Jika A  B, maka A ˆ B = B
d. Jika A  B, maka A ˆ B = A
2. Diketahui S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
A = {1, 2, 3, 4, 5}
B = {1, 3, 5, 7, 9}
C = {6, 8}
Tentukan :
a. A ‰ B
b. A ˆ (B – C)
c. (A ‰ B)’ – C
d. C ‰ (A – B)
e. (A ˆ B)’ ‰ (A ˆ C)’

Matematika Ekonomi 1 5
Universitas Gunadarma

3. Tentukan irisan dari pasangan himpunan berikut :


a. {x | –1 < x d 5, x  R} ˆ {x | 0 < x d 7, x  R}
b. {x | 2 d x < 4, x  R} ˆ {x | 3 d x < 8, x  R}
4. Suatu asrama dihuni 50 mahasiswa dengan perincian 30 orang menguasai bahasa
inggris, 25 orang menguasai bahasa Jerman, dan 10 orang menguasai bahasa Inggris
dan Jerman. Berapa orang yang tidak menguasai bahasa Inggris dan Jerman?

5. Suatu kelompok dengan data sebagai berikut :


Nama Jenis kelamin Asal daerah Pendidikan
Amir L Bekasi SMK
Agus L Bekasi SMA
Bambang L Bogor SMA
Cici P Bekasi SMA
Carla P Bogor SMA
Darsono L Bogor SMA
Gendis P Bekasi SMA
Haris L Bogor SMK
Imbi L Bogor SMK
Jeriko L Bekasi SMA
Kurnia P Bekasi SMA
Listiana P Bogor SMA
Murtadho L Bekasi SMA
Zaki L Bogor SMK

Tuliskan Himpunan :
a. A = Mahasiswa berasal dari Bekasi
b. B = Mahasiswa berasal dari Bogor
c. C = Mahasiswa Laki-laki
d. D = Mahasiswa Perempuan
e. E = Mahasiswa berpendidikan SMA
f. F = Mahasiswa berpendidikan SMK
g. (C ˆ A) = Mahasiswa laki-laki dan berasal dari Bekasi
h. (D ˆ F) = Mahasiswa perempuan dan berpendidikan SMK
i. (E ˆ B) = Mahasiswa berpendidikan SMA dan berasal dari Bogor
j. (A ˆ F) = Mahasiswa berasal dari Bekasi dan berpendidikan SMK
k. (C ˆ B ˆ E) = Mahasiswa laki-laki dan berasal dari Bogor dan berpendidikan SMA
l. (C ‰ A) = Mahasiswa Laki-laki atau yang berasal dari Bekasi
m. (D ‰ E) = Mahasiswa Perempuan atau berpendidikan SMA
n. (B ‰ E) = Mahasiswa berasal dari Bogor atau berpendidikan SMA
o. (D ‰ A ‰ F) = Mahasiswa Perempuan atau yang berasal dari Bekasi atau
berpendidikan SMK

Matematika Ekonomi 1 6
Universitas Gunadarma

E. Hukum – hukum Teori Himpunan

1. Hukum Komutatif adalah penggantian daripada himpunan yang satu dengan himpunan
yang lainnya, akan memberikan penghasilan yang sama. Hukum komutatif
dikelompokkan atas dua yaitu :
a. Komutatif untuk union ;
A ‰B = B ‰A
b. Komutatif untuk irisan ;
A ˆB = B ˆA

2. Hukum assosiatif adalah penggantian penggabungan himpunan dari tiga himpunan yang
diajukan pada suatu persoalan. Hukum assosiatif dikelompokkan atas dua yaitu :
a. Assosiatif untuk union :
(A ‰ B) ‰ C = A ‰ (B ‰ C)
b. Assosiatif untuk irisan
(A ˆ B) ˆ C = A ˆ (B ˆ C)

3. Hukum Distributif adalah pembagian pengelompokkan dua himpunan dari tiga himpunan
yang mempunyai cara berbeda dan hasil yang berbeda. Hukum distributif dikelompokkan
atas dua yaitu :
a. Distributif Irisan terhadap Union ;
1. A ˆ (B ‰ C) = (A ˆ B) ‰ (A ˆ C)
2. (A ‰ B) ˆ C = (A ˆ C ) ‰ (B ˆ C)
b. Distributif union terhadap Irisan ;
1. (A ˆ B) ‰ C = (A ‰ C) ˆ (B ‰ C)
2. A ‰ (B ˆ C) = (A ‰ B) ˆ (A ‰ C)

4. Hukum identitas adalah pasangan suatu himpunan dengan himpunan kosong. Hukum
identitas dikelompokkan atas dua yaitu :
a. Identitas untuk union
A ‰ I =I ‰ A = A

b. Identitas untuk irisan ;


A ˆ I =I ˆ A = I

Matematika Ekonomi 1 7
Universitas Gunadarma

5. Hukum Idempoten adalah penggabungan dua himpunan yang sama dan akan
menghasilkan himpunan yang sama pula. Hukum idempoten ada dua yaitu :
a. Idempoten untuk Union :
A ‰ A=A
b. Idempoten untuk irisan :
A ˆ A=A

6. Hukum De Morgan yang dikelompokkan atas dua yaitu ;


a. De Morgan untuk Union :
(A ‰ B)’ = A’ ˆ B’ Komplemen dari gabungan dua himpunan merupakan
irisan dari komplemen masing-masing himpunan
b. De Morgan untuk Irisan :
(A ˆ B)’ = A’ ‰ B’ Komplemen dari irisan dua himpunan merupakan
gabungan dari komplemen masing-masing himpunan

7. Hukum kelengkapan adalah pengoperasian sebuah himpunan dengan komplemennya.


Hukum kelengkapan dikelompokkan atas dua yaitu :
a. Kelengkapan untuk Union ;
A ‰ A’ = S
b. Kelengkapan untuk Irisan ;
A ˆ A’ = Ø

8. Hukum Absorbsi
A ‰ (A ˆ B) = A
A ˆ (A ‰ B) = A

9. Hukum Dominasi
A‰S=S
AˆØ=Ø

Matematika Ekonomi 1 8
Universitas Gunadarma

BAB II
Sistem Bilangan dan Pertidaksamaan

A. Sistem Bilangan
Macam himpunan bilangan adalah sebagai berikut :
1. Bilangan asli
Sistem dasar dari bilangan adalah himpunan bilangan asli
Himpunan bilangan asli A = {1, 2, 3, 4, 5, ... }
2. Bilangan cacah
bilangan asli ditambah nol
Himpunan bilangan cacah C = {0, 1, 2, 3, 4, ... }
3. Bilangan Bulat
bilangan cacah ditambah negatif dari bilangan asli
Himpunan bilangan Bulat B = {..., –2, –1, 0, 1, 2, ...}
4. Bilangan prima,
bilangan asli yang tepat mempunyai dua faktor yaitu 1 dan dirinya sendiri.
Himpunan bilangan Prima P = {2, 3, 5, 7, 11, ... }
5. Bilangan Komposit,
Bilangan komposit adalah bilangan asli yang lebih besar dari 1 (satu) yang bukan
termasuk bilangan prima.
Himpunan bilangan Komposit K = {4, 6, 8, 9, 10, ...}
6. Bilangan rasional (Q)
a
bilangan yang dapat dinyatakan sebagai dimana a dan b  Bulat, dimana b z 0
b
(a : pembilang dan b : penyebut )
Contoh bilangan rasional adalah bilangan bulat, pecahan biasa, pecahan campuran,
bilangan pecahan desimal terbatas dan pecahan desimal berulang.
Misalnya :
6 12
a. Bilangan bulat 6 =
1 2
4
b. Bilangan pecahan
3
2 17
c. Bilangan pecahan campuran 3
5 5
2345
d. Bilangan pecahan desimal terbatas 2,345 =
1000
4
e. Bilangan pecahan desimal berulang 1,333... =
3

Matematika Ekonomi 1 9
Universitas Gunadarma

a
7. Bilangan Irrasional, bilangan yang tidak dapat dinyatakan sebagai (a, b  Bulat)
b
Misalnya : - bentuk akar : 2 , 3

- S = 3,1415926535897932384626433832795...
- bilangan desimal takterbatas takberulang 2,36543455......
8. Bilangan riil (R),
bilangan yang dibentuk oleh bilangan rasional dan bilangan irrasional.
9. Bilangan imajiner,
bilangan yang apabila dikuadratkan menghasilkan bilangan negatif. Satuan bilangan

imajiner dinyatakan dengan huruf i = 1


Misalnya : 5 = i 5

10. Bilangan Kompleks, bilangan yang digabung antara bilangan riil dengan bilangan
imajiner.

Misalnya : 1+ 2 = 1 + i 2
4–3  1 = 4 – 3i

Skema Himpunan Bilangan

Bilangan

Bilangan Bilangan
Riil Imajiner

Bilangan Bilangan
Irrasional Rasional

Bilangan Bilangan
Pecahan Bulat

Bilangan Bilangan
Nol
Bulat Negatif Bulat Positif

Garis bilangan (Bilangan Real)


Pada garis bilangan, semua bilangan diletakkan berurutan dengan skala rapi. Bilangan yang
lebih kecil disebelah kiri dan bilangan yang lebih besar di sebelah kanan.

a b

a<b atau b>a

Matematika Ekonomi 1 10
Universitas Gunadarma

Interval Terbuka dan Tertutup


Perhatikan semua bilangan antara a dan b. Himpunan semua bilangan yang terletak antara a
dan b disebut Interval dengan a merupakan batas bawah terbesar dan b merupakan batas
atas terkecil.
Interval dapat dituliskan dengan tanda <, >, d, t atau dengan tanda kurung (), dan [].
a. Interval terbuka
a<x<b dapat ditulis dengan (a, b) ( )
a b
b. Interval tertutup
adxdb dapat ditulis dengan [a, b] [ ]
a b
c. Interval terbuka kiri (interval tertutup kanan)
a<xdb dapat ditulis dengan (a, b] ( ]
a b
d. Interval terbuka kanan (interval tertutuk kiri)
adx<b dapat ditulis dengan [a, b) [ )
a b
e. Interval takberhingga
{x | x  R } dapat ditulis dengan (– f, f)

Contoh :
1. {x | –1 < x < 3 } = (–1, 3)
2. {x | –1 d x < 3 } = [–1, 3)
3. {x | –1 < x d 3 } = (–1, 3]
4. {x | –1 d x d 3 } = [–1, 3]
5. {x | x < 3 } = (–f, 3)
6. {x | x t –2 } = [–2, f)
7. (–1, 5) ‰ (0, 7] = (–1, 7]
8. (–1, 5) ˆ (0, 7] = (0, 5)

Latihan :
Diketahui interval-interval A = (–2, 6], B = (0, 8], C = [2, 4), D = [3, 9)
Tentukan :
a. A ‰ B c. A ‰ C e. A ‰ D g. B – D
b. A ˆ B d. A ˆ C f. A – D h. A – C

Matematika Ekonomi 1 11
Universitas Gunadarma

B. Pertidaksamaan
Sebelum membahas pertidaksamaan, perlu diketahui hal-hal sebagai berikut :
ƒ Kalimat tertutup merupakan kalimat yang sudah dapat diketahui nilai kebenarannya.
Contoh : 2 + 4 = 6 benar
8–3=4 salah
Jakarta adalah ibu kota Indonesia benar merupakan kalimat tertutup
Gunung merapi terletak di jawatimur salah
ƒ Kalimat terbuka merupakan kalimat yang belum dapat diketahui nilai kebenarannya.
Contoh : Buah jeruk itu manis
Yogyakarta ada di pulau x belum dapat diketahui nilai kebenarannya
3x = 12
9–x=4
ƒ Kesamaan : kalimat tertutup yang menggunakan tanda hubung sama dengan (=)
ƒ Ketidaksamaan : kalimat tertutup yang menggunakan tanda hubung >, <, t, d.
ƒ Persamaan : kalimat terbuka yang menggunakan tanda hubung sama dengan (=)
ƒ Pertidaksamaan : kalimat terbuka yang menggunakan tanda hubung >, <, t, d.

Pada kalimat terbuka 3x = 12 bernilai benar jika x diganti dengan 4 dan bernilai salah jika
diganti dengan selain 4. Selanjutnya x disebut dengan V ariabel , sedangkan 3 dan 12 disebut
konstanta dan 4 disebut dengan penyelesaian dari kalimat terbuka tersebut.

Pada kalimat x2 = 25. Jika variabel x diganti dengan –5 atau 5 maka kalimat x2 = 25 akan
bernilai benar. Dalam hal ini x = –5 atau x = 5 adalah penyelesaian dari kalimat terbuka x2 =
25. Jadi, himpunan penyelesaian dari kalimat x2 = 25 adalah {–5, 5}.

Himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka adalah himpunan semua pengganti dari
variabel-variabel pada kalimat terbuka sehingga kalimat tersebut bernilai benar

Penulisan pertidaksamaan dan interpretasinya dapat dilihat pada tabel berikut :


Ketidaksamaan
atau Interpretasi
Pertidaksamaan
2<7 2 kurang dari 7
x > 99 Nilai x lebih besar dari 99
2 < x < 21 Nilai x lebih besar dari 2 dan kurang dari 21
6x t 18 6x lebih besar atau sama dengan 18
5 + x d 23 5 + x kurang dari atau sama dengan 23

Matematika Ekonomi 1 12
Universitas Gunadarma

Sifat-sifat pertidaksamaan :
1. a < b # b > a
2. Jika a > b maka : Jika a < b maka :
x arc>brc x arc<brc
x ac > bc jika c > 0 x ac < bc jika c > 0
x ac < bc jika c < 0 x ac > bc jika c < 0
3. Jika a > b dan b > c maka a > c
4. Jika a > b dan c > d maka a + c > b + d
5. Jika a > b > 0 dan c > d > 0 maka ac > bd
6. Jika a > b > 0 maka :
x a2 > b2
x 1/a < 1/b
7. Jika a/b < 0 dimana b z 0 maka ab < 0
8. Jika a/b > 0 dimana b z 0 maka ab > 0

Penyelesaian pertidaksamaan
Menemukan jawaban pertidaksamaan adalah menentukan daerah yang memenuhi hubungan
pertidaksamaan yang dinyatakan. Penulisan himpunan jawaban pertidaksamaan dapat dalam
bentuk interval yang telah didefenisikan di atas.

Contoh 1 WHQWXNDQKLPSXQDQSHQ\HOHVDLDQSHUWLGDNVDPDDQ[•–5
Jawab: [•–5
[•–5 –3
[•– 4; jadi himpunan penyelesaiannya {x|x t – 4} = [–4,f)

x
Contoh 2 : Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan <3
2
x
Jawab : <3
2
x
.2<3.2
2
x<6 jadi himpunan penyelesaiannya {x|x< 6} = (– f, 6)
x
Contoh 3 : Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan <4
3

x
Jawab : <4
3
x
. (–3) > 4 . (–3)
3
x > –12 jadi himpunan penyelesaiannya {x|x>–12} = (–12, f)

Matematika Ekonomi 1 13
Universitas Gunadarma

Contoh 4 : tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan –3 < x – 2 < 2,


Jawab: –3 < x – 2 < 2
–3 + 2 < x < 2 + 2 (masing-masing ruas ditambah 2)
–1 < x < 4; jadi penyelesaiannya dalam interval (–1,4)

2
Contoh 5 : Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan d–4
x 1
2
Jawab : d–4 bermakna x+1<0
x 1
2
. (x + 1) t – 4 . (x + 1) dan x+1<0
x 1
2 t – 4x – 4 x < –1
4x t – 4 – 2
4x t – 6
3 3
x t  jadi penyelesaiannya dalam interval [  , –1)
2 2

Contoh 6: tentukan himpunan jawaban pertidaksamaan (x – 2)(x –  ”


Jawab: (x – 2)(x –  ”
memiliki titik nol; (x – 2) = 0, atau (x – 3) = 0
x = 2, x=3

+ – +
2 3
Daerah yang memenuhi adalah negatif “–“ sehingga penyelesaiannya dalam
interval [2, 3]

Latihan :
Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut :
3x
1. x – 3 < 6 6. > 7 – 2x
2
x
2. x +5 t 2 7. –5d6
4
2x  3 x  1
3. 6x – 5 > 7 – 2x 8. t
3 2

4. 8 + 5x d 7x – 6 9. x2 – 3x < 10
2x
5. <8 10. x2 t – 4x – 3
5

Matematika Ekonomi 1 14
Universitas Gunadarma

FUNGSI

A. Pengertian
Kita sudah pelajari tentang perkalian cartesius dua buah himpunan A dan B (ditulis A x B)
yang merupakan himpunan yang elemennya terdiri dari pasangan berurutan (a,b)
dengan a ∈A dan b ∈ B atau
A x B = {(a,b) | a ∈A dan b ∈ B }
Contoh :
Jika himpunan A = {1, 2, 3} dan B = {a, b, c, d} maka
A x B = {(1,a), (1,b), (1,c), (1,d), (2,a), (2,b), (2,c), (2,d), (3,a), (3,b), (3,c), (3,d)}

A : Himpunan asal (domain)


B : Himpunan tujuan (kodomain)
Relasi dua himpunan A dan B merupakan himpunan bagian dari AxB dan dinotasikan
dengan R. Lebih jelasnya, Relasi himpunan A dan B merupakan hubungan antara 2
himpunan tersebut dengan cara memasangkan setiap anggota himpunan asal A dengan
anggota himpunan tujuan B. Jika x∈A dan y∈B dan x berelasi dengan y ditulis xRy.
Himpunan bagian dari B yang mengakibatkan xRy disebut dengan Range/Rentang.
Contoh :
1. Diketahui A = {1, 2, 3} dan B = {2, 4, 5, 6, 10}
Suatu relasi (x,y)∈R : y adalah dua kali x.
Dengan diagram panah
Domain = {1, 2, 3}
1 2
4 Kodomain = {2, 4, 5, 6, 10}
2
5
Range = {2, 4, 6}
3 6
10 Anggota Relasi = (1,2), (2,4), (3,6)

2. Suatu relasi (x,y)∈R memenuhi 2x ≤ y, dimana x∈A dan y∈B dengan A={1, 2} dan
B={2, 3, 4} maka
(1, 2) ∈ R
(1, 3) ∈ R
(1, 4) ∈ R 1 2
3
(2, 2) ∉ R 2
4
(2, 3) ∉ R
(2, 4) ∈ R

Matematika Ekonomi 1 15
Universitas Gunadarma

B. Fungsi
Fungsi f dari himpunan A ke himpinan B adalah suatu relasi yang memasangkan setiap
unsur/elemen pada A ke tepat satu unsur/elemen pada B.
f:A→B dibaca ”f memetakan himpunan A ke himpunan B”
Suatu kaidah atau aturan yang memasangkan unsur pada A dan B ditulis dengan
y → f(x) atau y = f(x)

Daerah definisi (Wilayah) f adalah himpunan A dengan notasi Df atau D(f).


Daerah nilai f adalah himpunan peta dari semua unsur A dengan notasi Rf atau R(f)

Suatu fungsi dapat ditunjukkan dengan cara :


1. Diagram panah
2. Himpunan pasangan berurutan {(x,y) | y = f(x), x∈A, y∈B}
3. Tabel
4. Grafik Cartesius
Contoh : A = {1, 2, 3, 4} dan B = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}
Untuk fungsi f : 2x – 1 dapat dinyatakan dengan
a. Diagram panah
1 1
2
2
3
3 4
5
4
6
7
8

b. Himpunan pasangan berurutan {(1,1), (2,3), (3,5), (4,7)}


c. Tabel
x 1 2 3 4
y = f(x) = 2x – 1 1 3 5 7

d. Grafik Cartesius

7
6
5
4
3
2
1

1 2 3 4 5

Matematika Ekonomi 1 16
Universitas Gunadarma

Fungsi dapat dituliskan dalam berbagai cara. Misal fungsi f yang kaidahnya ditentukan
oleh persamaan y = x2 – 4 dimana x,y∈Real, dapat dituliskan dengan salah satu cara
berikut :
1. y = x2 – 4
2. f(x) = x2 – 4
3. f : x → y ialah fungsi yang harganya diberikan oleh f(x) = x2 – 4
4. f : (x,y) ialah fungsi pasangan urutnya (x, x2 – 4)
5. {(x,y) | y = x2 – 4}

Latihan

1. Manakah yang merupakan fungsi


a. {(1,2), (2,3), (2,4), (3,5)}
b. {(–1,2), (1,5)}
c. {(–2,2), (–3,3), (2,2), (3,3)}
2. Misal f suatu fungsi dengan Df = {–1, 2, 3} dan f(x) = 2x + 3. Tentukan Rf.
3. Gambarkan grafik fungsi dari f(x) = 2x – 2
4. Tentukan daerah definisi dari fungsi berikut
a. f(x) = 3x + 5

b. g(x) = x −2
c. h(x) = 2Log x
5. Diketahui fungsi f(x) = x2 – 2x + 3. Tentukan f(–2), f(0), f(3), f(4) dan f(8)

C. Jenis-jenis Fungsi
1. Berdasar bentuk operator dalam persamaan
a. Fungsi Aljabar
• Fungsi Rasional Bulat (Fungsi Polinom)
Bentuk umum : f(x) = a0 + a1x + a2x2 + ... anxn
Contoh :
Fungsi Linier f(x) = ax + b (polinom berderajat 1)
Fungsi kuadrat f(x) = ax2 + bx + c (polinom berderajat 2)
Fungsi pangkat tiga f(x) = ax3 + bx2 + cx + d (polinom berderajat 3)
• Fungsi Rasional Pecahan
ax 2 + bx + c
f ( x) =
px 2 + qx + r

• Fungsi Irrasional
1/2
Contoh : f(x) = 2x + 3 atau ditulis f(x) = (2x +3)

Matematika Ekonomi 1 17
Universitas Gunadarma

b. Fungsi Transenden
• Fungsi Trigonometri contoh : f(x) = 3 Sin 2x
• Fungsi Logaritma contoh : f(x) = 2log 5x
• Fungsi Eksponen contoh : f(x) = 5x

2. Berdasar Letak variabelnya


a. Fungsi Eksplisit : Fungsi yang variabelnya dipisahkan dengan tanda ”=”
Contoh : y = 3x2 – 10
b. Fungsi Implisit : Fungsi yang variabel-variabelnya berada dalam ruas yang sama.
Contoh : y – 3x2 = 10
3. Fungsi Komposisi (Fungsi Majemuk) : Fungsi yang didapatkan dengan substitusi suatu
fungsi lain dalam fungsi tersebut. Jika y = f(x) sedangkan x merupakan suatu fungsi
g(z), maka fungsi komposisi y = f(g(z))
Contoh : Jika f(x) = 2x2 + x – 3 dan g(x) = x + 1 maka fungsi komposisi
f(g(x)) = 2(g(x))2 + (g(x)) – 3
= 2(x+1)2 + (x+1) – 3
= 2(x2 + 2x + 1) + (x+1) – 3
= 2x2 + 4x + 2 + x + 1 – 3
= 2x2 + 5x

4. Fungsi Invers
Jika fungsi asal adalah y = f(x) maka fungsi inversnya adalah x = f –1(y)
Contoh : Jika fungsi asal diketahui sebagai f(x) = y = 3x + 2 maka
y = 3x + 2
3x = 2 – y
(2 − y )
x =
3
(2 − y )
f –1(y) =
3

D. Grafik Fungsi

1. Fungsi Linier
Grafik fungsi linier berbentuk garis lurus
Misal : y = f(x) = 2x
y = f(x) = 2x + 3
y = f(x) = ½ x

Matematika Ekonomi 1 18
Universitas Gunadarma

2. Fungsi Kuadrat
Contoh : y = f(x) = x2
y = f(x) = x2 + 2
y = f(x) = –x2 + 4
y = f(x) = x2 – 2x – 3

3. Fungsi Logaritma
Contoh : y = f(x) = 2 log x
y = f(x) = –2 log x

4. Fungsi Trigonometri
Contoh : y = f(x) = 2 sin x
y = g(x) = 2 cos x

5. Fungsi Eksponen
Contoh : y = f(x) = 2x
y = f(x) = –2x
y = f(x) = (½)x
y = f(x) = –(½)x

Matematika Ekonomi 1 19
Universitas Gunadarma

E. Fungsi Linear
1. Persamaan dan Grafik fungsi linier
Fungsi Linier merupakan fungsi polinom berderajat satu (pangkat tertinggi dari
variabel bebasnya adalah satu). Bentuk umum fungsi liner adalah :

y = ax + b atau secara implisit px + qy + r = 0

Keterangan : y : variabel terikat


x : variabel bebas
Contoh :
a. Fungsi y = 3x + 4 dapat ditulis menjadi 3x – y + 4 = 0
b. Fungsi y = ½ x – 5 dapat dituliskan menjadi 2y = x – 10 atau x – 2y – 10 = 0

Grafik fungsi linier berupa garis lurus


Contoh : Di bawah ini grafik fungsi linier y = 2x + 1

Pada grafik fungsi linier dikenal istilah :


a. Lereng / Kemiringan / Scope / Gradien (m)
Mencerminkan perbandingan perubahan nilai
y terhadap perubahan nilai x.
∆y
∆yb Sehingga m =
∆x
Pada grafik di samping
∆y a 2
= =2
∆xb ∆x a 1
m=2
∆ya ∆y b 4
= =2
∆x b 2
∆xa

Jika suatu garis melalui titik A(x1, y1) dan B(x2, y2) maka lereng/gradien garis
y − y1
tersebut dapat ditentukan dengan rumus m= 2
x 2 − x1

b. Penggal (Titik potong dengan sumbu koordinat)


Penggal pada sumbu x didapat pada saat nilai y = 0
Penggal pada sumbu y didapat pada saat nilai x = 0
Pada grafik di atas didapat :
• Penggal pada sumbu x (saat y = 0)
y = 2x + 1
0 = 2x + 1
2x = –1
x=–½ Jadi penggal pada sumbu x adalah (-½,0)

Matematika Ekonomi 1 20
Universitas Gunadarma

• Penggal pada sumbu y (saat x = 0)


y = 2x + 1
y = 2(0) + 1
y=1 Jadi penggal pada sumbu y adalah (0,1)

Latihan :
Tentukan gradien dan penggal dari garis-garis berikut :
1. y = 9x + 3
2. y = –7x + 14
3. 2x + 6y – 21 = 0
4. 5x – 3y + 15 = 0

2. Menyususn Persamaan Garis


Membentuk / Menyusun Persamaan Garis (fungsi linier) dapat dilakukan dengan :
a. Cara dwi-koordinat
Jika diketahui dua buah titik yang dilalui suatu garis yaitu titik A(x1, y1) dan
B(x2, y2), maka persamaan garis tersebut dapat dibentuk dengan persamaan :
y − y1 y 2 − y1
=
x − x1 x 2 − x1
Contoh :
Persamaan garis yang melalui A(2, 7) dan B(6, 1) dapat ditentukan dengan
y − y1 y 2 − y1
=
x − x1 x 2 − x1
y −7 1−7
=
x −2 6−2
y −7 −6
=
x −2 4
4(y – 7) = – 6(x – 2)
4y – 28 = –6x + 12
6x + 4y – 40 = 0
3
3x + 2y – 20 = 0 dalam bentuk eksplisit menjadi y = − x + 10
2
Latihan : Tentukan persamaan garis melalui pasangan titik-titik berikut :
a. (3, 1) dan (8, 2)
b. (– 4, 5) dan (5, 23)
c. (2, –3) dan (–1, 3)

Matematika Ekonomi 1 21
Universitas Gunadarma

b. Cara koordinat-lereng
Jika suatu garis diketahui melalui titik A(x1, y1) dengan gradien m, maka
y − y1 y 2 − y1 y − y1
persamaan garis tersebut = dengan m = 2 menjadi :
x − x1 x 2 − x1 x 2 − x1
y − y1
=m
x − x1
y – y1 = m(x – x1)

Contoh :
Suatu garis melalui titik (5, 1) dengan gradien m = 2 maka persamaan garis
tersebut adalah y – y1 = m(x – x1)
y – 1 = 2 (x – 5)
y – 1 = 2x – 10
y = 2x – 9 atau 2x – y – 9 = 0

Latihan : Tentukan persamaan garis :


a. Melalui (6, 2) dengan gradien –2
b. Melalui (–3, 5) dengan gradien ¼
c. Melalui (–2, –1) dengan gradien – ½

c. Cara penggal-lereng
Jika suatu garis dengan gradien m = a dan melalui penggal pada sumbu y di
(0, b), maka persamaan garisnya y = ax + b
Contoh :
Suatu garis dengan gradien m = 3 dan melalui titik (0, 5) maka persamaan
garisnya adalah y = ax + b
y = 3x + 5

Latihan : Tentukan persamaan garis


a. Melalui (0, 6) dengan gradien 3
b. Melalui (0, –1) dengan gradien ½
c. Melalui (0, 4) dengan gradien – ¾

d. Cara dwi-penggal
Jika suatu garis melalui dua penggal yaitu pada sumbu y di (0, p) dan pada
sumbu x di (q, 0) maka persamaan garis tersebut
p
px + qy = pq atau y=– x+p
q
Contoh :
y Garis di samping mempunyai persamaan :
5x + 6y = 5(6)
5
5
5x + 6y = 30 atau y=– x+5
6

x
6

Matematika Ekonomi 1 22
Universitas Gunadarma

Latihan : Tentukan persamaan garis


a. Melalui (3, 0) dan (0, 6)
b. Melalui (0, –1) dan (4, 0)
c. y
–3 x

–9

3. Hubungan dua buah garis


Letak dua buah garis y = m1x + c1 dan y = m2x + c2 dalam satu bidang ada 3
kemungkinan :
a. Sejajar jika m1 = m2 dan c1 ≠ c2
b. Berimpit jika m1 = m2 dan c1 = c2
c. Berpotongan jika m1 ≠ m2
d. Berpotongan tegak lurus (⊥) jika m1 ≠ m2 dengan m1.m2 = –1

Pada gambar di samping, manakah garis-


garis yang sejajar, berimpit, berpotongan,
dan berpotongan tegak lurus ?

Contoh :
1. Selidiki hubungan dua buah garis dengan persamaan
x + 2y – 5 = 0 dan y = – ½ x + 2
Penyelesaian :
Persamaan garis x + 2y – 5 = 0
2y = –x + 5
y = – ½ x + 2½ → m1 = –½
Persamaan garis y = – ½ x + 2 → m2 = –½
Karena m1 = m2 maka kedua garis sejajar

Matematika Ekonomi 1 23
Universitas Gunadarma

2. Selidiki hubungan dua buah garis dengan persamaan


3x + 5y – 4 = 0 dan 5x – 3y + 2 = 0
Penyelesaian :
Persamaan garis 3x + 5y – 4 = 0
5y = –3x + 4
3 4 3
y=– x+ → m1 = –
5 5 5
Persamaan garis 5x – 3y + 2 = 0
3y = 5x + 2
5 2 5
y= x+ → m2 =
3 3 3
3 5
m1 ≠ m2 dan m1 x m2 = – x = –1
5 3
Jadi kedua garis berpotongan tegak lurus

Latihan :
1. Selidiki hubungan pasangan garis-garis dengan persamaan berikut :
a) y = 3x + 7 dan y = –x + 4
b) 3x + 6y – 1 = 0 dan x + 2y + 10 = 0
c) 4x – 2y = 8 dan y = 2x – 4
d) 5x – 2y + 3 = 0 dan 2x – 5y + 3 = 0
e) x – 3y = 6 dan 6x + 2y – 5 = 0
2. Tentukan persamaan garis melalui titik (2, –3) dan sejajar dengan garis dengan
persamaan 2x – 3y + 1 = 0
3. Tentukan persamaan garis melalui titik (2, –3) dan tegak lurus dengan garis dengan
persamaan 2x – 3y + 1 = 0

4. Sistem Persamaan Linier


Sistem persamaan linier terdiri dari beberapa persamaan linier.
Contoh : 2x + 3y = 21 dan x + 4y = 23
Dua buah persamaan linier diatas membentuk sebuah sistem yaitu Sistem Persamaan
Linier (SPL). Sistem Persamaan Linier di atas juga dapat dituliskan dengan cara lain
yaitu : 2x + 3y = 21
x + 4y = 23

Menyelesaikan suatu SPL berarti menentukan nilai variabel-variabelnya (pada contoh


di atas adalah variabel x dan y) sehingga memenuhi kedua persamaan. Atau dengan
kata lain mencari nilai variabel-variabelnya sehingga kedua persamaan bernilai benar.

Secara grafis, menyelesaikan sistem persamaan linier berarti menentukan titik potong
kedua garis.

Matematika Ekonomi 1 24
Universitas Gunadarma

Ada beberapa cara menyelesaikan sistem persamaan linier, diantaranya :


a. Substitusi
Langkah ini dilakukan dengan menyelesaikan salah satu variabel dari satu
persamaan kemudian disubstitusikan ke persamaan yang lain.
Contoh : Selesaikan SPL berikut dengan cara substitusi
2x + 3y = 21
x + 4y = 23
Penyelesaian :
Pada persamaan kedua yaitu x + 4y = 23, kita peroleh x = 23 – 4y
Nilai x ini kita substitusikan ke persamaan pertama sehingga kita peroleh :
2x + 3y = 21
2(23 – 4y) + 3y = 21
46 – 8y + 3y = 21
– 5y = 21 – 46
– 5y = – 25
y=5

Nilai y ini kita substitusikan ke salah satu persamaan semula akan diperoleh :
2x + 3y = 21 atau x + 4y = 23
2x + 3(5) = 21 x + 4(5) = 23
2x + 15 = 21 x + 20 = 23
2x = 6 x=3
x=3 Pilih salah satu persamaan saja

Jadi penyelesaian dari SPL di atas adalah x = 3 dan y = 5

b. Eliminasi
Cara ini dilakukan dengan cara menghilangkan(mengeliminasi) sementara salah
satu variabel sehingga dapat ditentukan nilai variabel yang lain.
Contoh : Selesaikan SPL berikut dengan cara eliminasi
2x + 3y = 21
x + 4y = 23
Penyelesaian :
Misal kita eliminasi variabel x, maka kita kalikan masing-masing persamaan
dengan suatu bilangan (yang berbeda) sehingga koefisien variabel x sama.
2x + 3y = 21 x 1 2x + 3y = 21 Agar variabel x hilang, kita kurangkan
x + 4y = 23 x 2 2x + 8y = 46 kedua persamaan
–5y = – 25 (kadang kita lakukan penjumlahan
y=5 tergantung bentuk persamaan)

Substitusikan ke salah satu persamaan seperti cara sebelumnya dan diperoleh


nilai x = 3.
Jadi penyelesaian SPL di atas adalah x = 3 dan y = 5.

Matematika Ekonomi 1 25
Universitas Gunadarma

c. Determinan
Jika suatu SPL terdiri dari n persamaan dengan n variabel, maka dengan kedua
cara di atas, pekerjaan akan menjadi lebih komplek. Untuk itu ada cara
menyelesaikan SPL yaitu dengan determinan.
Di bawah ini akan dijabarkan cara penyelesaian SPL untuk dua variabel.

Apa Itu Determinan ?


a b
Untuk matriks A = � � maka determinan dari A yaitu |A| = ad – bc
c d

a b c
Untuk matriks A = �d e f � maka :
g h i
a b c a b
�d e f � d e (tambahkan dua kolom pertama)
g h i g h

|A| = (aei + bfg + cdh) – (ceg + afh + bdi)

Cobalah mencari nilai determinan-determinan berikut :


1 2 3
3 5
1) |A| = � � 3) |C| = �4 5 6�
2 4
7 8 9
3 2 0
2 6
2) |B| = � � 4) |D| = � 1 −1 4�
−3 4
−2 5 0

Bagaimana penyelesaian SPL dengan Determinan ?


ax + by = c
Suatu SPL dapat diubah menjadi bentuk matriks menjadi :
px + qy = r
a b x c
� �� � = � � disingkat menjadi D.𝑣𝑣̅ = 𝑠𝑠̅
p q y r
a b
Jika D = � � maka cari nilai |D|
p q
c b
Jika Dx = � � maka cari nilai |Dx|
r q
Ganti kolom pertama matriks D dengan 𝑠𝑠̅
a c
Jika Dy = �p r� maka tentukan nilai |Dy|

Ganti kolom kedua matriks D dengan 𝑠𝑠̅

|𝐷𝐷𝑥𝑥 | |𝐷𝐷𝑦𝑦 |
Nilai x = dan nilai y =
|𝐷𝐷| |𝐷𝐷|

Matematika Ekonomi 1 26
Universitas Gunadarma

Contoh : Selesaikan SPL berikut dengan cara determinan


2x + 3y = 21
x + 4y = 23

Penyelesaian :
2 3
D=� � sehingga |D| = 2(4) – 3(1) = 8 – 3 = 5
1 4
21 3
Dx = � � sehingga |Dx| = 21(4) – 3(23) = 84 – 69 = 15
23 4
2 21
Dy = � � sehingga |Dy| = 2(23) – 21(1) = 46 – 21 = 25
1 23

|𝐷𝐷𝑥𝑥 | 15
nilai x = = =3
|𝐷𝐷| 5
|𝐷𝐷𝑦𝑦 | 25
nilai y = = =5
|𝐷𝐷| 5

Jadi penyelesaian SPL di atas adalah x = 3 dan y = 5

Catatan :

𝑎𝑎𝑎𝑎 + 𝑏𝑏𝑏𝑏 + 𝑐𝑐𝑐𝑐 = 𝑘𝑘


SPL berbentuk � 𝑑𝑑𝑑𝑑 + 𝑒𝑒𝑒𝑒 + 𝑓𝑓𝑓𝑓 = 𝑙𝑙 diubah menjadi matriks D𝑣𝑣̅ = 𝑠𝑠̅
𝑔𝑔𝑔𝑔 + ℎ𝑦𝑦 + 𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝑚𝑚
𝑎𝑎 𝑏𝑏 𝑐𝑐 𝑥𝑥 𝑘𝑘
yaitu �𝑑𝑑 𝑒𝑒 𝑓𝑓 � �𝑦𝑦� = � 𝑙𝑙 �
𝑔𝑔 ℎ 𝑖𝑖 𝑦𝑦 𝑚𝑚
Langkah selanjutnya :
Tentukan |D|
Tentukan |Dx| (ganti kolom pertama matriks D dengan 𝑠𝑠̅ )
Tentukan |Dy| (ganti kolom kedua matriks D dengan 𝑠𝑠̅ )
Tentukan |Dz| (ganti kolom ketiga matriks D dengan 𝑠𝑠̅ )
|𝐷𝐷𝑥𝑥 | |𝐷𝐷𝑦𝑦 | |𝐷𝐷𝑦𝑦 |
Nilai x = nilai y = dan nilai z =
|𝐷𝐷| |𝐷𝐷| |𝐷𝐷|

Matematika Ekonomi 1 27
Universitas Gunadarma

F. Kungsi Kuadrat
1. Pengertian
Fungsi kuadrat merupakan fungsi polinom berderajat dua.
Bentuk Umum fungsi kuadrat adalah : y = ax2 + bx + c atau dalam bentuk
persamaan kuadrat dituliskan sebagai ax2 + bx + c = 0

2. Akar-akar Persamaan Kuadrat


Akar-akar PK ax2 + bx + c = 0 merupakan nilai variabel x sehingga PK bernilai benar.
Akar-akar suatu PK maskimal ada dua.
Pada grafik fungsi kuadrat, jika x1 dan x2 adalah akar-akar PK, maka titik-titik dengan
koordinat (x1, 0) dan (x2, 0) merupakan titik potong kurva PK dengan sumbu x.

Menentukan akar-akar PK ax2 + bx + c = 0 dapat dilakukan dengan 3 cara :


a. Pemfaktoran
Contoh : Tentukan akar-akar PK x2 – 6x + 8 = 0
Penyelesaian :
x2 – 6x + 8 = 0
(x – 2)(x – 4) = 0
x–2=0 atau x–4=0
x=2 x=4
2
Jadi akar-akar PK x – 6x + 8 = 0 adalah x1 = 2 dan x2 = 4

b. Melengkapkan kuadrat sempurna


Contoh : Tentukan akar-akar PK x2 – 6x + 8 = 0
Penyelesaian :
x2 – 6x + 8 = 0
x2 – 6x = –8
2
x – 6x +... = –8 + ...
x2 – 6x + 9 = –8 + 9 → angka 9 diperoleh dari (½(6))2
(x – 3)2 = 1
(x – 3) = ±1
Jika x – 3 = –1 dan jika x – 3 = 1
x = –1 + 3 x=1+3
x=2 x=4
Jadi akar-akar PK x2 – 6x + 8 = 0 adalah x1 = 2 dan x2 = 4

c. Rumus abc
-b ± �b 2 - 4ac
2
Akar-akar PK ax + bx + c = 0 adalah x1.2 =
2a

Bentuk b2 – 4ac dinamakan dengan Diskriminan (D)

Matematika Ekonomi 1 28
Universitas Gunadarma

Contoh : Tentukan akar-akar PK x2 – 6x + 8 = 0


Penyelesaian : Diketahui a = 1, b = –6, c = 8

-b ± �b 2 - 4ac -(-6) ± �(-6)2 – 4(1)(8)


x1.2 = =
2a 2(1)

6 ± �36 – 32
=
2
6 ± √4 6±2
= =
2 2
6+2 8 6–2 4
Diperoleh x1 = = atau x2 = =
2 2 2 2
x1 = 4 x2 = 2
2
Jadi akar-akar PK x – 6x + 8 = 0 adalah x1 = 4 dan x2 = 2

Latihan
Tentukan Himpunan Penyelesaian dari persamaan kuadrat berikut !
1. x2 + 4x + 3 = 0
2. x2 + 3x – 10 = 0
3. x2 – 2x – 48 = 0
4. 2x2 + 13x + 6 = 0
5. 3x2 + 16x – 12 = 0

3. Sifat-sifat fungsi/persamaan kuadrat


Pada fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c dengan D = b2 – 4ac maka :
a. Sifat fungsi pada nilai a (koefisien variabel x2) :
• Jika a > 0 maka grafik membuka ke atas (nilai ekstrim minimum)
• Jika a < 0 maka grafik membuka ke bawah (nilai ekstrim maksimum)
b. Diskriminan (D) :
• Jika D > 0 ada 2 akar nyata (grafik memotong sumbu x di 2 titik)
• Jika D = 0 ada 1 akar kembar (grafik menyinggung sumbu x di 1 titik)
• Jika D < 0 tidak ada akar nyata (grafik tidak menyentuh sumbu x)

sb y
-b Sumbu simetri
c. Persamaan sumbu simetri x=
2a
–D
d. nilai ekstrim y= y = ax2 + bx + c
4a
–b –D
e. Titik ekstim mempunyai koordinat �2a , 4a

sb x
Titik
ekstrim

Matematika Ekonomi 1 29
Universitas Gunadarma

Lebih jelasnya lihat tabel berikut :


D>0 D=0 D<0

a>0
x
x x

x
x
a<0 x

4. Menggambar Grafik fungsi kuadrat


Menggambar grafik Fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c dapat dilakukan dengan 2 cara :
a. Tracing Process Curve yaitu dengan menentukan beberapa nilai x kemudian
menentukan nilai y yang sesuai dengan bentuk fungsi. Cara ini memerlukan paling
tidak 8 pasangan nilai x dan y.
Contoh : Gambarkan grafik fungsi kuadrat y = x2 – 6x + 8
Kita siapkan tebel pasangan nilai x dan y sebagai berikut :
x –1 0 1 2 3 4 5 6 7
y 15 8 3 0 –1 0 3 8 15
Dari hasil tabel di atas maka grafiknya sebagai berikut :

Matematika Ekonomi 1 30
Universitas Gunadarma

b. Menggunakan sifat-sifat grafik fungsi kuadrat


Langkah-langkah menggambar grafiknya sebagai berikut :
1) Menentukan titik potong grafik dengan sumbu simetri (sumbu-x dan sumbu-y)
- Titik potong dengan sumbu y (yaitu jika x = 0)
- Titik potong dengan sumbu x (lihat bahasan akar-akar PK)
2) Tentukan sumbu simetri dan titik ekstrim
3) Jika perlu tambahkan beberapa titik lain sebagai bantuan

Contoh : Gambarkan grafik fungsi kuadrat y = x2 – 6x + 8


• Titik potong dengan sumbu y
Untuk x = 0 maka y = x2 – 6x + 8
y = 02 – 6(0) + 8 = 8
Diperoleh titik potong dengan sumbu y di (0, 8)
• Titik potong dengan sumbu x
D = b2 – 4ac = (–6)2 – 4(1)(8) = 36 – 32 = 4
Karena D > 0 maka ada 2 titik potong dengan sumbu x

Untuk y = 0 maka
x2 – 6x + 8 = 0
(x – 2)(x – 4) = 0
x–2=0 dan x–4=0
x=2 x=4
Diperoleh titik potong dengan sumbu x di (2, 0) dan (4, 0)

• Sumbu simetri
−b −(−6) 6
Sumbu simetri grafik adalah x= = = =3
2a 2(1) 2
Diperoleh sumbu simetrinya adalah x = 3

• Titik Ekstrim
−D −4 −4
Nilai ekstrim y = = = = –1
4a 4(1) 4
Diperoleh titik ekstrim di (3, –1) dan titik ekstrimnya minimum (a > 0)

Matematika Ekonomi 1 31
Universitas Gunadarma

Sumbu simetri
x=3

y = x2 – 6x + 8

Titik Ekstrim (3, –1)

Latihan :
Gambarkan grafik fungsi dari persamaan kuadrat berikut :
1. y = x2 + 4x – 12
2. y = –x2 + 4x + 5

Matematika Ekonomi 1 32
Universitas Gunadarma

Latihan :
1. Bentuklah persamaan linier yang garisnya melalui pasangan titik-titik berikut :
a. (–1, 4) dan (1, 0) c. (0,0) dan (1, 5)
b. (–1, –2) dan (–5, –2) d. (1, 4) dan (2, 3)
2. Bentuklah persamaan linier yang garisnya :
a. Melalui (–1, 3) dengan lereng sebesar 2
b. Melalui (0, 4) dengan scope sebesar –3
c. Melalui (2, –5) dengan kemiringan sebesar ½
d. Melalui (3, –1) dengan koefisien arah sebesar 0
3. Diketahui f(x) = 8 – 2x. Hitunglah :
a. f(–1) c. f(2) e. f(5)
b. f(0) d. f(4)
4. Tentukan scope dan penggal garis (pada sumbu y) dari persamaan-persamaan :
a. y = –x c. 3x – y – 7 = 0
b. y = –3 –4x d. –2x + 8y – 3 = 0
5. Tentukan titik potong dari pasangan garis-garis berikut :
a. y = –2 + 4x dan y = 2x + 2 c. y = 8 dan y = 2x – 10
b. y = 4x – 2 dan y = 6 d. 2x + y – 10 = 0 dan 2x – y + 2 = 0
6. Selesaikan determinan-determinan berikut :
7 3 2 1 12 −3 1 2 3
a. �4 8 5� b. � 10 7 6� c. �4 5 6�
6 4 9 −5 4 3 7 8 9
7. Diketahui sistem persamaan
8x = 4 + 4y
2x + 3y – 21 = 0
Selesaikan SPL di atas dengan cara determinan
8. Carilah nilai-nilai a, b, dan c dengan cara determinan jika :
a+b+c =3
5a – 9b – 2c = 8
3a + 5b – 3c = 45

Matematika Ekonomi 1 33
Universitas Gunadarma

G. Aplikasi Fungsi dalam Bisnis dan Ekonomi


1. Permintaan (Demand) dan Penawaran (Supply)
Permintaan : Sejumlah barang yang diminta konsumen pada tingkat harga tertentu.
Hukum Permintaan (Demand):
”Apabila harga naik maka jumlah barang yang diminta akan turun dan sebaliknya,
apabila harga turun maka jumlah barang yang diminta akan naik”
(Jumlah barang yang diminta berbanding terbalik dengan harga barang)
Jika Q = Variabel jumlah barang (Quantity)
P = Variabel harga barang (Price)

P Fungsi Permintaan menunjukkan hubungan


jumlah produk yang diminta konsumen dan harga
a
Bentuk Umum Fungsi Permintaan :
b
Qd = a – bP
atau
Q
a a 1
Pd = − Q
b b

Penawaran : Jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu


Hukum Penawaran (Supply):
”Apabila harga naik maka jumlah barang yang ditawarkan akan naik dan
apabila harga turun maka jumlah barang yang ditawarkan akan turun”
(Jumlah barang yang ditawarkan berbanding lurus terhadap harga barang)

P Fungsi Penawaran menunjukkan hubungan jumlah


produk yang ditawarkan produsen dan harga
Bentuk Umum Fungsi Penawaran :
a
b Qs = – a + bP

Q atau
–a a 1
Ps = + Q
b b

Matematika Ekonomi 1 34
Universitas Gunadarma

Contoh :
1. Suatu produk jika harganya Rp 1000,- akan terjual 10 unit, dan jika hargnay turun
menjadi Rp 750,- akan terjual 20 unit. Tentukan fungsi permintaan dan
gambarkan grafiknya.
Penyelesaian :
Diketahui P1 = 1000 Q1 = 10
P2 = 750 Q2 = 20
Q − Q1 Q 2 − Q1
Cara I (Dengan rumus = )
P − P1 P2 − P1
Q − 10 20 − 10
=
P − 1000 750 − 1000
Q − 10 10
=
P − 1000 − 250
Q − 10 1
=−
P − 1000 25
1
(Q – 10) = − (P – 1000)
25
1
Q – 10 = − P + 40
25
1 1
Qd = 50 − P atau P = 50 – Q
25 25
Pd = 1250 – 25Q

Cara II (dengan rumus Q = a – bP )


Q1 = a – bP1 Substitusi ke salah satu
Q2 = a – bP2 persamaan :
a – b(1000) = 10 .....(1) Misal ke persamaan (1) :
a – b(750) = 20 .....(2) a – b(1000) = 10
– 250 b = –10  1 
a–   (1000) = 10
b=
1  25 
25 a – 40 = 10
1 a 50
Diperoleh Fungsi Permintaan Qd = 50 – P
25
a 1
atau Pd = − P Pd = 1250 – 25Q
b b
Grafiknya :
P

Matematika Ekonomi 1 35
Universitas Gunadarma

2. Jika harga suatu produk Rp 500,- maka produsen menawarkan sebanyak 60 unit.
Bila harga meningkat menjadi Rp 700,- maka produsen menawarkan 100 unit.
Tentukan fungsi penawaran dan gambarkan grafiknya !
Penyelesaian :
Diketahui P1 = 500 Q1 = 60
P2 = 700 Q2 = 100
Q − Q1 Q 2 − Q1
Cara I (Dengan rumus = )
P − P1 P2 − P1
Q − 60 100 − 60
=
P − 500 700 − 500
Q − 60 40
=
P − 500 200
Q − 60 1
=
P − 500 5
1
(Q – 60) = (P – 500)
5
1
Q – 60 = P – 100
5
1 1
Qs = – 40 + P atau P = 40 + Q
5 5
Ps = 200 + 5Q

Cara II (dengan rumus Q = – a + bP )


Q1 = –a + bP1 Substitusi ke salah satu
Q2 = –a + bP2 persamaan :
–a + b(500) = 60 .....(1) Misal ke persamaan (1) :
–a + b(700) = 100 .....(2) – a + b(500) = 60
– 200 b = – 40 1
– a +   (500) = 60
b=
1 5
5 – a + 100 = 60
1 a 40
Diperoleh Fungsi Permintaan Qs = – 40 + P
5
a 1
atau Ps = + P Ps = 200 + 5Q
b b
Grafiknya :
P

Matematika Ekonomi 1 36
Universitas Gunadarma

Latihan :
1. Fungsi permintaan produk pensil merk ”2B” ditunjukkan sebagai berikut :
Jika dijual seharga Rp 4.000,-/batang maka akan laku 2500 batang dan jika
dijual dengan harga Rp 3.000,-/batang akan laku 3500 batang.
a. Rumuskan bentuk fungsi permintaan tersebut
b. Gambar grafik fungsi tersebut
c. Berapa harga pensil jika ternyata tidak laku (tidak ada yang terjual)

2. Fungsi penawaran suatu produk ditunjukkan sebagai berikut :


Jika harga Rp 30.000,- maka produsen menawarkan 1000 unit, dan setiap
kenaikan harga Rp 5.000,- produsen akan menambah jumlah barangnya 200
unit.
a. Rumuskan bentuk fungsi penawaran tersebut
b. Gambarkan grafiknya
c. Tentukan jumlah barang yang ditawarkan jika harga Rp 50.000,-

2. Titik Keseimbangan Pasar (Equilibrium)


Harga dan kuantitas keseimbangan pasar merupakan hasil kesepakatan antara
pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) dimana kuantitas dan harga yang
diminta dan yang ditawarkan sama besarnya.

Titik keseimbangan terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dan kurva
penawaran.

Titik keseimbangan Pasar (Equilibrium) pada koordinat E (Qe, Pe)

P Qs E = Equilibrium
Qe = Jumlah keseimbangan
Pe = Harga keseimbangan

Pe E(Qe, Syarat terjadi keseimbangan :


Qd = Qs
Qd Q atau
Pd = Ps
Qe

Matematika Ekonomi 1 37
Universitas Gunadarma

Contoh :
1. Diketahui fungsi permintaan dan penawaran sebagai berikut :
Qd = 6 – ¾ P
Qs = – 5 + 2P
Tentukan : a. Harga dan kuantitas pada keseimbangan pasar
b. Grafik
Penyelesaian :
a. Syarat keseimbangan pasar
Qd = Qs
Substitusi nilai Pe ke salah satu persamaan.
6 – ¾ P = –5 + 2P
Misal ke persamaan Qs
6 + 5 = 2P + ¾ P
Q = –5 + 2P
11
11 = P Q = –5 + 2(4)
4 Q = –5 + 8
Pe = 4 Q=3

Diperoleh : - Harga keseimbangan pasar adalah 4


- Kuantitas keseimbangan adalah 3 unit

b. Gambar grafik

Untuk Qd = 6 – ¾ P P
Jika P = 0 Q = 6 – ¾(0) = 6
Jika Q = 0 0=6–¾P
¾P=6
P=8
E(3,4)
Untuk Qs = –5 + 2P
Jika P = 0 Q = –5 + 2(0) = –5
Jika Q = 0 0 = –5 + 2P
2P = 5
P = 2½ Q

2. Diketahui fungsi permintaan (Pd) dan fungsi penawaran (Ps) sebagai berikut :
Pd = 24 – 3Q2
Ps = Q2 + 2Q + 4
a. Tentukan Harga dan Jumlah keseimbangan
b. Tunjukkan secara geometris (Gambar grafiknya)
Penyelesaian :
a. Syarat keseimbangan
Pd = Ps
24 – 3Q2 = Q2 + 2Q + 4 Untuk Q = 2 maka
4Q2 + 2Q – 20 = 0 P = 24 – 3Q2
2Q2 + Q – 10 = 0 P = 24 – 3(2)2
(2Q + 5)(Q – 2) = 0 P = 24 – 12
2Q + 5 = 0 Q–2=0 P = 12
2Q = –5 Q=2
Q = – 5/2
(Q dipilih yang positif)

Diperoleh jumlah keseimbangan 2 dan harga keseimbangan 12


atau Titik keseimbangan pasar di E(2, 12)

Matematika Ekonomi 1 38
Universitas Gunadarma

b. Gambar grafik
Ps

E(2,12
)

Pd

Latihan :
Tentukan Jumlah dan harga keseimbangan pasar jika diketahui
1. Fungsi Permintaannya P = 15 – Q dan fungsi penawarannya P = 3 + 0,5Q
2. Fungsi permintaan dan penawaranya berturut-turut P = 11 – Q2 dan P = Q2 + 3

3. Pajak dan Subsidi


Pemberlakuan pajak dan pemberian subsidi sangat berpengaruh bagi keseimbangan
pasar. Pajak akan menaikkan harga penjualan sedangkan subsidi akan menurunkan
harga penjualan.

a. Pajak
Jika pemerintah mengenakan pajak penjualan pada suatu barang maka harga jual barang
tersebut akan naik.

1) Pajak Spesifik
Pajak yang dikenakan kepada barang yang dihasilkan oleh produsen, misalnya
sebesar t per unit produksi, pada awalnya merupakan biaya bagi produsen,
tetapi karena produsen pada umumnya tidak bersedia mengurangi laba yang
akan diterimanya, maka beban pajak tersebut berusaha untuk dibebankan
kepada konsumen.

Fungsi penawaran sebelum ada pajak : Ps = f(Q)


Fungsi penawaran setelah ada pajak : P’ = f(Q) + t

Matematika Ekonomi 1 39
Universitas Gunadarma

P’

Ps
Tkons

E’
E

TProd
Pd

Jumlah pajak yang diterima pemerintah : T = t . Q’


Pajak yang ditanggung konsumen per unit barang : tkons = (P’ – Pe)
Pajak yang ditanggung produsen per unit barang : tprod = t – (P’ – Pe)
Total pajak ditanggung konsumen : Tkons = (P’ – Pe).Q’
Total pajak ditanggung produsen : Tprod = (t – (P’ – Pe)).Q’ = T – Tkons

Contoh :
1) Fungsi permintaan suatu produk P = 15 – Q dan fungsi penawaran
P = 0,5Q + 3. Bila pemerintah memberlakukan pajak penjualan sebesar
Rp 3/unit tentukan :
a. Keseimbangan pasar sebelum pajak
b. Keseimbangan pasar setelah pajak
c. Penerimaan pajak total pemerintah
d. Pajak yang ditanggung konsumen dan produsen per unit barang

Penyelesaian :
a. Keseimbangan sebelum pajak
Pd = 15 – Q dan Ps = 0,5Q + 3
Syarat keseimbangan :
Pd = P s P = 15 – Q
15 – Q = 0,5Q + 3 P = 15 – 8
– 1,5Q = –12 P=7
Q=8
Jadi keseimbangan sebelum pajak E(8, 7)
b. Keseimbangan setelah pajak
Pd = 15 – Q dan P’ = Ps + t
P’ = 0,5Q + 3 + 3
P’ = 0,5Q + 6
Keseimbangan Pd = P’ P’ = 15 – Q
15 – Q = 0,5Q + 6 P’ = 15 – 6
– 1,5Q = – 9 P’ = 9
Q’ = 6

Jadi keseimbangan setelah pajak adalah E’ (6, 9)

Matematika Ekonomi 1 40
Universitas Gunadarma

c. Pajak yang diterima pemerintah


T = t . Q’
T = Rp 3 x 6 = Rp 18
Jadi pajak yang diterima pemerintah adalah Rp 18,-
d. Pajak yg ditanggung konsumen
tkons = (P’ – Pe)
tkons = (9 – 7)
tkons = 2 (Pajak yang ditanggung konsumen Rp 2,- per unit barang)
Pajak yang ditanggung produsen
tprod = t – tkons
tprod = 3 – 2
tprod = 1 (Pajak yang ditanggung produsen Rp 1,- per unit barang)

2) Fungsi permintaan suatu barang Pd = –0,5Q + 150 dan fungsi penawaran


Ps = 0,25Q. Setelah barang tersebut dikenakan pajak Rp.75,- per unit,
berapakah :
a. Titik keseimbangan setelah dikenakan pajak
b. Total pajak yang akan diterima pemerintah
c. Total pajak yang harus ditanggung konsumen dan produsen

Penyelesaian :
Diketahui : Pd = –0,5Q + 150
Ps = 0,25Q
t = 75
a. Titik keseimbangan setelah dikenakan pajak
P’ = Ps + t
P’ = 0,25Q + 75
Syarat keseimbangan
P’ = Pd P’ = 0,25(100) + 75
0,25Q + 75 = –0,5Q + 150 P’ = 25 + 75
0,75Q = 75 P’ = 100
Q’ = 100
Jadi titik keseimbangan setelah kena pajak Et = (100, 100)

b. Total pajak yg diterima pemerintah


T = t . Q’
T = 75 . 100 = 7.500
Jadi pemerintah memperoleh penerimaan pajak sebesar Rp 7.500

Matematika Ekonomi 1 41
Universitas Gunadarma

c. Untuk menghitung pajak yang dibayarkan konsumen harus ditentukan


harga keseimbangan sebelum pajak
Pd = –0,5Q + 150 Qd = 300 – 2Pd
Ps = 0,25Q Qs = 4Ps
Syarat keseimbangan
Qs = Qd
4P = 300 – 2P
6P = 300
Pe = 50
Sehingga beban pajak yang ditanggung konsumen per unit
tkons = (P’ – Pe)
tkons = (100 – 50) = 50
Sehingga total pajak yang ditanggung konsumen
Tkons = tkons x Q’ = 50 x 100 = 5.000

Pajak yang ditanggung produsen


tprod = t – tkons
tprod = 75 – 50 = 25
Sehingga total pajak yang ditanggung produsen
Tprod = tprod x Q’ = 25 x 100 = 2.500

2) Pajak Proporsional
Selain pajak per unit yang jumlahnya atau besarnya tetap, pemerintah juga
dapat mengenakan pajak proporsional terhadap harga barang yang ditetapkan
oleh produsen. Jumlah pajak yang akan diterima pemerintah adalah sejumlah
tertentu dari harga. Dengan demikian semakin tinggi harga yang ditetapkan
oleh produsen, maka semakin tinggi pula pajak yang diterima oleh
pemerintah.

Jika Penawaran sebelum pajak P = f(Q) maka


Penawaran sesudah pajak P = f(Q) + t.P
dengan t = pajak proporsional (dalam %)

Contoh :
1) Fungsi permintaan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P = 15 – Q,
sedangkan fungsi penawarannya P = 3 + 0,5Q. Jika pemerintah
mengenakan pajak sebesar 25% dari harga jual, tentukan :
a. Harga dan jumlah keseimbangan sebelum dan sesudah pajak.
b. Beban pajak yang ditanggung konsumen dan produsen per unit
barang.
c. Jumlah pajak yang diterima pemerintah.

Matematika Ekonomi 1 42
Universitas Gunadarma

Penyelesaian :
Diketahui Pd = 15 – Q
Ps = 3 + 0,5Q
t = 25% = 0,25 = ¼

a. Keseimbangan sebelum pajak


Syarat keseimbangan sebelum pajak
Ps = Pd sehingga P = 15 – Q
3 + 0,5Q = 15 – Q P = 15 – 8
1,5Q = 12 P=7
Q=8
Jadi sebelum pajak :
Jumlah keseimbangan Qe = 8
Harga keseimbangan Pe = 7

Keseimbangan setelah pajak :


Fungsi penawaran setelah pajak :
P = f(Q) + t.P
P = 3 + 0,5Q + ¼ P
¾ P = 3 + 0,5Q
4
P = (3 + 0,5Q).
3
2
P’ = 4 + Q
3

Syarat keseimbangan :
2 33
P’ = Pd sehingga P=4+ .
3 5
2 22
4 + Q = 15 – Q P=4+
3 5
5
Q = 11 P = 8,4
3
33
Q= = 6,6
5

Jadi sesudah terkena pajak,


harga keseimbangan P’ = 8,4
jumlah keseimbangan Q’ = 6,6
Perlu dicatat bahwa besarnya pajak yang diterima pemerintah dari
setiap unit barang adalah 0,25 x 8,4 = 2,1

b. Beban pajak yang ditanggung konsumen per unit barang


1,4
tkons = P’ – Pe = 8,4 – 7 = 1,4 atau x 100% = 67%
2,1
Beban pajak yang ditanggung produsen per unit barang
0,7
tprod = t – tkons = 2,1 – 1,4 = 0,7 atau x 100% = 33%
2,1

c. Jumlah pajak yang diterima pemerintah


T = 6,6 x 2,1 = 13,86

Matematika Ekonomi 1 43
Universitas Gunadarma

Latihan :
1. Dari fungsi penawaran P = 0,25Q dan fungsi permintaan P = -0,50Q + 150
seperti pada Contoh 3.14 pemerintah mengenakan pajak sebesar 20% dari
harga penawaran produsen. Tentukanlah keseimbangan sesudah pajak dan
total pajak yang dibayarkan konsumen dan produsen. serta total pajak yang
akan diterima pemerintah.
2. Diketahui fungsi permintaan sepeda motor adalah Q = -2P + 240, sedangkan
fungsi penawarannya adalah P = 4Q + 7,5. Jika pemerintah memungut pajak
sebesar 10% dari tingkat harga penawaran, hitunglah :
a. Keseimbangan pasar sebelum pajak
b. Keseimbangan pasar sesudah pajak
c. Total Pajak yang diterima pemerintah
d. Total Pajak yang dibayar konsumen
e. Total Pajak yang dibayar produsen

b. Subsidi
Kebijaksanaan pemberian subsidi atas suatu barang oleh pemerintah
dimaksudkan agar produsen dapat menjual barangnya dengan harga yang lebih
rendah dari yang seharusnya, sehingga konsumen dapat memenuhi kebutuhan
barang tersebut dengan harga yang terjangkau.
Subsidi yang berfungsi sebagai pengurang biaya poduksi akan membuat
harga barang menjadi lebih murah. Hal itu akan mengakibatkan fungsi penawaran
bergeser ke kanan bawah, sehingga dengan jumlah barang yang sama produsen
mampu mengenakan harga baru yang lebih rendah dari yang sebelumnya.
Jika Ps = fungsi penawaran sebelum subsidi
s = besarnya subsidi per unit barang
P’ = fungsi penawaran setelah subsidi

Maka P’ = Ps – s
P
Ps
Subsidi yg dinikmati produsen
P’
Pe Subsidi yg dinikmati konsumen
P e’

Pd

Qe Q e’ Q
Subsidi yang dinikmati konsumen per unit barang skons = Pe – Pe’
Subsidi yang dinikmati konsumen per unit barang sprod = s – skons
Total subsidi dari pemerintah S = s x Qe’
Total subsidi yg dinikmati konsumen Skons = skons x Qe’
Total subsidi yg dinikmati produsen Sprod = sprod x Qe’ = S – Skons

Matematika Ekonomi 1 44
Universitas Gunadarma

Contoh :
Diketahui fungsi penawaran Q = 4P dan fungsi permintaan Q = –2P + 300,
pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp. 37,50. Tentukanlah harga dan
jumlah keseimbangan pasar yang baru, subsidi yang akan dinikmati konsumen
dan produsen serta subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah

Penyelesaian :
- Fungsi penawaran sebelum subsidi: Q = 4P
menjadi: P = 0,25Q
- Fungsi penawaran sesudah subsidi: P’ = 0,25Q – 37,5
- Fungsi permintaan: Q = –2P + 300
menjadi: P = –0,5Q + 150
Harga Keseimbangan sebelum subsidi ditentukan dengan :
Q = 4P
Q = –2P + 300
0 = 6P – 300
6P = 300
300
Pe = = 50
6

Keseimbangan setelah subsidi :


P’ = 0,25Q – 37,5
P = –0,5Q + 150
0 = 0,75Q – 187,5
0,75Q = 187,5
187,5
Qe’ = = 250
0,75
Sehingga P = – 0,5(250) + 150
P = – 125 + 150
Pe’ = 25
Jadi keseimbangan setelah diberikan subsidi tercapai pada jumlah barang 250 unit
pada harga Rp 25,- per unit.

Subsidi yang dinikmati konsumen per unit barang


skons = Pe – Pe’ = 50 – 25 = 25
Subsidi yang dinikmati produsen per unit barang
sprod = s – skons = 37,5 – 25 = 12,5

Matematika Ekonomi 1 45
Universitas Gunadarma

4. Fungsi Biaya dan Fungsi Penerimaan


Fungsi Biaya
Biaya terbagi menjadi Biaya Total, Biaya Tetap, dan Biaya Variabel.
Biaya Total / Total Cost (TC) adalah seluruh dana yang harus dikeluarkan perusahaan
untuk melaksanakan operasinya. Biaya total terdiri dari :
a. Biaya Variabel/Variable Cost (VC) yaitu biaya yang dipengaruhi oleh jumlah
barang yang diproduksi. (Biaya untuk memproduksi 1 unit produksi). Contoh :
biaya bahan baku, upah tenaga kerja.
b. Biaya Tetap/Fix Cost (FC) yaitu biaya yang besarnya tetap tanpa terpengaruh
jumlah barang yang diproduksi. Contoh : biaya mandor, biaya administrasi, biaya
pemasaran.

Secara matematis dapat dinyatakan dengan TC = FC + VC

Jika biaya tetap (FC) = k


Biaya variabel (VC) setiap memproduksi 1 unit barang adalah = a
(dengan Q = kuantitas/ jumlah produksi)
maka biaya total (TC) dapat dinyatakan sebagai :

TC = k + aQ

Secara grafis, a merupakan lereng kurva linier

TC TC = k + aQ

VC = aQ

k FC = k

Q
Contoh : 0
1. Biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 20.000,- sedangkan biaya
variabelnya ditunjukkan oleh persamaan VC = 100 Q.
Tentukan : a. persamaan biaya total
b. biaya total jika perusahaan memproduksi 500 unit barang
Penyelesaian :
Diketahui FC = 20.000
VC = 100 Q
a. TC = FC + VC = 20.000 + 100 Q
b. Jika Q = 500
TC = 20.000 + 100 (500) = 20.000 + 50.000 = 70.000
2. Kalkulasi biaya di perusahaan yang menghasilkan batako adalah biaya tetap
sebesar Rp. 300.000,- dan biaya variabel per unit sebesar Rp. 500,- Dari data
tersebut, tentukanlah :
a. Fungsi biaya totalnya
b. Biaya totalnya jika diproduksi batako 4.000 unit
c. Jumlah yang diproduksi jika biaya totalnya sebesar Rp. 5.000.000,-

Matematika Ekonomi 1 46
Universitas Gunadarma

Penyelesaian :
Diketahui : FC = k = 250.000
a = 500

a. Fungsi biaya total TC = k + aQ


TC = 250.000 + 500 Q
b. Jika Q = 4.000 maka TC = 250.000 + 500 (4.000)
TC = 250.000 + 2.000.000
TC = 2.250.000
Jadi Jika diproduksi 4.000 unit batako maka biaya totalnya Rp 2.250.000,-
c. Jika TC = 5.000.000 maka
TC = 250.000 + 500 Q
5.000.000 = 250.000 + 500 Q
500 Q = 5.000.000 – 250.000 = 4.750.000
4.750.000
Q= = 9.500
500

Jadi jika biaya total Rp 5.000.000,- maka produksinya sejumlah 9.500 unit.

Selain fungsi biaya di atas, ada juga beberapa hal berikut :


 Biaya rata-rata/Average Cost (AC)
Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan tiap unit produk
Diperoleh dari hasil bagi Biata Total (TC) dengan jumlah barang terjual
TC
AC =
Q

 Biaya tetap rata-rata/Average Fix Cost (AFC)


FC
AFC =
Q

 Biaya variabel rata-rata/Average Variable Cost (AVC)


VC
AVC =
Q
 Biaya Marjinal/Marginal Cost
Merupakan biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menghasilkan 1 unit
produk tambahan.
∆C
MC =
∆Q

Pada fungsi biaya berbentuk fungsi kuadrat :


Fungsi biaya total TC = aQ2 – bQ + c

VC FC

TC
Sehingga diperoleh AC = = aQ – b + c/Q
Q
VC
AVC = = aQ – b
Q
𝑐𝑐
AFC =
Q

Matematika Ekonomi 1 47
Universitas Gunadarma

Contoh :
Biaya total yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan ditunjukkan oleh persamaan
TC = 2Q2 – 24Q + 102. Tentukan :
a. Pada tingkat produksi berapa unit, biaya total ini minimum
b. Besarnya biaya total minimum tersebut
c. Besar biaya Tetap, biaya variabel, biaya rata-rata, biaya tetap rata-rata, biaya
variabel rata-rata pada tingkat produksi tadi .
d. Jika dari kedudukan ini produksi ditambah 1 unit, berapa besar biaya marjinal

Penyelesaian :
Diketahui TC = 2Q2 – 24Q + 102
-b 24
a. TC minimum pada saat Q = = =6
2a 4
Jadi Biata total minimum pada saat jumlah barang yang diproduksi 6 unit
b. TC minimum TC = 2Q2 – 24Q + 102
TC = 2(6)2 – 24(6) + 102
TC = 72 – 144 + 102
TC = 30
Jadi Biaya Total minimumnya 30
c. Pada saat Q = 6 unit diperoleh :
FC = 102
VC = 2Q2 – 24Q = 2(6)2 – 24(6) = 72 – 144 = – 72
TC 30
AC = = =5
Q 6
FC 102
AFC = = = 17
Q 6
VC -72
AVC = = = –12
Q 6

d. Jika Q bertambah 1 unit menjadi 7 unit maka


TC = 2Q2 – 24Q + 102 = 2(7)2 – 24(7) + 102 = 98 – 168 + 102 = 32
∆C 32 - 30
MC = = =2
∆Q 7-6

Fungsi Penerim aan


Penerimaan (Revenue) merupakan hasil kali jumlah (Q) produksi yang berhasil dijual
dengan harga (P) jual produk tersebut.
Secara matematis dapat dituliskan :
TR = P . Q

Contoh :
Perusahaan batako berhasil menjual produknya seharga Rp 4.000,-/unit. Tentukan :
a. Fungsi Penerimaan
b. Jumlah penerimaan saat penjualan mencapai 1000 unit
c. Jumlah produk yang terjual jika diinginkan penerimaan sebesar Rp 2.400.000,-

Matematika Ekonomi 1 48
Universitas Gunadarma

Penyelesaian :
a. Fungsi penerimaan TR = P . Q
TR = 4.000 Q
b. Jika Q = 1000 unit maka TR = 4.000 (1000)
TR = 4.000.000
Jadi, jika terjual 1000 unit maka perusahaan menerima Rp 4.000.000,-
c. TR = Rp 2.400.000,- maka 2.400.000 = 4.000 Q
2.400.000
Q= = 600
4000
Jadi agar penerimaan Rp 2.400.000,- maka harus diproduksi 600 unit

Penerimaan Rata-rata dan Penerimaan Marjinal


1. Penerimaan Rata-rata/Average Revenue (AR)
Merupakan penerimaan yang diperoleh tiap unit barang. Diperoleh dari hasil bagi
penerimaan total (TR) terhadap jumlah barang
TR
AR =
Q

2. Penerimaan Marjinal/Marginal Revenue (MR)


Merupakan penerimaan tambahan yang diperoleh dari setiap tambahan satu unit
barang yang diproduksi/terjual.

∆R
MR =
∆Q

TR
Mengingat TR = P.Q atau P = = AR
Q
Hal ini berarti penerimaan rata-rata sama dengan harga barang per unit (P).

Contoh :
Fungsi permintaan suatu perusahaan ditunjukkan oleh P = 900 – 1,5Q.
a. Tentukan fungsi penerimaan total
b. Berapa besar penerimaan bila terjual sebanyak 200 unit dan berapa harga jual
per unitnya
c. Berapa penerimaan marjinal dari penjualan 200 unit menjadi 250 unit.
d. Berapa tingkat penjualan yang menghasilkan penerimaan total maksimum
e. Berapa besar penerimaan total maksimum

Penyelesaian :
a. TR = P. Q = (900 – 1,5Q).Q
TR = 900 Q – 1,5 Q2
b. Bila Q = 200 unit maka
TR = 900 (200) – 1,5 (200)2
TR = 180.000 – 60.000
TR = 120.000
Harga jual per unit
P = 900 – 1,5 P
P = 900 – 1,5(200)
P = 900 – 300
P = 300

Matematika Ekonomi 1 49
Universitas Gunadarma

c. Jika Q = 250 maka TR = 900 (250) – 1,5(250)2


TR = 225.000 – 93.750
TR = 131.250
∆R 131.250 – 120.000
Sehingga MR = = = 225
∆Q 250 - 200

d. TR = 900 Q – 1,5Q2
-b -900
Penerimaan total maksimum pada saat Q = = = 300 unit
2a -3
e. Penerimaan total maksimum
−𝐷𝐷
TRmax = 900Q – 1,5Q2 atau gunakan rumus TRmax =
4𝑎𝑎
-D
TRmax = 900(300) – 1,5(300)2 TRmax = =
4a
TRmax = 270.000 – 135.000
TRmax = 135.000

−𝐷𝐷 −(900 2 −4∙(−1,5)∙0) −810.000


Atau gunakan rumus TRmax = = = = 135.000
4𝑎𝑎 4(−1,5) −6

5. Analisis Laba-Rugi
Penerimaan dan biaya merupakan variabel-variabel penting untuk mengetahui kondisi
bisnis suatu perusahaan. Dengan diketahuinya penerimaan total (TR) dan biaya total
(TC) yang dikeluarkan, dapat dianalisis apakah perusahaan mendapat keuntungan
atau kerugian.
- Keuntungan (profit positif, π > 0) didapat jika TR > TC
- Kerugian (profit negatif, π < 0) didapat jika TR < TC
- Keseimbangan (profit not, π =0) didapat jika TR = TC

Jika laba/rugi (profit) dilambangkan dengan π maka π = TR – TC

Contoh :
Andaikan biaya total yang dikeluarkan perusahaan ditunjukkan oleh persamaan
TC = 20.000 + 100 Q dan penerimaan toalnya TR = 200 Q, tentukan :
a. Pada tingkat produksi berapa unit perusahaan berada dalam posisi seimbang
b. Apa yang terjadi jika perusahaan memproduksi 150 dan 300 unit

Penyelesaian :
Diketahui TC = 20.000 + 100 Q
TR = 200 Q
a. Perusahaan dalam posisi keseimbangan jika TR = TC
TR = TC
200 Q = 20.000 + 100 Q
100 Q = 20.000
Q = 200
Jadi perusahaan berada pada posisi profit not saat memproduksi 200 unit.

Matematika Ekonomi 1 50
Universitas Gunadarma

b. Pada saat produksi 150 unit


TC = 20.000 + 100 Q = 20.000 + 100(150)
= 20.000 + 15.000
= 35.000
TR = 200 Q = 200 (150)
= 30.000
Profit π = TR – TC
= 30.000 – 35.000
= – 5.000
Jadi pada saat produksi 150 unit perusahaan mengalami kerugian Rp 5.000,-

Pada saat produksi 300 unit


TC = 20.000 + 100 Q = 20.000 + 100 (300)
= 20.000 + 30.000
= 50.000
TR = 200 Q = 200 (300)
= 60.000
Profit π = TR – TC
= 60.000 – 50.000
= 10.000
Jadi saat produksi 300 unit perusahaan mengalami keuntungan Rp 10.000,-

Matematika Ekonomi 1 51

Anda mungkin juga menyukai